KERJA PRAKTIK
Disusun oleh:
NANANG FEBRIYANTO
5140711022
KERJA PRAKTIK
Disusun oleh:
NANANG FEBRIYANTO
5140711022
DEWAN PENGUJI
Laporan Kerja Praktik ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Teknik Elektro
Yogyakarta, .............................
Ketua Program Studi Teknik Elektro
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dibuat di : Yogyakarta
Pada tanggal : 27 November 2017
Yang menyatakan
Nanang Febriyanto
5140711022
iii
ABSTRAK
Kebutuhan pokok manusia selain makanan dan tempat tinggal (rumah) adalah
pakaian. Manusia membutuhkan pakaian untuk melindungi dan menutup dirinya.
Menurut istilah pakaian adalah bahan tekstil dan serat yang digunakan sebagai
penutup tubuh. Berbicara mengenai tekstil, proses penenunan dibutuhkan kualitas
benang yang sangat kuat agar tidak terjadinya putus pada saat proses sehingga
tetap menjaga kulitas dari tekstil, dalam hal ini peranan kualitas benang sangatlah
penting. Alat-alat yang dipergunakan dalam pembuatan benang itu antara lain
adalah mesin blowing, mesin carding, mesin drawing, mesin combing, mesin ring
frame, mesin ring spinning dan proses terakhir adalah mesin winding.
Winding sebagai proses terakhir dalam pembuatan benang harus bekerja secara
optimal, sebab pada proses inilah benang yang cacat pada proses-proses
sebelumnya diseleksi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menegetahui cara
kerja, komponen utama yang dibutuhkan dan perawatan yang dilakukan di mesin
Schlafhors pada proses winding di PT.Sari Warna Asli unit II Boyolali dengan
menggunakan metode pengamatan langsung di lapangan. Hasil dari penelitian ini
adalah ketika melalui proses winding benang mengalami perbaikan kualitas
benang antara lain pada kekuatan, kerataan benang, kebersihan dan sambungan
yang kurang baik, untuk kualitas yang buruk akan langsung dipotong oleh sensor
pembaca kualitas benang (yarn clearer device).
iv
KATA PENGANTAR
v
7. Bapak Ngadimin, selaku Kepala Bagian (Kabag) Utility devisi Spining 2
PT. Sari Warna unit II Boyolali.
8. Bapak Siyam Dwi Saputro, selaku Kepala Urusan (Kaur) Utility Akhir
Spining 2 serta selaku Pembimbing Lapangan selama penulis melakukan
Kerja Praktik di PT.Sari Warna Asli unit II Boyolali.
9. Bapak Tri, Bapak Joko, Bapak Haris, Bapak Alfian, Bapak Aan, Bapak
Yuli, Bapak Bowo, Mas Agus, Mas Ari, yang sudah meluangkan waktu dan
berkenan untuk membimbing serta memberikan banyak pengalaman kerja di
PT. Sari Warna Asli unit II Boyolali.
10. Jajaran staf dan karyawan PT. Sari Warna Asli unit II Boyolali atas
bantuan dan keramahan selama melakukan kerja praktik.
11. Kedua orang tua tersayang, Bapak Sugiyono dan Ibu Sri Sutarsih, yang
selalu mendoakan, memberi dukungan, memberi semangat, dan nasihat,
untuk adek-adekku (Aan dan Apriana), yang tercinta dan yang terkasih
(Nurul Qotimah) serta seluruh keluarga besar terima kasih atas dukungan
dengan segala doa serta kasih sayang tiada henti kepada penulis.
12. Danang Eko Saputro, selaku teman seperjuangan dalam melaksanakan
kerja praktik.
13. Sahabat serta teman-teman mahasiswa Teknik Elektro angkatan 2014,
Universitas Teknologi Yogyakarta.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa sepenuhnya akan terbatasnya
pengetahuan penyusun, sehingga tidak menutup kemungkinan jika ada
kesalahan serta kekurangan dalam penyusunan Kerja Praktik, untuk itu
sumbang saran dari pembaca sangat diharapkan sebagai bahan pelajaran
berharga dimasa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Yogyakarta, 27 November 2017
Penulis,
Nanang Febriyanto
vi
DAFTAR ISI
vii
4.2 Winding ................................................................................................ 27
4.3 Cara Kerja Mesin Schlafhorst .............................................................. 28
4.4 Bagian-bagian Mesin Schlafhorst ........................................................ 28
4.4.1 Kepala Mesin ............................................................................. 28
4.4.2 Spindle ....................................................................................... 29
4.4.3 Penggulung Cones ..................................................................... 30
4.4.4 Sensing Head ............................................................................. 30
4.4.5 Splicer ........................................................................................ 34
4.4.6 Section Arm dan Griper Arm ..................................................... 34
4.4.7 Tempat Tube Atas ...................................................................... 35
4.4.8 Tempat Tube Bawah .................................................................. 36
4.4.9 Sabuk Berjalan (Conveyor Belt) ................................................ 36
4.4.10 Ekor Mesin ............................................................................... 37
4.5 Perawatan Mesin Schlafhorst ............................................................... 38
4.5.1 Perawatan Setiap Hari ................................................................ 38
4.5.2 Perawatan Semiggu Sekali ......................................................... 38
4.5.3 Perawatan Sebulan Sekali .......................................................... 39
4.5.4 Perawatan Setahun Sekali .......................................................... 41
4.6 Perbaikan Mesin Schlafhorst ................................................................ 41
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
dan masih banyak lagi yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan bahan
sandang. Hampir disemua lini kehidupan manusia tidak bisa lepas dan akan selalu
bersentuhan dengan produk- produk tekstil.
Proses pembuatan produk tekstil melalui dua langkah, langkah yang pertama
adalah proses pemintalan benang (Spinning process) dan langkah yang kedua
proses penenunan (Weaving process) sampai jadilah tekstil. Proses penenunan
dibutuhkan kualitas benang yang sangat kuat agar tidak terjadinya putus pada saat
proses sehingga tetap menjaga kulitas dari tekstil, dalam hal ini peranan kualitas
benang sangatlah penting. Maka dari itu berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik
untuk mengadakan penelitian dengan judul “MESIN SCHLAFHORST PADA
PROSES WINDING DI PT SARI WARNA UNIT II BOYOLALI”.
5
6
2.1.5 Pemasaran
Perusahaan Textile PT. Sari Warna Asli II dalam produksinya menghasilkan
bermacam-macam bahan kain dengan tipe yang lain-lain. Tetapi hasil produksi
yang berupa bahan kain jadi tidak langsung di pasarkan ke pasaran, karena masih
diproses lagi untuk disempurnakan yaitu bahan kain Blaco (grey) yang berasal
dari gudang PT. Sari Warna Asli II di Boyolali dikirimkan ke PT. Sari Warna Asli
IV di Kebak Kramat. Di PT. Sari Warna Asli IV Kebak Kramat, kain grey
diproses menjadi bahan jadi, Setelah itu baru di pasarkan ke berbagai daerah di
Indonesia, diantaranya: Jawa Tengan, Ambon, Jawa Barat, Jawa Timur,
Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Sumatra, dll. Untuk promosi dilakukan
melalui radio, koran, kendaran perusahaan yang telah diberi cap perusahaan, dsb.
PLAN MANAGER
Dadan Djunaedy
WK PLANT MANAGER
Trias Handayani
KABAG
SEKRETARIAT
Sri Hartati
KABAG
SPN.1
Imam Solikhin KABAG PPC KABAG KABAG PROK AJL
KABAG & INSP LOGISTIK Abdul Hamid
LABORAT Triyono Sb
Suparmi
2.3.2 Autocorner
Mesin Autoconer merupakan sistem kontrol dalam mesin aplikasi membuat
benang. Pada Mesin Autoconer terjadi proses penggulungan (winding process)
sebagai proses terakhir untuk mendapatkan benang yang memiliki kualitas sesuai
dengan parameter-parameter yang telah ditentukan oleh laborat. Sehingga, pada
Mesin Autoconer terjadi pengenalan pola kualitas benang.
Ada bermacam-macam jenis Mesin Autoconer, yang satu dengan yang lain
pada dasarnya memiliki prinsip kerja yang sama. Di dalam 1 Mesin Autoconer
terdapat 60 spindel, yang masing-masing spindel memiliki 1 sensor kualitas
benang yang sering disebut yarn clearer device . Hanya yang membedakan adalah
mengenai konstruksi mekanik dan elektrik. Sebagai contoh, konstruksi pada
Mesin Autoconer 338 (AC 338) berbeda dengan konstruksi pada Mesin
Autoconer 5 (AC 5). Dimana, kerusakan pada Mesin Autoconer 338 (AC 338)
hanya dapat dilihat di informator saja. Sedangkan, kerusakan pada Mesin
Autoconer 5 (AC 5) selain dapat dilihat di informator, juga dapat dilihat pada tiap
spindelnya.
Jenis- Jenis Mesin Autoconer :
a. Mesin Autoconer 138 (AC 138)
Menggunakan sensor loepfe jenis TKXXX.
19
20
lapangan dengan melihat atau menunjukkan langsung tentang apa saja yang ingin
ditanyakan yang bersangkutan dengan proses pemintalan benang.
Setelah penulis memilih ingin berfokus pada mesin yang ingin dipakai untuk
pembuatan laporan, penulis akhirnya memilih berfokus pada mesin winding.
Pengamatan (observasi) kemudian dilakukan kembali dan lebih berfokus pada
mesin winding. Pengamatan dilakukan setiap hari guna mendapatkan hasil yang
sebanyak-banyaknya.
3.2.2 Wawancara
Wawancara dilakukan dengan mengadakan komunikasi melalui dialog tanya
jawab secara lisan. Penulis dalam melakukan kerja praktik ini banyak hal baru
yang sebelumnya belum pernah penulis temui, sehingga banyak yang ditanyakan
penulis kepada narasumber. Wawancara dilakukan secara lansung kepada
narasumber tanpa terstruktur terlebih dahulu. Wawancara dilakukan di mana saja
tempatnya tergantung kebutuhan penulis, baik itu di kantor atau dilapangan ketika
melihat hal ingin ditanyakan kepada narasumber.
Narasumber yang pertama yang dapat penulis wawancara adalah Bapak
Ngadimin selaku Kepala Bagian (Kabag) devisi Utility departemen Spinning 2 di
PT. Sari Warna Asli unit II Boyolali. Beliau memberikan gambaran tentang
proses pemintalan benang, mesin-mesin yang dipakai dalam proses pemintalan
benang, dan mengenalkan teman-teman yang ada pada devisi utility di
departemen spinning 2. Untuk pembimbing lapangan selama penulis
melaksanakan kerja praktik di PT. Sari Warna Asli Unit II Boyolali, penulis
dibimbing Bapak Siyam Dwi Saputro selaku Kepala Urusan (Kaur) Akhir yang
berhubungan langsung dengan proses winding. Beliau menjelaskan tentang segala
hal yang berhubungan langsung dengan proses winding.
3.3 Bimbingan
Penulis melakukan bimbingan didampingi oleh Bapak Siyam Dwi Saputro
selaku Kepala Urusan (Kaur) Akhir dan juga sebagai Pembimbing Lapangan
selama melaksanakan kerja praktik di PT.Sari Warna Asli unit II Boyolali.
Bimbingan dilakukan di dua tempat yaitu di lapangan dan di kantor devisi utility
departemen spinning 2. Bimbingan dengan pembimbing lapangan dilaksanakan
selama berlangsungnya kerja praktik yaitu mulai dari tanggal 12 Juni 2017
(minggu ketiga bulan Juni 2017) sampai tanggal 31 Juli 2017.
Minggu pertama masuk perkenalan mesin-mesin yang digunakan untuk
memintal benang mulai dari awal proses mesin memintal sampai proses akhir
menjadi benang di depatemen spinning 2. Minggu kedua dijelasan secara singkat
penggunaan serta fungsi masing-masing mesin. Minggu ketiga bimbingan,
melakukan tanya jawab dengan pebimbing lapangan tentang pemilihan mesin
yang akan difokuskan untuk digunakan sebagai laporan kerja praktik. Minggu ke-
empat dijelaskan lebih mendalam tentang mesin yang dipilih, untuk aporan ini
penulis memilih mesin winding sebagai laporan kerja praktik. Minggu kelima
melakukan observasi langsung ke bagian winding dan dijelaskan bagian-bagian
mesin winding. Minggu ke-enam dijelaskan cara kerja serta fungsi masing-masing
bagian mesin winding. Minggu terakhir dijelaskan dan berhadapan langsung
dengan perawatan pada mesin winding.
3.4 Pembahasan
Pembahasan yang dilakukan yaitu membahas proses pemintalan benang dan
mesin winding (meliputi pembahasan mesin, fungsi mesin, cara kerja, bagian-
22
bagian mesin, perawatan mesin) pada departemen spinning 2 di PT. Sari Warna
Asli unit II Boyolali.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
23
24
lain. Semakin tinggi serat pendek yang dipisahkan maka semakin baik kerataan
panjang seratnya. Hasil mesin combing biasa disebut sliver combing (comb
sliver), dan serat pendek yang dipisahkan dengan serat pendek disebut Noil.
Setelah mengalami proses peregangan, perangkapan, pensejajaran dan
pelurusan serat pada mesin drawing maka serat yang dalam bentuk sliver diproses
pada mesin speed frame. Serat-serat yang telah sejajar lurus dan rata hasil dari
proses drawing sebelum dibuat menjadi benang harus melewati proses di mesin
speed frame dan roving sebagai hasilnya, karena pada mesin ini sliver akan
mengalami pengecilan diameter (peregangan), pemberian sedikit antihan,
penggulungan dalam bobin yang sesuai dengan proses selanjutnya (proses ring
spinning). Fungsi atau tujuan dari proses di mesin speed frame antara lain adalah
peregangan (drafting) pada sliver sehingga diameternya mengecil dan serat lebih
sejajar, pemberian antihan (twisting) pada sliver roving untuk meningkatkan
kekuatan tarik pada saat peregangan di proses ring spinning, penggulungan
(winding) sliver roving pada bobin yang sesuai untuk proses selanjutnya (ring
spinning).
Peregangan atau drafting dilakukan oleh tiga pasang rol peregang. Terjadinya
regangan karena terdapat perbedaan kecepatan permukaan dari rol depan (front
roll) lebih besar dari pada kecepatan permukaan rol belakang (back roll). Akibat
peregangan tersebut, sliver berubah menjadi lebih kecil. Pada mesin speed frame
tidak terjadi perangkapan sehinga sliver yang dihasilkan tetap mempunyai
diameter yang kecil. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pada saat peregangan
sliver roving menjadi benang pada mesin ring spinning. Pemberian antihan
(twisting), antihan pada roving terjadi akibat perbedaan kecepatan putaran antara
rol peregang depan dengan putaran spindle. Pada proses ini sliver diberi antihan
bertujuan untuk memberi kekuatan tarik pada sliver walaupun jumlah antihan
yang diberikan tidak terlalu besar. Pengulungan (winding), Penggulungan terjadi
karena kecepatan putar bobin yang lebih besar daripada kecepatan putar spindle
flyer. Walaupun arah putaran spindle dengan bobin sama tetapi karena bobin
berputar lebih cepat maka spindle akan relatif diam terhadap bobin.
28
Mesin Ring Spinning/Ring Frame merupakan lanjutan dari mesin speed frame
yang akan merubah sliver roving menjadi benang seperti yang diinginkan. Agar
proses pada mesin spinning berjalan dengan baik dan tidak mengalami kesulitan
maka pemberian antihan pada mesin speed frame diberikan secukupnya/tidak
boleh terlalu banyak. Sebab pada waktu peregangan pada mesin spinning dimana
pembukaan antihan sliver roving menjadi serat-serat yang dilakukan tidak akan
mengalami kesulitan.
Proses pada mesin ring spinning terbagi menjadi 3 bagian yaitu drafting
(peregangan), twisting (pemberi antihan) dan winding (penggulungan). Drafting
adalah proses penarikan serat-serat yang terjadi antara dua titik jepit pasangan rol-
rol yang berputar. Dimana kecepatan rol penarik lebih cepat daripada rol
pendorongnya. Dan kecepatan rol peregang depan lebih cepat daripada rol
peregang belakang, sehingga terjadi prosses peregangan. Tujuan dari peregangan
adalah untuk mendapatkan nomer benang tertentu. Twisting merupakan syarat
penting dalam pembuatan benang, karena sangat menentukan kekuatan benang.
Tujuannya adalah memberi sejumlah antihan pada benang sesuai dengan nomer
benang yang dipintal. Pada ring spinning twist terjadi karena ujung benang bagian
atas seolah-olah dipegang oleh pasangan rol peregang depan dan bagian
bawahnya diputar oleh traveller. Winding yaitu terjadinya pengguluangan benang
pada kain karena putaran traveller lebih kecil daripada putaran spindle.
Terjadinya penggulungan pada bobin roving karena kecepatan flayer lebih
lambat dari putaran bobinnya dan ujung roving bagian atas seolah-olah dipegangi
oleh roll peregang depan sedang bagian bawah dibawa berputar oleh flayer maka
terjadilah twist pada roving . Sedangkan terjadinya twist di mesin ring spinning
hampir sama hanya penggulungan pada mesin ring terjadi karena putaran spindle
yang aktif dan benang diberi pemberat berupa ring traveller yang berputar pasif
bersama-sama spindle sehingga terjadilah penggulungan benang pada tube.
Setelah melalui proses ring spinning benang-benang yang digulung pada tube
selanjutnya melalui mesin winding, proses penggulungan benang dari bentuk tube
ring spinning kedalam bentuk cones sehingga panjang benang bertambah panjang
sesuai yang diinginkan. Dalam proses penggulungan benang terjadi pula
29
perbaikan kualitas benang yaitu pada kekuatan, dimana benang yang kekuatannya
rendah akan dipotong saat digulung karena pada benang yang kekuatannya lemah
tersebut akan putus dengan adanya tension pada benang. Perbaikan kualitas
lainnya adalah kerataan benang, kebersihan dan sambungan-sambungan yang
kurang baik, hal ini terjadi karena pada alur yang dilewati benang yang digulung
dari tube ke bentuk cones terdapat sensor (yarn clearer device). Yarn clearer
inilah yang memonitor benang yang lewat. Apabila ada benang yang lewat pada
sensor tidak rata, baik itu benang berdiameter lebih besar ataupun diameter
benang lebih kecil dari diameter yang diinginkan maka benang yang lewat sensor
akan dipotong secara otomatis.
4.2 Winding
Winding adalah proses penggulungan benang dari bentuk tube spinning ke
dalam bentuk cones sehingga panjang benang bertambah panjang sesuai yang
diinginkan. Pada mesin winding sudah ada sensor panjang benang yang digulung,
sehingga jika panjang benang sudah sesuai dengan yang diinginkan maka
penggulungan akan berhenti secara otomatis dan hasil benang digulung dalam
bentuk cones. Dalam proses penggulungan benang terjadi pula perbaikan kualitas
benang yaitu pada kekuatan, dimana benang yang kekuatannya rendah akan
dipotong saat digulung karena pada benang yang kekuatannya lemah tersebut
akan putus dengan adanya tension pada benang. Perbaikan kualitas lainnya adalah
kerataan benang, kebersihan dan sambungan-sambungan yang kurang baik, hal ini
terjadi karena pada alur yang dilewati benang yang digulung dari tube ke bentuk
cones terdapat sensor (yarn clearer device). Yarn clearer inilah yang memonitor
benang yang lewat. Apabila benang yang lewat pada sensor tidak rata, baik itu
benang berdiameter lebih besar ataupun diameter benang lebih kecil dari diameter
yang diinginkan maka benang yang lewat sensor akan dipotong. Perlu
diperhatikan dalam proses penggulungan ini, alur yang dilewati benang harus
halus sehinga gesekan pada benang sekecil mungkin, karena permukaan yang
kasar akan mengakibatkan timbul bulu-bulu (hairnes) pada permukaan benang
yang dapat mengganggu pada proses berikutnya. Untuk menghilangkan bulu-bulu
30
(hairnes) pada mesin winding ada tempat untuk meletakkan lilin. Benang yang
digulung disentuhkan lilin terlebih dahulu sebelum masuk pada gulungan cones.
Lilin inilah yang berfungsi menghilangkan hairnes pada benang yang sudah
digulung pada cones.
Fungsi mesin winding atara lain adalah:
- Memindahkan gabungan dari bentuk palet atau tube menjadi bentuk guungan
cones.
- Menghilangkan bagian-bagian lemah dari benang tebal, tipis, cacat sambungan,
harines, dll.
benang yang ada pada sensing head. Ambil cones yang kosong, lepaskan cones
yang telah selesai proses penggulungan dan pasang cones pada tempat cones
(tempat proses penggulungan). Gulung benang dengan tangan pada cones,
kemudian tekan dan tahan tombol kuning pada spindle, begitu seterusnya sampai
proses penggulungan benang selesai.
4.4.2 Spindle
Spindle bisa dikatakan otak yang mengatur jalannya penggulungan benang atas
perintah yang telah disetting pada bagian kepala mesin.
32
(a) (b)
Gambar 4.6 (a) Cermin Optik Pada P-sensor (b) P-Sensor
(Sumber: (a)Yarn MASTER Zenit, 2010)
35
Dari banyaknya tampilan 7-segmen diatas beberapa yang penulis ketahui untuk
keterangannya. System untuk keterangan sistem mulai berkerja. Pada system info
tediri dari A untuk menyesuaikan jalannya benang yang metewati sensing head, d
untuk doffing cones (mengganti cones yang baru/masih kosong), S untuk mesin
standby (mesin sedang berjalan/on), dan P untuk Parameter selama StartUp.
Indikator untuk spindle, bilah horizontal display 7-segmen berada di tengah saat
benang sedang menyala berarti alas sensing head terpasang dengan benar,. Bar di
bagian atas atau bawah menunjukkan penyimpangan benang> +/- 5%.
Accumulations of Faults (cluster)
4.4.5 Splicer
Splicer berfungsi sebagai penyambung benang otomatis dengan menggunakan
bantuan angin dari kompressor. Benang dari section arm dan griper arm disatukan
37
pada splicer ini. Prosesnya ketika ujung benang dari section arm dan griper arm
sudah di tempelkan satu sama lain akan diurai menggunakan bantuan angin dan
ketika sudah diurai, angin ditiupkan seperti memberikan puntiran sehingga benang
tersambung kembali.
(low end sensor), jika tidak ada benang yang melewati sensor maka akan
menggerakkan tempat tube atas untuk meminta benang dari tube.
(a) (b)
Gambar 4.11 (a) Section Arm (b) Griper Arm
(a) (b)
Gambar 4.14 Sabuk Berjalan (a) bawah (b) atas
komponen elektronika pada spindle selalu bersih dari debu yang dapat
mengakibatkan hubungan pendek arus listrik yang dapat merusak komponen
tersebut.
5.1 Kesimpulan
Winding adalah proses penggulungan benang dari bentuk tube ke bentuk
cones. Ketika panjang benang sudah sesuai maka penggulungan akan berhenti
secara otomatis karena adanya sensor yang mengukur panjang pengglungan.
Perawatan untuk mesin winding ini dilakukan secara berkala sebab kotoran yang
banyak menempel pada mesin biasanya adalah debu, sisa ujung benang putus, dan
kapas yang beterbangan akibat dari proses produksi pada setiap harinya.
Sensing head merupakan sensor yang berfungsi membaca kualitas benang.
Dimana, apabila ada benang yang tidak memiliki kualitas sesuai dengan
parameter-parameter yang ditentukan oleh laborat maka benang tersebut secara
otomatis akan dipotong. Perbaikan kualitas benang antara lain pada kekuatan,
kerataan benang, kebersihan dan sambungan yang kurang baik.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian tentang mesin schlafhorst pada proses winding di
PT.Sari Warna Asli unit II Boyolali dapat disarankan untuk peneliti selanjutnya
diharapkan untuk peneliti dapat lebih baik dan lebih mendalam dalam melakukan
penelitian tentang mesin schlafhorst atau mesin winding yang lain, baik itu proses
pembuatan benang, cara kerja mesin winding, bagian/komponen mesin winding,
perawatan mesin, dan perbaikan mesin dengan cara pandang dan cara penyajian
yang berbeda.
44
DAFTAR PUSTAKA
Brianto, Harpan. 2015. “Pengaruh Skala Tension Code Pada Proses Penggulungan
Benang di Mesin Winding Merek Smaro Tipe JWG 1001 Terhadap Nilai
Kepadatan Gulungan Benang Rayon 100% Ne1 30”. Laporan Praktek
Kerja Lapangan dan Skripsi. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
Bandung.
Kismanto, Dwi. 2012. “Sistem Kontrol dan Instrumentasi Pada Proses Industri di
PT.Holcim Tbk”. Proposal Kerja Praktik. Teknik Elektro. Yogyakarta:
Universitas Teknologi Yogyakarta.
45
Loepfe Brothers Ltd. 2010. Yarn MASTER Zenit. Switzerland: Loepfe Brothers
Ltd.
Nugroho, Arifin Eko. 2011. “Analisis Pengendalian Kualitas Benang Polyester
100% Pada Bagian Winding PT. Delta Dunia Textile Karanganyar”. Tugas
Akhir. Manajemen Industri. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
46
LAMPIRAN
WK PLANT MANAGER
Trias Handayani
KABAG
SEKRETARIAT
Sri Hartati
KABAG SPN.1
Imam Solikhin
KABAG
LABORAT KABAG PPC KABAG KABAG PROK AJL
Suparmi & INSP LOGISTIK Abdul Hamid
Triyono Sb
KASI PROD
Sukirno KABAG SPN 2 KABAG PSP 1 KABAG MEK
Suwoyo Suyatno Heru pono Hartono
KABAG MEK.RF
M.Mahfud
KAUR PROD KASI MEK PSP
Sutomo Yulianto
Haryono KASI PSP A
Ngadimo KASI MEK RF
Harry s
KAUR PSP Suyadi
KASI PSP B
Pono KASI MEK.PSP
Sriyono
KAUR FINISH SPN
KASI PSP C
Sukirno Bakrun
Slamet w
Suwoyo
47
PLAN MANAGER
Dadan Djunaedy
WK PLANT MANAGER
Trias Handayani
MANAGER MANAGER
WEAVING WEAVING
Didi Supriadhy Didi Supriadhy
48
PLAN MANAGER
Dadan Djunaedy
WK PLANT MANAGER
Trias Handayani
MAN MAN
UTILITY OFFICE
Agus Dalminto Agus Dalminto
49
PLAN MANAGER
Dadan Djunaedy
WK PLANT MANAGER
Trias Handayani
MAN
OFFICE
Agus Dalminto
KABAG KABAG
UMUM AUDIT
KESRA
KANTIN
Endang K
KASI EDP
Sudarsi
KASI LOG
SPP
KASI KEND
Sri Hari W
50
Lampiran 2: Surat Tanggapan Permohonan Kerja Praktik
51
52