Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang berlandasan atas


hukum yang dinamis dan bukan sekedar atas kekuasaan semata. Secara umum
demokrasi diartikan sebagai pemerintahan yang berasal dari rakyat dan untuk
rakyat. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu
negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara)
atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Semua warga
negara memiliki hak yang setara dalam pengambilan keputusan yang dapat
mengubah hidup.

Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi baik secara langsung atau


melalui perwakilan dalam perumusan, pengembangan dan pembuatan hukum.
Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan
adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara. Sistem demokrasi yang
diberlakukan di Indonesia, artinya kebebasan setiap warga negara berhak
menyampaikan pendapat dan aspirasinya masing-masing.

Demokrasi di Indonesia dari masa ke masa mengalami perkembangan baik


pada saat revolusi, orde lama, orde baru, reformasi hingga sekarang. Pada setiap
perkembangan demokrasi Indonesia terdapat pedoman dan aturan yang berbeda-
beda sesuai dengan keinginan atau tujuan yang hendak dicapai dari pemerintahan
yang berkuasa saat itu. Dalam pelaksanaan demokrasi di Indonesia terkadang
mengalami kegagalan, salah satunya disebabkan karena ketidak konsistennya
penguasa sehingga peraturan yang dibuat hanya mengutungkan golongan tertentu.
2

B. Rumusan Masalah
1. Apa makna demokrasi ?
2. Mengapa demokrasi terbentuk ?
3. Bagaimana demokrasi berlaku di Indonesia ?
4. Bagaimana cara menyikapi demokrasi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui makna demokrasi yang sebenarnya.
2. Untuk mengetahui demokrasi yang berlaku di Indonesia
3. Untuk dapat melakukan praktik demokrasi yang tidak melanggar undang-
undang.
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Demokrasi

Secara etimologis, kata demokrasi (dari bahasa Yunani) adalah bentukan dari
dua kata demos (rakyat) dan cratein atau cratos (kekuasaan dan kedaulatan).
Perpaduan kata demos dan createin atau creatos membentul kata demokrasi yang
memiliki pengertian umum sebagai sebuah bentuk pemerintahan rakyat
(goverment of the people) di mana kekuasaan tertinggi terletak di tangan rakyat
dan dilakuakan secara langsung oleh rakyat atau melalui para wakil mereka
melalui mekanisme pemilihan yang berlangsung secara bebas. Secara substansial,
demokrasai adalah seperti yang pernah diakatakan oleh Abraham Lincoln “Suatu
pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat”.

Dalam sejarahnya, demokrasi sering bersanding dengan kebebasan (freedom).


Namun, demikian demokrasi dan kebebasan tidaklah identik: demokrasi
merupakan sebuah kumpulan ide dan prinsip tentang kebebasan, bahkan juga
mengandung sejumlah praktik dan prosedur menggapai kebebasan yang terbentuk
melalui perjalanan sejarah yang panjang dan berliku. Secara singkat, demokrasi
merupakan bentuk institusionalisasi dari kebebasan (intitutionalization of
freedom). Berdasar pada argumen ini, untuk melihat apakah suatu pemerintahan
tersebut pada prinsip konstitusi, hak asasi manusia, dan persamaan warga negara
dihadapan hukum.

Sejalan dengan perkembangannya, demokrasi mengalami pemaknaan yang


berkembang di kalangan para ahlitentang demokrasi. Menurut Josep A. Schmitter
“Demokrasi adalah suatau perencanaan institusional untuk memutuskan cara
perjuangan kompetitif atas suara rakyat”. Adapun menurut Sidney Hook “
Demokrasi ecara lansung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan
mayoritas yang diberikan secara bebas dari warga negara dewasa.
4

Dalam pengertian yang lebih luas, Philipp C.Schmitter mendefinisikan


“Demokrasi sebagai suatu sistem pemerintahan dimana pemerintah dimintai
tanggungjawab atas tindakan-tindakannya diwilayah publik oleh warga negara,
ynag betindak xecara tidak langsung melalui kompetisi dan kerja -sama dengan
wakil-akil meleka yang terpilih. Hampir senada dengan pandangan ini adalah
pengertian demokrasi yang digambarkan oleh Henry B. Mayo “Demokrasi sebgai
sistem politik merupakan sutu sistem yang menunjukkan bahwa kebijakan umum
ditentukan oleh dasar mayoritas wakil-wakil rakyat yang diawasi efektif oleh
rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasrkan atas prinsip-prinsip
politik dan diselenggarakan dalam susana terjaminnya kebebasan politik.

Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa hakikat demokrasi
adalah sebuah proses bernegara yang bertumpu pada peran utama rakyat sebagai
pemegang tertinggi kedaulatan. Dengan kata lain, pemerintahan demokrasi adalah
pemerintahan yang meliputi tiga hal mendasar pemerintahan dari rakyat
(goverment of the people), pemerintahan oleh rakyat (goverment by the people),
dan pemerintahan untuk rakyat (goverment for the people). Ketiga prinsip
demokrasi ini dapat dilakukan, sebagai berikut:

1. Pemerintahan dari rakyat (goverment of the people) mengandung pengertian


bahwa suatu pemerintahan yang sah adalah suatu pemerintahan yang
mendapatkan pengakuan dan dukungan mayoritas rakyat melului mekanisme
demokrasi, pemilihan umum. Pengakuan dan dukungan rakyat bagi suatu
pemerintahan sangatlah penting, karena dengan legitimasi politik tersebut
pemerintah dapat menjalankan roda birokrasi dan program-programnya sebagai
wujud dari amanat yang diberikan oleh rakyat kepadanya.
2. Pemerintahan oleh rakyat (goverment by the people) memiliki pengertian
bahwa suatu pemerintahan menjalankan kekuasaannya atas nama rakyat, bukan
atas dorongan pribadi elite negaa atau elite birokrasi. Selain pengertian ini,
unsur kedua ini mengandung pengertian bahwa dalam menjalankan
kekuasaannya, pemerintahan berada dalam pengawasan rakyat (sosial contro).
Pengawasan dapat dilakuakn secara langsung melalui para wakilnya di
5

parlemen. Dengan adanya pengawasan para wakil rakyat di parlemen ambisi


otorotarianisme dari para penyelenggara negara dapat dihindari.
3. Pemerintahan untuk rakyat (goverment for the people) mengandung pengertian
bahwa kekuasaan yang diberikan oleh rakyat pada pemerintah harus dijalankan
untuk kepentingan rakyat. Kepentingan rakyat umum harus dijalankan
landasan utama kebijakan sebuah pemerintahan yang demokratis.

Demi terciptanya proses demokrasi setelah terbentuknya sebuah


pemerintahan demokratis lewat mekanisme pemilu demokratis, negara
berkewajiban untuk membuka saluran-saluran demokrosi. Selain saluran
demokrasi formal lewat DPR dan partai politik, untuk mendapatkan masukan dan
kritik dari warga negara dalam rangka terjadinya kontrol terhadap jalannya
pemerintahan, pemerintah yang demokratis berkewajiban menyediakan dan
menjaga saluran-saluran demokrasi nonformal bosa berupa penyediaan fasilitas-
fasilitas umum atau ruang publik (public sphere) sebagai sarana interaksi sosial,
seperti stasiun radio dan televisi, taman, dan lain-lain. Sarana publik ini dapat
digunakan oleh semua warga negara untuk menyalurkan pendapatnya dan sikap
harus dijamin oleh negara melalui undang-undang yang dijalankan oleh
aparaturnya secara adil.

B. Unsur-Unsur Pendukung Tegaknya Demokrasi


1. Negara Hukum(Rechtsstaat atau The Rule of Law)
Negara hukum memiliki pengertian bahwa negara memberikan
perlindungan hukum bagi warga negara melalui pelembagaan peradilan yang
bebas dan tidak memihak serta penjaminan hak asasi manusia.
Istilah negara hukum di Indonesia dapat ditemukan dalam penjelasan
UUD 1945 yang berbunyi: “Indonesia ialah negara yang berdasar atas hukum dan
bukan berdasar atas kekuasaan belaka.”
2. Masyarakat Madani (Civil Society)
Masyarakat madani adalah masyarakat dengan ciri-cirinya yang terbuka,
egaliter, bebas dari dominasi, dan tekanan negara. Masyarakat madani merupakan
elemen yang sangat signifikan dalam membangun demokrasi. Posisi penting
6

masyarakat madani dalam pembangunan demokrasi adanya partisipasi masyarakat


dalam proses-proses pemngambilan keputusan yang dilakukan oleh negara atau
pemerintah.
Keterlibatan warga negara memungkinkan tumbuhnya sikap terbuka,
percaya dan toleran antar individu dan kelompok yang berbeda. Sikap-sikap ini
sangat penting bagi pembangunan politik demokrasi.
3. Aliansi Kelompok Strategis
Aliansi kelompok strategis terdiri dari partai politik, kelompok gerakan
dan kelompok penekan atau kelompok penting termasuk didalamnya pers yang
bebas dan bertanggungjawab. Hal yang tidak kalah pentingnya bagi tegaknya
demokrasi adalah keberadaan kalangan cendikiawan dan pers bebas.
Kaum cendikiawan, kalangan civitas akademika kampus, dan kalangan
pers merupakan kelompok penekan yang signifikan untuk mewujudakan sistem
demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan negara yang akuntabel.
Bersamaan dengan kelompok politik, kedua kelompok terakhir ini dapat saling
bekerja sama dengan kelompok lainnya untuk melakukan oposisi terhadap
pemerintah manakala ia berjalan tidak demokratis.

C. Demokrasi di Indonesia

Sejarah demokrasi di Indonesia dapat dibagi ke dalam empat periode yaitu:

1. Periode 1945-1959

Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan demokrasi parlementer.


Sistem parlementer ini mulai berlaku sebula sesudah kemerdekaan
diproklamirkan. Namun demikian, model demokrasi ini dianggap kurag cocok
untuk Indonesia. Lemahnya budaya demokrasi untuk mempraktikkan demokrasi
model barat ini telah memberi peluang sangat besar kepada partai-partai politik
untuk mendominasi kehidupan sosial politik.

2. Periode 1959-1965

Periode ini dikenal dengan sebutan demokrasi terpimpin. Ciri-ciri demokrasi ini
adalah dominasi politik presiden dan berkembangnya pengaruh komunis dan
7

peranan tentara (ABRI) dalam panggung politik nasional. Hal ini disebabkan oleh
lahirnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 sebagai usaha untuk mencari jalan keluar dari
kebuntuan politik melalui pembentukan kepemimpinan personal yang kuat.

3. Peride 1965-1998

Periode ini merupakam masa pemerintahan presiden Soeharto dengan orde


barunya. Sebutan orde baru merupakam kritik terhadap periode sebelumnya, orde
lama. Orde baru, sebagaimana ditanyakan oleh oendukungnya, adalah upaya
untuk meluruskan kembali penyelewengan terhadap Undang Undang Dasar 1945
yang terjadi dalam amasa Demokrasi terpimpin. Seiring pergantian kepemimpinan
nasional, demokrasi terpimpin ala preiden soekarno tealh diganti oleh elite orde
baru dengan demokrasi pancasila.

4. Periode pasca orde baru

Periode pasca orde baru sering disebut denagn era reformasi. Periode ini erat
hubungannya denagn gerakan reformasi rakyat yang menuntut pelaksanaan
demokrasi dan HAM secara konsekue. Tututan ini ditandai oleh lengsernya
presiden soeharto dari tampuk kekuasaan orde baru pada Mei 1998, setelah lebih
dari tiga puluh tahun berkuasa dengan demokrasi pancasilanya. Penyelewangan
atas dasar negara pancasila oleh penguasa orde baru berdampak pada sikap
antipati sebagian masyarakat terhadap dasar negara tersebut.

D. Sikap Demokrasi dan Memahami Perbedaan (Bhineka Tunggal Ika)

1. Perlunya sikap hidup demokrasi

Demokrasi sebagai sikap hidup didalamnya ada nilai-nilai demokrasi yang


dipraktikan oleh masyarakatnya yang selanjutnya memunculkan budaya
demokrasi. Mohammad Hatta (1966) juga pernah menyatakan bahwa demokrasi
memerlukan syarat-syarat hidupnya yakni rasa tanggung jawab dan toleransi pada
pemimpin-pemimpin politik. Tanggung jawab dan toleransi merupakan nilai
demokrasi yang akan mendukung sistem atau pemerintahan demokrasi.
8

Menurut Henry B. Mayo (Mirriam Budiarjo, 2008) mengidentifikasi adanya


delapan nilai demokrasi yaitu: (1) penyelesaian pertikaian secara damai dan
sukarela, (2) menjamin perubahan secara damai dalam masyarakat dinamis, (3)
pergantian penguasa secara teratur, (4) penggunaan paksaan seminimal mungkin,
(5) pengakuan dan penghormatan terhadap keanekaragaman, (6) penegakan
keadilan, (7) memajukan ilmu pengetahuan dan (8) pengakuan penghormatan atas
kebebasan.

2. Penerapan Budaya Demokrasi

Dalam kehidupan bernegara, penerapan budaya demokrasi dapat dilakukan


oleh mereka para pemegang pemerintahan atau para pemimpin politik. Tingkah
laku para pemimpin sangat penting sebab merekalah yang sehari-hari menjalankan
pemerintahan negara maupun lembaga-lembaga negara.

Disamping itu, pemimpin yang berperilaku baik akan menjadi contoh bagi
masyarakat. Masyarakat mendapatkan contoh bagaimana perilaku dan budaya
yang demokratis itu dari para pemimpin negara. Sebaliknya, masyarakat dapat
berperilaku tidak demokratis karena para pemimpin juga berperilaku demikian.

Contoh penerapan budaya demokrasi di lingkungan kehidupan bernegara.

a. Berpendapat dan mengajukan saran dalam sebuah pertemuan


b. Berani bertanggung jawab atas sikap dan perbuatan yang dijalankan
c. Bersedia menerima kesalahan atau kekalahan secara dewasa dan ikhlas
d. Kesediaan para pemimpin untuk senantiasa mendengar dan menghargai
pendapat warganya
e. Memiliki rasa malu dan bertanggung jawab terhadap publik
f. Mengutamakan musyawarah atau kesepakatan bersama untuk
menyelesaikan masalah-masalah kenegaraan
g. Perilaku taat pada hukum dan peraturan perundang-undangan bukan
kekuasaan
h. Sikap mengedepankan kedamaian dan kesejukan pada masyarakat
i. Sikap terbuka dan tidak suka berbohong pada publik
j. Perilaku santun (anti kekerasan) dalam menyelesaikan masalah
9

k. Menghargai perbedaan

3. Menghargai Perbedaan

Keanekaragaman yang terjadi dalam diri bangsa Indonesia tidak sekedar aneka
ragam partai politik dengan ideologinya masing-masing. Keanekaragaman suku,
agama, ras, dan golongan di Indonesia merupakan fakta yang tak terbantahkan.
Namun, adanya fakta keanekaragaman memberi gerak untuk tetap bersatu sebagai
bangsa. Sesuatu yang tepat menggambarkan hal ini terumuskan pada kata-kata
bhineka tunggal ika semboyan bangsa dan negara Indonesia.
10

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Demokrasi diartikan sebagai pemerintahan atau kekuasaan dari rakyat oleh


rakyat dan untuk rakyat. Istilah demokrasi ini memberikan posisi penting bagi
rakyat sebab dengan demokrasi , hak-hak rakyat untuk menentukan sendiri
jalannya organisasi negara terjamin. Penerapan demokrasi di berbagai negara di
dunia memiliki ciri khas dan spesifikasi masing-masing, sangat dipengaruhi oleh
ciri khas masyarakat sebagai rakyat dalam suatu negara.
11

DAFTAR RUJUKAN

Hidayat Komaruddin, Azra Azyumardi. 2013. Pancasila, Demokrasi, HAM, dan


Masyarakat Madani. Jakarta: Pernada Medi Grup

Narmoatmojo Winarno, dkk. 2015. Pendidikan Kewarganegaraan untuk


Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Anda mungkin juga menyukai