Anda di halaman 1dari 26

A.

Latar Belakang Masalah

Permukaan bumi tempat hidup berbagai makhluk hidup. Menurut ilmu lingkungan,
permukaan bumi adalah ekosistem yang sangant luas dan dapat dibedakan atas sejumlah
ekosistem yang lebih kecil. Di dalam ekosistem terdapat interaksi antar makhluk hidup dengan
alam lingkunagnnya. Ilmu yang mempelajari hubungan-hubungan interaksi tersebut dikenal
dengan istilah ekologi.

Istilah ekologi pada awalnyadiperkenalkan oleh salah seorang ahli biologi jerman, yang bernama
Ernest Haekel, ekologi berasal dari kata oikos yang artinya rumah tangga dan logos yang berarti
pengetahuan, jadi ekologi adalah ilmu pengetahuan mengenai hubungan timbal balik yang
dinamis antara makhluk hidup dengan rumah tangga atau lingkungannya.

Di dalam ekosistem terdapat unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi


diantaranya adalah manusia, unsur alam hayati, unsur alam nom hayati dan sumber daya buatan.

BAB II

KAJIAN PUSAKA

A. Fenomena Fisik (Lingkungan Alam)

Terdapat lima konsep dasar yang dapat membantu menjelaskan bagaimana interaksi dan
pengaruh dari proses-proses fisik di permukaan bumi. Konsep-konsep tersebut dikenal sebagai
sistem, batas, daya, keseimbangan alam, dan keadaan permukaan bumi. Yang dimaksud dengan
sistem disini adalah sekumpulan unsure-unsur yang berhubungan secara saling menguntungkan
sehingga mereka saling mempengaruhi sebagai suatu kesatuan secara keseluruhan. Misalnya
dalam siklus Hidrologi (sistem perputaran masa air dipermukaan bumi)

Beberapa wilayah keadaannya tinggi, rendah, datar bergelombang, berbukit-bukit dan


bergungung-gunung. Perbedaan permukaan bumi ini dinamakan relief muka bumi. Di daratan
relief muka bumi yang kita kenal antara lain sebagai dataran rendah, dataran tinggi, lembah,
lereng, bukit dan pegunungan. Sementara di dasar samudera kita mengenal antara lain paparan
benua, paparan laut, pegunungan laut dan lubuk laut.

Bentang alam di permukaan bumi ini dipengaruhi oleh empat unsure pokok yang saling
berkaitan. Keempat unsure tersebut adalah sebagai berikut:

1) Gejala litosfer, yaitu kekuatan yang ditimbulkan oleh pembentukan tinggi rendahnya
permukaan bumi seperti dataran, perbukitan, daerah bergelombang dan lembah sungai berteras.

2) Gejala atmosfer yaitu kekuatan yang ditimbulkan oleh udara yang menyelubungi permukaan
bumi, suhu udara, kecepatan angina, curah hujan dan iklim.

3) Gejala Hidrosfer adalah kekuatan yang ditimbulkan oleh mata air yang ada dipermukaan bumi
seperti sungai dengan cabang-cabangnya, danau-danau, dan lautan.

4) Gejala Biosfer adalah kekuatan yang ditimbulkan oleh makhluk hidup berupa Flora, Fauna,
dan Manusia

Bentukan-Bentukan di daratan maupun di dasar lautan disebabkan oleh tenaga pembentukkan


permukaan bumi yang dikenal sebagai tenaga geologi. Tenaga geologi ini ada yang bersal dari
dalam bumi yang disebut dengan Proses endogenik dan tenaga yang berasal dari Luar bumi
disebut Proses Eksogenik. Proses-proses endogenik yang berupa gerakan antara lain dibedakan
antara vulkanisme, tektonisme dan gempa.

1) Proses Endogenik

Proses endogenik merupakan proses pembentukan bentang alam yang disebabkan tenaga dari
dalam kulit bumi. Tenaga endogenik dengan arah vertikal mengakibatkan tonjolan permukaan
bumi berupa kubah, sedangkan tenaga endogenik yang arahnya lateral atau horizontal
mengakibatkan lipatan-lipatan di bumi, retakan-retakan bahkan patahan.

a. Vulkanisme

Vulkanisme yaitu proses naik dan munculnya magma ke permukaan bumi. Proses terjadinya
vulkanisme dipengaruhi oleh aktivitas magma yang menyusup ke lithosfer. Jika magma hanya
menyusup sebatas kulit bumi bagian dalam atau tidak sampai keluar dinamakan intrusi magma.
Sedangkan penyusupan magma sampai keluar permukaan bumi disebut ekstrusi magma. Dalam
proses ini terjadi pendinginan magma yang akan membentuk batuan

Magma adalah bahan silikat pijar dalam wujud padatan, cairan dan gas, yang berada di dalam
kerak bumi. Erupsi adalah suatu prose keluarnya magma ke permukaan Bumi, baik retakan-
retakan pada badan Gunung api ataupun dengan cara mendesak tubuh gunung api, sehingga
menghancurkan sebagian badan gunung api tersebut.

b. Tektonisme

Tektonisme adalah perubahan letak atau kedudukan lapisan kulit bumi secara horizontal maupun
vertical. Berdasarkan kecepatan gerak dan luas daerah, tektonisme dibedakan atas epirogenesa
dan orogenesa.

c. Gempa

Gempa adalah getaran yang dirasakan di permukaan bumi yang berasal dari dalam lapisan bumi.
Pusat gempa di dalam bumi disebut Hiposentrum sedangkan pusat gempa di permukaan bumi
tepat di atas hiposentrum disebut Episentrum. Gempa dapat digolongkan menjadi bermacam-
macam, yaitu menurut terjadinya, menurut dalamnya hiposentrum dan menurut Intensitasnya.
Menurut terjadinya gempa dapat dibagi tiga yaitu :

1) Gempa Tektonik, adalah gempa yang disebabkan oleh adanya dislokasi atau pergeseran
lapisan batuan yang panjang di Bumi.

2) Gempa Vulkanik adalah gempa yang terjadi karena letusan gunung berapi

3) Gempa Runtuhan (guguran) adalah gempa yang di sebakan dengan runtuhnya tanah atau
dinding gua. Gempa ini biasanya terjadi pada daerah pertambangan.
Berdasarkan letak episentrumnya, gempa dapat dibedakan menjadi gempa daratan (episentrum
terletak di darat) dan gempa lautan (episentrum terletak di laut). Seismograf merupakan alat
pencatat getaran gempa. Ada dua macam seismograf yaitu seismograf Horizontal dan Seismograf
Vertikal. Seismograf Horozontal adalah seismograf yang mencatat getaran gelombang seismic
dengan arah mendatar. Seismograf Vertikal adalah seismograf yang mencatat getaran gelombang
seismic dengan arah tegak (vertikal). Skala Richter lebih dikenal secara umum untuk
menentukan kekuatan suatu gempa.

2) Proses Eksogenik

Tenaga geologi lainnya yang mengakibatkan bentukan-bentukaan alam di permukaam bumi


adalah proses eksogenik (tenaga asal luar permukaan bumi). Secara umum proses eksogenik ini
dapat dikelompokkan menjadi :

a. Pelapukan

Pelapukan adalah proses penghancuran massa bantuan baik secara fisika, kimiawi dan biologis.
Dilihat dari prosesnya pelapukkan di kelompokkan atas :

1. Pelapukan mekanik yaitu suatu proses pelapukan batuan tanpa mengubah struktur kimiawi
batuan tersebut, tetapi merupakan penghancuran bongkah bagian-bagian yang lebih kecil

2. Pembekuan air menjadi kristal-kristal es pada celah batuan

3. Pelapukan biologis adalah proses pelapukan akibat kegiatan organisme atau makhluk hidup.

4. Pelapukan kimiawi atau dekomposisi adalah proses pelapukan massa batuan disertai
perubahan struktur kimiawi batuan yang terlapukan

b. Erosi

Erosi adalah suatu proses pelepasan dan pemindahan massa batuan (termasuk tanah) secara
alamiah dari suatu tempat ke tempat lainnya oleh zat pengangkut yang bergerak dipermukaan
bumi. Dari pengertian itu ada tiga proses utama dalam erosi yaitu :
1) Pelepasan massa batuan atau tanah dari induknya sering disebut dengan pengikisan

2) Proses pengangkutan massa batuan atau tanah hasil pengikisan di suatu tempat disebut
pengendapan atau sedimentasi

Berdasarkan kecapatan proses erosi dibedakan atas erosi geologi dan erosi yang dipercepat (erosi
tanah). Erosi geologi adalah suatu bentuk erosi dimana proses penghancuran tanah relatif
seimbang dengan proses pembentukkannya. Berdasarkan zat pelarutnya, erosi dapat dibagi
menjadi :

1) Erosi Air

Pelaku proses pengikisan dalam hal ini adalah air yang mengalir, baik di dalam tanah (ir tanah),
di sungai-sungai, ataupun air yang mengalir dipermukaan tanah setelah terjadi hujan. Erosi air
terbagi atas :

a) Erosi Percikan

Erosi percikan yaitu proses pengikisan tanah yang terjadi akibat percikan air hujan yang
membentuk tanah.

b) Erosi Lembar

Pada erosi ini lapisan tanah yang paling atas hilang terkikis, sehingga kesuburan tanah di daerah
ini sangat berkurang

c) Erosi Alur

Ciri-ciri yang diamati sebagai tanda terjadinya proses erosi alur antara lain : pengikisan yang
membentuk alur-alur yang amat jelas serta bentuk alur relatif lurus di daerah-daerah berlereng
dan berkelok-kelok

d) Erosi Parit
Tingkat erosi yang paling tinggi yang disebabkan oleh air adalah erosi parit. Ciri-cirinya adalah
pada lereng-lereng yang terkena proses ini akan terbentuk parit-parit yang cukup dalam yang
berbentuk seperti huruf U atau V

2) Erosi angin

Proses pengikisan batuan atau tanah oleh angin disebut deflasi. Erosi angin terjadi di daerah-
daerah Gurun. Angin kencang yang banyak mengandung kerikil dan pasir, jika melintas
bongkahan-bongkahan batuan tersebut seolah-olah digosok dan dipoles oleh kerikil dan pasir
yang terkandung dalam angina, sehingga sedikit demi sedikit batuan tersebut terkikis.

3) Erosi Gletsyer

Erosi Gletser disebut erosi glacial. Gletsyer adalah massa es yang bergerak. Gletsyet terdapat di
daerah kutub-kutub dan pegunungan tinggi yang puncaknya selalu tertutup es seperti
pegunungan Himalaya dan Alpina

4) Erosi Oleh Air Laut

Proses erosi terjadi karena gelombang dan arus laut dinamakan abrasi atau erosi air laut. Energi
gelombang laut yang bergerak kea rah pantai, maupun mengikis bahkan memecahkan batu-batu
karang yang ada di pantai

5) Masswasting

Masswasting adalah pemindahan massa batuan atau tanah berat. Proses terjadinya masswasting
hamper sama dengan proses erosi, yaitu melalui tahap pelepasan masa batuan atau tanah dari
batuan induknya, pemindahan batuan yang terkikis, dan pengendapan batuan tersebut di suatu
tempat (sedimentasi)

Pengertian Fenomena Sosial


Fenomena sosial adalah gejala-gejala atau peristiwa yang terjadi dan diamati dalam kehidupan
sosial. Fenomena sosial juga disebut sebagai gejala sosial. Seperti yang telah disebutkan di alinea
awal, bahwa fenomena atau gejala sosial dipengaruhi oleh bentuk-bentuk perubahan sosial.
Bentuk-bentuk tersebut tidak bisa dihilangkan, namun harus bisa diantisipasi.

Adapun penyebab dari fenomena sosial adalah sebagai berikut:

Faktor kultural: faktor ini merupakan nilai yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan
ataupun komunitas masyarakat.

Faktor struktural: faktor ini merupakan suatu keadaan yang mempengaruhi struktur yang
tersusun oleh suatu pola tertentu.

fenomena sosial pun juga terdiri atas beberapa macam, yaitu:

Ekonomi: Fenomena sosial ekonomi biasanya terjadi dalam bentuk masalah kemiskinan,
kependudukan, pengangguran, penghasilan, dan lain sebagainya.

Budaya: pertentangan antara dua budaya lokal yang berbeda, atau pertentangan budaya lokal dan
internasional adalah bentuk dari fenomena sosial ini.

Lingkungan alam: fenomena sosial dalam lingkup lingkungan sosial bisa berupa penyakit
ataupun bencana alam.

Psikologis: gangguan jiwa merupakan salah satu bentuk dari jenis fenomena sosial ini.

Masalah-masalah sosial juga merupakan salah satu bentuk dari fenomena sosial. Sebuah masalah
dikatakan masalah sosial jika nilai-nilai sosial tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi.
Masalah sosial sendiri mempunyai dua bentuk, yaitu:
Disorganisasi sosial: kekurangan atau kegagalan suatu sistem sosial yang dapat membuat
individu dan kelompok yang mempunyai tujuan tidak tercapai tujuannya. Hal ini terjadi karena
empat sebab, yakni: kurang atau hancurnya saluran komunikasi, konflik nilai dan kepentingan
yang terjadi di masyarakat, lemahnya proses sosialisasi.

Penyimpangan tingkah laku dan tindakan: adalah masalah sosial yang disebabkan oleh perilaku
menyimpang yang dilakukan masyarakat.

Masalah-masalah tersebut perlu ditangani dengan sejumlah upaya mengatasi masalah sosial.

Contoh Fenomena Sosial

Di bawah ini ada beberapa contoh fenomena sosial yang terjadi di masyarakat, diantaranya:

1. Mudik

Fenomena ini terjadi setiap setahun sekali, terutama yang paling umum adalah saat momen hari
raya Idul Fitri. Fenomena sosial ini merupakan fenomena yang disebabkan oleh faktor kultural
atau budaya. Fenomena ini sendiri merupakan kegiatan pulang kampung dari kota atau tempat
perantauan menuju kampung halaman guna merayakan Idul Fitri. Tradisi ini dilakukan beberapa
hari sebelum hari raya Idul Fitri tiba. Biasanya masyarakat melakukan mudik dengan
menggunakan sejumlah alat transportasi yang ada, seperti kendaraan pribadi, bus, kereta api,
kapal laut, hingga pesawat terbang. Fenomena ini juga menghasilkan satu masalah yang selalu
terjadi sebelum dan setelah Idul Fitri, yakni kemacetan.

2. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk merupakan jumlah penduduk yang terlalu banyak di suatu wilayah.
Kepadatan ini biasanya terjadi di wilayah perkitaan. Penyebab terjadinya kepadatan penduduk
antara lain:

Ketersediaan lapangan kerja.

Tingginya angka kelahiran.

Kondisi alam

Pembangunan yang tidak rata.

Pola pikir orang desa yang masih menganggap bahwa kota adalah tempat meraih kesuksesan,
sehingga mereka pun memutuskan untuk melakukan urbanisasi.

Seperti yang disebutkan di atas, bahwa pola pikir masyarakat yang menganggap kota sebagai
tempat kesuksesan membuat mereka rela melakukan urbanisasi. Kegiatan urbanisasi tersebut
merupakan kegiatan perpindahan warga desa ke wilayah perkotaan. Tentu saja hal ini akan
menimbulkan kota menjadi penuh sesak dengan penduduk. Untuk mengatasi hal tersebut,
terdapat sejumlah cara mencegah urbanisasi, yaitu:

Pembangunan yang merata.

Mempermudah akses komunikasi dan transportasi.

Penyamarataan standar pendidikan di kota dan di desa.

Penyediaan fasilitas kesehatan yang memadai.

Pemerataan wilayah pemerintahan.

Menciptakan lapangan kerja di desa.


Memperbaiki fasilitas umum di desa yang terbengkalai.

Memberikan pemahaman kepada masyarakat desa mengenai kehidupan kota yang sesungguhnya.

Memprioritaskan pembangunan daerah yang membutuhkan.

Melakukan program pengembalian tenaga kerja dari kota ke desa asalnya.

3. Kriminalitas

Kriminalitas merupakan fenomena sosial yang bersifat negatif. Kriminalitas sendiri merupakan
tindak kejahatan yang melanggar norma dan hukum yang telah diterapkan serta bersifat
merugikan dan menimbulkan pertentangan dari masyarakat. Pelaku kriminal akan dijerat oleh
sanksi hukum pidana, hukum perdata, dan sanksi administratif.

Kriminalitas cenderung sering terjadi di perkotaan. Bentuknya bisa beragam. Mulai dari
pembunuhan, penculikan, hingga kejahatan asusila. Kriminalitas sendiri bukan terjadi tanpa
sebab. Sejumlah faktor mempengaruhi adanya kriminalitas, seperti endogen dan eksogen. Faktor
endogen merupakan faktor di dalam diri seseorang yang menyebabkannya melakukan tindak
kriminal, seperti niat, motivasi, ataupun rasa sakit hati. Faktor eksogen bisa berbentuk faktor
ekonomi, faktor lingkungan, dan juga adanya kesenjangan sosial.

Tindak kriminalitas akan menghasilkan sejumlah dampak masalah sosial, seperti:

Kerugian materi yang merugikan korban.

Trauma psikis yang dialami korban akibat kejahatan asusila.

Cacat tubuh atau hilangnya nyawa akibat tindak penganiyaaan atau pembunuhan.

4. Pencemaran Air
Fenomena sosial ini merupakan salah satu permasalahan lingkungan hidup di Indonesia.
Kebiasaan membuang sampah ke sungai, dan limbah pabrik dan rumah tangga yang mengaliri
sungai menjadi faktor-faktor penyebab terjadinya pencemaran ini. Tak hanya sungai, danau,
lautan, hingga air tanah pun juga ikut tercemar. Pencemaran air ternyata juga menjadi
permasalah di berbagai negara-negara dunia. Pencemaran air ini juga menjadi penyebab
kematian dan sumber beberapa penyakit, seperti diare, kanker, dan sebagainya. selain itu,
pencemaran air juga menimbulkan sejumlah akibat, seperti banjir, kekurangan sumber air, erosi,
longsor, merusak ekosistem air, dan mengakibatkan kerugian bagi para nelayan. Pengolahan
limbah, baik berupa sampah padat maupun limbah caor indutri dan rumahan menjadi solusi
utama untuk mengatasi salah satu fenomena sosial yang ada di Indonesia ini.

5. Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja merupakan suatu perbuatan yang melangar norma, hukum, dan etika yang
dilakukan oleh anak-anak berusia remaja. Kenakalan remaja meliputi semua tindakan yang
melanggar norma-norma yang ada dan menimbulkan kerugian bagi diri dan juga masyarakat.
Namun, yang paling umum terjadi adalah penyalahan narkoba, seks bebas, dan tawuran antar
pelajar.

Kenakalan-kenakalan tersebut bukannya tanpa sebab. Ada beberapa faktor yang mengakibatkan
seorang remaja melakukan tindakan yang tidak sepatutnya, yaitu:

Faktor Internal:

Krisis identitas
Pengendalian diri yang kurang kuat.

Faktor eksternal:

Keluarga, baik itu dalam bentuk perceraian antara Ayah dan Ibu, kekerasan orangtua kepada
anak, dan sebagainya.

Teman sebaya yang kurang baik.

Lingkungan yang kurang baik.

Sejumlah cara pun bisa digunakan agar para remaja menjalani masa remajanya dengan baik
tanpa melakukan kenakalan. Cara-cara tersebut antara lain:

Memberikan keteladanan yang baik bagi para remaja. Sebisa mungkin tokoh yang menjadi
teladan adalah tokoh yang sedari remaja berbuat baik, atau tokoh yang pernah berbuat salah
sewaktu remaja namun menyadari kesalahannya dan berubah menjadi lebih baik.

Kemauan keluarga untuk memperbaiki kondisi keluarga hingga kondisi keluarga bisa tercipta
secara harmonis.

Mendidik remaja supaya memilih lingkungan dan teman sebaya yang baik.

Remaja juga dididik untuk meiliki ketahanan diri yang kuat agar tidak mudah terpengaruh
lingkungan yang buruk.

6. Unjuk Rasa

Unjuk rasa atau yang disebut juga sebagai demonstrasi merupkan fenomena sosial yang berisi
gerakan protes sekelompok orang di hadapan umum. Protes biasanya berupa kritik, penolakan,
atau juga penekanan pada suatu kebijakan politik pemerintah. Unjuk rasa umumnya dilakukan
oleh mahasiswa ataupun para buruh. Di Indonesia, aksi unjuk rasa sudah menjadi hal yang lazim.
Hal ini terutama setelah era orde baru berakhir pada tahun 1998 lalu. Demonstrasi atau unjuk
rasa sering dianggap sebagai simbol kebebasan berekspresi di negeri ini. Unjuk rasa biasanya
terjadi di berbagai daerah. Dianatara sejumlah daerah tersebut, Jakarta-lah daerah atau kota yang
menjadi tempat dimana unjuk rasa sering digelar.

7. Aksis Solidaritas Saat Bencana Alam Tiba

Ini merupakan salah satu fenomena sosial yang positif di masyarakat, khususnya di Indonesia.
Setiap ada bencana alam yang menimpa di suatu wilayah, para masyarakat Indonesia dengan
sukarela membantu para korban, baik secara langsung maupun tidak. Secara langsung, para
masyarakat biasanya ikut bergabung menjadi relawan yang datang dan membantu langsung para
korban bencana di lokasi. Bantuan langsung biasanya dilakukan dengan menyumbangkan uang
ataupun logistik ke sejumlah LSM ataupun media yang membuka dompet amal peduli bencana
alam. Selain itu, sejumlah kegiatan pun turut dilakukan untuk membantu korban bencana alam
secara tidak langsung, seperti doa bersaa, konser amal, meminta sumbangan, dan sebagainya

Unsur-Unsur Kebudayaan

| Mempelajari unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah kebudayaan sangat penting untuk
memahami kebudayaan manusia. Kluckhon dalam bukunya yang berjudul Universal Categories
of Culture membagi kebudayaan yang ditemukan pada semua bangsa di dunia dari sistem
kebudayaan yang sederhana seperti masyarakat pedesaan hingga sistem kebudayaan yang
kompleks seperti masyarakat perkotaan. Kluckhon membagi sistem kebudayaan menjadi tujuh
unsur kebudayaan universal atau disebut dengan kultural universal. Menurut Koentjaraningrat,
istilah universal menunjukkan bahwa unsur-unsur kebudayaan bersifat universal dan dapat
ditemukan di dalam kebudayaan semua bangsa yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Ketujuh
unsur kebudayaan tersebut adalah :
1. Sistem Bahasa

Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi
atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai bahasa disebut
dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing, kemampuan manusia dalam membangun
tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara
simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa.
Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia.

Menurut Koentjaraningrat, unsur bahasa atau sistem perlambangan manusia secara lisan maupun
tertulis untuk berkomunikasi adalah deskripsi tentang ciri-ciri terpenting dari bahasa yang
diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan beserta variasivariasi dari bahasa itu. Ciri-ciri
menonjol dari bahasa suku bangsa tersebut dapat diuraikan dengan cara membandingkannya
dalam klasifikasi bahasa-bahasa sedunia pada rumpun, subrumpun, keluarga dan subkeluarga.
Menurut Koentjaraningrat menentukan batas daerah penyebaran suatu bahasa tidak mudah
karena daerah perbatasan tempat tinggal individu merupakan tempat yang sangat intensif dalam
berinteraksi sehingga proses saling memengaruhi perkembangan bahasa sering terjadi.

2. Sistem Pengetahuan

Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup dan
teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide manusia. Sistem
pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup pengetahuan manusia tentang berbagai
unsur yang digunakan dalam kehidupannya
Masyarakat pedesaan yang hidup dari bertani akan memiliki sistem kalender pertanian
tradisional yang disebut system pranatamangsa yang sejak dahulu telah digunakan oleh nenek
moyang untuk menjalankan aktivitas pertaniannya. Menurut Marsono, pranatamangsa dalam
masyarakat Jawa sudah digunakan sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu. Sistem pranatamangsa
digunakan untuk menentukan kaitan antara tingkat curah hujan dengan kemarau. Melalui sistem
ini para petani akan mengetahui kapan saat mulai mengolah tanah, saat menanam, dan saat
memanen hasil pertaniannya karena semua aktivitas pertaniannya didasarkan pada siklus
peristiwa alam. Sedangkan Masyarakat daerah pesisir pantai yang bekerja sebagai nelayan
menggantungkan hidupnya dari laut sehingga mereka harus mengetahui kondisi laut untuk
menentukan saat yang baik untuk menangkap ikan di laut. Pengetahuan tentang kondisi laut
tersebut diperoleh melalui tanda-tanda atau letak gugusan bintang di langit

Banyak suku bangsa yang tidak dapat bertahan hidup apabila mereka tidak mengetahui dengan
teliti pada musim-musim apa berbagai jenis ikan pindah ke hulu sungai. Selain itu, manusia tidak
dapat membuat alat-alat apabila tidak mengetahui dengan teliti ciriciri bahan mentah yang
mereka pakai untuk membuat alat-alat tersebut. Tiap kebudayaan selalu mempunyai suatu
himpunan pengetahuan tentang alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, benda, dan manusia yang ada
di sekitarnya. Menurut Koentjaraningrat, setiap suku bangsa di dunia memiliki pengetahuan
mengenai, antara lain:

a. alam sekitarnya;

b. tumbuhan yang tumbuh di sekitar daerah tempat tinggalnya;

c. binatang yang hidup di daerah tempat tinggalnya;

d zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya;

e. tubuh manusia;

f. sifat-sifat dan tingkah laku manusia;


g. ruang dan waktu.

3. Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial

Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi social merupakan usaha antropologi
untuk memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok sosial.
Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan
aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup dan
bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu
keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke dalam
tingkatantingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi social dalam kehidupannya.

Kekerabatan berkaitan dengan pengertian tentang perkawinan dalam suatu masyarakat karena
perkawinan merupakan inti atau dasar pembentukan suatu komunitas atau organisasi sosial.

4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi

Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu
membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam memahami
kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat berupa benda-
benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih
sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan
hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik.

5. Sistem Ekonomi/Mata Pencaharian Hidup


Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian penting
etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana cara mata
pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya. Sistem ekonomi pada masyarakat tradisional, antara lain

a. berburu dan meramu;

b. beternak;

c. bercocok tanam di ladang;

d. menangkap ikan;

e. bercocok tanam menetap dengan sistem irigasi.

Pada saat ini hanya sedikit sistem mata pencaharian atau ekonomi suatu masyarakat yang
berbasiskan pada sektor pertanian. Artinya, pengelolaan sumber daya alam secara langsung
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam sektor pertanian hanya bisa ditemukan di
daerah pedesaan yang relatif belum terpengaruh oleh arus modernisasi.

Pada saat ini pekerjaan sebagai karyawan kantor menjadi sumber penghasilan utama dalam
mencari nafkah. Setelah berkembangnya sistem industri mengubah pola hidup manusia untuk
tidak mengandalkan mata pencaharian hidupnya dari subsistensi hasil produksi pertaniannya. Di
dalam masyarakat industri, seseorang mengandalkan pendidikan dan keterampilannya dalam
mencari pekerjaan.

6. Sistem Religi
Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat
adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau
supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu melakukan
berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan
supranatural tersebut.

Dalam usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab lahirnya asal
mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi suku-suku bangsa di luar Eropa
adalah sisa dari bentuk-bentuk religi kuno yang dianut oleh seluruh umat manusia pada zaman
dahulu ketika kebudayaan

mereka masih primitif.

7. Kesenian

Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai aktivitas
kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut
berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran, dan
hiasan. Penulisan etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih mengarah
pada teknikteknik dan proses pembuatan benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi awal
tersebut juga meneliti perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu
masyarakat.

Berdasarkan jenisnya, seni rupa terdiri atas seni patung, seni relief, seni ukir, seni lukis, dan seni
rias. Seni musik terdiri atas seni vokal dan instrumental, sedangkan seni sastra terdiri atas prosa
dan puisi. Selain itu, terdapat seni gerak dan seni tari, yakni seni yang dapat ditangkap melalui
indera pendengaran maupun penglihatan. Jenis seni tradisional adalah wayang, ketoprak, tari,
ludruk, dan lenong. Sedangkan seni modern adalah film, lagu, dan koreografi.
Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perubahan Kebudayaan

Seiring dengan perkembangan zaman, kebudayaan suatu bangsa pun akan mengalami
perkembangan dan perubahan. Dimulai dari kebudayaan tradisional, kebudayaan peralihan,
hingga kebudayaan modern. Perubahan kebudayaan merupakan suatu kejadian yang terjadi
dalam kehidupan di dunia ini. Pengertian perubahan kebudayaan sendiri adalah

adanya ketidak sesuaian di antara unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda, sehingga
terjadilah keadaan yang tidak sesuai dengan fungsinya bagi kehidupan.

Perubahan kebudayaan yang terjadi dalam suatu bangsa tidak luput dari faktor-faktor yang
mempengaruhi. Menurut Soerjono Soekanto faktor-faktor tersebut terbagi menjadi 2, yaitu faktor
intern dan faktor ekstern.

Faktor intern merupakan faktor yang berasal dari masyarakat itu sendiri yang menyebabkan
perubahan kebudayaan, yang diantaranya:

Perubahan penduduk, seperti: Kelahiran, Kematian, dan Migrasi.

Adanya penemuan baru, seperti: Adanya ide atau alat baru yang sebelumnya belum pernah ada
(Discovery), Penyempurnaan penemuan baru (Invention), dan Proses pembaharuan atau
melengkapi atau mengganti yang telah ada (Innovation).

Konflik yang terjadi di dalam masyarakat. Konflik dapat merubah kepribadian orang-orang yang
terlibat di dalamnya, misalnya menjadi pendiam, murung, tidak mau bergaul, atau bahkan
berusaha memperbaiki keadaan tersebut supaya menjadi lebih baik.

Pemberontakan atau revolusi. Hal ini menyebabkan perubahan pada struktur pemerintahan pada
suatu negara.

Faktor ekstern merupakan faktor yang berasal dari luar masyarakat melalui interaksi sosial
yang mendorong terjadinya suatu perubahan kebudayaan, yang diantaranya:

Peperangan. Hal ini dapat menyebabkan perubahan yang mendasar pada suatu negara baik
seluruh wujud budaya (sistem budaya, sistem sosial, dan unsur-unsur budaya fisik) maupun
seluruh unsur budaya (sistem pengetahuan, teknologi, ekonomi, bahasa, kesenian, sistem religi,
dan kemasyarakatan). Biasanya akibat ini lebih berpengaruh kepada negara yang kalah.

Perubahan alam. Pada zaman sekarang sebagian besar hal ini disebabkan oleh tindakan manusia
sendiri yang menyebabkan kerusakan alam, seperti mebuang sampah sembarangan, penebangan
liar, pembangunan terus menerus di lahan pertanian, dan masih banyak lagi. Hal ini dapat
merugikan manusia sendiri seperti kehilangan keluarga, tempat tinggal, harta benda, dan sarana
umum lainnya.

Pengaruh budaya lain, seperti: Penyebaran kebudayaan (Difusi), Pembauran antar budaya yang
masih terlihat masing-masing sifat khasnya (Akulturasi), dan Pembauran antar budaya yang
menghasilkan budaya yang baru tanpa terlihat budaya yang lama sama sekali (Asimilasi).

Kemajemukan masyarakat Indonesia

Kemajemukan masyarakat adalah perbedaan warga masyarakat ke dalam kelompok-


kelompok secara horizontal, masyarakat majemuk sering disebut masyarakat pluralistik atau
diferensiasi sosial. Konsep masyarakat ini sangat penting untuk memahami karakter dan
dinamika masyarakat Indonesia. Adanya perbedaan-perbedaan itu akan mempengaruhi
kesetabilan masyarakat atau bangsa Indonesia.Perbedaan ras dan etnis merupakan faktor yang
dominan dalam membentuk kemajemukan sosial budaya masyarakat. Disamping itu terdapat
faktor yang lain yaitu faktor agama/kepercayaan.Karena faktor ras dan etnis sangat dominan
pengaruhnya terhadap masyarakat, maka masyarakat yang majemuk sering disebut “masyarakat
multi ras” atau “multi etnis”.

Terbentuknya kemajemukan masyarakat Indonesia karena :

Kondisi wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia yang terdiri kurang lebih ± 17.058 buah
pulau besar dan kecil berkembang melahirkan keragaman budaya.

Letak wilayah Indonesia yang strategis pada posisi silang sehingga memungkinkan terjadi
kontak dengan bangsa-bangsa lain. Akibat pertemuan dengan pendatang menyebabkan tercipta
proses asimilasi melalui perkawinan campuran (amalgamasi) sehingga terbentuk ras dan etnis.
Perbedaan iklim dan topografi diantara daerah satu dengan daerah lainnya mengakibatkan
terbentuknya aneka budaya kelompok masyarakat.

Beberapa bentuk kemajemukan masyarakat Indonesia

Kemajemukan masyarakat Indonesia disebabkan oleh bebarapa hal yang dapat dilihat antara lain
berdasarkan Ras, Etnis dan Agama ;

1. Berdasarkan Ras

Ras adalah segolongan manusia yang mempunyai persamaan dalam cirri-ciri fisik dan sifat-
sifatnya yang diwariskan secara turun temurun. Perbedaan fisik (tubuh) yang menonjol adalah
warna kulit, bentuk dan warna rambut, bentuk hidung dan mata. Adanya perbedaan ras ini sering
timbul masalah “Streotipe” dan “diskriminasi”. Streotipe adalah pikiran berprasangka yang
didasarkan pada kesan umum yang dipercayai tentang sifat-sifat dan krakter suatu kelompok ras
tertentu. Pikiran streotipe ini akan mengarahkan sikap diskriminatif terhadap ras lain. Misalnya
politik “Aparthied” di Afrika Selatan membatasi secara hukum dan politik warga Negara kulit
hitam oleh kelompok minoritas kulit putih.

Nenek moyang bangsa Indonesia merupakan campuran penduduk asli dengan bangsa asing
(pendatang), yaitu :

a. Bangsa Melayu Mongoloid (Austronesia)

Bangsa Melayu Mongoloid (Austronesia) yang menempati wilayah barat kepulauan Indonesia
Austronesia memiliki ciri kulit ke kuning-kuningan (sawo matang), rambut ikal/lurus dan muka
agak bulat, melayu Mongoloid dibendakan mejadi :

1)Melayu tua (Proto Melayu) seperti suku Batak. Toraja dan Dayak;

2)Melayu Muda (Deutro Melayu) seperti : suku Jawa, Madura, Bal, Banjar dan Bugis.
b. Bangsa Papua Melanesoid

Bangsa Papua Melanesoid, menetap diwilayah kepulauan Indonesia Timur memiliki ciri-ciri :
kulit hitam, rambut sangat keriting dan bibir tebal Contoh : suku Asmat, dan suku Dani di Papua
(Irian Barat);

c. Bangsa Vedoid (Wedoid) yang berasal dari Srilangka dengan ciri-ciri: kulit sawo matang,
rambut ikal, tubuh kecil. Contoh suku Mentawai (di pulau Mentawai), Suku Kubu (Jambi), Suku
Sakai (di pulau Siak).

2. Berdasarkan Suku Bangsa

Suku bangsa adalah penggolongan manusia berdasarkan tempat asal, asal-usul (nenek moyang)
dan kebudayaan yang sama. Akibat kemajuan di bidang teknologi transfortasi dan perkawinan
campuran (Amalgamasi) dan tempat asal dan asal-usul sudah kabur. Oleh karena itu sebagai
penggolongan suku bangsa yang dominan adalah kesamaan “kebudayaan”.

Menurut Koentjaraningrat, suku bangsa adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh
kesadaran akan kesatuan “kebudayaan”. Kesadaran dan identitas sering dikuatkan oleh kesatuan
“bahasa”.

Suku bangsa yang tersebar di seluruh wilayah Nusantara berjumlah 316 suku bangsa
mempengaruhi keragaman budaya bangsa Indonesia. Misalnya terlihat dalam system
kekerabatan. Masing-masing suku bangsa menganut klem (garis keturunan). Yang secara ringkas
terbagi menjadi suku-suku sebagai berikut :

a.Marga (Batak) : Marpaung, Lubis, Sihotang, Sianturi, Manurung dll

b.Suku (Minang) : Cianago, Koto, Tanjung, Piliang, Sikumbang, dll

c.Fam (minahasa): Supit, Lasut, Manadagi, Paat, Lengka, dll


d.Fam (Maluku) : Manuhutu, Guslaw, Pattinasarani, Marantika, dll

e.Fam (Flores) : Leimena, Parera, Fernandes, Wangge, dll

3. Berdasarkan Agama

Agama adalah kepercayaan, kepada alam gaib yang telah dituntun oleh kitab suci. Masyarakat
kita telah mengenal berbagai kepercayaan kepada alam gaib tanpa dituntun kitab suci, misalnya:

a.Animisme, kepercayaan kepada roh-roh nenek moyang dan roh lainnya dari makhluk dan
benda alam;

b.Dinamisme, kepercayaan kepada semua benda hidup maupun mati yang dianggap mempunyai
kekuatan gaib dan luar biasa.

Kemajemukan masyarakat Indonesia bedasarkan agama terdiri atas lima agama yaitu islam,
Kristen, Khatholik, Budha dan Hindu. Perbedaan agama terwujud dalam kenyataan sosial terdiri
atas orang-orang yang menganut agama tertentu, yang termasuk dalam suatu golongan
(komunitas) yang disebut “umat” sehingga dalam kehidupan sehari-hari sering disebut umat
Islam, umat

Kristen, umat Katholik, umat Budha, dan umat Hindu. Yang menunjukan adanya kemajemukan
agama dalam kehidupan masyarakat.

Agama merupakan salah satu dasar ikatan sosial yang berbeda dengan dasar ikatan sosial
lainnya, aktivitas sosial yang penghayatannya bersifat sangat pribadi. Karenanya cenderung
berkaitan dengan kepekaan emosional (perasaan). Agama merupakan hal yang sensitive sehingga
mudah mengundang konflik horizontal yang berarti dapat menghambat proses integrasi sosial
dalam masyarakat.
Pengaruh Kemajemukan Masyarakat Indonesia

Kemajemukan Masyarakat Indonesia sangat berpengaruh dalam berbagai sendi dan bidang
kehidupan bangsa Indonesia. Hal-hal yang dapat terpengaruh dengan kemajemukan ini adalah
sebagai berikut :

1. Konflik Sosial

Dalam proses perjalanan sejarah telah memperlihatkan bahwa bangsa Indonesia yang majemuk
sering menghadapi masalah dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan, bahkan dapat mengarah
pada disintegrasi bangsa.

Masalah yang sangat peka dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia adalah masalah SARA
(Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan). Disamping sering menimbulkan pertikaian antara
individu dengan individu, individu dengan kelompok.

Penyebab timbulnya konflik ini antara lain :

a. Perbedaan pendirian dan perasaan antar individu

b. Perbedaan kepentingan antar individu maupun kelompok seperti kepentingan ekonomi dan
politik

c. Perbedaan kebudayaan, ini berkaitan dengan tata nilai.

d. Perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat yang dapat mengganggu keseimbangan
sistem sosial.

Sifat-sifat Konflik

a.Konflik tertutup adalah konflik yang terjadi secara psikologi/perang urat syaraf,

b.Konflik terbuka adalah konflik yang wujudnya bentrokan fisik, setidaknya perang mulut.

Bentuk-bentuk konflik
Konflik pribadi, terjadi antar individu; Konflik rasial, adanya perbedaan-perbedaan dalam diri
mereka; Konflik antar kelas-kelas sosial, adanya perbedaan kepentingan misalnya: konflik antar
buruh dengan majikan; konflik politik, menyangkut golongan-golongan dalam masyarakat
maupun antara Negara-negara yang berdaulat; Konflik Internasional, akibat perbedaan
kepentingan antar Negara yang berdaulat.

Akibat-akibat konflik

Konflik yang terjadi dapat berakibat dua hal yaitu akibat positif dan akibat negatif. Sebagai
berikut b:

a. Akibat Positif

1)Bertambahnya solidaritas in-group, merasa senasib sepenanggungan,

2)Perubahan kepribadian para individu, sadar akan kekurangan dirinya.

3)Dapat menyelesaikan suatu masalah, kemerdekaan diselesaikan dengan peperangan.

b. Akibat Negatif

1)Goyah dan retaknya persatuan kelompok

2)Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia

3)Perubahan kepribadian yang tidak menyenangkan, merasa cemas, trauma.

2. Integrasi Sosial

Integrasi adalah penyatuan secara terencana dari bagian-bagian yang berbeda menjadi satu
kesatuan yang serasi. Sedangkan integrasi sosial berarti membuat masyarakat menjadi suatu
keseluruhan yang bulat. Agar proses integrasi dapat berjalan dengan baik dan normal perlu
memperhatikan factor-faktor sosial yang mempengaruhi kehidupan masyarakat bersangkutan.
Adapun faktor-faktor sosial mencakup : tujuan masyarakat, system sosial, system tindakan dan
system sanksi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi integrasi sosial antara lain :

a.Homo genitas kelompok

b.Besar kecilnya kelompok

c.Perpindahan fisik

d.Efisiensi dan komunikasi

Fase-fase Integrasi Sosial

Integrasi sosial dapat tercipta melalui tahapan sebagai berikut :

a.Akomodasi, adalah proses meredakan konflik untuk mencapai kesetabilan sosial;

b.Kerjasama, dapat terjadi karena masing-masing pihak menyadari mempunyai kepentingan


yang sama

c.Koordinasi, diperlukan untuk menyempurnakan bentuk kerjasama yang telah terjalin

d.Asimilasi, individu-individu mengindentifikasikan dirinya dengan kepentingan dan tujuan


kelompok. Mereka akan melebur menjadi satu kelompok.

DAFTAR PUSTAKA:

Dwi Susilo. (2008). Jakarta:PT. Rajagafindo Persada. Sosiologi Lingkugan.

Winarno,S.Pd.,M.Si. (2008). Dasar.Jakarta:Bumi Aksara. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.

Anda mungkin juga menyukai