Anda di halaman 1dari 12

3

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Dinamometer


Dinamometer adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengukur torsi (torque)
dan daya (power) yang diproduksi oleh suatu mesin motor atau penggerak berputar
lain.

Gambar 2.1 Skema Dinamometer (Martyr & Plint, 2007)

Gambar 2.1 menunjukkan skema dinamometer. Bagian-bagian dari dinamometer


antara lain:
a. Engine under test, yaitu mesin yang akan diuji unjuk kerjanya.
b. Coupling, yaitu suatu sambungan antara mesin dan poros dinamometer.
c. Tachometer untuk mengukur kecepatan putaran mesin.
d. Rotor, suatu komponen berputar yang akan menyerap daya dari mesin dan
dikopel pada mesin uji.
e. Housing, bagian luar dinamometer yang akan ikut bergerak karena putaran
rotor. Housing harus dikondisikan dalam keadaan bebas bergerak.
f. Torque arm, yaitu lengan torsi yang dihubungkan pada housing.
g. Scales, yaitu neraca yang digunakan untuk menunjukkan skala pembebanan
untuk menghitung torsi.
h. Trunnion, yaitu bearing agar housing dapat dalam kondisi bebas bergerak.

3
4

Terdapat beberapa jenis dinamometer, seperti dinamometer normal ((absorber).


Prinsip kerja dinamometer ini menyerap daya yang diukur kemudian dapat dilakukan
pengukuran torsi dan daya.. Jenis lain adalah dinamometer penggerak yang prinsip
kerjanya adalah dinamometer memutar suatu alat yang penggerak dapat berupa
motor atau generator. Dinamometer
Dinamometer dapat digunakan sebagai bagian dari pengujian
untuk berbagai aktivitas pengembangan mesin seperti kalibrasi pengontrol
manajemen mesin,, pengembangan sistem pembakaran dsb.

2.2 Prinsip Kerja Dinamometer


Meskipun terdapat banyak tipe dinamometer, tetapi pada prinsipnya semua
dinamometer bekerja seperti dilukiskan dalam Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Prinsip kerja Dinamometer


Keterangan :
r : Jari-jari
jari rotor (m)
W : Beban pengimbang (Kg)
f : Gaya kopel (N)
L : Panjang lengan pengimbang (m)

Prinsip kerjanya adalah saat rotor


rotor A diputarkan oleh sumber daya motor
yang diuji, dengan stator dalam keadaan setimbang. Bila dalam
dalam keadaan diam
maka ditambahkan sebuah beban pengimbang W yang dipasangkan pada lengan C
dan diengselkan pada stator B. Karena gesekan yang timbul, maka gaya yang
terjadi di dalam stator diukur dengan timbangan D dan penunjukannya merupakan
beban atau muatan dinamometer. Dalam satu poros, keliling rotor bergerak
sepanjang 2.π.r melawan gaya kopel
kope f. Jadi tiap putaran adalah 2.π.r.f
5

Momen luar yang dihasilkan dari pembacaan D dan lengan L harus


setimbang dengan momen putar yaitu r x f , maka r x f = D x L. Jika
motor berputar dengan n putaran tiap menit, maka kerja per menit harus sama
dengan 2.π.D.L.n , harga ini merupakan suatu daya, karena menurut definisi daya
dibatasi oleh waktu, kecepatan putar dan kerja yang terjadi.

2.3 Jenis-Jenis Dinamometer


Berikut ini beberapa jenis dinamometer, antara lain:
a. Frictional (Prony Break) Dynamometer
Poros memutar piringan (disc) dan sebuah rem menekan menghasilkan
gesekan pada lapisan luar piringan yang mengurangi putaran. Gaya pada
pengereman sama dan berlawanan dengan gaya pada piringan. Skema
frictional dynamometer dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.2 Frictional Dynamometer (Gitano-Briggs, 2008)

b. Hydraulic Dynamometer
Poros menggerakkan impeller pada pompa, fluida yang bekerja dipompa
melalui jalur hidrolik masuk katub throttle. Gaya tarik hidrolik membebani
gerakan pada impeller. Katub throttle harus disesuaikan dengan
memvariasikan beban mekanik. Dinamometer jenis hidrolik biasanya
memiliki kerapatan daya yang tinggi. Skema hydraulic dynamometer dapat
dilihat pada Gambar 2.4.
6

Gambar 2.4 Hydraulic Dynamometer (Gitano-Briggs, 2008)

c. Generator type Dynamometer


Poros memutar rotor dari generator dan beban listrik menggunakan hasil
keluaran dari generator. Kekuatan elektromagnetik menolak gerakan rotasi
rotor. Beban keluaran untuk dynamometer biasanya berupa pemanas udara
atau air dingin. Umumnya gulungan medan arus dikontrol untuk
memvariasikan beban mekanik. Skema generator type dynamometer dapat
dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.3 Generator type Dynamometer (Gitano-Briggs, 2008)


7

d. Eddy Current Dynamometer


Poros memutar sebuah piringan (disc) yang terletak didalam rumah (housing)
yang berisi kumparan elektro-magnet yang besar. Ketika arus melewati
kumparan akan menghasilkan medan magnet yang kuat di piringan, hal ini
juga akan menghasilkan arus yang berputar di piringan yang berlawanan
dengan putaran piringan, menghasilkan torsi diantara housing dan piringan.
Variasi arus akan membuat torsi menjadi bervariasi juga. Skema eddy current
dynamometer dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Eddy Current Dynamometer (Gitano-Briggs, 2008)

e. Fan Dynamometer
Poros berputar menggerakkan kipas yang memindahkan udara. Kipas harus
dikalibrasi pada gesekan dinamometer sebelum digunakan dan beban
memperhitungkan pada temperatur, tekanan udara dan kelembaban.
Dinamometer ini jarang digunakan, tetapi sangat murah. Kipas memiliki 2
orientasi, yaitu : beban tinggi (normal) dan beban rendah (terbalik). Skema
fan dynamometer dapat dilihat pada Gambar 2.7.
8

2. Fan Dynamometer (Gitano-Briggs,


Gambar 2.7 Briggs, 2008
2008)

f. Vehicle Dynamometer
Kendaraan dapat membebani dan mengendalikan untuk mengukur kecepatan
dan percepatan. Dengan mengetahui kecepatan dan percepatan kendaraan dan
rasio roda gigi kita dapat mengukur torsi mesin. Teknik ini membutuhkan
area yang panjang untuk pengujian, biasanya hanya digunaka
digunakan untuk
pengukuran kasar dari torsi atau daya maksimal mesin.

2.4 Daya Hantar Listrik


Setiap dari penghantar mempunyai nilai daya hantar listrik yang berbeda
berbeda-beda
tergantung dari bahan yang digunakan, karena di dalam setiap bahan mempunyai
hambatan dalam. Besarnya hambatan tersebut dapat dihitung dengan rumus :

ρ×ℓ
R= (2.1)
A
Dimana :
R = Besarnya hambatan (Ω)
(
ℓ = Panjang penghantar (m)
( mm /m)
ρ = Hambatan jenis (Ω∙
A = Luas penampang (m
( )
9

2.5 Medan Magnet pada Solenoida


Sebuah kawat dibentuk seperti spiral yang selanjutnya disebut kumparan, apabila
dialiri arus listrik maka akan berfungsi seperti magnet batang.

Gambar 2.8 Solenoida


Besarnya medan magnet disumbu pusat (titik O) solenoida dapat dihitung dengan
rumus :
μ ∙I∙N
B = (2.2)
L
Dimana :
B = Medan magnet pada pusat solenoida dalam tesla ( T )
= Permeabilitas ruang hampa = 4п . 10 -7 Wb/Am
I = Kuat arus listrik dalam ampere ( A )
N = Jumlah lilitan dalam solenoida
L = Panjang solenoida dalam meter ( m )
Besarnya medan magnet di ujung solenoida (titik P) dapat dihitung :

1 μ ∙I∙N
B = × (2.3)
2 L
Dimana :
B = Medan magnet diujung solenoida dalam tesla ( T )
N = Jumlah lilitan pada solenoida dalam lilitan
I = Kuat arus listrik dalam ampere ( A )
L = Panjang solenoida dalam meter ( m )
10

2.6 Permeabilitas
Menurut satuan internasional, permeabilitas hampa udara mempunyai nilai
4πx10-7 Wb/Am atau 12,57x10-7Wb/Am. Nilai permeabilitas bahan magnet adalah
tidak konstan, dimana sebagian besar tergantung pada besarnya kekuatan
magnetisasi yang dikenakan padanya. Besarnya permeabilitas suatu bahan magnet
selalu diperbandingkan terhadap permeabilitas hampa udara, dimana perbandingan
tersebut disebut permeabilitas relatif. Permeabilitas relatif didefinisikan sebagai
berikut :

= (2.4)

Dimana :
µr = Permeabilitas relatif
µo = Permeabilitas hampa udara (Wb/ Am)
µ = Permeabilitas bahan (Wb/ Am)

2.7 Torsi
T=B∙I∙A∙N (2.5)
Dimana :
B = Medan magnet (T)
I = Arus listik (A)
A = Luas penampang solenoida (m )
N = Jumlah lilitan

2.8 Prinsip Operasi Daya Dinamometer


Tindakan sebuah dinamometer menyerap sebagai beban yang digerakkan oleh
penggerak utama yang sedang diuji. Dinamometer harus mampu beroperasi pada
kecepatan dan beban apapun untuk setiap tingkat torsi yang dibutuhkan. Daya
yang diserap oleh dinamometer diubah menjadi panas dan panas umumnya
terdisipasi ke udara atau ditransfer ke pendingin air yang terdisipasi ke udara. Pada
dinamometer, daya (P) tidak diukur secara langsung melainkan dihitung dari torsi
(T) dan nilai-nilai kecepatan sudut (ω) atau gaya (F) dan kecepatan linear (v) :

P= T∙ω atau P = F ∙ v (2.6)


11

Dimana :
P = Daya (Watt)
T = Torsi (Nm)
ω = Kecepatan sudut (Rpd)
F = Gaya (N)
v = Kecepatan linear (m/s)

Pembagian dengan konversi yang konstan mungkin diperlukan tergantung


pada unit ukuran yang digunakan.
Untuk satuan HP :
T∙n
P= (2.7)
5252
Dimana :
P = Daya (Hp)
T = Torsi (lb.ft)
n = Kecepatan rotasi (rpm)
5252 = Konstanta

Untuk satuan KW :

T∙n
P= (2.8)
9549
Dimana :
P = Daya dalam (KW)
T = Torsi dalam (Nm)
N = Kecepatan rotasi (rpm)
9549 = Konstanta

2.9 Poros (Shaft)


2.9.1 Pengertian Poros
Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat
dimana terpasang elemen-elemen seperti universal joint, roda gigi (gear), pulley,
flywheel, engkol, sprocket dan elemen pemindah lainnya. Poros bisa menerima
beban lenturan, beban tarikan, beban tekan atau beban puntiran yang bekerja sendiri-
sendiri atau berupa gabungan satu dengan lainnya.
12

2.9.2 Fungsi Poros


Poros dalam sebuah mesin berfungsi untuk meneruskan tenaga bersama-sama
dengan putaran. Setiap elemen mesin yang berputar, seperti puli sabuk mesin,
piringan kabel, tromol kabel, roda jalan dan roda gigi, dipasang berputar terhadap
poros dukung yang tetap atau dipasang tetap pada poros dukung yang berputar.
Contohnya sebuah poros dukung yang berputar, yaitu poros roda keran pemutar
gerobak.
2.9.3 Jenis-Jenis Poros Berdasarkan Pembebanannya
Jenis-jenis poros berdasarkan pembebanannya antara lain :
a. Poros Transmisi (Transmission Shafts)
Poros transmisi lebih dikenal dengan sebutan shaft. Shaft akan mengalami beban
puntir berulang, beban lentur berganti ataupun kedua-duanya. Pada shaft, daya
dapat ditransmisikan melalui gear, belt pulley, sprocket rantai, dll.
b. Gandar
Poros gandar merupakan poros yang dipasang diantara roda-roda kereta barang.
Poros gandar tidak menerima beban puntir dan hanya mendapat beban lentur.
c. Poros Spindle
Poros spindle merupakan poros transmisi yang relatif pendek, misalnya pada
poros utama mesin perkakas dimana beban utamanya berupa beban puntiran.
Selain beban puntiran, poros spindle juga menerima beban lentur (axial load).
Poros spindle dapat digunakan secara efektif apabila deformasi yang terjadi pada
poros tersebut kecil.
2.9.4 Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Merencanakan Poros
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan poros, antara
lain :
a. Kekuatan Poros
Poros transmisi akan menerima beban puntir (twisting moment), beban lentur
(bending moment) ataupun gabungan antara beban puntir dan lentur. Dalam
perancangan poros perlu memperhatikan beberapa faktor, misalnya: kelelahan,
tumbukan dan pengaruh konsentrasi tegangan bila menggunakan poros
bertingkat ataupun penggunaan alur pasak pada poros tersebut. Poros yang
dirancang tersebut harus cukup aman untuk menahan beban-beban tersebut.
13

b. Kekakuan Poros
Poros memiliki kelemahan meskipun poros mempunyai kekuatan yang cukup
aman dalam menahan pembebanan tetapi adanya lenturan atau defleksi yang
terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian (pada mesin perkakas), getaran
mesin (vibration) dan suara (noise). Oleh karena itu disamping memperhatikan
kekuatan poros, kekakuan poros juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan
jenis mesin yang akan ditransmisikan dayanya dengan poros tersebut.
c. Putaran Kritis
Poros yang dinaikan putaran mesinnya maka akan menimbulkan getaran
(vibration) pada mesin tersebut. Batas antara putaran mesin yang mempunyai
jumlah putaran normal dengan putaran mesin yang menimbulkan getaran yang
tinggi disebut putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor bakar,
motor listrik, dll. Selain itu, timbulnya getaran yang tinggi dapat mengakibatkan
kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Jadi dalam perancangan poros
perlu mempertimbangkan putaran kerja dari poros tersebut agar lebih rendah
dari putaran kritisnya.
d. Material Poros
Poros yang biasa digunakan untuk putaran tinggi dan beban yang berat pada
umumnya dibuat dari baja paduan (alloy steel) dengan proses pengerasan lapisan
kulit luar (case hardening) sehingga tahan terhadap keausan. Beberapa
diantaranya adalah baja chrome nikel.
2.9.5 Persamaan Dalam Merencanakan Poros
Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan untuk poros menggunakan
persamaan sebagai berikut :
1. Torsi
60 . P
T = (2.9)
2. π. N
Keterangan:
T = Torsi maksimum yang terjadi (Nm)
P = Daya motor (Watt)
N = Kecepatan putaran poros (Rpm)
14

2. Torsi ekuivalen
Te = √M + T (2.10)

Diameter poros:
π
Te = ×τ×d (2.11)
16
Te
d= π
16 × τ

Keterangan:
Te = Torsi ekivalen (Nm)
T = Torsi maksimum yang terjadi (Nm)
M = Momen maksimum yang terjadi (Nm)
τ = Tegangan geser ijin (N/mm2)
d = Diameter poros (mm)

Anda mungkin juga menyukai