ABSTRACT
Endhophytes microbes are microbes that live in colonies formed in plant tissues without
harming its host plant. Endhophytes was first reported in 1904. Each higher plants may
contain some Endhophytes microbes that produce secondary metabolites as a product of
coevolution or genetic transfer occurred (genetic recombination) from its host plants to
microbial Endhophytes. Endhophytes originating from areas with high biodiversity have the
potential to generate chemical diversity is also high and has a future economic prospects.
ABSTRAK
Mikroba Endofit adalah mikroba yang hidup membentuk koloni di dalam jaringan tanaman
tanpa membahayakan tanaman inangnya. Endofit dilaporkan pertama kali pada tahun 1904.
Setiap tanaman tingkat tinggi dapat mengandung beberapa mikroba endofit yang
menghasilkan metabolit sekunder sebagai akibat koevolusi atau terjadi transfer genetik
(genetic recombination) dari tanaman inangnya ke mikroba endofit. Endofit yang berasal dari
daerah dengan biodiversitas tinggi memiliki potensi menghasilkan keanekaragaman kimiawi
yang juga tinggi dan mempunyai prospek ekonomi dimasa depan.
Saat ini diketahui sekitar 30 % penjualan potensial [2]. Sejak ditemukannya penisilin
obat diseluruh dunia adalah obat-obatan tahun 1928 yang kemudian diikuti beragam
yang berasal dari bahan alam. Di Amerika antibiotika sesudahnya seperti golongan
Serikat misalnya sekitar 25 % dari obat streptomisin, jamur menarik perhatian para
yang diresepkan, komposisi utamanya peneliti untuk dieksplorasi sebagai sumber
adalah produk alami yang berasal dari bahan obat [6]. Salah satu bentuk
tanaman dan turunannya [12]. perkembangan bioteknologi dalam hal ini
adalah peningkatan produksi metabolit
Sebagai contoh aspirin, analgesik yang saat sekunder melalui mikroba khususnya jamur
ini paling dikenal adalah hasil isolasi dari melalui proses fermentasi. Hal ini
tanaman Salix dan Spiraea, demikian pula dilakukan untuk menghasilkan produk
paclitaxel dan vinblastine merupakan obat metabolit sekunder yang bersifat unggul
antikanker yang sangat potensial juga dan dalam jumlah melimpah. Diantara
diisolasi dari tanaman. [4]. berbagai mikroorganisme yang
dikembangkan potensinya sebagai sumber
Tingkat produksi obat herbal khususnya, bahan obat saat ini dan menjadi perhatian
saat ini masih sangat terbatas karena para peneliti adalah mikroba endofit.
sebagian besar bahan baku masih diambil
dari tanaman aslinya. Dikhawatirkan Mikroba Endofit
sumberdaya hayati ini suatu saat musnah
disebabkan kendala dalam budidayanya Endofit dilaporkan pertama kali pada tahun
dan peningkatan produksi yang sejalan 1904 oleh Darnel dkk. Mikroba endofit
dengan meningkatnya permintaan akibat didefinisikan sebagai mikroba yang hidup
berkembangnya populasi. Bahkan di dalam jaringan tumbuhan tanpa
disinyalir bahan obat herbal yang menyebabkan efek negatif langsung yang
diproduksi dan diedarkan di Indonesia saat nyata seperti dikemukakan oleh Stone dkk.
ini sebagian besar bahan bakunya sudah Hal ini menunjukkan kemungkinan terjadi
mulai diimpor dari negara lain[4]. hubungan simbiosis mutualisme antara
mikroba endofit dan tanaman inangnya,
Masalah kesinambungan suplai bahan baku namn ternyata ada pula endofit yang
obat dan pengembangan obat baru dari saprofit agresif atau patogen oportunis.
bahan alam yang sumbernya relatif terbatas Mikroba endofit umumnya berupa bakteri
ini merupakan hal yang mendesak untuk dan kapang, namun jenis kapang yang
dicari solusinya [6]. lebih sering diisolasi [5].
Peran bioteknologi dalam budidaya, Bakteri adalah prokariota dan jamur adalah
multiplikasi, rekayasa genetika, dan eukariota. Bakteri pada umumnya
skrining tumbuhan maupun mikroba yang berkolonisasi di jaringan intraseluler, jamur
diharapkan menghasilkan metabolit dapat ditemukan dalam jaringan inter-
sekunder berkhasiat sangat penting dalam maupun intraseluler [7].
rangka pengembangan bahan obat yang
berasal dari bahan alam ini [4]. Tan dan Zou menyatakan bahwa mikroba
endofit adalah mikroba yang hidup
Secara historis dari semua mikroorganisme membentuk koloni di dalam jaringan
yang telah diteliti, Actinomycetes dan tanaman tanpa membahayakan tanaman
jamur merupakan penghasil metabolit inangnya. Setiap tanaman tingkat tinggi
sekunder yang sangat beragam dan dapat mengandung beberapa mikroba
J. Trop. Pharm. Chem. 2011. Vol 1. No. 3. 248
Jamur Endofit, Biodiversitas, Potensi Dan Prospek Penggunaannya Sebagai Sumber Bahan Obat Baru
endofit yang menghasilkan metabolit dari bakteri dan jamur, bisa dibayangkan
sekunder sebagai akibat koevolusi atau betapa besar kekayaan biodiversitasnya [9].
terjadi transfer genetik (genetic Mikroba endofit merupakan sumber
recombination) dari tanaman inangnya ke keanekaragaman genetik yang kaya dan
mikroba endofit [13]. Kemampuan dapat diandalkan dengan berbagai
mikroba endofit menghasilkan berbagai kemungkinan spesies baru yang belum
senyawa fitokimia tertentu yang juga dideskripsikan. Mengingat biodiversitasnya
dihasilkan oleh tumbuhan inangnya yang sangat kaya tersebut maka kebutuhan
mungkin terkait dengan adanya akan produk bahan alam yang digunakan
rekombinasi genetik mikroba endofit sebagai antibiotik baru, bahan kemoterapi
dengan inang selama waktu evolusinya. dan agrokimia yang memiliki kefektifan
Konsep tersebut sebelumnya diusulkan tinggi, toksisitas rendah, namun tidak
sebagai mekanisme untuk menjelaskan menganggu ekologi lingkungan dapat
mengapa Taxomyces andreanae yang diharapkan diperoleh dari mikroba endofit
diisolasi dari Taxus brevifolia dapat ini [10].
menghasilkan taxol seperti tanaman
inangnya [13]. Tanaman inang dan mikroba endofit
Colletotrichum sp. Ginko biloba L. PDB; 28 °C; 6 hari komponen mirip flavon
Strain EG (ginkgoaceae); daun
4(phyllachoraceae)
Chaetornium chiversii Ephedra fasciculata PDA; 27 °C; 14 hari radicikol sitotoksik;Hsp90
CS-36-62 A.Nels (Ephedraceae); Inhibitor
(Chaetomiaceae) Batang
Chaetomium globosum Ephedra fasciculata PDB; 26 °C; 15 hari asam orsellinik
(Chaetomiaceae) A.Nels (Ephedraceae); globosumone A sitotoksik
Batang globosumone B sitotoksik
globosumone C
trichodion
orcinol
Cladosporium Cynodon dactylon (L.) Medium Millet- asperginin A sitotoksik;ksantin oksidase
herbarium Pers. (Poaceae); daun bran(padat); 28 °C; rubrofusarin B inhibitor
IFB-E002 35 hari fonsecinone A
(Mycosphaerellacea) 3α,5α,6β-trihidroksi-
ergosta-7,22-diene
7-hidroksi-4-metoksi-5-
metilkumarin
Orlandin plant growth inhibitor
kotanin
Cytospora sp. CR 200 Conocarpus erecta L. PDB cytosporon A
(Valsaceae) (Combretaceae); batang cytosporon B antijamur; sitotoksik
cytosporon C
cytosporon D
cytosporon E antibakteri
cytoskyrin A
cytoskyrin B