Anda di halaman 1dari 4

5 Relay-relay Internal

Bab ini melanjutkan pembahasan Bab 4 dan memperkenalkan konsep relay internal. Beragam
istilah khusus seringkali dipergunakan untuk mendeskripsikan elemen rangkaian ini,
misalnya: relay sekunder (auxilliary relay), marker, flag, kumparan, penyimpanan bit. Relay
internal adalah salah satu di antara banyak jenis elemen yang menyediakan fungsi-fungsi
built-in bagi PLC dan sangat umum dipakai di dalam pemrograman PLC. Sebuah PLC
berukuran kecil dapat memiliki seratus relay internal atau bahkan lebih, yang beberapa di
antaranya didukung oleh baterai sehingga dapat digunakan di dalam situasi-situasi
pengamanan akibat kegagalan listrik, seperti misalnya untuk menghentikan operasi pabrik
secara aman ketika terjadi pemutusan daya. Bab-bab selanjutnya akan membahas jenis-jenis
elemen built-in (terpasang) lainnya.

5.1 Relay Internal


Di dalam PLC terdapat elemen-elemen yang digunakan untuk menyimpan data, yaitu bit-bit,
dan menjalankan fungsi-fungsi relay, yaitu dapat disambungkan dan diputuskan dan dapat
menyambungkan dan memutuskan perangkat-perangkat lain. Oleh karena itu,
dipergunakanlah relay internal. Relay internal sebenarnya bukanlah sebuah perangkat relay
dalam pengertin yang sesungguhnya, namun hanya merupakan bit-bit didalam memori
penyimpanan data yang “berperilaku” sebagaimana layaknya sebuah relay. Di dalam
pemrograman, relay-relay internal dapat diperlakukan sebagaimana layaknya relay-relay
input dan output eksternal. Sehingga, input ke saklar-saklar eksternal dapat dipergunakan
untuk menghasilkan suatu output dari sebuah relay internal. Hal ini selanjutnya
mengakibatkan beroperasinya kontak-kontak relay internal, bersama-sama dengan saklar-
saklar input eksternal lainnya, untuk menghasilkan sebuah output, misalnya: mengaktifkan
motor. Dengan demikian, kita akan mendapatkan program (Gambar 5.1):

Gambar 5.1 Relay Internal.


Pada salah satu anak tangga program:
Input-input ke saklar-saklar input eksternal mengaktifkan output relay internal.
Pada anak tangga program dibawahnya:
Sebagai akibat pengaktifan output relay internal:
Kontak-kontak relay internal menjadi aktif dan mengontrol suatu output.

Dalam menggunakan sebuah relay internal, relay internal haru diaktifkan pada salah
satu anak tangga program dan kemudian outputnya dipergunakan untuk mengoperasikan
kontak-kontak saklar pada anak tangga, atau anak-anak tangga lainnya di dalam program.
Relay- relay internal dapat diprogram untuk memiliki jumlah pasangan kontak sebanyak yang
dibutuhkan.
Untuk membedakan output dari relay internal dengan output dari perangkat relay
eksternal, pada kedua jenis output diberikan alamat yang berbeda. Pabrikan-pabrikan yang
berbeda cenderung menggunakan istilah-istilah yang juga berbeda untuk relay internal dan
cara-cara yang berbeda untuk menyatakan alamatnya. Sebagai contoh, Mitsubishi
mempergunkan istilah relay sekunder (auxilliary relay) atau marker dengan notasi alamat
M100, M101, dan seterusnya. Siemens mempergunakan istilah flag dan notasi pengalamatan
F0.0, F0.1, dan seterusnya. Sprecher+Schuh menggunakan istilah kumparan dan notasi C001,
C002, dan seterusnya. Telemecanique menggunakan istilah bit dan notasi B0, B1, dan
seterusnya. Toshiba menggunakan istilah relay internal dan notasi R000, R001, dan
seterusnya. Allen-Bradley menggunakan istilah penyimpanan bit (bit storage) dan notasi pada
produk PLC-5-nya, B3/001, B3/002, dan seterusnya.

5.2 Relay-relay Internal di dalam Program


Di dalam program-program tangga, sebuah output relay internal direpresentasikan dengan
menggunakan simbol umum untuk perangkat output, yaitu ( ) atau (), dengan alamat yang
mengindikasikan bahwa elemen yang bersangkutan adalah sebuah relay internal dan
bukannya relay eksternal. Sehingga, dengan sebuah PLC Mitsubishi, kita akan menjumpai
alamat M100, di mana awalan M mengindikasikan bahwa elemen yang bersangkutan adalah
sebuah relay internal atau marker dan bukan perangkat eksternal. Kontak-kontak sebuah
saklar relay internal ditandai dengan simbol umum untuk perangkat input, yaitu ||, dan
memiliki alamat yang sama sebagaimana halnya output relay internal, misalnya: M100.
5.2.1 Program-program dengan banyak kondisi input
Sebagai sebuah ilustrasi tentang pemanfaatan relay-relay internal, perhatikan situasi berikut
ini. Sebuah sistem harus diaktifkan ketika dua kondisi input yang berbeda terpenuhi. Kita
dapat memprogramkan situasi ini sebagai sebuah sistem gerbang logika AND; namun,
apabila terdapat sejumlah input yang harus diperiksa untuk memastikan terpenuhinya kedua
kodisi input, akan lebih memudahkan kita jika kita menggunakan sebuah relay internal.
Kondisi input pertama kemudian digunakan untuk menghasilkan sebuah output ke sebuah
relay internal. Relay internal ini memiliki kontak-kontak yang kemudian menjadi bagian dari
kondisi input kedua.
Gambar 5.2 memperlihatkan sebuah program tangga untuk situasi tersebut. Untuk
anak tangga pertama: ketika input 1 atau input 3 menutup dan input 2 menutup maka relay
internal IR 1 diaktifkan. Hal ini menyebabkan menutupnya kontak-kontak IR 1. Apabila input
4 kemudian diaktifkan, terdapat sebuah output dari output 1. Sistem semacam ini dapat
dijumpai pada mekanisme untuk membuka penghalang jalan secara otomatis ketika seseorang
mendekat dari arah luar atau mendeteksi kedatangan seseorang yang mendekati atau
menjauhi salah satu sisi penghalang, input 1 diaktifkan dari salah satu sisi penghalang dan
input 3 dari sisi sebaliknya. Input 2 adalah sebuah saklar untuk menghidupkan atau
mematikan seluruh sistem. Sehingga, ketika input 1 atau input 3, dan input 2 diaktifkan,
terdapat sebuah output dari relay internal 1. Output ini akan menutup kontak-kontak relay
internal. Apabila input 4, yang mungkin berupa sebuah saklar limit, diaktifkan dan menutup.
Hasilnya adalah sebuah output dari Out 1, motor yang menaikkan penghalang. Apabila saklar
limit mendeteksi bahwa penghalang telah terangkat, dan orang telah melewatinya, maka
saklar ini akan membuka dan output 1 tidak lagi menyala dan beban pada penghalang akan
menurunkan penghalang. Relay internal memungkinkan dihubungkannya dua bagian
program yang berbeda, bagian yang mendeteksi kedatangan seseorang dan bagian yang
mendeteksi kedatangan seseorang dan bagian yang mendeteksi posisi penghalang.
Gambar 5.3(a) menampilkan Gambar 5.2 dalam notasi Mitsubishi dan Gamvar 5.3(b)
menampilkannya dalam notasi Siemens.
Gambar 5.3 (a) notasi Mitsubishi (b) notasi Siemens.
Gambar 5.4 adalah contoh lain untuk program tangga jenis ini. Output 1 dikontrol
oleh dua susunan input. Anak tangga pertama memperlihatkan relay internal IR 1 yang
menjadi aktif apabila input In 1 atau input In 2 diaktifkan dan menutup. Anak tangga kedua
memperlihatkan relay internal IR 2 yang menjadi aktif apabila input In 3 dan input In 4
keduanya diaktifkan. Anak tangga ketiga memperlihatkan bahwa output Out 1 diaktifkan
apabila relay internal IR 1 atau relay internal IR 2 diaktifkan. Dengan demikian, terdapat
sebuah output dari sistem apabila salah satu dari kedua kondisi input terpenuhi.
Gambar 5.4 Penggunaan dua relay internal.
5.2.2 Program pengunci (latching)
Penggunaan lain relay internal adalah untuk mengembalikan sebuah rangkaian latching ke
kondisi awalnya (resetting). Gambar 5.5 memperlihatkan contoh sebuah program tangga
untuk penerapan semacam ini. Ketika kontak-kontak input 1 menutup selama sekejap, sebuah
output dihasilkan dari Out 1. Output ini menutup kontak-kontak yang diasosiasikan dengan
Out 1 sehingga mempertahankan output, bahkan setelah input 1 membuka. Ketika input 2
menutup, relay internal IR 1 diaktifkan sehingga membuka kontak-kontak IR1, yang normal-
tertutup. Dengan demikian, output dari Out 1 terhenti dan oleh karenanya output ini tidak lagi
terkunci. Gambar 5.6 menampilkan Gmabra 5.5 dalam notasi-notasi (a) Mitsubishi, (b)
Siemens, (c) Telemecanique.
Gambar 5.6 (a) notasi Mitsubishi, (b) notasi Siemens, (c) notasi Telemecanique.
Perhatikan situasi di mana sebuah rangkaian latching dipakai sebuah mesin otomatis
yang dapat dinyalakan atau dimatikan dengan menekan sebuah saklar tombol tekan. Sebuah
rangkaian latching digunakan untuk menyambungkan dan memutuskan daya yang diberikan
ke mesin. Mesin tersebut memiliki beberapa output yang akan berada dalam kondisi hidup
jika daya disambungkan dan dalam kondisi mati jika diputuskan. Kita dapat merancang
sebuah diagram tangga yang menyertakan kontrol-kontrol yang dapat dikunci (latched) untuk
tiap-tiap output mesin. Akan tetapi, metode yang lebih sederhana adalah dnegan
menggunakan sebuah relay internal.
Gambar 5.7 memperlihatkan diagram tangga semacam itu. Anak tangga pertama
memiliki kunci (latch) yang mempertahankan relay internal IR 1 tetap aktif ketika saklar
mulai memberikan input seketika. Anak tangga kedua kemudian akan meyambungkan daya.
Anak tangga ketiga akan mengaktifkan dan menghasilkan output dari Out 2 jika kontak-
kontak input 2 menutup. Anak tangga keempat juga akan mengaktifkan dan menghasilkan
output dari Out 3 apabila kontak-kontak input 3 menutup. Oleh karena itu, semua output akan
terhenti apabila saklar berhenti dibuka. Dengan demikian, semua output dikunci oleh IR 1.
Gambar 5.7 Menyalakan banyak output.

Anda mungkin juga menyukai