SKRIPSI
DISUSUN OLEH :
OPPON SIREGAR
NIM : 030 – 200 - 278
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
2
SKRIPSI
DISUSUN OLEH :
OPPON SIREGAR
NIM : 030 – 200 - 278
DISETUJUI OLEH :
KETUA DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
3
KATA PENGANTAR
kesehatan dan kelapangan berpikir kepada Penulis sehingga akhirnya tulisan ilmiah
Keperdataan.
bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini Penulis menyampaikan
1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH. M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum
2. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH.MH selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum
USU.
USU.
5. Bapak Prof. Dr. Tan Kamello, SH.MH selaku Ketua Departemen Hukum
ini.
7. Bapak/Ibu para dosen dan seluruh staf administrasi Fakultas Hukum USU
Oppon Siregar
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mendorong kehidupan manusia pada apa yang disebut dengan interkoneksitas global.
kekuatan global. Dalam keadaan seperti ini, jika tidak hati-hati mengaturnya, maka
ada keterkaitan yang erat antara waktu (time), ruang (space) dan hukum (law).
Perubahan dan perkembangan yang cepat dari teknologi membawa akibat penggunaan
ruang yang semakin mendesak dan dalam hal ini harus dibarengi dengan rules of
conduct (aturan hukum) yang memadai. Dunia harus dapat mengantisipasi agar salah
satu faktor dari ketiga faktor di atas jangan sampai tertinggal dari yang lainnya,
1
Amir Syamsuddin, Hukum Siber, Jurnal Keadilan, Vol. 1. No. 3, September 2001, Penerbit
Pusat Kajian Hukum dan Keadilan.
2
Ibid.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
6
perkiraan mencapai US $ 145 milyar tahun 1999 dan naik menjai US $ 7, 29 triliun
saling tukar menukar informasi saja, tetapi fungsinya kemudian meningkat dari
sekadar media komunikasi tetapi juga telah menjadi sarana untuk melakukan
Sesuai dengan perkembangan bisnis global maka internet dipercaya sebagai suatu
sarana yang murah, massal dan cepat untuk melakukan kegiatan-kegiatan bisnis lintas
negara. Keberadaannya kemudian menjadi sebuah intangible asset (asset yang sangat
habits and change the way business is conduct. The reasons are many and varied
such as globalization and the dismantling of trade barriers, the deployment of smart
cards, the internet, and the de facto emergence of English as the global language”.
merubah sistem bisnis biasa. Alasannya adalah telah timbulnya globalisasi dan
adalah satu hal yang sangat penting juga khususnya dalam perkembangan bahasa
bisnis global. 4
3
Ibid, hal. 5.
4
Ibid, hal. 6.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
7
bidang retail seperti perdagangan CD atau buku lewat situs dalam world wide web
(www). Tapi saat ini e-commerce sudah melangkah jauh menjangkau aktivitas-
aktivitas di bidang perbankan dan jasa asuransi yang meliputi antara lain “account
sebagainya. Sampai saat ini belum ada pengertian yang tunggal mengenai
E-commerce. Hal ini disebabkan karena hampir setiap saat muncul bentuk-bentuk
baru dari E-commerce dan tampaknya E-commerce ini merupakan salah satu aktivitas
perdagangan baik barang maupun jasa lewat media elektronik. Dalam usaha bidang
untuk B to C pada umumnya posisi konsumen tidak sekuat perusahaan sehingga dapat
menimbulkan beberapa persoalan. Oleh karena itu para konsumen harus berhati-hati
dalam melakukan transaksi lewat internet. Persoalan tersebut antara lain menyangkut
dilakukannya transaksi secara real time. Dengan demikian, sistem baru dalam dunia
usaha tampak jelas di depan mata. Namun tidak hanya sistem perekonomian baru
yang dijumpai, tapi juga suatu bentuk resiko baru yang sebagian besar berkaitan
5
Atif Latifulhayat, Hukum Siber, Urgensi dan Permasalanya, artikel dimuat di dalam Jurnal
KEADILAN, Vol. 1 No. 3, September 2001.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
8
dengan masalah keamanan dan privacy. Akibatnya dari perkembangan ini, resiko
pihak lain baik yang berkepentingan maupun tidak berkepentingan ikut berpartisipasi
melalui internet membuka peluang terjadinya kerusakan, karena pihak luar saat ini
internet atau yang biasa disebut dengan cybercrime, seperti bentuk pencurian kartu
Namun, bentuk umum serangan yang terjadi dari jaringan internet adalah virus
upaya membanjiri server dengan sejumlah informasi dalam skala besar. Berbagai
bentuk tersebut berimplikasi pada kerugian yang tidak sedikit bagi perusahaan
sasaran/obyek.
sepenuhnya ditentukan oleh faktor eksternal, namun juga bisa disebabkan faktor
internal. Faktor internal ini diartikan dalam kapasitas kemampuan dan pengetahuan
seputar dunia komputasi bagi orang dalam (intern perusahaan). Pengetahuan dan
kemampuan ini dalam lingkup yang mengerti seluk beluk komputasi (paham
propertinya, yaitu terhadap sistem komputasi dan data elektronik perusahaan. Namun
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
9
breaches) dapat terjadi, antara lain dikarenakan faktor unauthorized access, maupun
adanya penggunaan sistem komputasi dan data perusahaan oleh pihak luar atau pihak
melalui internet. Karena bila dinilai secara nominal, kerugian yang diderita
perusahaan akibat kerusakan sistem jaringan komputer dan internet sangat tinggi dan
melalui internet.
Secara teoritis disebutkan atas apapun resiko yang muncul yang mampu
menimbulkan kerugian dapat dijadikan obyek asuransi atau dengan kata lain dapat
diasuransikan. Adapun yang dimaksud dengan obyek asuransi berdasar pasal 1 butir
(2) Undang-undang No. 2 tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, adalah: "benda
dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan manusia, tanggung jawab hukum, serta semua
kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi dan atau berkurang nilainya" Dari
internet dapat dijadikan sebagai obyek asuransi atau dengan kata lain dapat
diasuransikan. Hal ini yang menimbulkan apa yang kita kenal sebagai cyber
insurance.
B. Perumusan Permasalahan
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
10
KUHD.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka tujuan penulisan skripsi ini secara
Penulis berharap kiranya penulisan skripsi ini dapat bermanfaat untuk dapat
Secara praktis penulis berharap agar penulisan skripsi ini dapat memberi
merupakan jaringan publik yang dapat diakses oleh setiap orang yang yang
terhubung dengannya. Data atau informasi yang lalu-lalang di Internet ibarat kartu
pos yang tidak ada amplopnya. Menjaga keutuhan transaksi (integrity) adalah
juga permasalahan penting dalam hal ini. Dapat saja setiap orang, dengan
jejak. Selain dari kedua masalah yang disebutkan di atas, terdapat juga dua
subyek hukum, dalam hal ini keautentikan dan kewenangan (authentication and
authorization) dari para pihak yang terlibat, baik pihak konsumen maupun
itu. Kegiatan transaksi bisnis, interaksi antara produsen dengan konsumen, adalah
fenomena yang dapat diasumsikan akan terus berlangsung dan langgeng. Inovasi
teknologi, dalam hal ini pengamanan jaringan dan informasi akan terus pula
menggagalkannya.
D. Keaslian Penelitian
adalah masalah yang sebenarnya sudah sering kita dengar. Namun yang dibahas
dalam skripsi ini adalah khusus mengenai kemungkinan asuransi perdagangan melalui
belakang pemilihan SET sebagai contoh kasus transaksi E-commerce barbasis tanda
tangan digital adalah karena SET yang merupakan protokol transaksi perdagangan
pertama yang diakui sebagai defacto oleh dunia transaksi elektronik. Salah satu
sebabnya adalah karena yang mengeluarkan standar protokol SET adalah Visa dan
Mastercard yang memiliki pangsa pasar kartu kredit yang sangat besar di dunia.
Permasalahan yang dibahas di dalam skripsi ini adalah murni hasil pemikiran
dari penulis yang dikaitkan dengan teori-teori hukum yang berlaku maupun dengan
doktrin-doktrin yang ada, dalam rangka melengkapi tugas dan memenuhi syarat guna
dan apabila ternyata di kemudian hari terdapat judul dan permasalahan yang sama,
E. Tinjauan Kepustakaan
Gibson, seorang penulis fiksi ilmiah (science fiction) dalam novelnya yang berjudul
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
13
Neuromacer. Istilah yang sama kemudian diulanginya dalam novelnya yang lain
and looked like a physical space but actually was a computer – generated construct
representing abstract data”. Pernyataan ini berarti bahwa cyberspace adalah : …….
Sebuah aplikasi halusinasi yang dirasakan dan dilihat sebagai dunia non fisik dan
7
diaktualisasikan dalam konstruksi komputer dan data abstrak.
computer, istilah ini kemudian dipergunakan untuk menunjuk sebuah ruang elektronik
Pada saat ini, cyberspace sebagaimana dikemukakan oleh Cavazos dan Morin adalah :
diperkirakan secara pasti mengingat kemajuan teknologi informasi yang sangat cepat
dan mungkin sulit diprediksi. Namun, saat ini ada beberapa aktivitas utama yang
6
Ismamulhadi, Penyelesaian sengketa dalam Perdagangan secara Elektronik, Cyberlaw :
Suatu Pengantar, Pusat Studi Cyberlaw, UNPAD, Bandung, 2002, hal. 5.
7
Ibid, hal. 6.
8
Ibid.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
14
melalui internet), dan Entertainment (hiburan). Sejumlah aktivitas tersebut saat ini
dengan mudah dapat dipahami oleh masyarakat kebanyakan sebagai aktivitas yang
dilakukan lewat Internet. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa apa yang disebut
dengan “cyberspace” itu tidak lain adalah internet yang juga sering disebut sebagai “a
ini kemudian ada juga yang menyebut cyberspace dengan istilah “virtual community”
Dunia maya ini telah mengubah kebiasaan banyak orang, yaitu orang-
mengirim surat, mengirimkan surat lamaran kerja, berkirim photo, mencari informasi,
mengambil uang dari Bank, membuat desain bangunan oleh arsitek, berkonsultasi
tatap muka (yaitu masing-masing pihak muncul gambarnya pada layar komputer
Semua itu dapat mereka lakukan praktis pada saat ini hampir semua kegiatan yang
dapat dilakukan di dunia nyata (real world) dapat dilakukan di dunia maya (virtual
world). Bahkan di dunia maya orang telah melakukan berbagai tindak kejahatan yang
9
justru tidak dapat dilakukan di dunia nyata.
memiliki seperangkat alat dan sarana yang terdiri dari kompuer dengan spesifikasi
dan sistem operasi tertentu (biasanya yang lazim dipergunakan adalah WINDOWS
9
Heru Soepraptomo, Kejahatan Komputer dan Siber Serta Antisipasi Pengaturan, Badan
Pencegahannya di Indonesia, Makalah dalam Seminar Antisipasi Hukum Cyber terhadap Kejahatan
E-Commerce Penelitian dan Pengembangan Daerah Propinsi Sumatera Utara, Medan, 20 Desember
2002, hal. 3-4.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
15
dengan program Windows Explorer, produksi dan Microsoft Corp), sebuah saluran
telepon dan sebuah modem. Modem adalah alat yang biasa menggabungkan fungsi
telepon dan komputer sehingga komputer dapat menerima data-data yang ada di
dalam saluran telepon. Untuk mengakses internet harus mendaftarkan kepada sebuah
pelanggannya dan setelah orang tersebut mendaftarkan dirinya dengan biaya akses
tertentu, maka perusahaan ISP akan memberikan kepadanya suatu kode-kode untuk
antaranya adalah Indonet, CBN, Indosat dan lain-lain. Biasanya ISP adalah
Telkom sebagai penyedia jasa telekomunikasi ternyata juga menyediakan jasa akses
internet tersebut kepada para pelanggannya melalu jasa Telkomnet Instan. Apabila
seseorang telah terdaftar di suatu ISP, biasanya ia akan diberi suatu alamat gratis
dengan domain dari ISP tersebut, misalnya jika ia terdaftar di CBN maka alamatnya
luar (melalui sebuah “surat” yang dapat dibaca di komputer) antara sesama pengguna
internet lain atau dengan ISP itu sendiri (informasi billing / informasi tagihan atau
dan kegiatan usahanya kepada pengguna internet lainnya maka pelaku bisnis itu akan
membuat situs. Situs adalah sebuah tempat atau site di dalam dunia maya (cyber
world) atau internet di mana pelaku bisnis menempatkan seluruh informasi yang
10
Ny, Tien Saefullah, Yurisdiksi sebagai Upaya Penegakan Hukum dalam Kegiatan
Cyberspace, Cyberlaw : Suatu Pengantar, Pusat Studi Cyber Law, UNPAD, Bandung, 2002, hal. 10.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
16
diinginkan. Untuk dapat dibaca masyarakat informasi ini disediakan dalam bentuk
homepage. Pembentukan situs tersebut diadakan antara pelaku bisnis dengan ISP
dalam satu bentuk kontrak yang dinamakan websited design and development
Tugas seorang web designer adalah selain ia mendesain suatu situs, ia juga
akan menempatkan (tidak selalu tugas dari web designer) situs tersebut ke dalam
jaringan internet yaitu biasanya terletak di jaringan “www” atau “World Wide Web”.
dunia semakin menciut (shrinking the world) dan semakin memudarkan batas-batas
masyarakat Indonesia yang masih baru tumbuh dan berkembang sebagai masyarakat
industri dan masyarakat Informasi, seolah masih tampak prematur untuk mengiringi
pemikiran yang handal untuk merumuskan suatu kebijakan ataupun pengaturan yang
11
Ibid, hal. 15.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
17
Indonesia secara garis besar masih meraba-raba dalam mencari suatu kebijakan publik
Infrastructure).
teknologi informasi telah membantu akses ke dalam jaringan jaringan publik (public
komputer dan akses yang semakin berkembang maka transaksi perniagaan pun
keunggulan dibandingkan dengan jaringan privat dengan adanya efisiensi biaya dan
waktu. Sesuai dengan sifat jaringan publik yang mudah untuk diakses oleh setiap
para ahli dan pelaku bisnis dicoba dirumuskan definisinya dari terminologi
goods and service) dengan menggunakan media elektronik. Jelas, selain dari yang
telah disebutkan di atas, bahwa kegiatan perniagaan tersebut merupakan bagian dari
12
Edmon Makarim, Kerangka Hukum Digital Signature dalam Electronic Commerce,
Makalah ini pernah dipresentasikan di hadapan Masyarakat Telekomunikasi Indonesia pada bulan Juni
1999 di Pusat Ilmu Komputer Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, hal. 9.
13
Ibid, hal. 10.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
18
Media elektronik yang dibicarakan di dalam tulisan ini untuk sementara hanya
internet yang saat ini paling populer digunakan oleh banyak orang, selain merupakan
hal yang bisa dikategorikan sebagai hal yang sedang ‘booming’. Perlu digarisbawahi,
adanya penggunaan media jaringan lain selain internet dalam E-commerce. Jadi
pemikiran kita jangan hanya terpaku pada penggunaan media internet belaka.
layaknya yang dimiliki suatu jaringan publik elektronik, yaitu murah, cepat dan
kemudahan akses.
dapat dilakukan pengiriman dan penerimaan informasi secara mudah dan ringkas,
Dari apa yang telah diuraikan di atas, dengan kata lain; di dalam e-commerce,
melalui suatu jaringan publik (public network) yang dalam perkembangan terakhir
koneksi ke dalam jaringan internet sebagai jaringan publik merupakan koneksi yang
tidak aman. Hal ini menimbulkan konsekuensi bahwa E-commerce yang dilakukan
dengan koneksi ke internet adalah merupakan bentuk transaksi beresiko tinggi yang
14
Ibid, hal. 11.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
19
Kelemahan yang dimiliki oleh internet sebagai jaringan publik yang tidak
aman ini telah dapat diminimalisasi dengan adanya penerapan teknologi penyandian
menjadi cipher/locked data yang hanya bisa dibaca/dibuka dengan melakukan proses
reversal yaitu proses dekripsi sebelumnya telah banyak diterapkan dengan adanya
Perlu diperhatikan bahwa, kelemahan hakiki dari open network yang telah
key cryptography system, atau secara umum pengertiannya adalah : “A data value
generated by public key algorithm based on the contents of a lock data and a private
Tujuan dari suatu tandatangan dalam suatu dokumen adalah untuk memastikan
otentisitas dari dokumen tersebut. Suatu digital signature sebenarnya adalah bukan
suatu tanda tangan seperti yang kita kenal selama ini, ia menggunakan cara yang
berbeda untuk menandai suatu dokumen sehingga dokumen atau data sehingga ia
tidak hanya mengidentifikasi dari pengirim, namuni ia juga memastikan keutuhan dari
dokumen tersebut tidak berubah selama proses transmisi. Suatu digital signature
15
Sjahdeini, Remy, Sutan, E- Commerce, Tinjauan dari Perspektif Hukum, Makalah yang
disampikan pada Seminar “E-Commerce dan Mekanisme Penyelesaian Masalahnya Melalui
Arbitrase/Alternatif Penyelesaian Sengketa”, Jakarta, 3 Oktober 2000, hal. 3.
16
Ibid, hal. 5.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
20
sejak ratusan tahun yang lalu. Dalam suatu kriptografi suatu pesan dienkripsi
(encrypt) dengan menggunakan suatu kunci (key). Hasil dari enkripsi ini adalah
suatu kunci untuk mendapatkan informasi yang telah enkripsi tersebut. Terdapat dua
merupakan suatu hal yang baru sejalan dengan perkembangan teknologi dan hukum
“insurance”.
Terjemahan ini banyak dikenal dan dipakai dalam literatur hukum dagang.
sedangkan dalam bahasa Inggris dipakai istilah “the insured”. Sedangkan orang yang
17
Ibid, hal. 6.
18
Abdulkadir Muhammad, Pengantar Hukum Pertanggungan, Cetakan I, Citra Aditya,
Bandung, 1994, hal. 5.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
21
menanggung disebut Penanggung sebagai terjemahan dari bahasa aslinya yaitu bahasa
Supaya ada keseragaman istilah dalam ilmu hukum, sebaiknya digunakan istilah
Istilah asuransi dipakai terbatas pada nama jenis usaha dan nama perusahaan,
misalnya asuransi kebakaran, asuransi jiwa, PT. Asuransi Jiwaraya, PT. Asuransi
Bumiputera, PT. Asuransi Kredit Indonesia. Dalam UU No. 2 Tahun 1992 tentang
Penjamin untuk Penanggung dan Terjamin untuk Tertanggung. Walaupun istilah yang
dimaksud itu ada persamaan pengertiannya, istilah Penjamin dan Terjamin lebih tepat
19
Ibid.
20
Ibid, hal. 6.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
22
istilah khusus yang dipakai dalam hukum Dagang dan istilah umum yang dipakai
hukum yang berlaku di Indonesia adalah hukum tertulis yang sebagian besar berasal
dari bahasa Belanda. Karena itu, untuk mencapai keseragaman penggunaan istilah
Pentingnya mengapa transaksi bisnis melalui internet ini akan dibahas dalam
F. Metode Penelitian
1. Sifat/Bentuk Penelitian
21
Ibid.
22
Ibid, hal. 7.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
23
pertama dilakukan penelitian hukum normatif yang didasarkan pada bahan hukum
meletakkan persoalan ini dalam perspektif hukum perdata khususnya yang terkait
dengan masalah penerapan asuransi dalam perdagangan dan transaksi bisnis melalui
internet (E-Commerce).
2. D a t a
pendahulu baik yang berupa peraturan perundang-undangan dan karya ilmiah lainnya.
b. Peraturan dasar ;
majalah dan jurnal ilmiah, hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya yang
3. Bahan Hukum Tersier atau bahan hukum penunjang yang mencakup bahan yang
sekunder, seperti kamus umum, kamus hukum serta bahan-bahan primer, sekunder
dan tersier di luar bidang hukum yang relevan dan dapat dipergunakan untuk
23
melengkapi data yang diperlukan dalam penelitian ini. Selanjutnya Situs Web
juga menjadi bahan bagi penulisan skripsi ini sepanjang memuat informasi yang
yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya
dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas.
G. Sistematika Penulisan
Untuk lebih mempertegas penguraian isi dari skripsi ini, serta untuk lebih
BAB I PENDAHULUAN
23
Bambang Sunggono, Metodologi Penelitan Hukum, Ghalia Indonesia, Jakrta 1998, hal. 195,
sebagaimana dikutip dari Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif suatu
Tinjauan Singkat, (Jakarta : Rajawali Pers, 1990), hal. 41.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
25
Penulisan.
Pada bab ini akan dibahas terlebih dahulu mengenai Perjanjian Secara
Asuransi.
INDONESIA
Pada bab ini akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan Prinsip-Prinsip
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
26
obyek Asuransi.
Pada Bab ini dibahas mengenai kesimpulan dan saran sebagai hasil dari
BAB II
1. Pengertian Perjanjian
dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk melakukan
atau tidak melakukan sesuatu secara sebagian”. 24 Inti definisi yang tercantum dalam
Black’s Law Dictionary adalah bahwa kontrak dilihat sebagai persetujuan dari para
24
Salim ,H.S, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, Cet. 1, Sinar Grafika,
Jakarta, 2003, hal. 16.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
27
pihak untuk melaksanakan kewajiban, baik melakukan atau tidak melakukan secara
sebagian.
berjanji kepada seorang lain atau dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan
suatu hal. 25
persetujuan antara dua orang atau lebih, tidak hanya memberikan kepercayaan tetapi
mendatang oleh seseorang atau keduanya dari mereka. 26 Hubungan kedua orang yang
bersangkutan mengakibatkan timbulnya suatu ikatan yang berupa hak dan kewajiban
Salim, H.S, perjanjian adalah hubungan hukum antara subjek hukum yang satu
dengan subjek hukum yang lain dalam bidang harta kekayaan. Perlu diketahui bahwa
subjek hukum yang satu berhak atas prestasi dan begitu juga subjek hukum yang lain
disepakatinya. 27
kekayaan harta beda antara dua orang atau lebih yang memberi kekuatan hak pada
satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain
untuk menunaikan prestasi. Dari pengertian ini dapat dijumpai beberapa unsur antara
25
Syahmin, Hukum Kontrak Internasional, Cet. 1, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hal.
1.
26
Salim, H.S, Op.cit.
27
Ibid, hal. 17.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
28
dua orang (persoon) atau lebih, yang memberi hak pada satu pihak dan kewajiban
c. Adanya prestasi.
Prestasi terdiri atas melakukan sesuatu, berbuat sesuatu, dan tidak berbuat sesuatu.
2. Jenis-Jenis Perjanjian
adalah persetujuan dengan mana pihak yang satu memberikan suatu keuntungan
kepada pihak yang lain, tanpa menerima manfaat bagi dirinya sendiri. Perjanjian
28
M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Cet. II, Alumni, Bandung, 1986, hal. 6.
29
Mariam Darus Badrulzaman, Komplikasi Hukum Perikatan, Cet I, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2001, hal. 66.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
29
dengan cuma-cuma adalah perjanjian yang memberi keuntungan bagi salah satu pihak
berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu. Perjanjian atas beban adalah perjanjian
dimana terhadap prestasi dari pihak yang satu selalu terdapat kontra prestasi dari
pihak yang lain dan antara kedua prestasi itu ada hubungannya menurut hukum.
Maksudnya bahwa perjanjian tersebut diatur dan diberi nama oleh pembentuk
masyarakat. Jumlah perjanjian ini tidak terbatas dengan nama yang disesuaikan
f. Perjanjian Obligator.
mengikatkan diri untuk melakukan penyerahan suatu benda kepada pihak lain.
Menurut KUHPerdata perjanjian jual beli saja belum lagi mengakibatkan beralihnya
hak milik atas suatu benda dari penjual kepada pembeli. Fase ini merupakan
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
30
kebendaan).
3. Asas-Asas Perjanjian
dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.
Persetujuan-persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selama dengan sepakat kedua
belah pihak atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup
untuk itu.
Beberapa asas yang terdapat dalam perjanjian yang diatur dalam peraturan
Sepakat mereka yang mengikatkan diri adalah asas esensial dari hukum
perjanjian. Asas ini dinamakan juga asas otonomi konsensualisme, yang menentukan
adanya perjanjian.
b. Asas Konsensualisme
Asas ini dapat ditemukan dalam Pasal 1320 KUHPerdata disebutkan tegas,
sedangkan dalam Pasal 1338 KUHPerdata ditemukan dalam istilah “semua”. Kata-
kata semua menunjukkan bahwa setiap orang diberi kesempatan untuk menyatakan
keinginannya (will), yang dirasanya baik untuk menciptakan perjanjian. Asas ini
kepercayaan di antara kedua piha kitu bahwa satu sama lain akan memegang janjinya,
dengan kata lain akan memenuhi prestasinya di belakang hari. Tanpa ada kepercayaan
30
Ibid, hal. 82-87
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
31
itu, maka perjanjian itu tidak mungkin diadakan oleh para pihak. Dengan kepercayaan
ini, kedua pihak mengikatkan dirinya dan untuk keduanya perjanjian itu mempunyai
Asas pacta sunt servanda (janji itu mengikat) ini mengajarkan bahwa suatu
kontrak yang dibuat secara sah mempunyai ikatan hukum yang penuh. KUHPerdata
juga menganut asas ini dengan melukiskan bahwa suatu kontrak berlaku seperti
perjanjian bersifat obligatoir, maksudnya adalah setelah sahnya suatu kontrak, maka
kontrak tersebut sudah mengikat, tetapi baru sebatas menimbulkan hak dan kewajiban
di antara para pihak. Tetapi pada taraf tersebut hak milik belum berpindah ke pihak
lain. Untuk dapat memindahkan hak milik diperlukan perjanjian lain yang disebut
4. Syarat-Syarat Perjanjian
Agar suatu perjanjian oleh hukum dianggap sah sehingga mengikat kedua
31
Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis), Cet. II, Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2001, hal. 31-32.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
32
(1) dua unsur pokok yang menyangkut subjek yang mengadakan perjanjian
(unsur subjektif).
(2) dua unsur lainnya yang berhubungan langsung dengan objek perjanjian
(unsur objektif).
Unsur subjektif mencakup adanya kesepakatan secara bebas dari para pihak
yang berjanji dan kecakapan dari para pihak yang melaksanakan perjanjian.
merupakan objek yang diperjanjikan dan causa dari objek yang berupa prestasi
2). Syarat sah umum di luar Pasal 1338 dan 1339 KUHPerdata, yang terdiri dari :
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
33
3). Syarat akta pejabat tertentu yang bukan notaries untuk perjanjian-perjanjian
tertentu.
Merupakan konsekuensi hukum dari tidak terpenuhinya salah satu atau lebih
objektif tersebut adalah suatu hal tertentu dan tentu sebab yang halal.
berjanjia untuk melakukan atau melaksanakan sesuatu hal. Hal yang akan
Inti dari suatu perjanjian adalah bahwa para pihak harus melaksanakan apa
yang telah disetujui atau dijanjikan dengan tepat dan sesempurna mungkin. Tindakan
yang bertentangan yang dibuat oleh salah satu pihak mengakibatkan pihak yang lain
pemenuhan hak dan kewajiban yang telah diperjanjikan oleh pihak-pihak supaya
perjanjian itu mencapai tujuan. Tujuan tidak akan tercapai tanpa adanya pelaksanaan
perjanjian, dimana para pihak harus melaksanakan perjanjian dengan sempurna dan
melaksanakannya. Hanya jika ada sebab dari luar yang membuat pelaksanaan itu
secara fisik, hukum dan perdagangan tidak mungkin dilakukan, sehingga kepadanya
dapat dimaafkan karena tidak melaksanakan perjanjian itu. Kenyataan bahwa ia telah
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
35
melakukan pemeliharaan secara layak, tidak dapat dijadikan alasan baginya untuk
membela diri”. 32
perjanjian antara pihak-pihak merupakan suatu hal yang tidak main-main atau dengan
perkataan lain bahwa hak masing-masing pihak tetapi dijamin oleh undang-undang.
pihak melanggar/tidak mematuhi isi dari perjanjian yang telah mereka perbuat. Tentu
dilihat alasan tidak dilaksanakannya isi perjanjian, apakah karena keadaan memaksa
(overmacht) atau tidak. Bila ini terjadi karena keadaan memaksa harus juga dilihat
apakah keadaan itu memang betul-betul tidak dapat dielakkan atau bisa dilaksanakan
tegas dan cermat apa isinya, dengan perkataan lain apakah hak dan kewajiban masing-
masing pihak.
untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala
32
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perjanjian, Cet. II, Alumni, Bandung, 1986, hal. 156.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
36
sesuatu yang menurut sifat persetujuan, diharuskan oleh keputusan, kebiasaan atau
undang-undang”.
yang diharuskan oleh kepatutan harus juga diindahkan. Jadi adat istiadat (kebiasaan)
juga sebagai sumber norma di samping undang-undang untuk ikut menentukan hak-
hak dan kewajiban-kewajiban dari kedua belah pihak dalam suatu persetujuan, tetapi
Terjemahan ini banyak dikenal dan dipakai dalam literatur hukum dagang. 33
sedangkan dalam bahasa Inggris dipakai istilah “the insured”. Sedangkan orang yang
menanggung disebut Penanggung sebagai terjemahan dari bahasa aslinya yaitu bahasa
33
Abdul.kadir Muhammad, Op.cit, hal. 5.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
37
Supaya ada keseragaman istilah dalam ilmu hukum, sebaiknya digunakan istilah
Istilah asuransi dipakai terbatas pada nama jenis usaha dan nama perusahaan,
misalnya asuransi kebakaran, asuransi jiwa, PT. Asuransi Jiwaraya, PT. Asuransi
Bumiputera, PT. Asuransi Kredit Indonesia. Dalam UU No. 2 Tahun 1992 tentang
Penjamin untuk Penanggung dan Terjamin untuk Tertanggung. Walaupun istilah yang
dimaksud itu ada persamaan pengertiannya, istilah Penjamin dan Terjamin lebih tepat
istilah khusus yang dipakai dalam hukum Dagang dan istilah umum yang dipakai
34
Ibid.
35
Ibid, hal. 6,
36
Ibid.
37
Ibid, hal. 7.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
38
hukum yang berlaku di Indonesia adalah hukum tertulis yang sebagian besar berasal
dari bahasa Belanda. Karena itu, untuk mencapai keseragaman penggunaan istilah
1). Pihak-pihak
adalah pendukung hak dan kewajiban. Penanggung wajib memikul resiko yang
Tertanggung wajib membayar premi dan berhak memperoleh penggantian jika timbul
38
Abdulkadir Muhammad, Hukum Asuransi Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999,
hal. 8-10.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
39
Objek asuransi dapat berupa benda, hak atau kepentingan yang melekat pada
benda, dan sejumlah uang yang disebut premi atau ganti kerugian. Melalui objek
asuransi tersebut ada tujuan yang ingin dicapai oleh pihak-pihak. Penanggung
Peristiwa asuransi adalah perbuatan hukum (legal act) berupa persetujuan atau
peristiwa tidak pasti (evenemen) yang mengancam benda asuransi, dan syarat-syarat
yang berlaku dalam asuransi. Persetujuan atau kesepakatan bebas tersebut dibuat
dalam bentuk tertulis berupa akta yang disebut polis. Polis ini merupakan satu-satunya
keterikatan (legally bound) yang timbul karena persetujuan atau kesepakatan bebas.
Tertanggung untuk memenuhi kewajiban dan hak masing-masing terhadap satu sama
lain (secara timbal balik), artinya sejak tercapai kesepakatan asuransi, Tertanggung
terikat dan wajib membayar premi asuransi kepada Penanggung, dan sejak itu pula
kerugian atas benda asuransi, Penanggung wajib membayar ganti kerugian sesuai
dengan ketentuan polis asuransi. Tetapi jika tidak terjadi evenemen, premi yang sudah
Salah satu unsur penting dalam peristiwa asuransi yang terdapat dalam
rumusan Pasal 246 KUHDagang adalah ganti kerugian. Unsur tersebut hanya
menunjuk kepada asuransi kerugian (loss insurance) yang objeknya adalah harta
kekayaan. Asuransi jika (life insurance) tidak termasuk dalam rumusan Pasal 246
KUHDagang, karena jiwa manusia bukanlah harta kekayaan. Dengan demikian, dapat
diidentifikasikan beberapa unsur yang harus ada pada asuransi kerugian sebagai
berikut :39
perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan mana pihak Penanggung mengikatkan
39
Ibid.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
41
keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin akan diderita Tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti,
atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau
Rumusan Pasal 1 butir (1) UU No. 2 Tahun 1992 ternyata lebih luas jika
dibandingkan dengan rumusan Pasal 246 KUHDagang karena tidak hanya melingkupi
asuransi kerugian, melainkan juga asuransi jiwa. Hal ini dapat diketahui dari kata-kata
bagian akhir rumusan, yaitu “untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan
objek asuransi tidak hanya meliputi harta kekayaan melainkan juga jiwa/raga
manusia. 40
Begitu pula pendapat para pakar tentang pengertian asuransi, antara lain
adalah Williams, Jr dan Hens menyatakan bahwa :”Insurance is the protection agains
which the risk of two or more persons or firm are combined through actual or
promises contribution fund out of which claimens are paid” (Asuransi sebagai alat
premi). 42
40
Ibid, hal. 11.
41
Man Suparman Sastrawidjaja, Aspek-Aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga, Cetakan I,
Alumni, Bandung, 1997, hal. 10.
42
Ibid.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
42
Insurance is a contract by which the one party, in consideration of price paid to him
adequate to the risk, becomes security to the other that he shall not suffer loss,
damage, or prejudice by the happening of the perils specified to certain things may be
exposed to them” (Asuransi merupakan perjanjian antara satu pihak yang akan
kehilangan, kerusakan atau kerugian dari suatu peristiwa yang menimbulkan bahaya
43
baginya).
2. Sejarah Asuransi
1. Sebelum Masehi
uang guna membiayai pemerintahannya pada waktu itu. Untuk mendapatkan uang
budak yang melarikan diri, maka ia akan memerintahkan budak supaya budak itu
ditangkap atau jika tidak dapat ditangkap dibayar dengan sejumlah uang sebagai
gantinya.
Apabila ditelaah dengan teliti, uang yang diterima oleh Antimenes dari
pemilik budak itu adalah semacam premi yang diterima dari Tertanggung. Sedangkan
kesanggupan Antimenes untuk menangkap budak yang melarikan diri atau membayar
43
Ibid.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
43
ganti kerugian karena budak yang hilang adalah semacam resiko yang dipikul oleh
Pada zaman Yunani banyak orang yang meminjamkan sejumlah uang kepada
Pemerintah kota dengan janji bahwa uang tersebut diberi bunga setiap bulan sampai
wafatnya dan bahkan setelah wafat diberi bantuan biaya penguburan. Jadi, perjanjian
Perjanjian ini terus berkembang pada zaman Romawi sampai kira-kiran tahun
anggota perkumpulan harus membayar uang pangkal dan uang iuran bulanan. Apabila
biaya penguburan yang disampaikan kepada ahli warisnya. Apabila ada anggota
2. Abad Pertengahan
anggota-anggotanya dengan janji apabila ada anggota yang kebakaran rumah, gilda
akan memberikan sejumlah uang yang diambil dari dana gilde yang terkumpul dari
anggota-anggota. Perjanjian ini banyak terjadi pada abad ke-9 dan mirip dengan
asuransi kebakaran.
44
Abdulkadir Muhammad, Op.cit, hal. 1.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
44
Bentuk perjanjian seperti ini lebih lanjtu berkembang di Denmark, Jerman dan
negara-negara Eropa lainnya sampai pada abad ke-12. Pada abad ke-13 dan 14
perdagangan melalui laut mulai berkembang pesat. Tetapi tidak sedikit bahaya yang
mengancam dalam perjalanan perdagangan melalui laut. Keadaan ini mulai terpikir
oleh para pedagang waktu itu untuk mencari upaya yang dapat mengatasi
kemungkinan kerugian yang timbul melalui laut. Inilah titik awal perkembangan
asuransi laut.
uang dari pemilik uang dengan bunga tertentu. Sedangkan kapal dan barang
muatannya rusak dan tenggelam, uang dan bunganya susah dibayar kembali. Tetapi
apabila kapal dan barang muatannya tiba dengan selamat di tempat tujuan, uang yang
dipinjam itu dikembalikan ditambah dengan bunganya. Ini disebut bodemerij. Dengan
demikian, dapat dipahami bahwa bunga yang dibayar itu seolah-olah berfungsi
sebagai premi sedangkan pemilik uang berfungsi sebagai pihak yang menanggung
risiko kehilangan uang dalam hal terjadi bahaya yang menimbulkan kerugian. Jadi,
uang hilang itu dianggap seolah-oleh sebagai ganti kerugian kepada pemilik kapal dan
barang muatannya. 45
seperti di Inggris pada abad ke-17, kemudian di Prancis pada abad ke-18, dan terus ke
dimaklumi karena negara-negara tersebut banyak berlayar melalui laut dari dan ke
45
Ibid, hal. 2.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
45
mereka.
asuransi laut dimasukkan dalam kodifikasi. Pada waktu pembentukan Wetboek van
kebakaran, asuransi laut diatur secara khusus dalam Undang-Undang Asuransi Laut
(Marine Insurance Act) yang dibentuk pada tahun 1906. Berdasarkan asas
Perkembangan ilmu dan teknologi yang pesat pada abad ke-20 berdampak
positif pada perkembangan usaha bidang perasuransian. Kegiatan usaha tidak hanya
transportasi darat, laut dan udara serta meningkatkan mobilitas penumpang dari suatu
daerah ke daerah bahkan negara lain. Ancaman bahaya lalu lintas juga makin
perusahaan besar yang memerlukan banyak modal melalui kredit, bangunan kantor,
satelit sehingga perlu diasuransikan. Hal ini pernah terjadi ketika Indonesia
meluncurkan satelit Palapa B2 yang gagal masuk garis orbit. Karena kegagalan
kerugian, asuransi jiwa dan asuransi sosial yang diatur dalam berbagai undang-
undang, khusus mengenai asuransi sosial tidak didasarkan pada perjanjian melainkan
Dalam KUHDagang ada dua cara pengaturan asuransi yaitu pengaturan yang
bersifat umum dan yang bersifat khusus. Pengaturan yang bersifat umum terdapat
dalam Buku I Pasal 246-286 KUHDagang yang berlaku bagi semua jenis asuransi,
baik yang sudah diatur dalam KUHDagang maupun yang diatur di luar KUHDagang,
kecuali jika secara khusus ditentukan lain. Pengaturan yang bersifat khusus terdapat
dalam Buku I Bab 10 Pasal 287-308 KUHDagang dan Buku II Bab 9 dan 10 Pasal
46
Ibid, hal. 4-5.
47
Ibid.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
47
e). Asuransi pengangkutan darat, sungai dan perairan pedalaman Pasal 686-695
KUHDagang.
tersebut menimbulkan kewajiban dan hak Tertanggung dan Penanggung secara timbal
balik. Sebagai perjanjian khusus, asuransi dibuat secara tertulis dalam bentuk akta
maka UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian LN. No. 13 Tahun 1992
tanggal 11 Februari 1992 mengutamakan pengaturan asuransi dari segi bisnis dan
publik administrasi, yang jika dilanggar mengakibatkan pengenaan sanksi pidana dan
harus sesuai dengan aturan hukum perasuransian dan perusahaan yang berlaku. Dari
segi publik administrative artinya kepentingan masyarakat dan negara tidak boleh
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
48
dirugikan. Jika hal ini dilanggar, maka pelanggaran tersebut diancam dengan sanksi
Tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian LN. No. 120 Tahun 1992.
a). Usaha asuransi terdiri dari asuransi kerugian, asuransi jiwa dan reasuransi.
b). Usaha penunjang asuransi terdiri dari pialang asuransi, pialang reasuransi,
48
Ibid, hal. 19.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
49
b). Koperasi
b). Warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia bersama dengan
7). Pembinaan dan pengawasan terhadap usaha perasuransian oleh Menteri Keuangan
mengenai :
Negeri.
a). Sanksi pidana karena kejahatan : menjalankan usaha perasuransian tanpa izin,
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
50
Program asuransi sosial diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
sesuai dengan ketentuan Pasal 9 ayat (1) UU No. 2 Tahun 1992 . Perundang-
Tahun 1965.
b). UU No. 34 Tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan, Peraturan
a). UU No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK).
c). Peraturan Pemerintah No. 67 Tahun 1991 tentang Asuransi Sosial Angkatan
Bersenjata RI (ASABRI).
d). Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1981 tentang Asuransi Sosial Pegawai
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
51
KUHDagang, maka dianggap cukup memadai aturan hukum yang mengatur tentang
usaha perasuransian, baik dari segi keperdataan maupun dari segi publik administratif.
4. Jenis-Jenis Asuransi
(KUHD)
pembagian perjanjian asuransi dalam KUH Dagang tidak mengikuti aturan umum.
Kesimpulan tersebut dapat diambil dengan melihat bahwa pada umumnya masyarakat
membedakan secara tegas antara asuransi kerugian dengan asuransi jiwa, sedang
KUH Dagang tidak. Hal tersebut dapat dilihat pada KUH Dagang yang mengatur
jiwa.
berikut :49
jiwa.
perbuakan.
pedalaman.
49
Agus Prawoto, Hukum Asuransi dan Kesehatan Perusahaan Asuransi, Cetakan II, BPFE,
Yogyakarta, 1995, hal. 63-64.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
52
tidak bergerak dan barang-barang bergerak. Dasar KUH Dagang membedakan kedua
pertanggungan ini kurang jelas, namun pembedaan itu kemungkinan disebabkan oleh
bergerak, perbedaan dalam melakukan penilaian ganti rugi dan perbeda an dala
adalah :
Polis asuransi kebakaran menurut Pasal 287 KUH Dagang selain harus
menyebutkan hal-hal yang diatur dalam Pasal 256 KUH Dagang juga harus
memuat : 50
b). Pemakaiannya.
c). Sifat dan pemakaian gedung-gedung yang berbatasan, sekedar itu ada
bangunan, dalam polis harus diperjanjian bahwa kerugian yang menimpa persil yang
50
Ibid, hal. 64-65.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
53
bersangkutan akan diganti, dibangun kembali atau diperbaiki paling banyak sampai
dengan jumlah uang pertanggungan. Dalam hal kerugian itu diberikan ganti rugi,
maka besarnya ganti rugi dihitung dengan membandingkan antara harga persil
kebakaran, dan kerugian itu dibayar dengan harga tunai. Sedang dalam hal ganti rugi
pengawasan seperlunya atas penggunaan uang ganti rugi yang diberikan, bahkan jika
perlu dengan suatu penetapan dengan melalui keputusan hakim (Pasal 288 KUH
kebakaran dengan harga penuh, maka biaya pembangunan kembali yang dapat
diperjanjian dalam polis tidak boleh melebihi dari tiga perempat biaya-biaya tersebut
barang itu tidak dicantumkan dalam polis, maka ganti rugi diberikan sesuai dengan
kerugian yang diderita dengan catatan bahwa nilai barang dinilai pada saat kerugian
menganggapnya terlalu tinggi, maka hakim dapat meminta kepada Tertanggung untuk
mengangkat sumpah mengenai harga barang tersebut (Pasal 295 KUH Dagang).
51
Ibid, hal. 67.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
54
Pertanggungan ini diatur dalam Pasal 299 KUH Dagang sampai dengan Pasal
301, dan macam asuransi jenis ini di masyarakat dikenal dengan nama Crops
syarat-syarat sebagaimana disebutkan dalam Pasal 256, maka dalam polis juga harus
52
dicantumkan :
b). pemakaiannya.
hukum tentang hasil dari suatu lahan yang dipertanggungkan, juga dapat membantu
asuransi yang harus dibayar. Pertanggungan dapat diadakan untuk waktu satu tahun
atau lebih. Dan apabila waktu pertanggungan ini tidak ditentukan dalam polis, maka
Nilai kerugian yang harus diberikan ganti rugi adalah selisih antara nilai hasil
pertanian atau nilai kenikmatan hasil tersebut, bila tidak terjadi bencana dengan harga
Perjanjian ini dalam KUH Dagang diatur dalam Pasal 302 sampai dengan
Pasal 308. Yang dipertanggungkan dalam perjanjian asuransi ini adalah jiwa
baik untuk suatu waktu tertentu yang diperjanjikan atau untuk seumur hidup
52
Ibid, hal. 68.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
55
Keleluasaan yang terlalu besar semacam inilah yang kemudian menimbulkan berbagai
masyarakat umum.
Selain itu yang perlu diperhatikan dalam hubungannya dengan objek yang
dipertanggungkan prinsip-prinsip asuransi adalah apakah jiwa itu dapat dinilai atau
tidak. Dan apakah kematian itu tidak bersifat pasti. Untuk menjawab pertanyaan ini,
maka kita perlu melihat kembali bahwa KUH Dagang membolehkan yang
walaupun yang diasuransikan secara tertulis adalah kerugian yang timbul sebagai
akibat dari matinya tertanggung yaitu terputusnya aliran pendapatan yang semula
dihasilkan oleh tertanggung. Jadi bukanlah jiwanya, karena jiwa seseorang itu tidak
dapat dinilai dengan uang. Sedangkan mengenai kematian tertanggung, yang belum
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
56
seseorang/tertanggung.
Tidak ada suatu ketentuan umum yang menjelaskan mengenai apa yang
dimaksud dengan bahaya laut. Dari ketentuan Pasal 637 KUH Dagang yang mengatur
mengenai kerugian yang harus dipikul oleh tertanggung, dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan bahaya laut meliputi, taufan, hujan lebat, pecahnya kapal,
malapetaka yang datang dari luar, dan bahaya lain sepanjang tidak dikecualikan oleh
perairan darat.
dari bahaya-bahaya tersebut. Dalam Pasal 693 KUH Dagang hanya disebutkan bahwa
penanggung juga harus bertanggung jawab terhadap kerugian yang ditimbulkan oleh
53
Ibid, hal. 73-74.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
57
Mengenai isi polis, Pasal 686 KUH Dagang menentukan bahwa selain
persyaratan yang ditentukan dalam Pasal 256 KUH Dagang, maka polis untuk
a). waktu dalam hal perjalanan itu harus selesai, apabila perjalanan itu ditentukan
b). apakah perjalanan itu harus dilakukan secara tidak terputus-putus ataukah
sebagian-sebagian.
c). nama nakhoda, juru angkut atau ekspeditur yang telah menerima pengangkutan
tersebut.
tidak mengatur secara lengkap mengenai macam pertanggungan yang ada dalam
masyarakat.
55
Jenis pertanggungan yang belum diatur oleh KUH Dagang adalah :
jaminan terhadap kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan. Kerugian yang timbul
dari kecelakaan dapat berupa meninggal, cacat sementara, cacat tetap, biaya
timbul dari perkelahian, tindak pidana, bunuh diri, mabuk, melahirkan, pembedahan,
peperangan dan bencana alam. Demikian jgua kerugian yang disebabkan oleh radiasi
nuklir, dihukum mati, kecelakaan karena latihan olah raga bela diri, seperti silat,
54
Ibid, hal. 76-77.
55
Ibid, hal. 77-93.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
58
karate dan sebagainya. Namun demikian, kecelakaan yang diakibatkan oleh olah rga
keras dapat diasuransikan walaupun preminya sangat tinggi. Sebagai contoh adalah
yang lebih besar. Sakitnya seseorang tidak hanya dapat menyebabkan berkurangnya
untuk memperoleh pendapatan itu berlangsung dalam jangka waktu yang lama, maka
penerbangan saat ini memberikan jaminan terhadap kerugian yang timbul dari
penerbangan secara luas. Yang dijamin tidak saja terhadap kerugian yang berkaitan
penumpang, bagasi, tanggung jawab hukum terhadap ketiga dan bahkan produknya
itu sendiri.
Kerugian yang dimaksud dalam asuransi jenis ini biasanya merupakan kerugian yang
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
59
banjir, gempa bumi, dan sebagainya. Misalnya akibat kebakaran yang menimpa suatu
kehilangan pangsa pasar atas produk yagn dijualnya, serta menunggu dibangunnya
perbuatan orang. Perbuatan orang dapat berupa perbuatan yang halal dan tidak halal.
Asuransi tanggung jawab hukum adalah asuransi yang berkaitan dengan perbuatan
orang yang tidak halal, yaitu perbuatan orang yang menimbulkan kerugian pada pihak
lain.
ditabrak yang menyebabkan pihak tersebut dapat menuntut ganti rugi kepda yang
menabraknya.
tugas pekerjaan yang sebagian atau seluruhnya gagal dilaksanakan oleh obligee
Fidelity bond adalah asuransi yang menjamin kerugian yang timbul karena
melanggar kepercayaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada tertanggung (pembeli
jaminan).
usaha yang lain, seorang investor seringkali tidak saja menggunakan dana yang
dimiliki sendiri, melainkan juga dengan menggunakan dana yang berasal dari
Agar kredit yang diberikan oleh suatu bank itu mendapatkan jaminan
pengembalian pokok dan bunganya, maka selain bank akan melakukan studi atas
proposal yang diajukan peminjam juga sering menggunakan lembaga asuransi dalam
transaksi tersebut karena terdapatnya bahaya/peril lain yang tidak dapat dijangkau
dalam sistem pengawasan perbankan. Dalam hubungan seperti itu biasanya pihak
bank (kreditur) akan minta agar pihak debitur (peminjam) menutup suatu asuransi,
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
61
ditimbulkan oleh tindak pidana pencurian atau perampokan yang diderita oleh
tertanggung.
Objek yang diasuransikan adalah segala kerugian yang timbul baik karena
karena tindak pidana pencurian (yang bisa terjadi dengan kekerasan) dan atau
perampokan. Di Indonesia, kerugian semacam ini dapat ditutup pula dengan asuransi
kebakaran.
penggelapan dan tindakan lain yang dilakukan tertanggung ataupun yang dikuasakan
melakukan pengelolaan terhadap surat-surat berharga, pada saat surat-surat itu ada
pada lemari pengaman (vault). Asuransi juga dapat ditutup terhadap surat berharga
yang dalam pengiriman, terhadap kerugian yang timbul karena hilang, dicuri,
hukum, yaitu suatu asuransi yang memberikan jaminan terhadap kerugian yang timbul
karena kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh kalangan profesi yang
melakukan tugas seperti dokter, lawyer (penasehat hukum) dan sebagainya. Dalam
menentukan apakah seorang profesi itu melakukan kelalaian atau tidak maka
5. Perjanjian Asuransi
Perjanjian adalah hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan
kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum. Hubungan hukum adalah suatu
hubungan yang akibatnya diatur oleh hukum. Setiap perjanjian asuransi harus
mengandung unsur-unsur essensial seperti kata sepakat, pihak yang kompeten, objek
Prinsip ini terkandung dalam Pasal 250 KUH Dagang yang pada intinya
menentukan bahwa agar suatu perjanjian asuransi dapat dilaksanakan, maka objek
(insurable interest) yakni kepentingan yang dapat dinilai dengan uang. Dengan kata
b. Prinsip Keterbukaan
Prinsip keterbukaan (ulmost good faith) terkandung dalam ketentuan Pasal 253
KUH Dagang yang pada intinya menyatakan bahwa penutupan asuransi baru sah
c. Prinsip Indemnity
Prinsip ini terkandung dalam Pasal 253 KUH Dagang. Menurut prinisp
Indemnity bahwa yang menjadi dasar penggantian kerugian dari penanggung kepada
56
Abdul R. Saliman dkk, Hukum Bisnis untuk Perusahaan (Teori dan Contoh Kasus),
Cetakan I, Kencana, Jakarta, 2006, hal. 186-187.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
63
dalam arti tidak dibenarkan mencari keuntungan dari ganti rugi asuransi atau
pertanggungan. Inti dari prinsip ini adalah seimbang yakni seimbang antara kerugian
Prinsip ini terkandung dalam ketentuan Pasal 284 KUH Dagang yang pada
dasar prinsip indemnity, maka si tertanggung tak berhak lagi memperoleh penggantian
dari pihak lain, walaupun jelas ada pihak lain yang bertanggung jawab pula atas
kerugian yang dideritanya. Penggantian dari pihak lian harus diserahkan pada
yang tidak pasti. Terjadinya peristiwa yang tidak pasti itu merupakan syarat
maka si tertanggung percaya bahwa apabila resiko itu ternyata menjadi kenyataan,
57
Agus Prawoto, Op.cit, hal. 45.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
64
disebut sebagai subjek perjanjian yaitu pihak tertanggung dan penanggung yang
(3). Meminta ganti kerugian kepada penanggung karena pihak yang disebut
kemampuan penanggungnya.
(7). Menuntut ganti rugi kepada penanggung apabila peristiwa yang diperjanjian
yang diasuransikan.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
65
dihindari.
(2). Meminta keterangan yang benar dan lengkap kepada tertanggung yang
(4). Memiliki premi yang sudah diterima dalam hal asuransi batal atau gugur
(5). Melakukan asuransi kembali kepada penanggung yang lain, dengan maksud
(1). Memberikan ganti kerugian atau sejumlah uang kepada tertanggung apabila
peristiwa yang diperjanjikan terjadi, kecuali jika terdapt hal yang dapat
(3). Mengembalikan premi kepada tertanggung jika asuransi batal atau gugur
seluruhnya.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
66
(b). Bila hanya sebagian barang-barang yang diangkut, maka hanya sebagian
(a). tertanggung tidak memberi tahu hal yang sebenarnya kepada penanggung
(b). terjadi dubble verzekering atau a double insurance atau asuransi ganda.
(a). asuransi telah selesai dengan tibanya waktu yang telah diperjanjikan.
(b). terjadi pemusnahan keseluruhan atau terjadi kerugian yang mencapai jumlah
yang dipertanggungkan.
(d). objek bahaya tidak lagi terancam bahaya / tertanggung tidak lagi memiliki
(e). perjanjian asuransi diputuskan, sebab salah satu pihak telah melakukan
wanprestasi.
6. Peralihan Resiko
58
Man Suparman Sastrawidjaja, Op.cit, hal. 20-23.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
67
Secara umum arti risiko dalam pengertian hukum adalah beban kerugian yang
diakibatkan karena suatu peristiwa di luar kesalahannya. Dalam pengertian lain, bisa
juga dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan risiko adalah suatu ketidaktentuan
yang berarti kemungkinan terjadinya suatu kerugian dimasa yang akan datang. Jadi
ketidakpastian menjadi kepastian, yaitu dalam hal terjadinya suatu kerugian, maka
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan risiko (risk)
dalam hukum asuransi atau pertanggungan adalah suatu peristiwa yang terjadi di luar
mana merupakan objek jaminan asuransi atau pertanggungan sehingga pihak terakhir
ini (penanggung) akan memberikan ganti kerugian atau sejumlah uang apabila risiko
a. Risiko murni
Risiko murni (pure risk) adalah suatu peristiwa yang masih tidak pasti bahwa
suatu kerugian akan timbul, dimana jika kejadian tersebut terjadi, maka keadaan sama
sekali seperti sediakala (tidak untung atau tidak rugi). Melihat kepada objek yang
(1). Risiko perorangan (personal risk) merupakan suatu risiko yang tertuju langsung
kepada orang yang bersangkutan, yakni yang akan mempengaruhi secara langsung
terhadap penghasilannya.
59
Abdul R. Saliman, dkk, Op.cit, hal. 189-191.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
68
(2). Risiko harta benda (property risk) adalah suatu risiko yang tertuju kepada harta
benda milik orang tersebut, yakni risiko atas kemungkinan hilang atau rusaknya
(3). Risiko tanggung jawab (liability risk) adalah risiko yang mungkin akan timbul
b. Risiko spekulasi
c. Risiko khusus
Risiko khusus adalah risiko yang terbit dari tindakan individu dengan dampak
hanya terhadap seseorang tertentu saja. Misalnya risiko berupa kebakaran pada mobil
G. Polis Asuransi
dibuat secara tertulis dalam suatu akta yang disebut polis (policy). Polis ini berfungsi
sebagai alat bukti tertulis bahwa telah terjadi pertanggungan antara tertanggung dan
Menurut ketentuan Pasal 256 KUH Dagang, dalam setiap polis, kecuali
f. saat bahaya mulai berjalan dan berakhir yang menjadi tanggungan penanggung.
g. premi pertanggungan.
h. umumnya semua keadaan yang perlu diketahui oleh penanggung dan segala syarat
isi polis dari berbagai pertanggungan yang diadakan lebih dulu (sebelumnya), dengan
ancaman batal jika tidak dicantumkan. Berbagai pertanggungan yang dimaksud ialah
seperti yang diatur dalam Pasal 271, 272, 280, 603, 606, 615 KUH Dagang.
dikemukakan tadi, di dalam polisnya harus dimuat juga ketentuan tambahan, yaitu
ketentuan Pasal 299 KUH Dagang bagi pertanggungan hasil panen, Pasal 304 KUH
Dagang bagi pertanggungan jiwa, Pasal 287 KUH Dagang bagi pertanggungan
kebakaran. Pasal 592 KUH Dagang bagi pertanggungan bahaya di laut. Pasal 686
perairan pedalaman.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
70
BAB III
berbunyi :
merupakan landasan hukum dalam upaya melindungi segenap bangsa Indonesia, tidak
transaksi jual beli secara elektronik. Indonesia merupakan negara hukum sehingga
bahwa segala badan negara dan peraturan yang ada masih tetap berlaku sebelum
tetap berlaku seperti Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) dan
Berbicara menganai transaksi jual beli secara elektronik, tidak terlepas dari
konsep perjanjian secara mendasar sebagaimana termuat dalam Pasal 1313 KUH
Perdata yang menegaskan bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Ketentuan
yang mengatur tentang perjanjian terdapat dalam Buku III KUH Perdata, yang
sehingga hanya berfungsi mengatur saja. Sifat terbuka dari KUH Perdata ini
tercermin dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang mengandung asas Kebebasan
Berkontrak, maksudnya setiap orang bebas untuk menentukan bentuk, macam dan isi
berlaku, kesusilaan dan ketertiban umum, serta selalu memperhatikan syarat sahnya
perjanjian sebagaimana termuat dalam Pasal 1320 KUH Perdata yang mengatakan
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
72
membuat perjanjian, sehingga dalam melakukan suatu perjanjian tidak boleh ada
sebagai salah satu syarat sahnya perjanjian maksudnya bahwa para pihak yang
melakukan perjanjian harus telah dewasa yaitu telah berusia 18 tahun atau telah
yang belum dewasa hendak melakukan sebuah perjanjian, maka dapat diwakili oleh
orang tua atau walinya sedangkan orang yang cacat mental dapat diwakili oleh
objek perjanjian itu harus jelas, dapat ditentukan dan diperhitungkan jenis dan
pihak.
berdasarkan itikad baik. Berdasarkan Pasal 1335 KUH Perdata, suatu perjanjian
tanpa sebab tidak mempunyai kekuatan. Sebab dalam hal ini adalah tujuan dibuatnya
sebuah perjanjian. 61
Kesepakatan para pihak dan kecakapan para pihak merupakan syarat sahnya
perjanjian yang bersifat subjektif. Apabila tidak tepenuhi, maka perjanjian dapat
dibatalkan artinya selama dan sepanjang para pihak tidak membatalkan perjanjian,
maka perjanjian masih tetap berlaku. Sedangkan suatu hal tertentu dan suatu sebab
yang halal merupakan syarat sahnya perjanjian yang bersifat objektif. Apabila tidak
60
Riduan Syahrani, Seluk-Beluk Dan Asas-Asas Hukum Perdata, Bandung:Alumni, 1992,
hlm.217.
61
Ibid, hlm.218
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
73
terpenuhi, maka perjanjian batal demi hukum artinya sejak semula dianggap tidak
kehendak dari para pihak yang membuat perjanjian pada saat ini telah mengalami
Pada saat ini muncul perjanjian-perjanjian yang dibuat dimana isinya hanya
merupakan kehendak dari salah satu pihak saja. Perjanjian seperti itu dikenal dengan
sebutan Perjanjian Baku (standard of contract). Pada dasarnya suatu perjanjian harus
1. unsur esentialia, sebagai unsur pokok yang wajib ada dalam perjanjian, seperti
identitas para pihak yang harus dicantumkan dalam suatu perjanjian, termasuk
2. unsur naturalia, merupakan unsur yang dianggap ada dalam perjanjian walaupun
tidak dituangkan secara tegas dalam perjanjian, seperti itikad baik dari masing-
3. unsur accedentialia, yaitu unsur tambahan yang diberikan oleh para pihak dalam
perjanjian, seperti klausula tambahan yang berbunyi “barang yang sudah dibeli
Dalam suatu perjanjian harus diperhatikan pula beberapa macam azas yang
62
R. Subekti, Aneka Perjanjian, Cet.VII, Bandung:Alumni, 1985, hlm. 20
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
74
2. Azas Kepercayaan, yang harus ditanamkan diantara para pihak yang membuat
perjanjian.
3. Azas kekuatan mengikat, maksudnya bahwa para pihak yang membuat perjanjian
4. Azas Persamaan Hukum, yaitu bahwa setiap orang dalam hal ini para pihak
keseimbangan hak dan kewajiban dari masing-masing pihak sesuai dengan apa
yang diperjanjikan.
6. Azas Moral adalah sikap moral yang baik harus menjadi motivasi para pihak yang
7. Azas Kepastian Hukum yaitu perjanjian yang dibuat oleh para pihak berlaku
8. Azas Kepatutan maksudnya bahwa isi perjanjian tidak hanya harus sesuai dengan
bahwa suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas
dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat
lazim dilakukan, sesuai dengan isi pasal 1347 KUH Perdata yang berbunyi hal-hal
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
75
perjanjian yang dilakukan melalui media internet, seperti perjanjian jual beli secara
Menurut Pasal 1457 KUH Perdata, jual beli adalah suatu perjanjian dengan mana
pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak
yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. Jual beli tidak hanya dapat
dilakukan secara berhadapan langsung antara penjual dengan pembeli, tetapi juga
dapat dilakukan secara terpisah antara penjual dan pembeli, sehingga mereka tidak
elektronik.
Dalam kontrak jual beli para pelaku yang terkait didalamnya yaitu penjual
atau pelaku usaha dan pembeli yang berkedudukan sebagai konsumen memiliki hak
kewajiban pelaku usaha, dalam hal ini penjual yang menawarkan dan menjual suatu
produk, yaitu :
2. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang dan atau jasa serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan dan
pemeliharaan;
diskriminatif;
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
76
5. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan atau mencoba barang
dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan atau garansi atas barang yang
pembelinya melalui kontrak standar yang memuat klausula baku maka harus
memperhatikan syarat sahnya perjanjian sebagaimana termuat dalam Pasal 1320 KUH
Perdata. Selain kewajiban, penjual juga memiliki hak dalam proses jual beli antara
lain :
yang beritikad tidak baik, kemudian haknya untuk melakukan pembelaan diri
dijualnya, dalam hal ini tidak terbukti adanya kesalahan penjual., dan sebagainya.
Sesuai dengan ketentuan Pasal 6, pelaku usaha dalam hal ini termasuk penjual
kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan atau jasa yang
diperdagangkan;
2. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad
tidak baik;
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
77
4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian
konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan atau jasa yang diperdagangkan;
Selain hak dan kewajiban penjual, ada juga hak dan kewajiban pembeli
sebagai pihak dalam perjanjian jual beli. Kewajiban pembeli juga termuat dalam
sebagai konsumen mempunyai kewajiban dalam proses jual beli sebagai berikut :
2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi jual beli barang dan atau jasa tersebut.
menurut perjanjian sesuai nilai tukar yang telah disepakati. Harga termaksud
berupa sejumlah uang meskipun hal ini tidak ditegaskan dalam undang-undang,
tetapi dianggap telah terkandung dalam pengertian jual beli sebagaimana diatur
dalam Pasal 1465 KUH Perdata, apabila pembayaran tersebut berupa barang,
maka hal tersebut menggambarkan bahwa yang terjadi bukanlah suatu proses jual
beli tapi tukar menukar, atau pembayaran yang dimaksud berupa jasa berarti
mencerminkan perjanjian kerja. Pada dasarnya harga dalam suatu perjanjian jual
ada juga harga dalam jual beli yang ditentukan oleh pihak ketiga, dengan
demikian, hal tersebut dianggap sebagai perjanjian jual beli dengan syarat
tangguh, yang mana perjanjian dianggap ada pada saat pihak ketiga menentukan
harga termaksud. Berdasarkan Pasal 1465 KUH Perdata, segala biaya untuk
membuat akta jual beli dan biaya tambahan lainnya ditanggung oleh pembeli,
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
78
jual beli diatur pula mengenai waktu dan tempat dilakukannya pembayaran,
yang diperjual belikan atau pada saat levering, sebagaimana diatur dalam Pasal
1514 KUH Perdata yang menyebutkan bahwa apabila pada saat perjanjian jual
beli dibuat tidak ditentukan waktu dan tempat pembayaran maka pembayaran ini
4. Biaya akta-akta jual beli serta biaya lainnya ditanggung oleh pembeli.
5. Mengikuti upaya penyelesaian hukum secara patut apabila timbul sengketa dari
konsumen juga memiliki hak dalam proses jual beli sebagaimana diatur dalam Pasal 4
2. Hak untuk memilih serta mendapatkan barang dan atau jasa dengan kondisi yang
3. Hak untuk mendapatkan informasi secara benar, jujur, dan jelas mengenai barang
4. Hak untuk mendapatkan pelayanan dan perlakuan secara benar dan tidak
diskriminatif.
5. Hak untuk didengarkan pendapatnya atau keluhannya atas kondisi barang dan atau
6. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum secara patut apabila dari proses jual
7. Hak untuk mendapatkan kompensasi atau ganti rugi apabila barang dan atau jasa
Dengan demikian hak dan kewajiban penjual dan pembeli sebagai para pihak
dalam perjanjian jual beli harus dilaksanakan dengan benar dan lancar, apabila para
Ketentuan mengenai hak dan kewajiban penjual dan pembeli tersebut diatas, berlaku
juga dalam transaksi jual beli secara elektronik, walaupun antara penjual dan pembeli
tidak bertemu langsung, namun tetap ketentuan mengenai hak dan kewajiban penjual
dan Transaksi Elektronik Tahun 2008, disebutkan bahwa transaksi elektronik adalah
atau media elektronik lainnya. Transaksi jual beli secara elektronik merupakan salah
satu perwujudan ketentuan di atas. Pada transaksi jual beli secara elektronik ini, para
pihak yang terkait didalamnya, melakukan hubungan hukum yang dituangkan melalui
suatu bentuk perjanjian atau kontrak yang juga dilakukan secara elektronik dan sesuai
ketentuan Pasal 1 angka 18 RUU Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE),
disebut sebagai kontrak elektronik yakni perjanjian yang dimuat dalam dokumen
Pada transaksi jual beli secara elektronik, sama halnya dengan transaksi jual
beli biasa yang dilakukan di dunia nyata, dilakukan oleh para pihak yang terkait,
walaupun dalam jual beli secara elektronik ini pihak-pihaknya tidak bertemu secara
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
80
langsung satu sama lain, tetapi berhubungan melalui internet. Dalam transaksi jual
1. Penjual atau merchant atau pengusaha yang menawarkan sebuah produk melalui
2. Pembeli atau konsumen yaitu setiap orang yang tidak dilarang oleh undang-
undang, yang menerima penawaran dari penjual atau pelaku usaha dan
berkeinginan untuk melakukan transaksi jual beli produk yang ditawarkan oleh
penjual/pelaku usaha/merchant.
3. Bank sebagai pihak penyalur dana dari pembeli atau konsumen kepada penjual
atau pelaku usaha/merchant, karena pada transaksi jual beli secara elektronik,
penjual dan pembeli tidak berhadapan langsung, sebab mereka berada pada lokasi
yang berbeda sehingga pembayaran dapat dilakukan melalui perantara dalam hal
ini bank;
Pada dasarnya pihak-pihak dalam jual beli secara elektronik tersebut diatas,
merupakan pihak yang menawarkan produk melalui internet, oleh karena itu, seorang
penjual wajib memberikan informasi secara benar dan jujur atas produk yang
ditawarkannya kepada pembeli atau konsumen. Disamping itu, penjual juga harus
barang yang ditawarkan adalah barang yang layak untuk diperjualbelikan. Dengan
demikian transaksi jual beli termaksud tidak menimbulkan kerugian bagi siapapun
63
Edmon makarim, Kompilasi Hukum Telematika, Jakarta :PT.Gravindo Persada, 2000, hlm.65
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
81
yang menjadi pembelinya. Di sisi lain, seorang penjual atau pelaku usaha memiliki
hak untuk mendapatkan pembayaran dari pembeli/konsumen atas harga barang yang
pembeli/konsumen yang beritikad tidak baik dalam melaksanakan transaksi jual beli
barang yang telah dibelinya dari penjual sesuai jenis barang dan harga yang telah
disepakati antara penjual dengan pembeli tersebut. Selain itu, pembeli juga wajib
mengisi data identitas diri yang sebenar-benarnya dalam formulir penerimaan. Di sisi
yang akan dibelinya dari seoarng penjual, sehingga pembeli tidak dirugikan atas
produk yang telah dibelinya itu. Pembeli juga berhak mendapatkan perlindungan
Bank sebagai perantara dalam transaksi jual beli secara elektronik, berfungsi
sebagai penyalur dana atas pembayaran suatu produk dari pembeli kepada penjual
produk dari penjual melalui internet berada di lokasi yang letaknya saling berjauhan
pembayaran atas harga produk yang telah dibelinya dari penjual, misalnya dengan
acount).
Provider merupakan pihak lain dalam transaksi jual beli secara elektronik,
dalam hal ini provider memiliki kewajiban untuk menyediakan layanan akses 24 jam
kepada calon pembeli untuk dapat melakukan transaksi jual beli secara elektronik
melalui media internet dengan penjual yang menawarkan produk lewat internet
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
82
tersebut, dalam hal ini terdapat kerjasama antara penjual/pelaku usaha dengan
dilakukan dengan memadukan jaringan (network) dari sistem informasi yang berbasis
telekomunikasi. Hubungan hukum yang terjadi dalam transaksi jual beli secara
elektronik tidak hanya tejadi antara pengusaha dengan konsumen saja, tetapi juga
hal ini, baik pembeli maupun penjual adalah sebuah perusahaan dan bukan
mengetahui satu sama lain dan transaksi jual beli tersebut dilakukan untuk
2. Customer to Customer, merupakan transaksi jual beli yang terjadi antara individu
3. Customer to Business, merupakan transaksi jual beli yang terjadi antara individu
Dengan demikian pihak-pihak yang dapat terlibat dalam suatu transaksi jual
beli secara elektronik, tidak hanya antara individu dengan individu saja tetapi dapat
individu dengan sebuah perusahaan, perusahaan dengan perusahaan atau bahka antara
individu dengan pemerintah, dengan syarat bahwa para pihak termaksud secara
64
Ibid, hal. 77.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
83
perdata telaha memenuhi persyaratan untuk dapat melakukan suatu perbuatan hukum
Pada dasarnya proses transaksi jual beli secara elektronik tidak jauh berbeda
dengan proses transaksi jual beli biasa di dunia nyata. Pelaksanaan transaksi jual beli
65
secara elektronik ini dilakukan dalam beberapa tahap, sebagai berikut :
1. Penawaran, yang dilakukan oleh penjual atau pelaku usaha melalui websitepada
internet. Penjual atau pelaku usaha menyediakan storefront yang berisi katalog
produk dan pelayanan yang akan diberikan. Masyarakat yang memasuki website
pelaku usaha tersebut dapat melihat-lihat barang yang ditawarkan oleh penjual.
Salah satu keuntungan transaksi jual beli melalui di toko on line ini adalah bahwa
pembeli dapat berbelanja kapan saja dan dimana saja tanpa dibatasi ruang dan
yang ditawarkan, harga, nilai rating atau poll otomatis tentang barang yang diisi
oleh pembeli sebelumnya, spesifikasi barang termaksud dan menu produk lain
yang berhubungan. Penawaran melalui internet terjadi apabila pihak lain yang
menggunakan media internet memasuki situs milik penjual atau pelaku usaha
menggunakan media internet dan tmemasuki situs milik pelaku usaha yang
menawarkan sebuah produk maka tidak dapat dikatakan ada penawaran. Dengan
demikian penawaran melalui media internet hanya dapat terjadi apabila seseorang
e-mail, karena penawaran hanya ditujukan pada sebuah e-mail yang dituju
65
Ibid, hal. 82.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
84
karena siapa saja dapat masuk ke dalam website yang berisikan penawaran atas
suatu barang yang ditawarkan oleh penjual atau pelaku usaha. Setiap orang yang
berminat untuk membeli baranga yang ditawarkan itu dapat membuat kesepakatan
dengan penjual atau pelaku usaha yang menawarkan barang tersebut. Pada
transaksi jual beli secara elektronik, khususnya melalui website, biasanya calon
pembeli akan memilih barang tertentu yang ditawarkan oleh penjual atau pelaku
usaha, dan jika calon pembeli atau konsumen itu tertarik untuk membeli salah satu
barang yang ditawarkan, maka barang itu akan disimpan terlebih dahulu sampai
misalnya melalui fasilitas internet, namun tetap bertumpun pada sistem keuangan
nasional, yang mengacu pada sistem keuangan lokal. Klasifikasi cara pembayaran
b. Pembayaran dua puhak tanpa perantara, yang dapat dilakukan langsung antara
66
Ibid, hal. 90.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
85
nomor kartu kredit pada formulir yang disediakan oleh penjual dalam
sulit untuk dilakukan secara langsung, karena adanya perbedaan lokasi antara
barang yang ditawarkan oleh penjual kepada pembeli, dalam hal ini pembeli
dijadikan objek perjanjian dikirimkan oleh penjual kepada pembeli dengan biaya
Berdasarkan proses transaksi jual beli secara elektronik yang telah diuraikan
diatas menggambarkan bahwa ternyata jual beli tidak hanya dapat dilakukan secara
konvensional, dimana antara penjual dengan pembeli saling betemu secara langsung,
namun dapat juga hanya melalui media internet, sehingga orang yang saling berjauhan
atau berada pada lokasi yang berbeda tetap dapat melakukan transaksi jual beli tanpa
harus bersusah payah untuk saling bertemu secara langsung, sehingga meningkatkan
efektifitas dan efisiensi waktu serta biaya baik bagi pihak penjual maupun pembeli.
1. Pengertian konsumen
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
86
perusahaan yang membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu"; atau
"sesuatu atau seseorang yang mengunakan suatu persediaan atau sejumlah barang".
ada juga yang mengartikan " setiap orang yang menggunakan barang atau jasa". 67
Dari pengertian diatas terlihat bahwa ada pembedaan antar konsumen sebagai
orang alami atau pribadi kodrati dengan konsumen sebagai perusahan atau badan
menggunakan barang tersebut untuk dirinya sendiri atau untuk tujuan komersial
Banyak negara secara tegas menetapkan siapa yang disebut sebagai konsumen
pembayarannya, tetapi tidak termasuk mereka yang mendapatkan barang untuk dijual
kembali atau lain-lain keperluan komersial (Consumer protection Act No. 68 of 1986
Tim Peneliti UI dalam Ketentuan Umum Pasal 1; Dalam Undang-undang ini yang
dimaksud dengan : “konsumen adalah setiap orang atau keluarga yang mendapatkan
barang untuk dipakai dan tidak untuk dipakai dan tidak untuk diperdagangkan”.
didapatkannya barang yaitu dalam hal ini tidak perlu ada hubungan jual beli.
Misalnya seorang kepala keluarga yang membeli barang untuk dinikmati oleh seluruh
67
Dewi Lestari, Konsumen, E-Commerce dan Permasalahannya, diakses dari situs : e-
Commerce - http://www.lkht.net/artikel_lengkap.php?id=16, tanggal 12 Februari 2008.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
87
anggota keluarga, maka anggota keluarga yang memakai walau tidak membeli
Konsumen yang mulai berlaku satu bulan sejak penggggundangannya, yaitu 20 April
barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingaan diri
sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan." Definisi ini sesuai dengan pengertian bahwa konsumen adalah end
pidana, hukum perdata, hukum adaministrasi, hukum internasional, hukum adat dan
berbagai cabang hukum lainnya. Dalam hal ini juga belum ada kesepakatan hukum
konsumen terletak dalam cabang hukum yang mana.. Hal ini dikarenakan kajian
masalah hukum konsumen tersebar dalam berbagai lingkungan hukum antara lain
anatara berbagai pihak berkaitan dengan dengan barang dan atau jasa konsumen satu
berlaku di Indonesia tidaklah mudah, hal ini dikarenakan tidak dipakainya istilah
68
Redynal Saat, Electronic Commerce, Peluang dan Kendala, diakes dari situs : e-Commerce -
http://www.lkht.net/artikel_lengkap.php?id=16, tanggal 10 April 2008.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
88
1. Keputusan Menteri Perindustrian No. 727/ M/ SK/ 12/ 1981 tentang Wajib
Pemberian Tanda (Label) Pada Kain Batik Tulis, Kain Batik Kombinasi (Tulis
dan Cap), dan Tekstil yang Dicetak (printed) dengan Motif (Disain) Batik.
dan ijin Pengolahan Kembali Pelumas Bekas dan Pencabutan semua Ijin Usaha
4. Peraturan Pemerintah No. 2/ 1985 (LN RI No. 4 tahun 1985 dan Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia No. 3283.) tentang Wajib dan Pembebanan
Untuk Ditera dan atau Ditera Ulang Serta Syarat-syarat Bagi Alat-alat Ukur,
5. Undang-Undang tentang Pokok Kesehatan No. 9/ 1960 (LN RI No. 131 tahun 1960
6. Peraturan Menteri Kesehatan No. 79/ 1978 tentang Label dan Perikllanan.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
89
7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 79/ 1978 tentang Produksi Dan Peredaran
2. Hak-Hak Konsumen
Jika kita membicarakan tentang perlindungan konsumen hal itu tidak lain
dalam pesannya kepada Congress pada tanggal 15 Maret 1962 dengan judul A Special
sebagai berikut : 69
3. hak memilih
69
Dewi Lestari, Op.cit.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
90
5. hak untuk mendapatkan barang sesuai dengan nilai tukar yang diberikannya
berikut :
dan/atau jasa.
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.
3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang
digunakan.
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif
70
Ibid.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
91
8. Hak untuk mendapat kompensasi, ganti rugi dan / atau penggantian, apabila
barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya.
Selain itu terdapat juga kewajiban dari konsumen yang tertera dalam pasal 5
UU no 8 tahun 1999. Penulis dalam hal ini lebih cenderung memakai kaedah "etis"
accessibility.
Perumusan hak-hak dari konsumen tiada lain adalah (juga) untuk merumuskan
kewajiban dari produsen atau penyelenggara jasa. Khusus dalam penulisan ini
Dalam pengguanaan Digital Signature kita mengenal adanya dua pihak, yaitu:
2. Subscriber
1. Privacy
71
Ibid.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
92
identitasnya, besar kecilnya keakuratan dari identitas tersebut tergantung dari jenis
tingkatan sertifikat tersebut. Semakin tinggi tingkat sertifikat maka semakin akurat
Namun dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah CA sebagai penyi data
prinsip perlindungan data (Data Protection Principles) yang harus ditaati oleh orang-
pelayanan bagi mereka yang hendak memproses informasi juga sama dikontrol dan
yang informasi dirinya disimpan pada komputer, diberi hak-hak untuk akses dan hak
benar. Mereka itu pun dapat mengajukan pengaduan kepada Data Protection Registre
terhadap cara orang atau organisasi yang mengumpulkan informasi dan, menurut
1. Informasi yang dimuat dalam data pribadi harus diperoleh, dan data pribadi itu
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
93
2. Data pribadi harus dipegang hanya untuk satu tujuan atau lebih yang spesifik dan
sah.
3. Data pribadi yang dikuasai untuk satu tujuan dan tujuan-tujuan tidak boleh
digunakan atau disebarluaskan dengan melalui suatu cara yang tidak sesuai
4. Data pribadi yang dikuasai untuk keperluan suatu tujuan atau tujuan-tujuan harus
layak, relevan dan tidak terlalu luas dalam kaitannya dengan tujuan atau tujuan-
tujuan tersebut
5. Data pribadi harus akurat dan, jika diperlukan, selalu up-to date.
6. Data pribadi yang dikuasai untuk keperluan suatu tujuan atau tujuan-tujuan tidak
boleh dikuasai terlalu lama dari waktu yang diperlukan untuk kepentingan tujuan
akses secara tidak sah, atau pengubahan, penyebarluasan atau pengrusakan data
a. Dalam jangka waktu yang wajar dan tanpa kelambatan serta tanpa biaya:
1). Diberi penjelasan oleh pihak pengguna data tentang apakah pihaknya
2). Untuk akses pada suatu data demikian yang dikuasai oleh pihak pengguana
data.
yang terakhir berkaitan dengan pengamanan dan ancaman terhadap hal ini ada
(2) berkaitan dengan copy-copy back up. pusat-pusat data yang berisi data
pribadi.
kunci privat, adalah harus adanya jaminan bahwa CA tidak berusaha mencari
pasangan kunci publik dari susbscriber. CA mempunyai peluang yang besar untuk
Selain itu harus ada jaminan bahwa pencipta kartu yang berisikan kunci privat
juga tidak akan menyebarluaskan atau pun menggandakannya. Hal ini sangat logis
sekali karena pembuat kartu selain mengetahui kunci publik juga mengetahui kunci
privatnya karena ia adalah penciptanya. Untuk menjamin hal ini perlu adanya suatu
2. Accuracy
Termaktub dalam Pasal 4 butir 2,3, dan 8 UU No 8 tahun 1999. Dalam prinsip
ini terkandung pengertian "ketepatan" antara apa yang diminta dengan apa yang
didapatkan. Bahwa apa yang didapat oleh subscriber sesuai dengan apa yang ia minta
tanpa tipuan) juga merupakan prinsip accuracy. Sebagai contoh: subs yang meminta
level tertentu dari sertifikat sebaiknya tidak diberikan level yang lebih rendah atau
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
95
yang sah dan berlisensi dan subs harus dilindungi dari penyimpangan CA yang
gadungan.
3. Property
dilindungi hak miliknya dari segala penyimpangan yang mungkin terjadi akibat
masuknya subscriber ke dalam sistem ini. Artinya subs berhak dilindungi dari segala
bentuk penyadapan, penggandaan, dan pencurian. Jika hal ini terjadi maka CA
3. Accessibility
setiap pribadi berhak medapat perlakuan yang sama dalam hal untuk mengakses dan
informasi. Artinya tiap subscriber bisa masuk ke dalam sistem ini jika memenuhi
persyaratan, dan ia bisa mempergunakan sistem ini tanpa adanya hambatan. Dan
Maka artinya hak-hak tersebut sudah diakui keberadaannya dan memiliki kepastian
hukumnya yang diatur dalam Undang-Undang positif. Upaya hukum yang dilakukan
yang lebih kuat harus bisa menjamin hak-hak konsumen. Terutama dalam perjanjian
adhesi antara CA dan subscriber. Perjanjian diajukan sebaiknya tidak hanya berat
resiko tersebut. Hal ini untuk mengurangi beban yang harus ditanggung oleh CA
apabila suatu saat ada konsimen (subscriber) yang menuntut CA karena merasa
dirugikan.
para pihak yang melakukan transaksi e-commerce. Dalam kaitan ini, hukum Indonesia
belum sepenuhnya mengatur mengenai transasi e-commerce ini. Sebuah contoh yang
Misalnya bank yang menjadi penerbit kartu (card issuer) dari suatu charge
cards atau credit cards diharapkan kepada suatu kasus dimana pemegang kartu (card
holder) menolak bertanggung jawab atas pelaksanaan pembayaran atas beban charge
card atau credit card miliknya dengan alasan barang yang dibeli mengandung cacat.
dilakukan suatu charge card atau credit card merupakan pembayaran mutlak, ataukah
Di Inggris, hal ini sudah diatur, yaitu berdasarkan putusan pengadilan dalam
perkara In Re Charge Service Limited. Perkara tersebut berisi suatu analisis yuridis
untuk melakukan pembayaran. Dalam putusan ini, yang merupakan leading case di
Inggris, Millet J, yaitu hakim yang memeriksa perkara ini, memutuskan b a hwa
“payment by a charge card or a credit card was an absolue and not a conditional
payment to the retailer”. Dari putusan pengadilan itu dapat diketahui bahwa menurut
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
97
hukum Inggris pembayaran yang dilakukan oleh suatu charge card atau credit card
penjual barang. 72
Selain asas yang telah dikemukakan di atas, Millet J, telah meletakkan pula
asas lain dengan menggunakan pendapat bahwa pada penggunaan kartu, secara
serentak bekerja 3 (tiga) perjanjian yang satu sama lain terpisah, yaitu : 73
1). Perjanjian penjual barang dan/atau jasa antara pedagang dan pemegang kartu.
2). Perjanjian antara pedagang dan perusahaan penerbit kartu, yang berdasarkan
3). Perjanjian antara perusahaan penerbit kartu dan pemegang kartu, atau pemegang
melunasi pembayaran yang telah dilakukan oleh penerbit kartu kepada penjual
barang dan/atau jasa berkenaan dengan penggunaan kartu oleh pemegang kartu
yang bersangkutan.
charge card atau credit card ialah yang menyangkut pertanyaan, apakah pemegang
kartu (card holder) mempunyai hak untuk membatalkan pembayaran yang telah
dilakukannya, dengan meminta agar supaya perusahaan penerbit kartu (card issuer)
tidak melaksanakan pembayaran atas tagihan yang dilakukan oleh pedagang yang
menerima pembayaran dengan kartu itu. Sekali lagi, apabila sengketa tersebut muncul
72
Sutan Remy Sjahdeini, E-Commerce dalam Persfektif Hukum, Jurnal Keadilan, Vol. 1 No. 3
September 2001, hal. 22-23.
73
Ibid.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
98
Transaksi Elektronik tahun 2008, sehingga tentunya belum ada yurisprudensi yang
Sebelum menapak lebih jauh, ada baiknya kalau kita meninjau terlebih dahulu
hakikat dari pembuktian. Pada umumnya apabila kita menemui permasalahan dan
harus mengambil keputusan yang tepat terhadap permasalahan tersebut kita selalu
permasalahan tersebut. Dengan fakta-fakta yang telah terkumpul kita gunakan untuk
cabang ilmu pasti fakta-fakta yang dikumpulkan guna menjadi bukti bagi suatu
permasalahan sifatnya relatif pasti. Sebagai contoh, satu molekul air terdiri dari dua
atom hidrogen dan satu atom oksigen. Apabila komposisi tersebut diubah maka akan
menimbulkan suatu zat baru lagi. Tidak demikian halnya dengan ilmu hukum yang
itu kebenaran yang dicapai merupakan kebenaran yang relatif. Kita harus memberikan
74
keyakinan terhadap fakta yang dikemukakan itu harus selaras dengan kebenaran.
menyandarkan pada keyakinan hakim ini adalah hal yang sangat riskan karena dapat
sehingga akan menimbulkan tindakan sewenang-wenang dari sang hakim yang justru
tidak memberikan rasa keadilan bagi para pihak yang berperkara. Maka dari itu
74
Edmon Makarim, Apakah Transaksi Secara Elektronik Mempunyai Kekuatan Pembuktian,
diakses dari situs : e-Commerce - http://www.lkht.net/artikel_lengkap.php?id=16 tanggal 4 April 2008.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
99
sewajarnyalah apabila dari dalil-dalil yang dikemukakan para pihak yang bersengketa
menjadi pula dasar pertimbangan bagi hakim agar dapat dicapai suatu keputusan yang
"membuktikan ialah meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil atau dalil-dalil yang
75
dikemukakan dalam suatu persengketaan."
Alat-alat bukti yang diakui dalam peradilan perdata Indonesia diatur dalam
HIR (Herzien Indonesisch Reglement) pasal 164 dan Kitab Undang-undang Hukum
Perdata (KUHPerdata) pada pasal 166 yang berbunyi: "Alat-alat bukti terdiri atas :
1. bukti tulisan;
3. persangkaan-persangkaan;
4. pengakuan;
5. sumpah."
Selain daripada apa yang telah disebutkan diatas HIR masih mengenal alat
pembuktian lain yaitu hasil pemeriksaan setempat, seperti yang ditentukan dalam
pasal-pasal berikut ini: Pasal 153 (1) HIR yang berbunyi: "Jika ditimbang perlu atau
ada faedahnya, maka ketua boleh mengangkat satu atau dua orang komisaris daripada
dewan itu yang dengan bantuan panitera pengadilan akan melihat keadaan tempat atau
hakim."
Pasal 154 HIR (hasil penyelidikan seorang ahli) yang berbunyi: "Jika
pengadilan negeri menimbang, bahwa perkara itu dapat lebih terang, jika diperiksa
atau dilihat oleh orang ahli, maka dapatlah ia mengangkat ahli itu, baik atas
75
Ibid.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
100
difokuskan terlebih dahulu kepada alat bukti tulisan. Hal ini disebabkan karena
permasalahan yang menjadi perhatian saat ini adalah, kita perlu menjawab apakah
dalam acara peradilan, dokumen elektronik dapat dianggap sama surat yang telah kita
kenal.
kekuatan hukum alat bukti surat dalam acara perdata? Selain itu juga pada asasnya di
dalam persoalan perdata, alat bukti yang berbentuk tulisan itu merupakan alat bukti
yang lebih diutamakan jika dibandingkan dengan alat bukti lainnya. Bahkan menurut
definisi Prof. Mr. A. Pitlo, alat pembuktian adalah "Pembawa tanda tangan bacaan
yang berarti, menerjemahkan suatu isi pikiran". Alat bukti tulisan ini menurut doktrin
76
ilmu hukum dan undang-undang secara garis besar dibagi 2 macam :
1. Tulisan biasa
2. akta otentik
Dari pembagian seperti di atas hal yang menjadi perhatian adalah bilamana
suatu tulisan dikatakan sebagai tulisan biasa dan bilamana dikatakan sebagai tulisan
yang berupa akta. Pengertian akta adalah suatu surat yang ditandatangani, diperbuat
untuk dipakai sebagai alat bukti dan untuk dipergunakan oleh orang untuk keperluan
76
Ibid.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
101
Selain itu yang termasuk dalam akta adalah: cek, tanda terima (kuitansi), surat
perjanjian, atau surat apa pun yang dibuat dan ditandatangani oleh orang yang
akta di bawah tangan dan kapan akta tersebut disebut sebagai akta otentik. Sesuai
yang berbunyi: "Suatu akta otentik adalah suatu akta yang didalam bentuk yang
Maka untuk membedakan apakah akta tersebut akta otentik atau akta di bawah
tangan yang harus kita perhatikan adalah dilihat dari terbentuknya akta tersebut,
apabila akta tersebut dibuat di hadapan atau dibuatkan oleh pejabat yang berwenang
(notaris) maka akta tersebut adalah akta otentik. Apabila akta tersebut tidak
memenuhi hal di atas maka akta itu adalah akta di bawah tangan. Dalam hukum
pidana yang ingin dicapai ialah kebenaran materil, menurut Menurut Wirjono
tidak dapat meninggalkan dari ketentuan hukum mengenai alat bukti dan barang bukti
yang ada di dalam KUHAP, mengingat alat bukti dan barang bukti menjadi dasar
untuk memutus perkara pidana (dari pasal 183-189 KUHAP), dan barang bukti dalam
pasal 39 KUHAP.
77
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Eresco, Bandung, 1986, hal.
24.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
102
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
4. Petunjuk,
5. Keterangan terdakwa.
Pasal ini bersifat limitatif, artinya penggunaan alat bukti tersebut hanya yang
disebutkan dalam pasal tersebut saja. Dalam pasal 183 KUHAP, seorang hakim dapat
memutus perkara berdasarkan minimal dua alat bukti (syarat minimum pembuktian).
Selanjutnya dengan berbekal alat bukti yang diketemukan itu, hakim tersebut akan
memperoleh keyakinan bahwa memang telah terjadi suatu tindak pidana. Jika kita
cermati rumusan pasal 183 KUHAP tersebut, dengan dua alat bukti tersebut belumlah
cukup bagi hakim untuk menjatuhkan pidana kepada seseorang, karena masih
diperlukan keyakinan hakim atas dua alat bukti yang dihadirkan di sidang pengadilan.
Jika dengan minimal dua alat bukti tersebut hakim memperoleh keyakinan, maka
berdasarkan pasal 183 dan 184 KUHAP pelaku tindak pidana dapat dijatuhi hukuman
78
sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
Sebenarnya dalam sistem hukum kita juga sudah dikenal suatu konsep
keamanan untuk perdagangan yang agak mirip dengan konsep kriptografi kunci
menjadi dua. Jika orang hendak melakukan pencacahan atas suatu transaksi, orang
78
Ibid, hal. 26.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
103
tongkat tersebut dan melihat apakah goresan itu 'melintas' sambungan/patahan tongkat
dengan baik.
Hal ini dapat kita lihat pada bunyi pasal 1887 Kitab Undang-undang Hukum
Alat bukti elektronik tidak dikenal di dalam KUHP. Namun demikian tidak
berarti bila terjadi suatu perkara kejahatan dengan menggunakan komputer pelaku
kejahatan tersebut lolos dari jeratan hukum. Dalam kejahatan komputer, ketentuan
pasal 183 KUHAP dapat diterapkan meskipun perlu pembuktian lebih lanjut. Alat
bukti yang mungkin ditemukan dalam suatu transaksi jika, berdasarkan pasal 184
KUHAP; keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa.
Namun biasanya keterangan saksi sangat sulit untuk diperoleh, mengingat pelaku
tindak pidana ini biasanya melakukan aksinya secara sendirian. Paling mungkin jika
79
terjadi penyertaan, maka antara pelaku dapat menjadi saksi bagi yang lainnya.
dapat diperoleh dari keterangan saksi, surat, dan keterangan terdakwa (pasal 188(2)
KUHAP). Bila keterangan saksi dan keterangan terdakwa tidak diketemukan, maka
petunjuk dapat diperoleh dari surat atau dokumen yang yang diketemukan, yang
tentunya harus diketemukan persesuaian satu dengan yang lainnya mengenai alat
bukti tersebut. Jika terdapat kesamaan bentuk, metoda atau cara dalam melakukan
suatu kejahatan komputer (contoh: hacking komputer) maka dari situ akan diperoleh
79
Edmon Makarim, Op.cit.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
104
petunjuk (bukti awal), yang nantinya tetap harus dibuktikan dengan bantuan seorang
teknologi, jarak yang tercipta antara penegak hukum dengan teknologi juga kurang
penegakan hukum atas kejahatan atau perselisihan yang berkaitan dengan pengunaan
teknologi menjadi terhambat. Hal ini diperparah dengan kurang tanggapnya individu
penegak hukum itu sendiri untuk memperkaya dirinya dengan pengetahuan baru yang
Fasilitas yang kurang memadai juga merupakan penghambat bagi para aparat
sesuatu yang berbau teknologi. Dalam memutuskan suatu perkara yang berkaitan
sampai sejauh mana hal tersebut dapat terbukti dan dapat diputus dengan adil. Hal ini
nampak dari putusan yang dikeluarkan berkenaan dengan suatu perkara yang
menyangkut masalah teknologi informasi belakangan ini, perkara yang dilihat oleh
beberapa pakar teknologi informasi sebagai perkara yang berat hukumannya, namun
setelah diputus ternyata pelaku dapat bebas tanpa syarat. Hal ini juga berlaku bagi
jaksa dan pembela dalam kasus pidana. Keterbatasan fasilitas tersebut menjadikan
Begitu lebarnya jarak yang tercipta antara penegak hukum pada akhirnya
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
105
untuk para pembuat perjanjian dalam bentuk suatu kebiasaan. Hal ini diatur dalam
Bagian Keempat Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang penafsiran
suatu perjanjian.
perjanjian mengikuti standar kebiasaan dalam negeri atau di tempat perjanjian telah
dibuat (jika meragukan isinya), sehingga secara yuridis, walaupun tidak jelas
ditekankan pengaturan mengenai tata cara pelaksanaan, jika hal tersebut sudah diakui
sebagai suatu kebiasaan dalam perjanjian yang menggunakan media elektronik, maka
memberikan kejelasan bagi para pelaku pengguna Teknologi Informasi yang dalam
hal ini sangat berkaitan dengan penggunaan internet sebagai media untuk
Undang-undang ini pada dasarnya bertujuan untuk mencari kerangka hukum untuk
transaksi elektronik dan tanda tangan elektronik berdasarkan hukum Indonesia yang
berlaku sekarang. Hal ini disebabkan karena asas pengadilan Indonesia mengharuskan
hakim untuk tetap menerima suatu sengketa yang dibawa kehadapannya meskipun
tidak ada hukum yang mengaturnya, dan sang hakim diharuskan menggali hukum
80
Ibid.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
106
administratif yang harus dipenuhi oleh pihak-pihak tertentu kepada pihak-pihak lain
dan Transaksi Elektronik Tahun 2008, disebutkan bahwa transaksi elektronik adalah
atau media elektronik lainnya. Transaksi jual beli secara elektronik merupakan salah
satu perwujudan ketentuan di atas. Pada transaksi jual beli secara elektronik ini, para
pihak yang terkait didalamnya, melakukan hubungan hukum yang dituangkan melalui
suatu bentuk perjanjian atau kontrak yang juga dilakukan secara elektronik dan sesuai
Elektronik (ITE), disebut sebagai kontrak elektronik yakni perjanjian yang dimuat
dalam dokumen elektronik atau media elektronik lainnya, hal ini termasuk juga e-mail
81
A.Z. Nasution, Revolusi Teknologi Informasi dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet,
Jurnal Keadilan, Vol. 1, No. 3 September 2001, hal. 28.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
107
BAB IV
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
108
PERDATA INDONESIA
pihak lain baik yang berkepentingan maupun tidak berkepentingan ikut berpartisipasi
melalui internet membuka peluang terjadinya kerusakan, karena pihak luar saat ini
internet atau yang biasa disebut dengan cybercrime, seperti bentuk pencurian kartu
Namun, bentuk umum serangan yang terjadi dari jaringan internet adalah virus
upaya membanjiri server dengan sejumlah informasi dalam skala besar. Berbagai
bentuk tersebut berimplikasi pada kerugian yang tidak sedikit bagi perusahaan
82
sasaran/obyek.
sepenuhnya ditentukan oleh faktor eksternal, namun juga bisa disebabkan faktor
internal. Faktor internal ini diartikan dalam kapasitas kemampuan dan pengetahuan
82
Zulkifli Saad, Menuju Asuransi E-Commerce, diakses dari situs : oleh
jsdhttp://www.jasindo.co.id/index.php?option=articles&task=viewarticle&artid=59&Itemid=1, tanggal
8 April 2008.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
109
seputar dunia komputasi bagi orang dalam (intern perusahaan). Pengetahuan dan
kemampuan ini dalam lingkup yang mengerti seluk beluk komputasi (paham
propertinya, yaitu terhadap sistem komputasi dan data elektronik perusahaan. Namun
breaches) dapat terjadi, antara lain dikarenakan faktor unauthorized access, maupun
adanya penggunaan sistem komputasi dan data perusahaan oleh pihak luar atau pihak
dalam (insider or outsider). Bila dinilai secara nominal, kerugian yang diderita
perusahaan akibat kerusakan sistem jaringan komputer dan internet sangat tinggi dan
83
kemungkinan mencapai jutaan dollar AS.
peluang baru industri asuransi. Secara teoritis disebutkan atas apapun resiko yang
muncul yang mampu menimbulkan kerugian dapat dijadikan obyek asuransi atau
dengan kata lain dapat diasuransikan. Adapun yang dimaksud dengan obyek asuransi
berdasar pasal 1 butir (2) Undang-undang No. 2 tahun 1992 Tentang Usaha
Perasuransian, adalah: "benda dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan manusia, tanggung
jawab hukum, serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi dan
keamanan jaringan komputer dan internet dapat dijadikan sebagai obyek asuransi atau
dengan kata lain dapat diasuransikan. Hal ini yang menimbulkan apa yang kita kenal
83
Ibid.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
110
Cyber insurance sebagai suatu bentuk produk asuransi yang menutup resiko-
resiko yang terkait dengan sistem keamanan jaringan komputer. Jaringan komputer
dikarenakan serangan hackers maupun virus. Fenomena baru inilah yang menjadi
Bila dilihat lebih jauh, cyber insurance yang mencakup lingkup komputasi
dibagi menjadi 2 tipe, yaitu; tipe pertama berkaitan dengan first party or cyber
property yang meliputi penutupan resiko kerugian akibat tindak kejahatan, pencurian,
dan business interuption. Sedangkan, tipe kedua adalah berkaitan dengan third party
or cyber liability yang meliputi pencemaran nama baik yang terkait dengan materi
liability. 84
Saat ini, nilai premi yang dihasilkan cyber insurance memang tidak terlalu
besar bila dibanding dengan sektor asuransi kerugian lain (tradisional). Namun
setiap tahunnya. Hal ini dihubungkan dengan pertumbuhan usaha yang memanfaatkan
teknologi informasi semakin meningkat. Meskipun memiliki pangsa pasar yang cukup
kerugian yang akan muncul dalam e-business. Dengan kata lain tidak semua
Beberapa cyber insurance yang tersedia dan cukup terkenal saat ini antara lain
AIG, Marsh, dan St. Paul. Ketiga perusahaan asuransi tersebut telah menawarkan
84
Dian Siska Herliana, Peluang Baru Industri Cyber Insurance dalam Era Teknologi
Informasi, diakses dari situs : e-Commercehttp://www.lkht.net/artikel_lengkap.php?id=20, tanggal 20
Maret 2008.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
111
yang disebut dnegan ProTech Technology Liability Insurance, St. Paul dengan polis
Cybertech + liability. Selain itu ada pula perusahaan reasuransi terkemuka yang
memberikan perlindungan terhadap resiko internet seperti Munich Re dan Swiss Re.
tinggi, jadi wajar bila premi yang mesti dibayar tertanggung relatif besar. Selain itu
juga adanya beberapa persyaratan yang harus dipenuhi tertanggung antara lain
insurance sebesar US$ 20.000 hingga US$ 75.000 untuk penutupan resiko US$ 1 juta
85
hingga US$ 10 juta.
Hal ini karena kurangnya dorongan kebutuhan masyarakat yang ditunjukkan rendah
diprediksikan dalam rentang waktu yang relatif singkat permintaan untuk proteksi
semakin berkembang.
85
Ibid.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
112
dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya adalah pembobolan kunci dan pencurian
kunci. 86
menemukan kunci yang sama dengan yang asli. Cara pembobolan yang paling umum
digunakan adalah yang dikenal dengan istilah brute force attack, sebagaimana telah
sebagai pemilik yang asli. Pencurian seperti ini dikenal dengan istilah man in the
middle attack. 87
pelakunya tentu tidak ingin mengalami resiko kerugian di kemudian hari. Jika ia tidak
Lembaga yang paling cocok dalam hal ini adalah asuransi sebagai alat pemindahan
resiko. Karena itu jika para pelaku tidak ingin menanggung kerugian ia akan
mengalihkan resiko tersebut kepada lembaga asuransi. Hal yang sama sebaiknya
Dari hasil survey terlihat animo masyarakat untuk melakukan transaksi bisnis
masyarakat ini tentunya akan lebih tinggi apabila PMI didukung protokol-protokol
86
Edmon Makarim, Kerangka Hukum Digital Signature dalam Electronic Commerce,
Makalah dipresentasikan di hadapan Masyarakat Telekomunikasi Indonesia pada bulan Juni 1999 di
Pusat Ilmu Komputer Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, hal. 12.
87
Ibid.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
113
pengamanannya adalah sistem perdagangan Internet yang relatif paling aman dari
ditentukan oleh panjangnya kunci. Semakin panjang kunci makin semakin sulit pula
(RSA)
(DES)
tahun
$1,000,000 0,2 detik 3,5 jam 37 hari 7 000 10^13 tahun 10^18 tahun
tahun
$10,000,000 0,02 21 menit 4 hari 700 tahun 10^12 tahun 10^17 tahun
detik
88
Ibid, hal. 15.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
114
hardware khusus untuk menjebol kunci simetris DES. Sedangkan kunci asimetris
dalam kolom yang sama menunjukkan panjang kunci asimetris yang memiliki
kekuatan yang sama dengan kunci simetrisnya. Jadi untuk membobol kunci asimetris
512-bit membutuhkan waktu komputasi yang kurang lebih sama untuk membobol
berlipat ganda setiap 18 bulan dengan harga yang sama, maka pada tahun 1999
(RSA)
(DES)
89
Ibid.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
115
menit tahun
tahun
hari. Titik rawan yang lain adalah munculnya teknologi komputer baru yang
'melanggar' Moore's Law, sehingga dengan teknologi komputer baru itu, kecepatan
harusnya berlaku lebih lama, akan kadaluarsa lebih cepat karena dapat dibobol dengan
mudah.
Dalam SET (Secure Electronic Transaction) para pihak yang terlibat antara
lain: 90
90
Ibid.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
116
Pembeli dengan Penjual, menyangkut pula data nasabah, merupakan hal yang
dirahasiakan.
disetujui yang menggunakan kartu pembayaran sesuai dengan merek yang tertera
transaksi dengan aman. Penjual yang menerima pembayaran dengan kartu harus
5. Payment gateway, adalah sarana yang dioperasikan oleh Acquirer atau pihak
amplop digital. Artinya kalau kunci privat pembeli tercuri atau dibobol orang lain,
maka sang pencuri dapat meniru tanda tangan pembeli dan membuka amplop digital
untuk pembeli.
dan otoritas sertifikat masing-masing memiliki dua pasang kunci asimetrik. Sepasang
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
117
digital.
Dari hal ini terlihat bahwa Pembeli memiliki resiko lebih tinggi daripada
Penjual, karena kunci untuk menandatangani sama dengan kunci untuk membuka
surat. Sehingga jika ada pihak yang dapat membobol atau mencuri kunci dapat
dalam hal ini tidak berarti bahwa Pembeli lebih besar "kepentingannya" dibandingkan
Penjual.
Menurut Pasal 246 KUHD asuransi adalah suatu perjanjian, dengan mana
atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena
Dari ketentuan pasal ini terlihat bahwa para pihak yang terlibat adalah
Tertanggung adalah pihak yang mengalihkan resikonya dan membayar premi. Yang
menjadi pertanyaan, adalah siapa yang akan menjadi pihak tertanggung dan
pihak yang berkepentingan dan membayar premi akan disebut sebagai Tertanggung
dan pihak asuransi sebagai Penanggung. Dalam hal ini pula yang dikaji adalah pihak
asuransi. Artinya tidak dikaji kedudukan para pihak apakah sebagai Penjual, Pembeli,
Acquirer, dan sabagainya. Jika yang menjadi tertanggung adalah pihak-pihak yang
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
118
tertera pada poin 1-5 tentunya asuransi yang terjadi bisa menjadi tumpang tindih, dan
(certificate authority / otoritas sertifikat) sebagai lembaga yang dipercaya. Dan bentuk
asuransi yang dilakukan bisa berbentuk seperti asuransi sosial yang ditetapkan
1. Prinsip Indemnitas
Ganti rugi yang dapat diterima oleh tertanggung hanya sebesar kerugian yang
kebobolan itu. Hal ini sesuai dengan tujuan asuransi untuk mendapatkan ganti
kerugian, akibat suatu musibah yang tidak dapat ia tanggung sendiri, dan bukan
Seseorang hanya boleh dan berhak untuk mengasuransikan suatu obyek apabila ia
mempunyai kepentingan terhadap barang termaksud. Dalam hal ini obyek yang
91
Ibid, hal. 27.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
119
obyeknya. Maksud dari itikad baik dalam hal ini adalah kejujuran dari pihak
telah dibobol.
4. Prinsip subrogasi.
Bahwa tertanggung yang telah menerima ganti rugi dari Penanggung tidak bisa
menuntut pada pihak ketiga. Karena hak tersebut telah beralih pada Penanggung.
Hal ini erat kaitannya dengan prinsip indemnitas yang diterangkan di atas.
dari Penanggung, ia tidak bisa menuntut ganti rugi lagi dari orang yang
satu unit saja. Karena perusahaan asuransi tidak mungkin hanya menanggung satu
tertanggung saja. Harus terdapat sejumlah besar unit kriptografis yang akan
2. Kerugian tertentu
yang disebabkan hal tertentu, pada waktu tertentu. Dalam hal ini jangka waktu
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
120
Bahwa kerugian yang terjadi itu terjadi tanpa adanya unsur kesengajaan dari
yang ingin diasuransikan itu. Kunci kriptografis memenuhi kriteria ini. Kecuali jika
kunci privat tidak digenerate oleh pembeli namun sudah terdapat di dalam smartcard
maka pembuat smartcard memiliki kontrol terhadap obyek tersebut apabila ia sebagai
pihak Tertanggung.
4. Kelayakan ekonomis
terjadi haruslah cukup besar bagi tertanggung, sedangkan biaya asuransi tidak terlalu
tentunya akan mengakibatkan kerugian yang besar bagi Tertanggung baik secara
finansial maupun privacy, namun resiko kunci itu untuk dibobol kecil maka preminya
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, asuransi yang ideal adalah asuransi yang
kemungkinan kerugian yang besar namun probabilitasnya rendah. hal yang sama juga
terjadi dalam kriptografi yang bisa menimbulkan kerugian yang besar bagi
Moore).
Jika yang menjadi pihak Tertanggung adalah Pembeli, Penjual, Acquirer atau
pun Issuer, maka hal ini akan sangat merepotkan. Dimana masing-masing pihak
maka pengguna jasa akan merasa aman apabila di kemudian hari ternyata terhadap
92
kelemahan dari kunci, baik dikarenakan pembobolan maupun pencurian.
otoritas sertifikat) berbeda-beda, semakin tinggi level sertifikat, maka semakin pula
kepentingan yang terdapat di dalamnya. Karena itu sudah sewajarnya pula premi yang
akan dibayarkan juga lebih tinggi. Adapun bentuk dari asuransi yang akan dijalankan
seperti halnya asuransi sosial, dimana adanya kewajiban yang ditetapkan pemerintah)
untuk mengasuransikan.
digital yang berisi kunci publik, harus diaudit oleh lembaga audit independen untuk
sistem komputernya. Hal ini penting, apakah Root CA (certificate authority / otoritas
Procedures / SOP). Jika tidak, terdapat kemungkinan, ada pihak-pihak tertentu yang
92
Ibid.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
122
Pada beberapa kasus tertentu, pasangan kunci publik dan privat tidak dibuat
oleh subscriber/user, melainkan oleh key distribution center (KDC). Jadi selain user,
KDC juga menyimpan kunci privat user tersebut. Alasannya adalah agar kalau user
kehilangan kunci privatnya, maka key distribution center (KDC) tinggal mengirimkan
kembali kunci privat kepada user melalui saluran yang aman (bukan lewat open
network).
Dalam kasus ini, sistem komputer dan SOP di key distribution center (KDC)
harus benar-benar aman sekuritinya, karena merupakan titik rentan. Kebobolan pada
Dalam transaksi elektronik berbasis tanda tangan digital melalui Internet atau
(smartcard) itu saja yang dapat melakukan transaksi. Hal ini disebabkan karena kunci
privat dan seluruh komputasi kriptografis yang menggunakan kunci privat hanya
dapat dilakukan di dalam smartcard tersebut. Tidak seperti umumnya dimana user
Karena kunci privat yang disimpan dalam hard disk diproteksi dengan
password, maka praktek penggunaan password yang baik, harus dilakukan oleh user.
User tidak boleh menggunakan password yang mudah ditebak, tidak boleh
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
123
Pada penggunakan smartcard, kunci privat diproteksi dengan PIN. Kalau user
hendak menggunakan smartcard, user harus memasukkan PIN. Kalau user salah
memasukkan PIN tiga kali, maka smartcard akan mengunci dirinya sendiri dan tidak
bisa dipergunakan sebelum dibuka kembali dengan cara-cara tertentu oleh card center
publik-privatnya sendiri, tentu user menggunakan software khusus. Ada kalanya user
Internet. Bisa saja, saat program tersebut mengenerate kunci publik-privat, kunci
privatnya dikirimkan pula oleh program 'malacious' (jahat) tersebut ke node Internet
tertentu. Jadi sebenarnya dalam kasus ini terjadi pencurian kunci privat.
Titik -titik rentan ini mennunjukkan resiko yang mungkin ada dan terjadi untuk kunci-
kunci kriptografis. Dikaitkan dengan prinsip-prinsip asuransi dan syarat dari obyek
diasuransikan.
pihak lain baik yang berkepentingan maupun tidak berkepentingan ikut berpartisipasi
melalui internet membuka peluang terjadinya kerusakan, karena pihak luar saat ini
internet atau yang biasa disebut dengan cybercrime, seperti bentuk pencurian kartu
Namun, bentuk umum serangan yang terjadi dari jaringan internet adalah virus
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
124
upaya membanjiri server dengan sejumlah informasi dalam skala besar. Berbagai
bentuk tersebut berimplikasi pada kerugian yang tidak sedikit bagi perusahaan/sasaran
objek.
sepenuhnya ditentukan oleh faktor eksternal, namun juga bisa disebabkan faktor
internal. Faktor internal ini diartikan dalam kapasitas kemampuan dan pengetahuan
seputar dunia komputasi bagi orang dalam (intern perusahaan). Pengetahuan dan
kemampuan ini dalam lingkup yang mengerti seluk beluk komputasi (paham
propertinya, yaitu terhadap sistem komputasi dan data elektronik perusahaan. Namun
breaches) dapat terjadi, antara lain dikarenakan faktor unauthorized access, maupun
adanya penggunaan sistem komputasi dan data perusahaan oleh pihak luar atau pihak
dalam (insider or outsider). Bila dinilai secara nominal, kerugian yang diderita
perusahaan akibat kerusakan sistem jaringan komputer dan internet sangat tinggi dan
peluang baru industri asuransi. Secara teoritis disebutkan atas apapun resiko yang
muncul yang mampu menimbulkan kerugian dapat dijadikan obyek asuransi atau
dengan kata lain dapat diasuransikan. Adapun yang dimaksud dengan obyek asuransi
berdasar pasal 1 butir (2) Undang-undang No. 2 tahun 1992 Tentang Usaha
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
125
Perasuransian, adalah: "benda dan jasa, jiwa dan raga, kesehatan manusia, tanggung
jawab hukum, serta semua kepentingan lainnya yang dapat hilang, rusak, rugi dan
komputer dan internet dapat dijadikan sebagai obyek asuransi atau dengan kata lain
dapat diasuransikan. Hal ini yang menimbulkan apa yang kita kenal sebagai cyber
insurance.
Cyber insurance sebagai suatu bentuk produk asuransi yang menutup resiko-
resiko yang terkait dengan sistem keamanan jaringan komputer. Jaringan komputer
dikarenakan serangan hackers maupun virus. Fenomena baru inilah yang menjadi
Bila kita lihat lebih jauh, cyber insurance yang mencakup lingkup komputasi
dibagi menjadi 2 tipe, yaitu; tipe pertama berkaitan dengan first party or cyber
property yang meliputi penutupan resiko kerugian akibat tindak kejahatan, pencurian,
dan business interuption. Sedangkan, tipe kedua adalah berkaitan dengan third party
or cyber liability yang meliputi pencemaran nama baik yang terkait dengan materi
liability. 93
Saat ini, nilai premi yang dihasilkan cyber insurance memang tidak terlalu
besar bila dibanding dengan sektor asuransi kerugian lain (tradisional). Namun
setiap tahunnya. Hal ini dihubungkan dengan pertumbuhan usaha yang memanfaatkan
93
Dian Siska Herliana, Op.cit.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
126
teknologi informasi semakin meningkat. Meskipun memiliki pangsa pasar yang cukup
kerugian yang akan muncul dalam e-business. Dengan kata lain tidak semua
Beberapa cyber insurance yang tersedia dan cukup terkenal saat ini antara lain
AIG, Marsh, dan St. Paul. Ketiga perusahaan asuransi tersebut telah menawarkan
yang disebut dnegan ProTech Technology Liability Insurance, St. Paul dengan polis
Cybertech + liability. Selain itu ada pula perusahaan reasuransi terkemuka yang
memberikan perlindungan terhadap resiko internet seperti Munich Re dan Swiss Re.
tinggi, jadi wajar bila premi yang mesti dibayar tertanggung relatif besar. Selain itu
juga adanya beberapa persyaratan yang harus dipenuhi tertanggung antara lain
insurance sebesar US$ 20.000 hingga US$ 75.000 untuk penutupan resiko US$ 1 juta
94
hingga US$ 10 juta.
Hal ini karena kurangnya dorongan kebutuhan masyarakat yang ditunjukkan rendah
diprediksikan dalam rentang waktu yang relatif singkat permintaan untuk proteksi
94
Ibid.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
127
semakin berkembang.
BAB V
A. Kesimpulan
berikut :
menemukan kunci yang sama dengan yang asli. Cara pembobolan yang paling
umum digunakan adalah yang dikenal dengan istilah brute force attack,
sehingga ia dapat bertindak sebagai pemilik yang asli. Pencurian seperti ini
pelakunya tentu tidak ingin mengalami resiko kerugian di kemudian hari. Jika ia
lain. Lembaga yang paling cocok dalam hal ini adalah asuransi sebagai alat
pemindahan resiko. Karena itu jika para pelaku tidak ingin menanggung kerugian
ia akan mengalihkan resiko tersebut kepada lembaga asuransi. Hal yang sama
Dari hasil survey terlihat animo masyarakat untuk melakukan transaksi bisnis
masyarakat ini tentunya akan lebih tinggi apabila transaksi bisnis melalui internet
adalah sistem perdagangan Internet yang relatif paling aman dari serangan-
serangan yang mungkin dilakukan dalam Internet, antara lain pembobolan kunci
dan pencurian kunci. Pembobolan kunci mungkin saja terjadi. Besar kecilnya
Ganti rugi yang dapat diterima oleh tertanggung hanya sebesar kerugian yang
kebobolan itu. Hal ini sesuai dengan tujuan asuransi untuk mendapatkan ganti
kerugian, akibat suatu musibah yang tidak dapat ia tanggung sendiri, dan
obyeknya. Maksud dari itikad baik dalam hal ini adalah kejujuran dari pihak
Bahwa tertanggung yang telah menerima ganti rugi dari Penanggung tidak
bisa menuntut pada pihak ketiga. Karena hak tersebut telah beralih pada
menerima pembayaran dari Penanggung, ia tidak bisa menuntut ganti rugi lagi
dari orang yang membobol. karena yang berhak menuntut setelah itu adalah
Penanggung.
KUHD, bahwa menurut pasal 246 KUHD asuransi adalah suatu perjanjian,
Dari ketentuan pasal ini terlihat bahwa para pihak yang terlibat adalah
Yang menjadi pertanyaan, adalah siapa yang akan menjadi pihak tertanggung dan
Dalam kaitannya dengan SET (Secure Electronic Transaction), maka para pihak
yang berkepentingan dan membayar premi akan disebut sebagai Tertanggung dan
pihak asuransi sebagai Penanggung. Dalam hal ini pula yang dikaji adalah pihak
asuransi. Artinya tidak dikaji kedudukan para pihak apakah sebagai Penjual,
Pembeli, Acquirer, dan sabagainya. Jika yang menjadi tertanggung adalah pihak-
pihak yang tertera pada poin 1-5 tentunya asuransi yang terjadi bisa menjadi
sertifikat) sebagai lembaga yang dipercaya. Dan bentuk asuransi yang dilakukan
bisa berbentuk seperti asuransi sosial yang ditetapkan pemerintah. Sehingga tiap
kepentingannya tersebut.
B. Saran
sebuah usaha (bisnis). Resiko merupakan aspek mendasar dalam dunia usaha.
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
131
Resiko usaha dan ketidakpastian yang menimbulkan kerugian dapat terjadi tanpa
yang berhubungan dengan kegiatan usahanya. Selain itu pula dengan tujuan
mencegah kerugian yang terlalu besar bila resiko dan berbagai bentuk
atas dan juga untuk menghindari resiko kerugian yang mungkin terjadi maka
asuransi kerugian saat ini telah banyak tersedia di pasaran guna mengurangi
berbagai resiko seperti kebakaran, pencurian, gempa bumi, maupun banjir dan
sehari-hari masyarakat modern pada masa mendatang. Ini artinya mereka akan
demikian kental berurusan dengan Internet dalam segala hal termasuk membeli
strategi baru yang sangat global. Dengan kata lain, e-commerce akan menjelma
menjadi infrastruktur bisnis alternatif yang mumpuni pada era informasi kini dan
pengaturan tentang asuransi untuk menghindari kerugian agar para pihak yang
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009
132
Oppon Siregar : Tinjauan Yuridis Mengenai Asuransi Dalam Transaksi Bisnis Melalui Internet (E-Commerce) Dalam
Persfektif Hukum Perdata Indonesia, 2008.
USU Repository © 2009