Anda di halaman 1dari 8

FRAKTUR RADIUS DISTAL

A. Definisi Fraktur
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas dari struktur tulang, tulang rawan dan
lempeng pertumbuhan yang disebabkan oleh trauma dan non trauma. Tidak hanya
keretakan atau terpisahnya korteks, kejadian fraktur lebih sering mengakibatkan
kerusakan yang komplit dan fragmen tulang terpisah. Tulang relatif rapuh, namun
memiliki kekuatan dan kelenturan untuk menahan tekanan. Fraktur dapat diakibatkan
oleh cedera, stres yang berulang, kelemahan tulang yang abnormal atau disebut juga
fraktur patologis.
Fraktur radius adalah fraktur yang terjadi pada tulang radius akibat jatuh dan
tangan menyangga dengan siku ekstensi. (Brunner & Suddarth, Buku Ajar Medikal
Bedah, 2002, hal. 2372). Fraktur radius distal adalah salah satu dari macam fraktur
yang biasa terjadi pada pergelangan tangan. Fraktur radius distal merupakan 15 % dari
seluruh kejadian fraktur pada dewasa. Abraham Colles adalah orang yang pertama kali
mendeskripsikan fraktur radius distalis pada tahun 1814 dan sekarang dikenal dengan
nama fraktur Colles. (Armis, 2000). Ini adalah fraktur yang paling sering ditemukan pada
manula, insidensinya yang tinggi berhubungan dengan permulaan osteoporosis pasca
menopause. Karena itu pasien biasanya wanita yang memiliki riwayat jatuh pada tangan
yang terentang. (Apley & Solomon, 1995) Biasanya penderita jatuh terpeleset sedang
tangan berusaha menahan badan dalam posisi terbuka dan pronasi. Gaya akan diteruskan
ke daerah metafisis radius distal yang akan menyebabkan patah radius 1/3 distal di mana
garis patah berjarak 2 cm dari permukaan persendian pergelangan tangan. Fragmen
bagian distal radius terjadi dislokasi ke arah dorsal, radial dan supinasi. Gerakan ke arah
radial sering menyebabkan fraktur avulsi dari prosesus styloideus ulna, sedangkan
dislokasi bagian distal ke dorsal dan gerakan ke arah radial menyebabkan subluksasi
sendi radioulnar distal (Reksoprodjo, 1995)

B. Patofisiologi

Trauma yang menyebabkan fraktur di daerah pergelangan tangan biasanya


merupakan trauma langsung, yaitu jatuh pada permukaan tangan sebelah volar atau
dorsal. Jatuh pada permukaan tangan sebelah volar menyebabkan dislokasi fragmen
fraktur sebelah distal ke arah dorsal. Dislokasi ini menyebabkan bentuk lengan bawah
dan tangan bila dilihat dari samping menyerupai garpu. (Sjamsuhidayat & de Jong, 1998)
Benturan mengena di sepanjang lengan bawah dengan posisi pergelangan tangan
berekstensi. Tulang mengalami fraktur pada sambungan kortikokanselosa dan fragmen
distal remuk ke dalam ekstensi dan pergeseran dorsal. (Apley & Solomon, 1995) Garis
fraktur berada kira-kira 3 cm proksimal prosesus styloideus radii. Posisi fragmen distal
miring ke dorsal, overlapping dan bergeser ke radial, sehingga secara klasik digambarkan
seperti garpu terbalik (dinner fork deformity). (Armis, 2000)

C. Klasifikasi Fraktur
Jenis – Jenis Fraktur patahan tulang dengan di bagi menjadi 2 antara lain:
1. Fraktur tertutup (closed)
Dikatakan tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan
dunia luar, disebut dengan fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.
Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan
lunak sekitar trauma, yaitu:
a. Tingkat 0 : fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan lunak
sekitarnya.
b. Tingkat 1 : fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan
subkutan.
c. Tingkat 2 : fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian
dalam dan pembengkakan.
d. Tingkat 3 : Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan
ancaman sindroma kompartemen.

2. Fraktur terbuka (open/compound fracture)


Dikatakan terbuka bila tulang yang patah menembus otot dan kulit yang
memungkinkan / potensial untuk terjadi infeksi dimana kuman dari luar dapat masuk
ke dalam luka sampai ke tulang yang patah.8
Derajat patah tulang terbuka:
a. Derajat I
Laserasi < 2 cm, fraktur sederhana, dislokasi fragmen minimal
b. Derajat II
Laserasi > 2 cm, kontusio otot dan sekitarnya, dislokasi fragmen jelas.
c. Derajat III
Luka lebar, rusak hebat, atau hilang jaringan sekitar.6
Derajat kerusakan tulang dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Patah tulang lengkap (complete fracture)
Dikatakan lengkap bila patahan tulang terpisah satu dengan yang lainya, atau
garis fraktur melibatkan seluruh potongan menyilang dari tulang dan fragmen tulang
biasanya berubah tempat
2. Patah tulang tidak lengkap (incomplete fracture)
Bila antara patahan tulang masih ada hubungan sebagian. Salah satu sisi patah
yang lainya biasanya hanya bengkok yang sering disebut green stick. kekuatan dan
sudut dari tenaga fisik, keadaan tulang, dan jaringan lunak di sekitar tulang akan
menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur
lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap
tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang.10
Bentuk garis patahan dan hubungannya dengan mekanisme trauma ada 5, yaitu:
1. Fraktur Transversal : fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan
merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
2. Fraktur Oblik : fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadapsumbu
tulang dan merupakan akibat dari trauma angulasi juga.
3. Fraktur Spiral : fraktur yang arah garis patahnya spiral yang di sebabkanoleh trauma
rotasi.
4. Fraktur Kompresi : fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yangmendorong
tulang kearah permukaan lain.
5. Fraktur Avulsi : fraktur yang di akibatkan karena trauma tarikan atau traksiotot pada
insersinya pada tulang.6
Jumlah garis patahan ada 3 antara lain:
1. Fraktur Komunitif : fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
2. Fraktur Segmental : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.
3. Fraktur Multipel : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang
yang sama.

D. Proses Penyembuhan Fraktur


Tahapan dalam penyembuhan tulang :
1. Inflamasi
Dengan adanya patah tulang, tubuh mengalami respon yang sama dengan bila ada
cedera di lain tempat dalam tubuh. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cedera
dan terjadi pembentukan hematoma pada tempat patah tulang. Terjadi inflamasi,
pembengkakan dan nyeri. Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang
dengan berkurangnya pembengkakan dan nyeri.
2. Proliferasi sel
Dalam sekitar 5 hari, hematome akan mengalami organisasi. Terbentuk
benangbenang fibrin dalam jendela darah , membentuk jaringan untuk revaskularisasi,
dan invasi fibroblast dan osteoblast.
3. Pembentukan kalus
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi
lain sampai celah sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang di gabungkan dengan
jaringan fibrus, tulang rawan dan tulang serat imatur. Perlu waktu 3-4 minggu agar
fragmen tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrus. Secara klinis,
fragmen tulang tak bisa lagi digerakkan.
4. Penulangan kalus (osifikasi)
Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu patah tulang
melalui proses penulangan endokondral. Mineral terus menerus ditimbun sampai
tulang benar-benar telah bersatu dan keras. Penulangan perlu waktu 3-4 bulan.
5. Remodeling menjadi tulang dewasa
Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan
reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodeling memerlukan
waktu berbulan-bulan sampai bertahun-tahun tergantung beratnya modifikasi tulang
yang dibutuhkan, fungsi tulang, dan stres fungsional pada tulang.
Gambar 1 Fase Penyembuhan Tulang
Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur
1. Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yangtergantung terhadap
besar, waktu, dan arah tekanan yang dapatmenyebabkan fraktur.
2. Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukandaya tahan untuk
timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsidari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan
kepadatan ataukekerasan tulang.
Waktu penyembuhan fraktur bervariasi secara individual dan berhubungan dengan
beberapa factor penting pada penderita, antara lain:
1. Umur penderita
Waktu penyembuhan tulang pada anak – anak jauh lebih cepat pada orng dewasa.
Hal ini terutama disebabkan karena aktivitas proses osteogenesis pada daerah
periosteum dan endoestium dan juga berhubungan dengan proses remodeling tulang
pada bayi pada bayi sangat aktif dan makin berkurang apabila unur bertambah.

2. Lokalisasi dan konfigurasi fraktur


Lokalisasi fraktur memegang peranan sangat penting. Fraktur metafisis
penyembuhannya lebih cepat dari pada diafisis. Disamping itu konfigurasi fraktur
seperti fraktur tranversal lebih lambat penyembuhannya dibanding dengan fraktur
oblik karena kontak yang lebih banyak.
3. Pergeseran awal fraktur
Pada fraktur yang tidak bergeser dimana periosteum intak, maka
penyembuhannya dua kali lebih cepat dibandingkan pada fraktur yang bergeser.
Terjadinya pergeseran fraktur yang lebih besar juga akan menyebabkan kerusakan
periosteum yang lebih hebat.
4. Vaskularisasi pada kedua fragmen
Apabila kedua fragmen memiliki vaskularisasi yang baik, maka penyembuhan
biasanya tanpa komplikasi. Bila salah satu sisi fraktur vaskularisasinya jelek sehingga
mengalami kematian, maka akan menghambat terjadinya union atau bahkan mungkin
terjadi nonunion.
5. Reduksi dan Imobilisasi
Reposisi fraktur akan memberikan kemungkinan untuk vaskularisasi yang lebih
baik dalam bentuk asalnya. Imobilisasi yang sempurna akan mencegah pergerakan
dan kerusakan pembuluh darah yang akan mengganggu penyembuhan fraktur.
6. Waktu imobilisasi
Bila imobilisasi tidak dilakukan sesuai waktu penyembuhan sebelum terjadi
union, maka kemungkinan untuk terjadinya nonunion sangat besar.Ruangan diantara
kedua fragmen serta interposisi oleh jaringan lemak.Bila ditemukan interposisi
jaringan baik berupa periosteal, maupun otot atau jaringan fibrosa lainnya, maka akan
menghambat vaskularisasi kedua ujung fraktur.
7. Adanya infeksi
Bila terjadi infeksi didaerah fraktur, misalnya operasi terbuka pada fraktur
tertutup atau fraktur terbuka, maka akan mengganggu terjadinya proses
penyembuhan.

8. Cairan Sinovia
Pada persendian dimana terdapat cairan sinovia merupakan hambatan dalam
penyembuhan fraktur.
9. Gerakan aktif dan pasif anggota gerak
Gerakan pasif dan aktif pada anggota gerak akan meningkatkan vaskularisasi
daerah fraktur tapi gerakan yang dilakukan didaerah fraktur tanpa imobilisasi yang
baik juga akan mengganggu vaskularisasi.Penyembuhan fraktur berkisar antara 3
minggu – 4 bulan. Waktu penyembuhan pada anak secara kasar setengah waktu
penyembuhan daripada orang dewasa.

Perkiraan penyembuhan fraktur pada orang dewasa dapat di lihat pada table berikut :

LOKALISASI WAKTU PENYEMBUHAN (minggu)


Phalang / metacarpal/ metatarsal / kosta 3 – 6
Distal radius 6
Diafisis ulna dan radius 12
Humerus 10 – 12
Klavicula 6
Panggul 10 – 12
Femur 12 – 16
Condillus femur / tibia 8 – 10
Tibia / fibula 12 – 16
Vertebra 12

Anda mungkin juga menyukai