Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Pada mulanya farmakologi mencakup berbagai pengetahuan tentang obat
yang meliputi: sejarah, sumber, sifat - sifat fisika dan kimiawi, cara meracik, efek
fisiologi dan biokimiawi, mekanisme kerja, absorpsi, distribusi, biotranformasi dan
ekskresi, serta penggunaan obat untuk terapi dan tujuan lain.
Dewasa ini didefinisikan sebagai studi terintegrasi tentang sifat-sifat kimia dan
organisme hidup serta segala aspek interaksi mereka. Atau Ilmu yang mempelajari
interaksi obat dengan organisme hidup.
Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk merawat penyakit,
membebaskan gejala, atau mengubah proses kimia dalam tubuh.
Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan
badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau
memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat tradisional.
I.2 Tujuan
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas yang telah diberikan dan untuk
menambah wawasan yang lebih luas mengenai obat antipiretik dan analgetik.
I.1 Rumusan Masalah
 Pengertian dan penggolongan SSP
 Pengertian obat Antipiretik dan obat Analgetik
 Macam-macam obat Analgetik-Antipiretik
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Pengertian dan penggolongan obat SSP


a) Pengertian SSP
Susunan saraf pusat berkaitan dengan sistem saraf manusia yang merupakan
suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu
dengan yang lain. Susunan ini terdiri atas otak, sum-sum tulang belakang, dan urat-
urat saraf atau saraf cabang yang tumbuh dari otak dan sum-sum tulang belakang,
yang disebut urat saraf periferi (urat saraf tepi).
Fungsi sistem saraf antara lain: mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol
interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya.
Stimulan sistem saraf pusat (SSP) adalah obat yang dapat merangsang
serebrum medula dan sumsum tulang belakang. Stimulasi daerah korteks otak-
depan oleh se-nyawa stimulan SSP akan meningkatkan kewaspadaan,
pengurangan kelelahan pikiran dan semangat bertambah. Contoh senyawa stimulan
SSP yaitu kafein dan amfetamin.
Sistem saraf dapat dibagi menjadi sistem saraf pusat atau sentral dan sistem
saraf tepi (SST). Pada sistem syaraf pusat, rangsang seperti sakit, panas, rasa,
cahaya, dan suara mula-mula diterima oleh reseptor, kemudian dilanjutkan ke otak
dan sumsum tulang belakang. Rasa sakit disebabkan oleh perangsangan rasa sakit
diotak besar. Sedangkan analgetik narkotik menekan reaksi emosional yang
ditimbulkan rasa sakit tersebut. Sistem syaraf pusat dapat ditekan seluruhnya oleh
penekan saraf pusat yang tidak spesifik, misalnya sedatif hipnotik. Obat yang dapat
merangsang SSP disebut analeptika.
Obat – obat yang bekerja terhadap susunan saraf pusat berdasarkan efek
farmakodinamiknya dibagi atas dua golongan besar yaitu :
 Merangsang atau menstimulasi yang secara langsung maupun tidak langsung
merangsang aktivitas otak, sumsum tulang belakang beserta syarafnya.
 Menghambat atau mendepresi, yang secara langsung maupun tidak lansung
memblokir proses proses tertentu pada aktivitas otak, sumsum tulang belakang dan
saraf- sarafnya.
Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat memperlihatkan efek yang
sangat luas (merangsang atau menghambat secara spesifik atau secara umum).
Kelompok obat memperlihatkan selektifitas yang jelas misalnya analgesik antipiretik
khusus mempengaruhi pusat pengatur suhu pusat nyeri tanpa pengaruh jelas.
b) Klasifikasi Sistem Saraf Pusat
Obat yang bekerja terhadap SSP dapat dibagi dalam beberapa golongan besar,
yaitu:
1. Psikofarmaka (psikotropika), yang meliputi Psikoleptika (menekan atau menghambat
fungsi-fungsi tertentu dari SSP seperti hipnotika, sedativa dan tranquillizers, dan
antipsikotika); Psiko-analeptika (menstimulasi seluruh SSP, yakni antidepresiva dan
psikostimulansia (wekamin).
2. Untuk gangguan neurologis, seperti antiepileptika, MS (multiple sclerosis), dan
penyakit Parkinson.
3. Jenis yang memblokir perasaan sakit: analgetika, anestetika umum, dan lokal.
4. Jenis obat vertigo dan obat migrain (Tjay, 2002).
Umumnya semua obat yang bekerja pada SSP menimbulkan efeknya dengan
mengubah sejumlah tahapan dalam hantaran kimia sinap (tergantung kerja
transmitter)
c) Penggolongan obat SSP
Obat yang bekerja terhadap SSP dapat dibagi dalam bebrapa golongan
besar, yaitu :
1) Psikofarmaka (psikotropika) , yang meliputi :
a. Psikoleptika : jenis obat yang pada umumnya menekan dan atau menghambat
fungsi-fungsi tertentu dari SSP, yakni hipnotika, sedativa dan tranquilizers dan
antispikotika.
b. Psiko-analeptika : jenis obat yang menstimulasi seluruh SSP, yakni antidepresiva
dan psikostimulansia (wekamin).
2) Jenis obat untuk gangguan neurologis seperti antiepileptika, MS (multipe sclerosis),
penyakit parkinson dan demensia.
3) Jenis obat yang mengahalau atau menghambat perasaan sakit : analgetika,
antiradang/rematik dan narkotika, anestetika umum,dan lokal.
4) Jenis obat vertigo dan obat migrain.
II.2 Analgetik dan Antipiretik
a. Analgetik
Analgetik atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi rasa
nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (perbedaan dengan anestetika umum).
Obat ini digunakan untuk membantu meredakan sakit, sadar tidak sadar kita
sering mengunakannya misalnya ketika kita sakit kepala atau sakit gigi, salah satu
komponen obat yang kita minum biasanya mengandung analgesik atau pereda
nyeri.
 Mekanisme terjadinya nyeri
Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan
dengan (ancaman) kerusakan jaringan. Keadaan spikis sangat memengaruhi nyeri,
misalnya emosi dapat menimbulkan sakit (kepala) atau memperhebatnya, tetapi pula
dapat menghindarkan sensasi rangsangan nyeri. Nyeri merupakan suatu perasaan
subjectif pribadi dan ambang toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang. Batas
nyeri untuk suhu adalah konstan, yakni pada 44-45 °C.
Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang
berfungsi sebagai isyarat bahaya tentang adanya gangguan dijaringan, seperti
peradangan (rema, encok), infeksi jasad renik atau kejang otot. Nyeri yang di
sebabkan oleh rangsangan mekanis, kimiawi atau fisis (kalor,listrik) dapat
menimbulkan kerusakan pada jaringan. Rangsangan tersebut memicu pelepasan zat
tertentu yang disebut mediator nyeri, a.l histamin, bradikin, leukotrien dan
prostaglandin.
Ambang nyeri didefinisikan sebagai tingkat (level) pada mana nyeri dirasakan
untuk pertama kalinya. Dengan kata lain, intensitas rangsangan yang terendah saat
seseorang merasakan nyeri. Untuk setiap irang ambang nyerinya adalah konstan.
Mekanisme terjadinya nyeri ada 4 macam, yaitu:
a) Transduksi
Proses dimana nyeri diubah menjadi suatu aktivitas listrik yang akan diterima
ujung-ujung syaraf. Terjadi perubahan patologis karena mediator nyeri
mempengaruhi juga nosiseptor diluar daerah daerah trauma nyeri yang meluas.
Selanjutnya terjadi proses sensitisasi perifer, yaitu menurunnya nilai ambang
rangsang nosiseptor karena pengaruh mediator dan penurunan pH, akibatnya nyeri
dapat timbul. Rangsangan nyeri diubah menjadi depolarisasi membran reseptor
yang kemudian menjadi impuls syaraf.
b) Transmisi
Proses penyampaian impuls nyeri dari nosiseptor saraf perifer melewati kornu
dosalis, dari spinalis menuju korteks serebri. Transmisi sepanjang akson
berlangsung karena proses polarisasi, sedangkan dari neuron presinaps ke pasca
sinaps melewati neurotransmitor.
c) Modulasi
Proses pengendalian internal sistem saraf, dapat meningkatkan atau mengurangi
penerusan impuls nyeri. Modulasi nyeri dapat timbul di nosiseptor perifer medula
spinalis.
d. Persepsi
Hasil rekonstruksi SSP tentang impuls nyeri yang diterima. Rekonstruksi merupakan
hasil interaksi sistem saraf sensoris, informasi kognitif (korteks serebri) dan
pengalaman emosional. Persepsi menentukan berat ringan nyeri yang dirasakan.

 Mekanisme umum kerja obat


Menghambat sintase PGS di tempat yang sakit/trauma jaringan.
 Penggolongan obat
Atas kerja farmakologisnya, analgetika dibagi dalam dua kelompok besar,
yakni :
1) Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat
narkotik dan tidak bekerja sentral, analgetika antiradang termaksud dalam kelompok
ini.
Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau Obat Analgesik Perifer ini
cenderung mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh
pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat
kesadaran.
Obat Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik Perifer ini juga tidak
mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan
penggunanaan Obat Analgetika jenis Analgetik Narkotik).
Penggolongan
Secara kimiawi, analgetik perifer dapat dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu:
a. Parasetamol
b. Salisilat : asetosal, salisilamida dan benorilat.
c. Penghambat prostaglandin (NSAIDS): ibuprofen, dll.
d. Derivat antranilat: mefenaminat, gleferin.
e. Derivat-pirazolinon: propifenazon, isopropilanofenazon,dan metamozol,.
f. Lainnya: benzidamin (Tantum)
 Indikasi : obat-obat ini mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri tanpa
memengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan.
Kebanyakan zat ini juga berdaya antipiretis dan atau anti radang.
 Kontra Indikasi :
o penderita yang hipersensitif terhadap asetosal (aspirin) atau obat antiinflamasi non
steroid lainnya, wanita hamil dan menyusui, serta anak dibawah usia 14 tahun.
o Penderita dengan syndroma nasal polyps, angioderma dan reaksi bronchospasma
terhadap asetosal (aspirin) atau antiinflamasi non steroid yang lain. Dapat
menyebabkan reaksi anafilaktik.
 Efek samping :
Yang paling umum adalah ganngguan lambung-usus (b,c,e), kerusakan darah
(a,b,d dan e), kerusakan hati dan ginjal (a,c) dan juga reaksi alergi kulit. Efek-efek
samping ini terutama terjadi pada penggunaan lama atau dalam dosis tinggi. Oleh
karena itu penggunaan analgetika secara kontinu tidak dianjurkan.

2) Analgetika narkotik khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti
pada fractura dan kanker.
Kini disebut juga opioida (= mirip opiat) adalah obat-obat yang daya kerjanya
meniru (mimic) opioid endogen dengan memperpanjang aktivasi dari reseptor-
reseptor opioid (biasanya -reseptor). Zat-zat ini bekerja terhadap reseptor khas di
SSP, hingga persepsi nyeri dan respon emosional terhadap nyeri berubah
(dikurangi). Daya kerjanya di-antagonir oleh a.l. nalokson. Minimal ada 4 jenis
reseptor , yang pengikatan padanya menimbulkan analgesia. Tubuh dapat
mensintesa zat-zat opioidnya sendiri, yakni zat-zat endorfin yang juga bekerja
melalui reseptor-opioid tersebut.
Endorfin (morfin endogen) adalah kelompok polipeptida yang terdapat di
CCS dan dapat menimbulkan efek yang menyerupai efek morfin. Zat-zat ini dapat di
bedakan antara -endorfin, dynorfin, dan enkefalin (Yun. Enkephalos = otak), yang
menduduki reseptor-reseptor yang berlainan. Secara kimia zat-zat ini berkaitan
dengan hormon-hormon hipofisis dan berdaya menstimulasi pelepasan dari
kortikotropin (ACTH), juga dari somatropin dan prolaktin. Sebaliknya, pelepasan LH
dan FSH dihambat oleh zat ini. -endorfin pada hewan berkahasiat menekan
pernapasan, menurunkan suhu tubuh dan menimbulkan ketagihan. Lagi pula
berdaya analgetik kuat, dalam arti tidak mengubah persepsi nyeri, melainkan
memperbaiki “penerimaannya”. Rangsangan listrik dari bagian-bagian tertentu otak
mengakibatkan peningkatan kadar endorfin dalam CCS. Mungkin hal ini
menjelaskan efek analgesia yang timbul selama elektrostimulasi pada
akupuntur atau pada stress, misalnya pada cidera hebat. Peristiwa efek plasebo
juga dihubungkan dengan endorfin.
 Indikasi : Rasa nyeri hebat (seperti pada kaker)
Ada banyak penyakit yang disertai rasa nyeri, yang terkenal adalah influenza
dan kejang-kejang (pada otot atau organ).
 Kontra indikasi : depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut.
 Efek samping : morfin dan ipoida lainnya menimbulkan sejumlah besar efek
samping yang tidak diinginkan, yaitu :
 Supresi SSP, misalnya sedasi, menekan pernapasan dan batuk, miosis, hipotermia
dan perubahan suasana jiwa (mood). Akibat stimulasi langsung dari CTZ (Chemo
Trigger Zone) timbul mual dan muntah. Pada dosis lebih tinggi mengakibatkan
menurunnya aktifitas mental dan motoris.
 Saluran nafas : broncokostriksi, pernafasan menjadi lebih dangkal dan frekuensinya
menurun.
 Sistem sirkulasi : vasodilatasi perifer, pada dosis tinggi hipotensi
 Mekanisme kerja : Endorfin bekerja dengan jalan menduduki reseptor-reseptor rasa
nyeri di SSP, hingga perasaan nyeri dapat diblokir. Khasiat analgetik opioda
berdasarkan kemampuannya untuk menduduki sisa-sisa reseptor nyeri yang belum
ditempati endorfin. Tetapi bila analgetik tersebut digunakan terus-menerus,
pembentukan reseptor-reseptor baru distimulasi dan produksi endorfin diujung
syaraf otak dirintangi. Akibatnya terjadilah kebiasaan dan ketagihan.
b. Antipiretik
Antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan panas atau untuk obat
mengurangi suhu tubuh (suhu tubuh yang tinggi). Hanya menurunkan temperatur
tubuh saat panas dan tidak berefektif pada orang normal. Dapat menurunkan panas
karena dapat menghambat prostatglandin pada CNS.
Demam. Pada umumnya demam adalah juga suatu gejala dan bukan
merupakan penyakit tersendiri. Kini para ahli bersependapat bahwa demam adalah
suatu reaksi tangkis yang berguna dari tubuh terhadap infeksi. Pada suhu diatas 37
°C limfosit dan makrofag menjadi lebih aktif. Bila suhu melampaui 40-41 °C, barulah
terjadi situasi kritis yang bisa menjadi fatal, karena tidak terkendalikan lagi oleh
tubuh.
Suhu badan diatur oleh keseimbangan antara produksi dan hilangnya panas.
Alat pengukur suhu tubuh ada dihipotalamus. Pada keadaan demam keseimbangan
ini terganggu tetapi dapat dikembalikan ke normal oleh obat mirip-aspirin. Ada bukti
bahwa peningkatan suhu tubuh pada keadaan patologik diawali pengelepasan suatu
zat pirogen endogen atau sitokin misalnya interleukin-1 (IL-1) yang memacu
pelepasan PG yang berlebihan didaerah preoptik hipotalamus. Selain itu PGE 2
terbukti menimbulkan demam setelah di infuskan ke ventrikel serebral atau
disuntikkan ke daerah hipotalamus. Obat mirip-aspirin menekan efek zat pirogen
endogen dengan menghambat sintesis PG. Demam yang timbul akibat pemberian
PG tidak dipengaruhi, demikian pula peningkatan suhu oleh sebab lain misalnya
latihan fisik.
 Mekanisme Kerja Obat Antipiretik
Bekerja dengan cara menghambat produksi prostaglandin di hipotalamus
anterior (yang meningkat sebagai respon adanya pirogen endogen).
 Indikasi
Dosis saisilat untuk dewasa ialah 325-650 mg diberikan secara oral tiap 3 atau
4 jam. Untuk anak 15-20 mg/kgBB, dibrikan tiap 4-6 jam. Berdasarkan asosiasi
penggunaan aspirin dengan sindroma Reye, aspirin dikontraindiksikan
sebagaiantipiretik pada anak dibawah 12 tahun. Di inggris asprin dilarang digunakan
pada anak di bawah 16 tahun.
 Kontra Indikasi :
Hindari pemakaian aspirin atau ibuprofen pada pasien-pasien dengan
gangguan pendarahan (resiko pendarahan lebih rendah dengan salisilat lainnya).
Aspirin dan salisilat lain harus dihindari pada anak-anak dan remaja.
 Efek samping :
Efek samping yang paling sering terjadi adalah induksi tukak peptik (tukak
duodenum dan tukak lambung) yang kadang-kadang disertai anemia sekunder
akibat pendarahan saluran cerna. Beratnya efek samping ini berbeda antar obat.
dua mekanisme terjadinya iritasi lambung adalah:
1) Iritasi yang bersifat lokal yang menimbulkan difusi kembali asam lambung ke
mukosa dan menyebabkan kerusakan jaringan.
2) Iritasi atau pendarahan lambung yang bersifat sistemik melalui hambatan biosintesis
PGE2 dan PGI 2. Kedua PG ini banyak ditemukan dimukosa lambung dengan fungsi
menghambat sekresi asam lambung dan merangsang reaktif.
Efek samping lain ialah gangguan fungsi trombosit akibat penghambatan biosintesis
trombosan A2 (TXA2) dengan akibat waktu perpanjangan pendarahan. Efek ini
dimanfaatkan untuk terapi profilaksis tromboemboli.
II.3 Macam-macam spesialit dari analgetik antipiretik :
Berikut contoh obat-obat analgesik antipiretik yang beredar di Indonesia :
1. Paracetamol / acetaminophen
Merupakan derivat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan parasetamol
sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai
analgesik, parasetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena dapat
menimbulkan nefropati analgesik. Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya
dosis lebih besar tidak menolong. Dalam sediaannya sering dikombinasi dengan
cofein yang berfungsi meningkatkan efektivitasnya tanpa perlu meningkatkan
dosisnya. Adapun nama dagang obat yang mengandung paracetamol antara lain
adalah panadol (sterling), paracetol, paraco, praxion, primadol, santol, zacoldin,
poldan mig.
2. Ibuprofen
Ibuprofen merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan banyak negara.
Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek
analgesiknya sama dengan aspirin.
Ibuprofen tidak dianjurkan diminum oleh wanita hamil dan menyusui. Adapun nama
dagang obat yang mengandung ibuprofen ini adalah Neo Toku-Honsip, Rhelafen,
repass, profen, profenal, prosic, Neo Rheumacyl Neuro, dan prosinal.
3. Asam mefenamat
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat sangat kuat
terikat pada protein plasma, sehingga interaksi dengan obat antikoagulan harus
diperhatikan. Efek samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia
dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung. Adapun nama dagang obat yang
mengandung asam mefenamat adalah mefamat, mefinter, mefix, megastan,
panstonal forteponstan, pondex, ponalar.
4. Tramadol
Tramadol adalah senyawa sintetik yang berefek seperti morfin.
Tramadol digunakan untuk sakit nyeri menengah hingga parah. Sediaan tramadol
pelepasan lambat digunakan untuk menangani nyeri menengah hingga parah yang
memerlukan waktu yang lama.
5. Minumlah tramadol sesuai dosis yang diberikan, jangan minum dengan dosis lebih
besar atau lebih lama dari yang diresepkan dokter. Jangan minum tramadol lebih
dari 300 mg sehari. Adapun nama dagang obat yang mengandung adalah pironec,
tugesal, ttramal, trasidan, trasik,traumasik
6. Benorylate
Benorylate adalah kombinasi dari parasetamol dan ester aspirin. Obat ini digunakan
sebagai obat antiinflamasi dan antipiretik. Untuk pengobatan demam pada anak obat
ini bekerja lebih baik dibanding dengan parasetamol dan aspirin dalam penggunaan
yang terpisah. Karena obat ini derivat dari aspirin maka obat ini tidak boleh
digunakan untuk anak yang mengidap Sindrom Reye.
7. Fentanyl
Fentanyl termasuk obat golongan analgesik narkotika. Analgesik narkotika
digunakan sebagai penghilang nyeri. Dalam bentuk sediaan injeksi IM
(intramuskular) Fentanyl digunakan untuk menghilangkan sakit yang disebabkan
kanker. Menghilangkan periode sakit pada kanker adalah dengan menghilangkan
rasa sakit secara menyeluruh dengan obat untuk mengontrol rasa sakit yang
persisten/menetap. Obat Fentanyl digunakan hanya untuk pasien yang siap
menggunakan analgesik narkotika. Fentanyl bekerja di dalam sistem syaraf pusat
untuk menghilangkan rasa sakit. Beberapa efek samping juga disebabkan oleh
aksinya di dalam sistem syaraf pusat. Pada pemakaian yang lama dapat
menyebabkan ketergantungan tetapi tidak sering terjadi bila pemakaiannya sesuai
dengan aturan. Ketergantungan biasa terjadi jika pengobatan dihentikan secara
mendadak. Sehingga untuk mencegah efek samping tersebut perlu dilakukan
penurunan dosis secara bertahap dengan periode tertentu sebelum pengobatan
dihentikan.
8. Naproxen
Naproxen termasuk dalam golongan antiinflamasi nonsteroid. Naproxen bekerja
dengan cara menurunkan hormon yang menyebabkan pembengkakan dan rasa
nyeri di tubuh. Obat lainnya : Metamizol, Aspirin (Asetosal/ Asam asetil salisilat),
Dypirone/Methampiron, Floctafenine, Novaminsulfonicum, dan Sufentanil. Untuk
pemilihan golongan obat analgesik dan antipiretik yang tepat ada baiknya anda
harus periksakan diri dan konsultasi ke dokter
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
 Antipiretik yaitu obat anti demam. Mekanisme Kerja Obat Antipiretik, bekerja dengan
cara menghambat produksi prostaglandin E2 di hipotalamus anterior (yang
meningkat sebagai respon adanya pirogen endogen). Contoh Obat Antipiretik :
Parasetamol, panadol, paracetol, paraco, praxion, primadol, santol, zacoldin, poldan
mig, acetaminophen, asetosal atau asam salisilat, salisilamida.
 Analgetik yaitu obat anti nyeri. Mekanisame kerja menghambat sintase PGS di
tempat yang sakit/trauma jaringan.
Karakteristik:
1. Hanya efektif untuk menyembuhkan sakit
2. Tidak narkotika dan tidak menimbulkan rasa senang dan gembira
3. Tidak mempengaruhi pernapasan
4. Gunanya untuk nyeri sedang, contohnya: sakit gigi
 Macam - macam Analgetik
1. Analgetik Opioid/analgetik narkotika
2. Obat Analgetik Non-narkotik
 Efek samping obat antipiretik dan analgetik
1. Gangguan Saluran Cerna
2. Gangguan Hati( hepar)
3. Gangguan Ginjal
4. Reaksi Alergi
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 1979. FARMAKOPE INDONESIA EDISI III. Jakarta


Depkes RI. 2012. ISO INDONESIA EDISI 47. Jakarta
Raharja, Kirana. 2007. OBAT-BAT PENTING EDISI IV. PT Alex Media Komputindo :
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai