Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 PENGANTAR

Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, terutama pada negara-negara yang
memiliki industri yang sangat maju dapat dilihat dari konsumsi bahan baku industri
yang besar. Salah indikator negara-negara yang berkembang adalah meningkatnya
penggunaan besi dan baja sebagai salah satu bahan baku industri dengan
kebutuhannya sampai saat ini yang masih sangat besar dan masih sangat sulit
digantikan oleh material lain.
Indonesia sebagai negara berkembang dimana banyaknya industri manufaktur
yang sangat berkembang dan besarnya pembangunan dibidang konstruksi
menyebabkan kebutuhan akan besi dan baja sangat penting di dalam kepentingan
bangsa. Dengan besarnya kebutuhan akan besi dan baja saat ini menyebabkan inustri
besi dan baja merupakan instrument yang sangat penting, karena industri besi dan
baja memiliki peranan dalam menghasilkan material yang sesuai untuk memenuhi
untuk industri dan sektor konstruksi.
Bahan baku pembuatan besi dan baja memang dapat diperoleh dengan cara
mengimport, dimana seiring dengan peningkatan akan kebutuhan dari besi dan baja
dapat menyebabkan permasalahan tersendiri. Permasalahan ini didapat ketika terjadi
fluktuasi harga bijih besi yang menyebabkan ketidakstabilan harga di pasaran yang
menyebabkan perlunya adanya campur tangan dari pemerintah dalam hal
menyeimbangkan harga besi dan baja di pasaran sehingga dapat mengeluarkan devisa
yang besar supaya dapat terlaksananya pembangunan yang berkesinambungan.
Untuk mengatasi masalah tersebut maka pemerintah Indonesia mendirikan suatu
industri besi dan baja terpadu. Sedang mendirikan industri baja yang skalanya besar
diperlukan syarat-syarat tertentu agar dapat berkembang dengan sehat dan dalam
jangka panjang mampu mendukung tumbuhnya perekonomian nasional. Adapun
syarat – syarat tersebut adalah :

1
BAB I PENDAHULUAN

1. Tersedianya sumber daya alam yang memadai.


2. Tersedianya prasarana khusus untuk industri teknologi.
3. Tersedianya modal atau dana.
4. Tersedianya tenaga kerja yang terampil.
5. Industri-industri yang mendukung.
6. Tersedianya pasar yang cukup kuat dan berkembang.

1.2 SEJARAH PERUSAHAAN

Di dalam pendirian industri besi baja strategis, Indonesia memiliki syarat-syarat


yang diantaranya masih terbatas. Industri baja tersebut adalah PT. Krakatau Steel
yang resmi didirikan pada tahun 1970 berdasarkan peraturan pemerintah Republik
Indonesia No:35 tahun 1970 dengan maksud untuk menyelesaikan dan kemudian
mengoprasikan proyek besi dan baja, bekas bantuan rusia serta mengembangkan
industri baja Indonesia dalam arti yang luas.
Usaha untuk membangun industri besi dan baja di tanah air kita ini telah dimulai
sejak awal tahun 1960-an dengan medirikan dua proyek yaitu proyek besi lampung
dan proyek besi cilegon. Besi yang dihasilkan di lampung di lebur bersama-sama
dengan besi tua cilegon dan baja yang dihasilkan diproses lebih lanjut menjadi
barang-barang jadi yang berupa baja profil, besi beton dan kawat. Karena alasan yang
berbeda, kedua proyek tersebut berhenti di tengah jalan. Proyek lampung tidak
dilanjutkan karena bahan baku biji besi setempat jumlahnya tidak memadai dan
proyek cilegon terhenti pembangunannya pada tahun 1965 karena adanya
pembrontakan G 30 S / PKI.
Pada tanggal 31 Oktober 1971 dilaksanakan pembangunan tahap berikutnya yang
merupakan kelanjutan proyek baja cilegon yang didirikan tanggal 20 Mei 1962 oleh
pemerintah Indonesia dan Uni Soviet. Pelaksanaan pembangunan tahap dua
dikerjakan oleh kontraktor ferrostaal A.G Jerman Barat, dengan total modal sebesar
US $ 10.000.000.

2
BAB I PENDAHULUAN

Pembangunan tahap pertama P.T. Krakatau Steel


- Bagian pertama menyelesaikan proyek baja cilegon yang berupa pabrik besi
beton, pabrik besi profil dan pelabuhan cigading yang selesai
pembangunannya pada tanggal 27 juli 1977.
- Bagian kedua berupa pabrik besi spons, pabrik billet, pabrik pipa serta
prasarana pendukung P.L.T.U yang berkapasitas 400 MW dan pusat
pengadaan air yang diresmikan pada tanggal 9 oktober 1979.

Pembangunan thap kedua P.T. Krakatau Steel


- Pembangunan pabrik-pabrik yang menghasilkan flat product yang berupa baja
lembaran yang berkapasitas 1 juta ton/tahun dimana awal pembangunannya
pada tahun 1980. Yang terdiri dari pabrik slab baja dan Hot Strip Mill yang
diresmikan oleh presiden Soeharto pada tanggal 24 februari 1983.
- Menyelesaikan pabrik besi spons yang berkapasitas 2.000.000ton/tahun.

Selain rencana induk tersebut, P.T. Krakatau Steel mempunyai proyek patungan
antara lain proyek pembangunan dengan nama KHI ( Krakatau Hoogovens
International ) yang kerjasamanya dilakukan dengan kerajaan Belanda dan Filipina.
Dengan pihak swasta juga mengadakan kerjasama antara lain dengan pihak pabrik
Plat Timah Nusantara ( P.T. Latinusa ). Negitu pula dengan pabrik Cold Rolling Mill
Indonesia ( P.T. Indosteel ).
Sejak tahun 1973 hingga saat ini P.T. Krakatau Steel telah berhasil membangun :
1. Pabrik Besi Spons.
2. Pabrik Billet baja.
3. Pabrik Besi Beton.
4. Pabrik Besi Profil.
5. Pabrik Slab Baja.
6. Pabrik Pipa Baja.
7. Pabrik Baja Lembaran Panas.
8. Pabrik Baja Lembaran Dingin

3
BAB I PENDAHULUAN

Disamping itu masih ada instalasi-instalasi lain sebagai penunjang jalannya


operasi pabrik-pabrik di atas, yaitu :
1. PLTU dengan kapasitas 400MW.
2. Pusat penjernihan air.
3. Water Treatmen Plant.
4. Pabrik oksigen.
5. Workshop untuk perawatan Pabrik.

Lokasi pabrik terletak di delta Merak Cilegon Anyer Banten Jawa Barat, dengan
luas area ± 616 Ha. Alasan pemilihan lokasi tersebut berdasarkan beberapa
pertimbangan antara lain :
1. Tersedianya tanah yang cukup luas dengan harga yang relatf murah di
samping itu struktrur tanahnya juga tidak baik untuk bercocok tanam.
2. Lancarnya transportasi antara lain dekat dengan laut yang dalam dimana
memunginkan untuk dibangunya pelabuhan yang dapat disandarkan oleh
kapal – kapal besar, serta dekat dengan jalan raya dan jalur kereta api.
3. Tersedianya sumber air yang cukup banyak dari rawa cidanau untuk
dimanfaatkan.
4. Tersedianya sumber bahan bakar yaitu gas alam.

Untuk program jangka panjang P.T. Krakatau Steel merencanakan perluasan pada
beberapa pabrik yang sudah ada untuk dapat meningkatkan kualitas dan hasil
produksi. Dalam beberapa hal P.T. Krakatau Steel bekerja sama dengan berbagai
pihak untuk memenuhi kebutuhan konsumen baja yang kian meningkat dewasa ini
P.T. Krakatau Steel sedang melaksanakan proyek penambahan burner pada re-
heating furnace dan active thermo panel pada divisi Hot Strip Mill.

4
BAB I PENDAHULUAN

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah :


- Mengetahui pengaruh besarnya reduksi terhadap beban pencanaian.
- Mengetahui pengaruh besarnya reduksi terhadap Sudut makan.
- Mengetahui pengaruh besarnya reduksi terhadap gaya pencanaian.
- Mengetahui pengaruh besarnya reduksi terhadap momen puntir.
- Mengetahui Besarnya reduksi terhadap penggunaan energi listrik.

1.4 BATASAN MASALAH

Karena terbatasnya waktu dalam melakukan survey dilapangan dan terbatasnya


ilmu yang dimiliki serta ilmu yang didapat pada saat kuliah untuk dapat memecahkan
seluruh permasalahan buckling yang terjadi pada benda kerja yang terjadi saat proses
pembentukan baja.
Untuk menjaga agar pembahasan masalah tidak terlalu luas , maka pembahasan
dibatasi hanya pada pengaruh besarnya reduksi yang terjadi pada slab dan
pengaruhnya terhadap penggunaan energi listrik hanya pada roughing mill stand.

1.5 METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam tugas akhir ini :


1. Pengamatan proses
Mengamati proses pembuatan hot roll coil.
2. Pengumpulan data
Data – data dan keterangan diperoleh dengan :
 Survei lapangan
 Survei literatur
3. Kesimpulan Penelitian

5
BAB I PENDAHULUAN

Setelah menganalisa permasalahan yang terjadi di lapangan, kemudian


dibandingkan dengan data – data yang berhubungan, sehingga dapat
ditarik kesimpulan atau solusi dari proses pembuatan pembuatan Hot roll
coil.

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN

1. Bab I Pendahuluan
Bab ini membahas tentang pengantar, sejarah perusahaan, latar
belakang penelitian, batasan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika
penulisan.
2. Bab II Survei Literatur
Bab ini akan membahas mengenai klasifikasi baja secara umum,
pengetahuan mengenai Bahan baku, macam macam dapur pemanas,
macam macam burner, macam macam susunan roll, dan permodelan
matematis dari hot strip rolling.
3. Bab III Studi Lapangan
Bab ini membahas tentang karakteristik hot roll coil, alat-alat yang
digunakan, proses produksi dari hot roll coil,penyebab terjadinya cacat,
penngaruh besarnya reduksi terhadap parameter yang telah ada .
4. Bab IV Pembahasan
Bab ini akan membahas tentang hasil penelitian yang diperoleh di
lapangan dan pembahasannya.

5. Bab V Kesimpulan dan Saran


Bab ini akan membahas mengenai kesimpulan dari hasil penelitian
yang telah didapat, serta saran-saran yang didapat dari hasil survei
literatur yang didapatkan dari proses penelitian

Anda mungkin juga menyukai