Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Manusia memiliki berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi. Salah satu
kebutuhan tersebut adalah hiburan. Hal ini yang dijadikan sasaran PT Taman Impian
Jaya Ancol sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa. PT Taman Impian
Jaya Ancol, Tbk adalah perusahaan BUMD DKI Jakarta yang berdiri sejak tahun
1996, yang bergerak di bidang usaha properti dan pengembang kawasan wisata
terpadu yang memiliki visi untuk menjadi yang terbesar dan terbaik di Asia Tenggara
dengan memiliki jaringan terluas melalui misi yaitu sebagai komunitas pembaharuan
kehidupan masyarakat. Usaha jasa ini tidak hanya didukung oleh satu sektor usaha
saja melainkan melibatkan berbagai pihak di dalamnya. PT. Karya Surya Indonusa
adalah salah satu perusahaan yang bekerja sama dengan PT Taman Impian Jaya
Ancol yang terikat melalui perjanjian kontrak dengan jangka waktu tertentu. PT.
Karya Surya Indonusa merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa
rekreasi dan transportasi Kereta Gantung area Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta.
Gondola Ancol merupakan sarana rekreasi kereta gantung pertama di Indonesia
yang menggunakan komputerisasi teknologi tinggi dengan sistem kontrol dan
keamanan tercanggih.
Sebagai sebuah jenis usaha yang bergerak di bidang jasa, PT Karya Surya
Indonusa memiliki lingkungan, alat, dan wahana yang bepotensi bahaya untuk
pengunjung dan tenaga kerja yang mengoperasikannya. Potensi bahaya yang
muncul dapat berupa cara kerja dari tenaga kerja, peralatan kerja yang ada serta
beban kerja yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit akibat kerja, kecacatan
bahkan kematian. Ada lima potensi bahaya yang sudah diketahui yaitu fisik, biologi,
kimia, ergonomi dan psikososial. Potensi bahaya ini harus dikenali dan diminilisasi
dengan menerapkan manajemen risiko sesuai prinsip Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3).
Definisi K3 menurut OHSAS 2007 yaitu Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) adalah semua kondisi dan faktor yang dapat berdampak pada keselamatan dan
kesehatan kerja tenaga kerja maupun orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung
dan tamu) di tempat kerja. Menurut Undang–undang dasar 1945 pasal 27 ayat (2)
menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan. Pekerjaan yang layak dalam konteks ini artinya
bahwa pekerjaan yang dilakukan harus bersifat manusiawi yang memungkinkan

1
tenaga kerja dalam kondisi sehat dan selamat. Penjelasan tersebut lebih dipertegas
lagi dalam undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 86.
Peraturan lainnya adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang keselamatan
kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat, di dalam
tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara, yang berada di dalam wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia. Undang-undang tersebut juga mengatur
syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari perencanaan, pembuatan,
pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan,
pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang produk tekhnis dan aparat produksi
yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan. Kesehatan kerja
memiliki sifat berhubungan dengan manusia dan bersifat medis. Sedangkan
keselamatan kerja memiliki sasaran adalah lingkungan kerja dan bersifat teknik
Setiap perusahaan diharapkan mampu menerapkan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan dan Kerja (SMK3) dalam perusahaannya masing-
masing, dimana sistem tersebut menjadi suatu siklus yang tidak terputus dan
berkesinambungan. SMK3 dimulai dengan penerapan K3, evaluasi dan peninjauan
ulang hingga pada akhirnya ada peningkatan produktivitas untuk jenis usaha
produksi dan pelayanan untuk jenis usaha jasa.

Melihat pentingnya penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan


dan Kerja (SMK3) dan higiene perusahaan sebagai bentuk upaya pencegahan
timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja, maka pada hari Kamis, 07
September 2017 telah dilakukan kunjungan ke PT. Karya Surya Indonusa.
Kunjungan perusahaan bagi tim penyusun ini lebih difokuskan untuk:

1. Mengetahui pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


di PT. Karya Surya Indonusa
2. Mengetahui definisi ergonomi,
3. Mengetahui sikap kerja di Stasiun Gondola,
4. Mengetahui cara kerja di Stasiun Gondola,
5. Mengetahui beban kerja di Stasiun Gondola,
6. Mengetahui gizi kerja di Stasiun Gondola,
7. Mengetahui profil kesehatan di Stasiun Gondola,
8. Mengetahui fasilitas pelayanan kesehatan tenaga kerja di Stasiun Gondola,
9. Mengetahui program kesehatan tenaga kerja di Stasiun Gondola,
10. Mengetahui program pencegahan HIV/AIDS dan Narkoba

2
Hasil identifikasi yang ada dapat menjadi acuan alternatif pemecahan
masalah untuk ditawarkan serta saran untuk PT Karya Surya Indonusa sehingga
dapat diterapkan kepada seluruh karyawan dan pengunjung untuk menciptakan
keselamatan dan kesehatan kerja guna memaksimalkan produktivitas kerja serta
pelayanan kepada masyarakat. Kami juga mengucapkan terima kasih atas waktu
luang dan arahan yang telah diberikan oleh manajemen dan karyawan PT Karya
Surya Indonusa.

1.2 TUJUAN KUNJUNGAN


Tujuan Umum: Untuk mengetahui aspek ergonomi dan kesehatan kerja Stasiun
Gondola

Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui definisi ergonomi,


2. Untuk mengetahui sikap kerja di Stasiun Gondola,
3. Untuk mengetahui cara kerja di Stasiun Gondola,
4. Untuk mengetahui beban kerja di Stasiun Gondola,
5. Untuk mengetahui gizi kerja di Stasiun Gondola,
6. Untuk mengetahui profil kesehatan di Stasiun Gondola,
7. Untuk mengetahui fasilitas pelayanan kesehatan tenaga kerja di Stasiun
Gondola,
8. Untuk mengetahui program kesehatan tenaga kerja di Stasiun Gondola,
9. Untuk mengetahui program pencegahan HIV/AIDS dan Narkoba

1.3 DASAR HUKUM


1. UU No.I tahun 1970 tentang kesehatan dan keselamatan kerja
2. UU No 13 tahun 2003 pasal 86 dan 87 tentang ketenagakerjaan
3. UU No. 36 tahun 2009 pasal 23 tentang kesehatan
4. UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan
5. UU No 3 tahun 1992 tentang jaminan sosial tenaga kerja
6. Permenakertrans No.03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan kerja
7. Kepres RI No.22 tahun 1993 tentang penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
atau lingkungan kerja
8. Kepmenakertrans No.68 tahun 2004 tentang pencegahan dan penanggulangan
HIV/AIDS di tempat kerja

3
9. Permenakertrans No.11/Men/VI/2005 tentang pencegahan penyalahgunaan
narkoba, psikotropika dan zat adiktif lainnya di tempat kerja
10. Permenakertrans No.01/Men/1976 tentang kewajiban pelatihan hiperkes bagi
dokter perusahaan
11. Permenakertrans No.01/Men/1979 tentang kewajiban pelatihan hiperkes bagi
paramedic perusahaan
12. Permenakertrans No.Per 02/Men/1980 tentang pemeriksaan kesehatan tenaga
kerja dalam penyelanggaraan keselamatan kerja
13. Permenakertrans No.Per 03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan kerja.
14. SE.Menakertrans No.SE.01/Men/1979 tentang pengadaan kantin dan ruang
makan
15. SE.Dirjen binawas No.SE.86/BW/1989 tentang perusahaan catering yang
mengelola makanan bagi tenaga kerja

1.4 PROFIL GONDOLA PT. KARYA SURYA INDONUSA


PT. Karsa Surya Indonusa merupakan perusahaan jasa rekreasi dan
transportasi berupa Kereta Gantung di area Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta, yang
bertujuan untuk memberikan sensasi hiburan yang menyenangkan, aman, dan
nyaman. Dengan jumlah 20 pegawai tetap dan 20 pegawai tidak tetap serta
outsourcing untuk cleaning service dan security, perusahaan ini memiliki visi yaitu
menjadi wahana rekreasi Kereta Gantung terbaik dan favorit di Indonesia melalui
misi berupa memberikan sensasi rekreasi udara melalui pengelolaan Kereta
Gantung yang profesional di pantai Ancol dengan mengutamakan keamanan,
kenyamanan, dan kualitas pelayanan kepada pengunjung. PT Karsa Surya Indonusa
beralamatkan di Jalan Lodan Timur, No. 7, Taman Impian Jaya Ancol, RT/RW
001/010, Ancol, Pademangan, Kota Jakarta Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta
14430. Seluruh pegawai di PT ini tertanggung oleh BPJS ketenagakerjaan. PT Karsa
Surya Indonusa sampai saat ini belum mendapatkan sertifikasi dalam bidang K3.
Gondola Ancol adalah salah satu sarana rekreasi kereta gantung pertama di
Indonesia yang terletak di dalam area rekreasi Taman Impian Jaya Ancol. Pertama
kali beroperasi pada tanggal 20 Desember 2003 dan diresmikan oleh Gubernur DKI
Jakarta Bapak Sutiyoso. Tahun 2015, Gondola Ancol melalukan pemeliharaan
dengan melakukan pemotongan rope/kabel/seling Gondola.
Gondola Ancol memiliki 37 unit kereta (cabin), yang dapat menampung
sekitar 4-6 orang dewasa per cabin atau maksimal 480 kg. Diharapkan pengunjung
mendapatkan ruang yang cukup luas dan nyaman untuk menikmati pemandangan di

4
sekitar Ancol, dari ketinggian sekitar 21 meter di atas permukaan laut, dengan jarak
tempuh 2,4 km. Dengan kecepatan 7,2 km/jam, perjalanan akan memakan waktu
sekitar 30 menit (PP). Gondola Ancol memiliki 3 stasiun,yaitu: Stasiun A Pantai
Festival, letaknya di belakang Dunia Fantasi, Stasiun B Pantai Indah, letaknya di
sekitar Putri Duyung, Stasiun C Teater mobil, letaknya disekitar Atlantis Water
Adventure, Gelanggang Samudra, dan SeaWorld. Dari 3 Stasiun tersebut, hanya 2
lokasi yang dapat digunakan untuk naik/turun pengunjung, yaitu Stasiun A dan C.
Tersedia juga restoran cepat saji CFC di stasiun A dan C yang diperuntukkan bagi
pengunjung yang lapar.
Jam operasional Gondola Ancol yaitu pada hari Senin s/d Jum’at, buka jam
11.00–18.00 WIB, hari Sabtu, Libur Nasional & Liburan Sekolah buka jam 10.00–
18.00 WIB, dan pada hari Minggu buka jam 09.00–18.00 WIB. Dengan tiket seharga
Rp 50.000/orang, pengunjung dapat menaiki Gondola Ancol sebanyak 1 kali putaran
(PP).

1.5 ALUR PELAYANAN


Pengunjung datang melalui gerbang tiket di pintu A atau di gerbang tiket pintu
C. Pihak manajemen gondola menetapkan syarat minimal tinggi badan untuk batas
biaya tiket gondola yaitu 85 cm. Bagi pengunjung dengan tinggi badan >85 cm, maka
diharuskan membayar dengan harga normal yaitu Rp 50.000. Kemudian setelah
mendapatkan tiket pengunjung akan diberi cap stempel di tangan untuk bukti
memasuki wahana gondola. Terdapat 2 warna stempel yang dimaksudkan untuk
membedakan apakah pengunjung berasal dari terminal A atau C. Pada terminal A
pengunjung akan mendapatkan stempel warna merah, sedangkan di terminal C
pengunjung akan mendapatkan stempel warna biru. Pengunjung akan mendapatkan
instruksi terkait keselamatan selama menaiki gondola dari petugas yang ada di loket
pengecapan. Setelah itu, pengunjung dipersilakan menaiki tangga hingga ke lokasi
gondola berada. Disana akan ada beberapa petugas yang menginstruksikan untuk
menaiki gondola dengan jumlah maksimal 6 orang/480 kg per kabin. Pintu gondola
akan terbuka dan tertutup secara otomatis. Setelah 1 kali putaran, pengunjung
dipersilakan untuk turun dari gondola dan keluar melalui jalur pintu keluar yang
sudah disediakan.

5
1.6 LANDASAN TEORI

I. ERGONOMI

Ergonomi menurut Badan Buruh Internasional (ILO=International Labor


Organization) adalah penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan ilmu rekayasa
untuk mencapai penyesuaian bersama antara pekerjaan dan manusia secara
optimum agar bermanfaat demi efisiensi dan kesejahteraan.

Pada dasarnya, ergonomi bertujuan untuk menciptakan kondisi bekerja yang


optimal serta dapat ditoleransi dan diterima oleh pekerja. Ergonomi digunakan untuk
memperoleh kesesuaian antara pekerja dan pekerjaan untuk mengoptimalkan:
 efektivitas dan efisiensi pekerjaan,
 keselamatan dan kesehatan kerja,
 kenyamanan dan kemudahan penggunaan alat, serta
 kepuasan kerja

Pendekatan ergonomi mengacu pada konsep total manusia, mesin dan


lingkungan yang bertujuan agar pekerjaan dalam industri dapat berjalan secara
efisien, selamat dan nyaman. Untuk mencapai hal ini, diperlukan kerjasama antara
dokter dan paramedik (manusia), ahli hiperkes (lingkungan kerja), serta ahli teknik
(mesin perusahaan). Kerjasama ini disebut segitiga ergonomi. Adapun sasaran dari
ergonomi adalah seluruh tenaga kerja baik sektor formal, informal dan tradisional.

.Penerapan ergonomi di tempat kerja dapat memberikan manfaat antara lain:


 Pekerjaan bias lebih cepat selesai
 Risiko kecelakaan lebih kecil
 Mengurangi jam kerja yang hilang
 Risiko penyakit akibat kerja kecil
 Gairah atau kepuasan kerja lebih tinggi
 Biaya ekstra / tambahan tidak terduga bias ditekan
 Absensi/tidak masuk kerja rendah
 Kelelahan berkurang
 Produktivitas meningkat
Agar tujuan dan manfaat ergonomi dapat tercapai, terdapat 8 kelompok
masalah ergonomi yang perlu diperhatikan, yaitu gizi kerja, pemanfaatan tenaga
kerja dan otot, sikap dan cara kerja, kondisi lingkungan kerja, waktu kerja, kondisi
informasi, kondisi sosial, dan interaksi mesin-mesin.

6
Aplikasi/penerapan Ergonomik pada tenaga kerja:

1. Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak
terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi
berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara
seimbang pada dua kaki.

2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu
bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran
anthropometri barat dan timur.

3.Tata Letak Tempat Kerja


Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan
simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.

4. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala,
bahu, tangan, punggung, dll. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera
tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.

Penyakit-penyakit di tempat Kerja yang Berkaitan dengan Ergonomi

Kondisi tidak ergonomis di tempat kerja dapat menyebabkan beberapa


kelainan pada tangan, tungkai, sendi, punggung, atau bagian tubuh lainnya. Kelainan
muskuloskeletal akibat pekerjaan ini, memiliki faktor risiko berupa pekerjaan yang
berulang (repetisi), membutuhkan pengerahan tenaga yang kuat, tekanan mekanis
langsung, tekanan statis, waktu pemulihan yang tidak cukup, postur janggal, dan
stressor lingkungan.

II. KESEHATAN KERJA

Kesehatan kerja adalah upaya yang ditujukan untuk melindungi tenaga kerja
agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang
diakibatkan oleh pekerjaan. (UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan Pasal 23).
Fokus utama upaya kesehatan kerja adalah untuk mencapai:
 Pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan tenaga kerja dan
kapasitas kerjanya

7
 Perbaikan kondisi lingkungan kerja dan pekerjaan yang kondusif bagi
keselamatan dan kesehatan kerja
 Pengembangan pengorganisasian pekerjaan dan budaya kerja kea rah
yang mendukung keselamatan dan kesehatan kerja
Aplikasi kesehatan kerja berupa upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif.
Promosi kesehatan merupakan ilmu pengetahuan dan seni yang membantu
seseorang untuk mengubah gaya hidup menuju kesehatan yang optimal, yaitu
terjadinya keseimbangan kesehatan fisik, emosi, spiritual dan intelektual. Tujuan
promosi kesehatan di tempat kerja adalah terciptanya perilaku dan lingkungan kerja
sehat juga produktivitas yang tinggi. Tujuan dari promosi kesehatan adalah:
 Mengembangkan perilaku kerja sehat
 Menumbuhkan lingkungan kerja sehat
 Menurunkan angka absensi sakit
 Meningkatkan produktivitas kerja
 Menurunnya biaya kesehatan
 Meningkatnya semangat kerja
Upaya preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja
yang disebabkan oleh alat/ mesin dan masyarakat yang berada di sekitar lingkungan
kerja ataupun penyakit menular umumnya yang bisa terjangkit pada saat melakukan
pekerjaan yang diakibatkan oleh pekerja. Upaya preventif diperlukan untuk
menunjang kesehatan optimal pekerja agar didapat kepuasan antara pihak pekerja
dan perusahaan sehingga menimbulkan keuntungan bagi kedua belah pihak.
Aplikasi upaya preventif diantaranya pemakaian alat pelindung diri dan pemberian
gizi makanan bagi pekerja.

Gizi kerja adalah gizi /nutrisi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk
memenuhi kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan dan beban kerja tambahan.
Gizi kerja menjadi masalah disebabkan beberapa hal yaitu rendahnya kebiasaan
makan pagi, kurangnya perhatian pengusaha, kurangnya pengetahuan tenaga kerja
tentang gizi, tidak mendapat uang makan, serta jumlah, kapan dan apa dimakan
tidak diketahui. Efek dari gizi kerja yang kurang bagi pekerja adalah :
 Pekerja tidak bekerja dengan maksimal
 Pertahanan tubuh terhadap penyakit berkurang
 Kemampuan fisik pekerja yang berkurang
 Berat badan pekerja yang berkurang atau berlebihan
 Reaksi pekerja yang lamban dan apatis,
 Pekerja tidak teliti

8
 Efisiensi dan produktifitas kerja berkurang
Jenis pekerjaan dan gizi yang tidak sesuai akan menyebabkan timbulnya
berbagai penyakit seperti obesitas, penyakit jantung koroner, stroke, penyakit
degenerative, arteriosklerotik, hipertensi, kurang gizi dan mudah terserang infeksi
akut seperti gangguan saluran nafas. Ketersediaan makanan bergizi dan peran
perusahaan untuk memberikan informasi gizi makanan atau pelaksanaan pemberian
gizi kerja yang optimal akan meningkatkan kesehatan dan produktivitas yang setinggi
– tingginya.

Upaya kuratif merupakan langkah pemeliharaan dan peningkatan kesehatan


bagi pekerja. Upaya penatalaksanaan penyakit yang timbul pada saat bekerja
merupakan langkah untuk meningkatkan kepuasan pekerja dalam bekerja, sekaligus
memberi motivasi untuk pekerja supaya memiliki kesehatan yang optimal. Penyakit
yang sering timbul dalam suatu lokasi pekerjaan dapat menjadi tolak ukur dalam
mengambil langkah promosi dan pencegahan, sehingga tujuan pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan kerja optimal dilaksanakan.

9
BAB II
PELAKSANAAN

2.1 TANGGAL DAN WAKTU PENGAMATAN


Hari : Kamis
Tanggal : 7 September 2017
Pukul : 12.00-16.00

2.2 LOKASI PENGAMATAN


Lokasi : PT Karsa Surya Indonusa
Jalan Lodan Timur, No. 7, Taman Impian Jaya Ancol, RT/RW
001/010, Ancol, Pademangan, Kota Jakarta Utara, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta 14430.

DOKUMENTASI PENGAMATAN
TERMINAL GONDOLA

10
KONDISI KANTOR GONDOLA

11
BAB III
HASIL PENGAMATAN

3.1 ERGONOMI
1. Sikap Kerja
Hasil pengamatan mengenai sikap kerja dari tenaga kerja kami belum dapat
mengatakan bahwa sikap kerja telah ergonomis karena belum dilakukan pengukuran
yang objektif. Dari pengamatan, terdapat pekerja yang bekerja dalam posisi berdiri
dan menggunakan highheel. Dari segi ergonomi dan safety, hal tersebut seharusnya
tidak dilakukan.

Cara Kerja

Cara kerja yang kami amati ada dua sisi yaitu : posisi kerja dan proses kerja.Dalam
satu hari karyawan yang bekerja ada 16 orang dengan pembagian tugas sebagai
berikut : Operator 5 orang, Maintanence 3 orang, Karcis 3 orang, Cleaning service 3
orang dan satpam 2 orang/24 jam.

a. Posisi kerja operator dan karcis secara subjektif sudah sesuai dengan aspek
ergonomi, dimana posisi duduk di depan pekerjaan : punggung tegak, bahu
rileks dan posisi siku sejajar dengan tinggi meja. Kecuali karyawan bagian
pengontrolan mesin karena mesin permukaan tidak datar dan pendek disertai
dengan sandaran kursi tidak sesuai sehingga posisi duduk belum sesuai
dengan norma ergonomis. Pada unit maintenance , karyawan posisi kerjanya
menyesuaikan dengan kerusakan dan alat bantu yang ada (seperti tangga besi
dan pijakan besi yang bisa diarahkan sesuai kebutuhan). Sedangkan
satpam/keamanan, bila tidak sedang berkeliling istirahat di pos yg letaknya dekat
dengan pos. Tidak ada rolling baku yang memungkinkan karyawan untuk
berpindah posisi dari berdiri ke duduk atau sebaliknya. Namun, untuk benar
benar mengatakan sudah sesuai dengan aspek ergonomi, dibutuhkan
pengukuran objektif yang tidak dapat dilakukan karena keterbatasan alat dan
waktu.

b. Proses kerja karyawan yang menggunakan alat bantu tangga besi, pijakan besi
dan gondola secara keseluruhan baik karena alat bantu tersebut bisa diarahkan
sesuai kebutuhan.

12
2. Beban Kerja

Aktivitas operasional Gondola dilakukan setiap hari Senin – Jumat adalah jam 11.00
- 18.30 WIB, sementara pada hari sabtu jam 10.00 - 18.30 WIB dan hari Minggu / libur
mulai jam 09.00 - 18.30 WIB. Hasil pengamatan beban kerja terhadap tenaga kerja PT.
Karsa Surya Indonusa dibagi menjadi 3 kelompok yaitu bidang operasional berjumlah 12
orang, tenaga kerja bidang Maintanance berjumlah 12 orang dan tenaga manajemen
berjumlah 19 orang.

1. Bidang Operasional.
 Beban kerja yang dilakukan ringan dan pelaksanaannya di lapangan belum
dapat dikatakan sesuai.
 Tenaga Kerja bidang Operasional terbagi dalam 2 kelompok yaitu
o Kelompok pertama yang bertugas memeriksa karcis, memberi tanda
(stempel) untuk masuk dan mengizinkan pengunjung untuk masuk ke
wahana Gondola.
o Kelompok kedua yang bertugas melayani dan mengamankan jalur
penumpang masuk gondola dan menginformasikan tata cara selama
penumpang berada didalam Gondola.
o Pada pekerjaannya lokasi kedua kelompok dibagi pada stasiun A dan C.
 Jam Kerja Tenaga Bidang Operasional
o Senin sampai Jumat berlaku mulai 10.30 WIB – 18.30 WIB. Waktu
istirahat yang diizinkan adalah 1 jam (60 menit). Total waktu bekerja
adalah 7 jam setiap hari.
o Sabtu berlaku mulai 09.30 WIB – 18.30 WIB. Waktu istirahat yang
diizinkan adalah 1 jam (60 menit). Total waktu bekerja adalah 8 jam
setiap hari.
o Minggu dan hari libur berlaku mulai 08.30 – 18.30 WIB. Waktu istirahat
yang diizinkan adalah 1 jam (60 menit). Total waktu bekerja adalah 9 jam
setiap hari.
o Total waktu bekerja setiap harinya adalah 7 jam, lebih dari waktu tersebut
maka tenaga kerja mendapatkan tambahan overtime
o Setiap Tenaga kerja mendapatkan waktu libur 1 kali dalam seminggu,
sehingga per harinya tenaga kerja yang bekerja sejumlah 10 orang

13
(waktu libur diatur oleh manajemen). Semua Tenaga Kerja juga
mempunyai hak cuti selama 14 hari kerja.

2. Bidang Maintenance
 Beban kerja yang dilakukan sedang dan pelaksanaannya di lapangan sudah
sesuai
 Tenaga Kerja bidang maintenance berjumlah 11 orang. Para pekerja melakukan
perawatan terhadap seluruh kerja mesin yang menggerakkan gondola,
memantau aktivitas perjalanan Gondola, dan melakukan perbaikan Gondola
pada saat terjadi gangguan di jalurnya dan perbaikan di bengkel (workshop).
 Kesesuaian pekerjaan dengan alat sudah sesuai, karena sesuai dengan keahlian
masing-masing seperti dari otomotif dan lain-lain.
 Pada pekerjaannnya lokasi kedua kelompok dibagi pada stasiun A, B, dan C.
 Jam Kerja Tenaga Bidang Maintanace
o Senin sampai Jumat berlaku mulai 11.00 WIB – 18.00 WIB. Waktu
istirahat yang diizinkan adalah 1 jam (60 menit). Total waktu bekerja
adalah 7 jam setiap hari.
o Sabtu berlaku mulai 10.00 WIB – 18.00 WIB. Waktu istirahat yang
diizinkan adalah 1 jam (60 menit). Total waktu bekerja adalah 8 jam
setiap hari.
o Minggu dan hari libur berlaku mulai 10.00 WIB – 18.00 WIB. Waktu
istirahat yang diizinkan adalah 1 jam (60 menit). Total waktu bekerja
adalah 8 jam setiap hari.
o Total waktu bekerja setiap harinya adalah 7 jam, lebih dari waktu tersebut
maka tenaga kerja mendapatkan tambahan overtime
o Setiap Tenaga kerja mendapatkan waktu libur 1 kali dalam seminggu,
sehingga per harinya tenaga kerja yang bekerja sejumlah 10 orang
(waktu libur diatur oleh manajemen). Semua Tenaga Kerja juga
mempunyai hak cuti selama 14 hari kerja.
3. Bidang Manajemen
 Beban kerja sesuai dan jam kerja sesuai dengan jam kerja operasional.

4. Lokasi Kerja

Umumnya lokasi kerja stasiun Gondola berada di luar ruangan dan disediakan kipas
angin. Untuk ruangan tertutup disediakan pendingin (AC) terutama di ruangan maintenace.
Walaupun demikian ruang istirahat, ruang ticketing tidak diberikan pendingin ruangan.

14
3.2 KESEHATAN KERJA
1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Para tenaga kerja mendapatkan fasilitas kesehatan berupa BPJS Ketenagakerjaan
dan BPJS Kesehatan. Tersedia balai pengobatan untuk tenaga kerja jika terdapat
keadaan darurat, berupa pelayanan kesehatan oleh dokter dan paramedis.

2. Program Kesehatan
Promosi kesehatan pada gondola di bagi beberapa sektor:

a. Promotif
Kegiatan promosi kesehatan dilakukan menyeluruh pada setiap komponen
pegawai apabila terdapat isu besar yang sedang hangat di masyarakat.
Sebagai contoh saat ada kasus flu burung, dilakukan penyuluhan bagaimana
cara mencegah agar pegawai tidak terpajan oleh penyakit ini.

b. Preventif
Dalam pengoperasiannya setiap harinya, perusahaan gondola ini sudah
menyediakan kotak p3k di beberapa tempat untuk penanganan awal jika
terjadi kecelakaan kerja yang sifatnya ringan. Kotak p3k ini terdapat di ruang
panel pegawai, di stasiun gondola, tempat para penumpang naik di awal, dan
di ruang istirahat pegawai.

Para pegawai pengoperasian gondola juga diberikan pelatihan penyelamatan


pengunjung untuk penanganan jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terkait
dengan pengoperasian gondola.

c. Kuratif
Jika memang terjadi penyakit akibat kerja, atau kecelakaan kerja saat
pengoperasian gondola, hal yang dilakukan terlebih dahulu adalah
penanganan awal oleh pegawai yang ada di sekitar wahana gondola, setelah
itu korban baru di pindahkan ke rumah sakit terdekat, dan dilayani
menggunakan BPJS Kesehatan atau BPJS ketenagakerjaan. Untuk pegawai
gondola sendiri, bisa menggunakan kedua jenis BPJS ini.

d. Rehabilitatif

15
Penanganan rehabilitatif yang dilakukan oleh pihak gondola tidak dilakukan.
Rehabilitasi pasca pajanan penyakit atau pasca kecelakaan kerja dilakukan
oleh instansi kesehatan terkait yang menangani.

3. Upaya Pencegahan HIV/AIDS dan Narkoba


Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan kami, upaya pencegahan
HIV/AIDS dan Narkoba di PT Karsa Surya Indonusa masih kurang. Dari hasil
wawancara, penyuluhan mengenai HIV/AIDS dan narkoba tidak diberikan secara
berkala kepada seluruh pegawai. Penyuluhan pernah dilaksanakan oleh PT Taman
Impian Jaya Ancol, tbk sekitar 10 tahun yang lalu. Namun, penyuluhan tersebut bersifat
tidak wajib sehingga tidak semua pegawai mengikuti. Selain itu, tidak terdapat poster
atau media penyuluhan cetak lain mengenai HIV/AIDS dan narkoba di kantor maupun di
terminal gondola.

4. Pemeriksaan Kesehatan Berkaitan dengan Ergonomi


Semua pekerjaan mendapatkan pemeriksaan kesehatan secara berkala antara lain:

 Pemeriksaan awal (sebelum bekerja)


Bertujuan untuk menyesuaikan dengan beban kerja.
 Pemeriksaan berkala
Bertujuan untuk mengetahui apakah pekerja telah sesuai dengan pekerjaannya dan
untuk deteksi terhadap kelainan yang mungkin terjadi karena tidak ergonomis.
 Pemeriksaan khusus dan Edukasi
Pemeriksaan ini harus dilakukan terutama untuk pekerja dalam kategori tertentu
khususnya pada wanita muda dan pekerja yang sudah tua. Disamping itu juga
diperlukan edukasi mengenai hygiene perusahaan, kesehatan dan keselamatan
kerja.

5. Gizi dan Kantin

Hasil penemuan kami di lapangan menunjukkan bahwa pemenuhan gizi pekerja


sudah dilakukan dengan cukup baik oleh perusahaan, yaitu berupa :
 Jumlah total karyawan adalah 40 orang yang terbagi di 3 terminal.
 Perusahaan tidak menyediakan jatah makan untuk para karyawan, tetapi
perusahaan hanya memberikan uang makan yang diberikan setiap minggu.
 Karyawan lebih sering membawa makanan sendiri dari rumah karena sesuai
dengan seleranya. Jika membeli di area sekitar gondola (CFC dan daerah dekat
marina), maka dimakan di tempat atau dibawa ke ruang Partisi.

16
 Fasilitas air minum mineral di dalam dispenser yang bebas dikonsumsi oleh
karyawan dengan menggunakan alat makan/minum sendiri.
 Tempat makan yang disebut ruang Partisi, merupakan ruang yang dibentuk oleh
beberapa jumlah triplek di setiap stasiun gondola, yang berukuran 2.5 x 3 meter
yang juga digunakan sebagai tempat sholat, istirahat dan ganti baju.
 Tidak disediakan kursi maupun meja untuk makan.
 Tempat sampah tanpa tutup yang disediakan untuk membuang sampah
makanan secara teratur dibuang oleh petugas cleaning service ke tempat
pembuangan limbah.
 Untuk mencuci tangan menggunakan toilet yang ada di dekat ruang Partisi.
 Pekerja tidak pernah mendapatkan penyuluhan maupun pelatihan mengenai gizi
kesehatan pekerja.

6. Penyakit Terbanyak
Pada wahana gondola ini tidak terdapat klinik khusus bagi karyawan. Bila ada
karyawan yang sakit pihak manajemen telah menyediakan P3K yang ditempatkan di
setiap stasiun. Obat yang disediakan terbatas hanya obat umum yang dijual secara
bebas. Bila terjadi kecelakaan kerja, karyawan tersebut langsung dibawa ke Rumah
Sakit terdekat dari Ancol karena ditanggungkan pada BPJS Ketenagakerjaan. Untuk
karyawan tetap ada penggantian biaya perawatan untuk karyawan , istri dan 2 orang
anak. Jika karyawan kontrak dan anggota keluarga menderita penyakit maka biaya
yang dikeluarkan karyawan tersebut akan diganti oleh pihak manajemen gondola
tersebut dengan jatah biaya pengobatan 1 tahun adalah sebanyak 2x upah.
Berikut ini daftar penyakit terbanyak yang ditemukan pada perusahaan Gondola :
• Infeksi saluran pernafasan akut
• Cephalgia
• Gastroenteritis
• Gastritis
• Myalgia
• Low Back Pain
• Rhinitis
• Common cold
• Tinnitus
• Typhoid

17
7. Penyakit Akibat Kerja yang terjadi
• Pekerja yang bekerja pada stasiun C mengalami mialgia dikarenakan
kurangnya perubahan sikap saat bekerja dan suhu ruangan yang terlalu
dingin dan flu-like syndrome dikarenakan penularan antar pekerja.
• Tidak pernah terjadi kecelakaan kerja di area gondola.

8. Sarana P3K
Terdapat sarana P3K di lingkungan kerja yang tidak sesuai dengan standar K3
yang tertera pada PER-15/MEN/VIII/2008 tentang Pertolongan Pertama pada
Kecelakaan di Tempat Kerja.

18
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH

No Unit Kerja Permasalahan Penanganan Saran


1 Cara Kerja Pada bagian maintenance Petugas mengganti Diberi kursi yang lebih
dan karcis, bentuk kursi kursi yang lebih nyaman, dan diberikan
tidak ergonomis nyaman, dan penyuluhan mengenai
melakukan perubahan posisi duduk yang baik
posisi
2 Beban Kerja Jam kerja di waktu libur Jadwal petugas diatur Pemberlakuan shift dari
dan minggu lebih dari 8 lebih fleksibel satu shift menjadi 2 shift
jam
3 Klinik Tidak dilakukan Disediakan jadwal Diadakan pemeriksaan
pemeriksaan kesehatan dokter untuk kesehatan berkala minimal
secara berkala kepada melakukan 1x/tahun dan pemeriksaan
pekerja pemeriksaan kesehatan khusus jika
kesehatan berkala perlu untuk para pekerja
kepada pekerja
4 Gizi Gizi perorangan tidak Penyuluhan gizi Penyediaan Catering Sehat
terpantau dan tidak ada pekerja, mengukur gizi & pengaturan gizi yang
tempat khusus untuk pekerja, tempat khusus cukup untuk para pekerja
makan untuk makan para serta di buatkan ruang
pekerja makan khusus
5 HIV/AIDS Belum ada penyuluhan Penyuluhan mengenai Penyuluhan untuk pegawai
berkala untuk seluruh HIV/AIDS dan narkoba secara rutin 1 tahun sekali
pegawai untuk seluruh pegawai.
penyediaan informasi
berupa poster dsb. di
tempat kerja

19
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan mengenai aspek ergonomis dan kesehatan kerja di Gondola PT. Karsa Surya
Indonusa adalah:
1. Aspek ergonomi dan kesehatan kerja dalam sikap kerja, cara kerja dan beban kerja
telah terpenuhi walaupun masih ada kekurangan terutama dalam penyediaan kursi
dibagian operasional dan maintanance, serta posisi duduk yang benar oleh para
pekerja
2. Kesehatan Kerja belum berjalan dengan baik karena tidak memiliki catering untuk
mengatur gizi kerja dan klinik kesehatan. Walaupun demikian perusahaan telah
memberikan uang makan, penggantian uang kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

Saran
1. Untuk karyawan yang berada di ruang/kamar tertutup sebaiknya diberi kursi yang
menunjang kenyamanan kerja.
2. Sebaiknya di stasiun Gondola diadakan pemeriksaan kesehatan berkala minimal
1x/tahun dan pemeriksaan kesehatan khusus jika perlu untuk para pekerja
3. Agar pihak perusahaan menyelenggarakan catering, bukan dalam bentuk pemberian
uang makan. Dan bila tetap memberi uang makan maka harus diawasi dengan ketat
asupan gizi tenaga kerja. Juga diperhatikan kebutuhan gizi perorangan yang
ditentukan oleh ukuran tubuh (BB & TB), usia, kegiatan sehari-hari, kondisi tubuh
tertentu, lingkungan kerja, berat ringannya aktivitas, jumlah jam kerja serta dibuat
tempat khusus untuk makan para pekerja.
4. Sebaiknya pekerja di terminal gondola memakai sepatu yang aman dan ergonomis
terutama bila bekerja dalam posisi berdiri. Dihindari menggunakan sepatu highheels

20
BAB VI
PENUTUP

Demikian laporan walk through survey yang dapat kami sampaikan, semoga dapat berkenan
dan memberikan dampak positif bagi produktivitas tenaga kerja Stasiun Gondola PT. Karsa
Surya Indonusa. Kami sadar banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Kami
mohon maaf kepada semua pihak jika ada yang tidak berkenan. Terima kasih.

21

Anda mungkin juga menyukai