Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH EKOLOGI PERAIRAN

“DINAMIKA POPULASI”

DISUSUN OLEH

1. MARTENCI H LABETUBUN (2015 40 135)


2. NELCI DOMPEIPEN (2015 40 134)
3. OKTAFIA LABETUBUN (2014 40 198)
4. APRILIA CLAUDYA ALIPUTTY. (2015 40 167)
5. DELA
6. AFRIANTI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2018

BAB I

PENDAHULUAN

1
A. Latar Belakang
Pengetahuan tentang populasi sebagai bagian dari pengetahuan ekologi
telah berkembang menjadi semakin luas. Dinamika populasi tampaknya telah
berkembang menjadi pengetahuan yang dapat berdiri sendiri. Dalam
perkembangannya pengetahuan itu banyak mengembangkan kaidah-kaidah
matematika terutama dalam pembahasan kepadatan dan pertumbuhan populasi.
Pengembangan kaidah-kaidah matematika itu sangat berguna untuk menentukan
dan memprediksikan pertumbuhan populasi organisme di masa yang akan datang.
Penggunaan kaidah matematika itu tidak hanya memperhatikan pertumbuhan
populasi dari satu sisi yaitu jenis organisme yang di pelajari, tetapi juga
memperhatikan adanya pengaruh dari faktor-faktor lingkungan, baik biotik
maupun abiotik. Pengetahuan tentang dinamika populasi menyadarkan orang
untuk mengendalikan populasi dari pertumbuhan meledak ataupun punah.
Populasi juga mempunyai sejarah hidup dalam arti mereka tumbuh,
mendadakan pembedaan dan memelihara diri seperti yang di lakukan organisme.
Di samping itu populasi juga mempunyai organisasi dan struktur yang dapat
dilukiskan. Tetapi ada kalanya dalam praktek sehari-hari, pengertian populasi itu
dinyatakan dalam pengertian heterospesies dan polispesies.
Masalah yang akan di bahas dalam makalah yang berjudul “Dinamika
Populasi” ini meliputi dinamika populasi, pengertian populasi, ciri-ciri populasi,
kerapatan populasi, parameter utama populasi, distribusi individu dalam populasi,
penyebab persebaran, sarana persebaran, hambatan persebaran dan pertumbuhan
populasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Dinamika Populasi ?
2. Apa pengertian Populasi ?
3. Bagaimana ciri-ciri dasar populasi ?
4. Bagaimana Kerapatan Populasi dan Cara Pengukurannya ?
5. Bagaimana Parameter Utama Populasi ?
6. Bagaimana Penyebab persebaran ?

2
7. Bagaimana Sarana Persebaran ?
8. Bagaimana Hambatan Persebaran ?
9. Bagaimana Pertumbuhan Populasi ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Dinamika Populasi.
2. Mengetahui pengertian Populasi.
3. Mengetahui ciri-ciri dasar populasi.
4. Mengetahui Kerapatan Populasi dan Cara Pengukurannya
5. Mengetahui Parameter Utama Populasi
6. Mengetahui Penyebab Persebaran
7. Mengetahui Sarana Persebaran
8. Mengetahui Hambatan Persebaran
9. Mengetahui Pertumbuhan Populasi

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dinamika Populasi
Dinamika populasi merupakan ilmu yang mempelajari pertumbuhan serta
pengaturan populasi.Suatu tegangan terdapat di antara kecenderungan suatu
populasi untuk tumbuh dan batas terhadap pertumbuhan tersebut yang ditentukan
oleh lingkungan. Hal ini tentu berkaitan dengan parameter populasi.Khusus di
dalam pengaturan kerapatan populasi dikenal adanya mekanisme “density
dependent” (mekanisme yang bergantung kepada kerapatan) dan mekanisme
“density independent” (mekanisme yang tak bergantung pada kerapatan).
Secara umum, aspek-aspek yang dipelajari dalam dinamika populasi
adalah:
1. Populasi sebagai komponen dari sistem lingkungan.
2. Perubahan jumlah individu dalam populasi.
3. Tingkat penurunan, peningkatan, penggantian individu dan proses yang
menjaga kestabilan jumlah individu dalam populasi.
4. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan jumlah individu dalam
populasi.

B. Pengertian Populasi
Populasi adalah kumpulan individu dari suatu jenis organisme.Pengertian
ini dikemukakan untuk menjelaskan bahwa individu- individu suatu jenis
organisme dapat tersebar luas di muka bumi, namun tidak semuanya dapat saling
berhubungan untuk mengadakan perkawinan atau pertukaran informasi genetik,
karena tempatnya terpisah. Individu- individu yang hidup disuatu tempat tertentu
dan antara sesamanya dapat melakukan perkawinan sehingga dapat mengadakan
pertukaran informasi genetik dinyatakan sebagai satu kelompok yang disebut
populasi.
Dalam penyebarannya individu-individu itu dapat berada dalam
kelompok-kelompok, dan kelompok-kelompok itu terpisah antara satu dengan
yang lain. Pemisahan kelompok-kelompok itu dapat dibatasi oleh kondisi

4
geografis atau kondisi cuaca yang menyebabkan individu antar kelompok tidak
dapat saling berhubungan untuk melakukan tukar menukar informasi genetik.

C. Ciri-Ciri Dasar Populasi


Ada dua ciri dasar populasi, yaitu :ciri biologis, yang merupakan ciri-ciri
yang dipunyai oleh individu-individu pembangun populasi itu, serta ciri-ciri
statistik, yang merupakan ciri uniknya sebagai himpunan atau kelompok individu-
individu yang berinteraksi satu dengan lainnya
1. Ciri- ciri biologi
Seperti halnya suatu individu, suatu populasi pun mempunyai ciri- ciri
biologi, antara lain :
a. Mempunyai struktur dan organisasi tertentu, yang si fatnya ada yang
konstan dan ada pula yang berfluktuasi dengan berjalannya waktu (umur)
b. Ontogenetik, mempunyai sejarah kehidupan (lahir, tumbuh,
berdiferensiasi, menjadi tua = senessens, dan mati)
c. Dapat dikenai dampak lingkungan dan memberikan respons terhadap
perubahan lingkungan
d. Mempunyai hereditas
e. Terintegrasi oleh faktor- faktor hereditaa oleh faktor- fektor herediter
(genetik) dan ekologi (termasuk dalam hal ini adalah kemampuan
beradaptasi, ketegaran reproduktif dan persistensi. Persistensi dalam hal
ini adalah adanya kemungkinan untuk meninggalkan keturunanuntuk
waktu yang lama.
2. ciri- ciri statistic
Ciri- ciri statistik merupakan ciri- ciri kelompok yang tidak dapat di
terapkan pada individu, melainkan merupakan hasil perjumpaan dari ciri- ciri
individu itu sendiri, antara lain:
a. Kerapatan (kepadatan) atau ukuran besar populasi berikut parameter-
parameter utama yang mempengaruhi seperti natalitas, mortalitas, migrasi,
imigrasi, emigrasi.
b. Sebaran (agihan, struktur) umur

5
c. Komposisi genetik (“gene pool” = ganangan gen)
d. Dispersi(sebaran individu intra populasi

D. Kerapatan Populasi dan Cara Pengukurannya


Kerapatan populasi adalah ukuran besar populasi yang berhubungan
dengan satuan ruang (area), yang umumnya diteliti dan dinyatakan sebagai jumlah
(cacah) individu dan biomasa persatuan luas, persatuan isi( volume) atau
persatuan berat medium lingkungan yang ditempati. Misalnya, 50 individu tikus
sawah per hektar, 300 individu keratela sp (zooplankton) per meter kubik air, 3
ton udang per hektar luas permukaan tambak, atau 50 individu afik( kutu daun)
per daun.
Pengaruh populasi terhadap komunitas dan ekosistem tidak hanya
tergantung kepada jenis apa dari organisme yang terlibat tetapi tergantung kepada
jumlahnya atau kerapatan populasinya kadang kala penting untuk membedakn
kerapatan kasar dari kerapatan ekologi ( kerapatan spesifik).
Kerapatan kasar adalah kerapatan yang didasarkan atas kesatuan ruang
total, sedangkan kerapatan ekologi adalah kerapatan yang didasarkan atas ruang
yang benar- benar (sesungguhnya) ditempati (mikrohabitat). Contoh : kerapatan
afik (kutu daun) per pohon dibandingkan dengan kerapatan afik per daun,
Lebih lanjut, kerapatan populasi suatu hewan dapat dinyatakan dalam
bentuk kerapatan mutlak (absolut) dan kerapatan nisbi ( relatif). Pada penafsiran
kerapatan mutlak diperoleh jumlah hewan per satuan area, sedangkan pada
penafsiran kerapatan nisbi nisbi hal itu tidak diperoleh, melainkan hanya akan
menghasilkan suatu indeks kelimpahan (lebih banyak atau sedikit, lebih berlimpah
atau kurang berlimpah).
Pengukuran kerapatan populasi kebanyakan dilakukan dengan sensus atau
metode menggunakan sample (sampling).
1. Kerapatan mutlak
Pengukuran kerapatan mutlak dapat dilakukan dengan cara:
a. Pencacahan Total (perhitungan menyeluruh)

6
Metode ini disebut juga sensus yang digunakan untuk mengetahui
jumlah nyata dari individu yang hidup dari suatu populasi. Metode ini
biasanya diterapkan kepada daerah yang sempit pada hewan yang hidupnya
menetap,misalnya porifera dan binatang karang. Metode ini juga dapat
digunakan untuk menentukan populasi hewan yang berjalan lambat, misalnya
jenis hewan dari coelenterata, siput air dan lain- lain
b. Metode Sampling (cuplikan)
Pada metode ini, pencacahan dilakukan pada suatu cuplikan (sample),
yaitu suatu proporsi kecil dari populasi dan menggunakan hasil cuplikan
tersebut untuk membuat taksiran kerapatan (kelimpahan) populasi.
Pemakaian metode ini bersangkut paut dengan masalah penentuan ukurann
dan jumlah cuplikan, oleh karena itu bersangkut paut pula dengan metode-
metode statistik.beberapa metode pencuplikan yang digunakan antara lain:
1) Metode kuadrat
Pencuplikan dilakukan pada suatu luasan yang dapat berbentuk bujur
sangkar, persegi enam, lingkaran dan sebagainya.Prosedur yang umum
dipakai disini adalah menghitung semua individu dari beberapa kuadrat
yang diketahui ukurannya dan mengekstrapolasikan harga rata- ratanya
untuk seluruh area yang diselidiki.
2) Metoda menangkap- menandai- menangkap ulang
Metode ini dinamakan juga dengan “mark-recapture”, metode ini
mengambil tiga asumsi pokok, yaitu:
a. Individu- individu yang tidak bertanda maupun yang bertanda
ditangkap secara acak.
b. individu- individu yang diberi tanda mengalami laju mortalitas yang
sama seperti yang tidak bertanda.
c. tanda- tanda yang dikenakan pada individu tidak hilang ataupun tidak
tampak.
3) Metode removal (pengambilan)

7
Metode ini umum digunakan untuk menaksir besar populasi mamalia
kecil. Asumsi- asumsi dasar yang digunakan dalm metode pengambilan
adalah sebagai berikut:
a. populasi tetap stasioner selama periode penangkapan.
b. peluang setiap individu populasi untuk tertangkap pada setiap perioda
panangkapan adalah sama.
c. probabilitas penangkapan individu dari waktu selama perioda
penangkapan adalah sama.
2. Pengukuran kerapatan nisbi (relatif)
Beberapa diantara pengukuran kelimpahan relatif adalah sebagai berikut :
a. Menggunakan perangkap
b. Menggunakan jala
c. Menghitung jumlah felet faeses
d. Frekuensi vokalisasi, indeks kelimpahan populasi dinyatakan sebagai
frekuensi bunyi persatuan waktu
e. Tangkaan persatuan usaha
f. Jumlah artifakta
g. Daya makan
h. Kuesioner
i. Sensus tepi jalan
j. Umpan manusia

E. Parameter Utama Populasi


1. Natalitas
Merupakan kemampuan populasi untuk bertambah atau ntukmeningkatkan
jumlahnya, melalui produsi individu baru yang dilahirkan atau ditetaskan dari
teliu melalui aktifitas perkembangan.
Laju natalitas: jumlah individu baru per individu atau per betina per satuan
waktu.
Ada dua aspek yang berkaitan dengan natalitas ini antara lain :
a. Fertilitas

8
Tingkat kinerja perkembangbiakan yang direalisasikan dalm populasi, dan
tinggi rendahnya aspek ini diukur dari jumlah telur yang di ovovivarkan atau
jumlah anak yang dilahirkan.
b. Fekunditas
Tingkat kinerja potensial populasi itu untuk menghasilkan individu baru.
Dalam ekologi dikenal dua macam natalitas yaitu:
1) Natalitas maksimum= n. mutlak (absolut)=n.
2) Natalitas ekologi= pertambahan populasi dibawah kondisi lingkungan yang
spesifik atau sesungguhnya.
2. Mortalitas
Menunjukkan kematian individu dalam populasi. Juga dapat dibedakan
dalam dua jenis yakni:
a. Mortalitas ekologik = mortalitas yang direalisasikan yakni,matinya individu
dibawah kondisi lingkungan tertentu.
b. Mortalitas minimum(teoritis), yakni matinya individu dalam kondisi
lingkunganyang ideal, optimum dan mati semata- mata karena usia tua.
3. Emigrasi, imigrasi dan migrasi.
Ketiga istilah diatas bersangkut paut dengan perpindahan.
a. Emigrasi : perpindahan keluar dari area suatu populasi.
b. Imigrasi : perpindahan masuk ke dalam suatu area populasi
dan mengakibatkan meningkatkan kerapatan
c. Migrasi : menyangkut perpindahan (gerakan) periodik berangkat dan kembali
dari populasi.

G. Penyebab Persebaran
a. Tekanan Populasi, dengan bertambahnya jumlah populasi di dunia ini,
maka tumbuhan dan hewan akan berpindah dari tempat yang satu ke
tempat yang lain dan menyebabkan jumlah mereka tersebar di dunia
b. Persaingan, persaingan yang dimaksudkan disini adalah perebutan
wilayah kekuasaan. Nah, tumbuhan yang kuat mempertahankan
wilayahnya akan menghasilkan populasi besar sehingga ia menyebar.

9
c. Perubahan Habitat, berubahnya lingkungan tempat tinggal dapat
menyebabkan ketidakmampuan dalam beradaptasi terhadap perubahan
tersebut dan menjadi merasa tidak cocok untuk terus menempati daerah
asal.

H. Sarana Persebaran
a. Udara, dalam hal ini digunakan oleh hewan untuk terbang. Sedangkan
hewan menggunakan tekanannya dalam bentuk perpindahan benih dari
satu tempat ke tempat yang lain.
b. Air, kemampuan hewan dalam berenang terutama hewan-hewan air
menyebabkan perpindahan mudah terjadi. Benih tumbuhan dapat
terangkut dan berpindah tempat dengan menggunakan media aliran air
sungai atau arus laut.
c. Tanah, sudah jelas. Hewan dan tumbuhan membutuhkan tanah untuk
persebaran.
d. Pengangkutan Manusia, baik secara sengaja ataupun tidak manusia dapat
menyebabkan perpindahan tumbuhan dan hewan. Seperti tikus yang
terperangkap di dalam tas seseorang, atau mungkin benih kembang sepatu
yang melengket si baju seseorang.

I. Hambatan Persebaran

1. Hambatan Iklim, keadaan iklim terutama yang bersifat ekstrim dapat dapat
menghambat persebaran misalnya kondisi temperatur, kelembaban udara
dan curah hujan.

2. Hambatan Edafik (tanah), tanah sangat berpengaruh bagi


tanaman/tumbuhan karena sangat memerlukan unsur-unsur penting dalam
tanah yaitu unsur hara, udara, kandungan air yang cukup. Lapisan tanah
yang tipis dan keras membuat hewan-hewan yang terbiasa menggali tanah
dan bertempat tinggal di dalam tanah memilih mencari daerah yang lapisan
tanahnya tebal dan gembur.

10
3. Hambatan Geografis, bentang alam muka bumi dapat menghambat
persebaran tumbuhan dan hewan seperti samudera, padang pasir, sungai
dan pegunungan.

4. Hambatan Biologis, kondisi lingkungan yang cocok untuk hidup serta


persediaan bahan makanan yang melimpah menjadi faktor penghambat
tumbuhan dan hewan dalam bermigrasi. Hal ini berkaitan dengan
kecocokan dengan kondisi alam.

J. Pertumbuhan Populasi
Suatu populasi akan mengalami pertumbuhan, apabila laju kelahiran di
dalam populasi itu lebih besar dar laju kematian, dengan mengasumsikan bahwa
laju emigrasi.
Dikenal dua macam bentuk pertumbuhan populasi, yakni bentuk
pertumbuhan eksponensial ( dengan bentuk kurva J) dan bentuk pertumbuhan
sigmoid (dengan bentuk kurva S).
1. Pertumbuhan Eksponensial
Pertumbuhan populasi bentuk eksponensial ini terjadi bilamana populasi
ada dalam sesuatu lingkungan ideal baik, yaitu ketersediaan makanan, ruang dan
kondisi lingkungan lainnya tidak beroperasi membatasi, tanpa da persaingan dan
lain sebagainya.Pada pertumbuhan populasi yang demikian kerapatan bertambah
dengan cepat secara eksponensial dan kemudian berhenti mendadak saat berbagai
faktor pembatas mulai berlaku mendadak.
2. Pertumbuhan Sigmoid
Pada pertumbuhan populasi yang berbentuk sigmoid ini, populasi mula-
mula meningkat sangat lambat (fase akselerasi positif). Kemudian makin capet
sehingga mencapai laju peningkatan secara logaritmik (fase logaritmik), namun
segera menurun lagi secara perlahan dengan makin meningkatnya pertahanan
lingkungan, misalnya yang berupa persaingan intra spesies (fase akselerasi
negatif) sehingga akhirnya mencapai suatu tingkat yang kurang lebih seimbang
(fase keseimbangan). Tingkat populasi yang merupakan asimptot atas dari kurva
sigmod, yang menandakan bahwa populasi tidak dapat meningkat lagi di sebut

11
daya dukung (K= suatu konstanta). Jadi daya dukung suatu habitat adalah tingkat
kelimpahan populasi maksimal (kerapatan jumlah atau biomasa) yang kelulus
hidupannya dapat di dukung oleh habitat tersebut.
Faktor pembatas pertumbuhan populasi :
a. Tergantung kepadatan : makanan dan ruangan
b. Tidak tergantung kepadatan :iklim dan bencana alam
Faktor pembatas menyebabkan spesies menerapkan strategi untuk bertahan
hidup.
Kelangkaan Hewan Kelangkaan suatu hewan dapat ditinjau dari aspek
kelimpahan, tepatnya intensitas (kerapatan) dan prevalensi menunjukkan jumlah
atau ukuran area-area yang di tempati spesies itu atau cacah dan besarnya daerah
yang dialami oleh makhluk di dalam kawasan secara keseluruhan. Suatu spesies
hewan yang prevalensinya tinggi (= prevalen) dapat lebih sering dijumpai, sebab
daerah penyebarannya luas, maka lebih sering dijumpai, sebab daerah
penyebarannya luas, maka lebih mudah di jumpai dimana-mana. Berbada halnya
dengan suatu spesies yang prevalensinya rendah, karena daerah penyebarannya
sempit hanya dapat di jumpai pada tempat-tempat tertentu saja (= terlokalisasi).
Adapun faktor-faktor penyebab punahnya hewan yang berkaitan
dengan tindakan manusia itu antara lain sebagai berikut:
a. Habitat hilang atau mengalami degradasi Manusia banyak mengganggu
habitat dalam melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Gangguan habitat itu ada yang sampai menyebabkan habitat hilang, ada yang
mengalami degradasi dan paling tidak ada habitat yang terganggu. Beberapa
contoh habitat yang hilang, rusak atau terganggu karena terganggu oleh
perbuatan manusia adalah sebagai berikut.
1) Hutan di tebang untuk di jadikan daerah pemukiman. Ini merupakan
contoh hilangnya habitat. Perubahan hutan menjadi daerah perumahan,
terutama perumahan di daerah perkotaan menyebabkan pohon-pohonan
dan tumbuhan lain di tebang habis.
2) Kerusakan terumbu karang karena ledakan dinamit yang di gunakan orang
untuk menangkap ikan. Penangkapan ikan dengan menggunakan dinamit

12
pada umumnya di lakukan di daerah yang dangkal yang banyak di huni
oleh hewan-hewan karang. Ledakan dinamit di tempat tersebut dapat
merusak terumbu karang
b. Fragmentasi habitat Pembuatan jalan, pengembangan daerah pertanian dan
pembuatan daerah pemukiman di lingkungan habitat yang luas tidak
menghilangkan habitat secara keseluruhan. Jalan, perkebunan, dan kota yang
di bangun orang menyebabkan habitat terpisah-terpisah. Pemisahan itu
menyebabkan habitat terpecah menjadi kecil-kecil, sehingga menyebabkan
hewan terkungkung pada lingkungan sempit yang tidak memungkinkan hewan
tumbuh dan berkembangbiak secara optimal.
c. Pemburuan komersial. Pemburuan komersial adalah pemburuan binatang
sebagai upaya untuk memperoleh penghasilan bukan untuk rekreasi.
d. Faktor lain Di negara-negara yang wilayahnya luas, misalnya Amerika
Serikat, jalan raya yang menghubungkan kota dengan kota lain amat panjang.
Jalan itu melintasi tempat-tempat yang masih di huni oleh hewan liar,
masalnya hutan dan padang rumput. Jalan itu memisahkan kawasan tersebut
menjadi dua bagian, yaitu di kiri dan di kanan jalan. Hewan-hewan liar yang
hidup di kawasan itu sering kali menyeberang jalan pada malam hari. Di
antara hewan-hewan itu banyak yang terlindas kendaraan yang melintas di
jalan tersebut.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dinamika populasi adalah pengetahuan yang mempelajari pertumbuhan
populasi organisme. Populasi adalah individu-individu yang hidup disuatu tempat
tertentu dan antara sesamanya dapat melakukan perkawinan sehingga dapat
mengadakan pertukaran informasi genetik dinyatakan sebagai satu kelompok.
Ada dua ciri dasar populasi, yaitu :ciri biologis, yang merupakan ciri-ciri
yang dipunyai oleh individu-individu pembangun populasi itu, serta ciri-ciri
statistik, yang merupakan ciri uniknya sebagai himpunan atau kelompok individu-
individu yang berinteraksi satu dengan lainnya
Ukuran populasi menyatakan banyaknya individu anggota populasi di
suatu daerah tertentu. Jika daerah penyebaran populasi luas sehingga pengukuran
populasi secara menyeluruh sulit di lakukan, besarnya ukuran populasi yang di
gunakan adalah kepadatan populasi, yang menyatakan individu persatuan luas
tertentu.Ukuran dan kepadatan populasi dapat di ukur dengan metode sensus,
sampling atau pengukuran nisbi.Populasi dapat tumbuh cepat atau
lambat.Kecepatan pertumbuhan populasi di tentukan dengan perbedaan angka
kelahiran dan angka kematian.Kecepatan pertumbuhan populasi itu di pengaruhi
oleh jumlah kematian sebelum mencapai umur reproduktif, dan ketahanan hidup
pada umur tertentu.

B. Saran
Makalah yang kami buat belum sempurna sesuai yang diharapkan, karena
kami hanya manusia biasa yang tidak luput dari khilaf/kesalahan, kelebihan itu
hanya milik Allah SWT semata. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran
dari semua pihak atau pembaca demi perbaikan di masa mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

14
Anon. 2001. Ekologi. Jakarta. PT Balai Pustaka Jakarta.

Hamid,Syamsudin. 2010. Kamus Lengkap Biologi. Jakarta. Gama Press.

Soetjipta, Drs, M.Pd. 1994. Dasar- Dasar Ekologi Hewan. Jakarta :Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Surapaty, Surya Chandara.1990. Kependudukan : Menuju Suatu Ilmu


Kemanuisaan Terpadu. Jurnal Populasi. Vol 2 (1).

Susanto, Pudyo. 2000. Ekologi Hewan. Jakarta :Departemen Pendidikan Dan


Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Suwarni, Joeharnani Tresnati, Dkk. 2015. Pendugaan Beberapa Parameter


Dinamika Populasi Ikan Layang di Teluk Bone, Sulawesi Selatan. Jurnal
Ilmu Kelautan dan Perikanan. Vol 25 (1)

Tim Dosen. 2008. Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Medan : FMIPA UNIMED

Zulkifli, Hilda. 1996. Biologi Lingkungan. Jakarta : Departemen Pendidikan Dan


Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

15

Anda mungkin juga menyukai