Uremic Encephalopathy
Uremic Encephalopathy
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Uremic encephalopathy (UE) adalah kelainan otak organik akut maupun subkutan
yang terjadi pada pasien dengan gagal ginjal akut maupun kronik. Biasanya dengan nilai
kadar Creatinine Clearance menurun dan tetap di bawah 15 mL/mnt. sebutan “uremic
encephalopathy sendiri memiliki arti gejala neurologis non spesifik pada uremia”.
2.2 Etiologi
Mortalitas
Ras
Gagal ginjal lebih sering pada ras Afrika Amerika dibandingkan ras lainnya
Jenis kelamin
Usia
Pasien pada berbagai usia dapat mengalami gagal ginjal, namun lebih progresif pada usia
lanjut, yaitu pasien di atas 65 tahun.
2.3 Patofisiologi
Patofisiologi dari UE belum diketahui secara jelas. Urea menembus sawar darah
otak melalui sel endotel dari kapiler otak. Urea sendiri tidak bisa dijadukan satu-satunya
penyebab dalam terjadinya ensefalopati, karena jumlah ureum dan kreatinin tidak
berhubungan dengan tingkat penurunan kesadaran ataupun adanya asterixis dan
myoclonus.
Perubahan yang ditemukan pada mayat pasien dengan chronic kidney diasease
biasanya ringan, tidak spesifik dan lebih berhubungan dengan penyakit yang
menyertainya. Jumlah kalsium pada korteks serebri hampir dua kali lipat darinilai
normal. Peningkatan jumlah kalsium ini mungkin diperantai oleh aktivitas hormon
paratiroid. Hal ini didukung oleh hasil penelitian pada anjing yang mengalami gagal
ginjal akut maupun kronik, EEG dan abnormalitas kalsium dapat dicegah dengan
dilakukannya paratiroidektomi. Pada manusia dengan gagal ginjal, EEG dan gangguan
psikologik juga dapat membaik dengan paratiroidektomi.
Pada tahap awal UE, plasma dan LCS menunjukkan peningkatan jumlah glisin dan
glutamin serta menurunnya GABA, sehingga terjadi perubahan metabolisme dopamin
dan serotonin di dalam otak, menyebabkan gejala awak berupa clouded sensorium. Bukti
selanjutnya bahwa terdapat gangguan fungsi sinaps yaitu adanya studi bahwa dengan
memburuknya uremia, terjadinya akumulasi komponen guanidino, terutama guani
dinosuccinic acid, yang meningkat pada otak dan LCS pada gagal ginjal, memilki efek
inhibisi pada pelepasan a-aminobutyric acid (GABA) dan glisin pada binatang percobaan,
juga mengaktivasi reseptor N-methyl-D-aspartate (NMDA). Toksin ini kemungkinan
menggangu pelepasan nerotansmitter dengan cara menghambat channel klorida pada
membran neuronal. Hal ini pasien, terutama pada pasien anuria, gejala ini dapat berlanjut
secara cepat hingga koma. Pada pasien lain, halusinasi visual ringan dan gangguan
konsentrasi dapat berlanjut selama beberapa minggu.
Pada gagal ginjal akut, clouded sensorium selalu disertai berbagai gangguan
motorik, yang biasanya terjadi pada awal ensefalopati. Pasien mulai kedutan, jerk dan
dapat kejang. Twich dapat meliputi satu bagian otot, seluruh otot, atau ekstremitas,
aritmik, asinkron pada kedua sisi tubuh pada saat bangun ataupun tidur. Pada beberapa
waktu bisa terdapat fasikuler, tremor aritmik, mioklonus, khorea, asterixis, atau kejang.
Dapat juga terjadi phenomena moto0rik yang tidak terklasifikasi, yang disebut uremic
twitch convulsive syndrome.
Jika keadaan uremia memburuk, pasien dapa jauh dalam keadaan koma. Jika
asidosis metabolik yang mengikuti tidak dikoreksi, akan terjadi pernapasan kussamaul
yang berubahan sebelum kematian, menjadi pernapasan Cheyne-Strokes.
Pencitraan otak seperti CT scan atau MRI dilakukan untuk menyingkirkan adanya
kematom subdural, stroke iskemik. Namun biasanya menunjukan atrofi serebri dan
pelebaran ventrikel pada pasien dengan chonic kidney disease.
2.6 Penatalaksanaan
Eliminasi toksin uremik juga dipengaruhi oleh uptake intestinal dan fungi renal.
Uptake intestinal bisa dikurangi dengan mengatur diet atau dengan pemberian absoebent
secara oral. Studi menunjukkan untuk menurunkan toksin uremik dengan diet rendah
protein, atau pemberian prebiotiki atau probiotik seperti bifidobacterium. Menjaga sisa
fungsi ginjal juga penting untuk eliminasi toksin uremik.
Dalam praktek klinis, obat antikonvulsan yang sering digunakan dalam menangani
kejang yang berhubungan dengan uremia adalah benzodiazepine untuk kejang
myoklonus, konvulsif atau non-konfulsif parsial kompleks atau absens: ethosuximide,
untuk status epileptikus absens: Fenobarbital, untuk status epileptikus konvulsif.
Sementara itu, gabapentin dapat memperburuk kejang myoklonik pada e3nd stage renal
disease.
2.7 komplikasi
Gagal ginjal akan menjadi fatal jika tidak ditangani. UE menunjukkan fungsi ginjal
yang memburuk. Jika tidak ditangani, UE dapat menyebabkan koma dan kematian.
Pasien memerlukan penanganan agresif untuk mencegah komlikasi dan menjaga
homeostasis yang tergantung pada intensive care dan dalisis.