Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
STASE JIWA
DI SUSUN OLEH :
HANA WARTINI,S.KEP
LIA SAFITRI,S.KEP
HARIYATI,S.KEP
KHAIRINA LIYINI HILMA,S.KEP
KHAIRUNNIDA,S.KEP
LINDA,S.KEP
LISDA ASTUTI,S.KEP
LUTFIANA E.J,S.KEP
HURAIDA,S.KEP
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DEPKES RI) tahun 2012, gangguan
jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap negara tidak hanya di
Indonesia saja. Gangguan jiwa yang dimaksud tidak hanya gangguan jiwa
psikotik/skizofrenia saja tapi kecemasan, depresi dan penggunaan Narkoba Psikotropika
dan Zat adiktif lainnya (NAPZA) juga menjadi masalah gangguan jiwa. Indonesia
mengalami peningkatan jumlah penderita gangguan jiwa cukup banyak diperkirakan
prevalensi gangguan jiwa berat dengan psikosis/skizofrenia di Indonesia pada tahun 2013
adalah 1.728 orang. Adapun proporsi rumah tangga yang pernah memasang ART gangguan
jiwa berat sebesar 1.655 rumah tangga dari 14,3% terbanyak tinggal di pedesaan,
sedangkan yang tinggal diperkotaan sebanyak 10,7%. Selain itu prevalensi gangguan
mental emosional pada penduduk umur lebih dari 15 tahun di Indonesia secara nasional
adalah 6,0% (37.728 orang dari subjek yang dianalisis) (Riset Kesehatan Dasar, 2013).
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan
mempertahankan perilaku yang terkontribusi pada fungsi yang itegritas baik individu,
keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. Perawat memberikan asuhan sepanjang
rentang asuhan. Upaya meningkatkan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
jiwa, peran utama keluarga bagi pasien yang dirawat adalah sangat penting, karena
keluarga merupakan orang terdekat dengan pasien.
Dukungan dari pihak keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan pasien dengan
gangguan jiwa pada keluarga mengenai masalah yang sedang dihadapi oleh pasien dan
mencegah terjadinya kekambuhan. Keberhasilan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan dirumah sakit akan sia-sia bila tidak dilanjtkan dengan perawatan dirumah
sesuai dengan program perencanaan pasien pulang. Kurangnya pengetahuan dan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat pasien dirumah dapat menyebabkan pasien
2
kambuh dan perlu rawat ulang dirumah sakit. Kunjungan rumah merupakan salah satu
bagian dari upaya dalam mewujudkan keperawatan yang komprehensif dan holistik untuk
proses penyembuhan pasien dengan gangguan jiwa.
Gangguan jiwa adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi jiwa. Gangguan jiwa
adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku,
dan persepsi (penangkapan panca indera). Gangguan jiwa ini menimbulkan stress dan
penderitaan bagi penderita (dan keluarganya) (Stuart & Sundeen, 2007).
Dalam rangka peningkatan dan pengembangan pelayanan kesehatan jiwa di Ruang Tenang
RSJD Sambang Lihum Gambut, salah satu aspek penting yang menjadi perhatian dalam
rangka upaya rehabilitasi dan spiritual yaitu peran serta keluarga untuk berpartisipasi
aktif dalam pelayanan kesehatan gangguan jiwa pada pasien yang dilakukan perawatan atau
rawat inap, dalam hal ini adalah di Ruang tenang pria yang menjadi salah satu ruang rawat
inap pada pasien dengan gangguan jiwa akut.
Peningkatan peran keluarga pada pelayanan terapi rehabilitasi klien gangguan jiwa dapat
ditingkatkan oleh petugas kesehatan yang bersangkutan salah satunya melalui “home visit”.
Home Visite atau kunjungan rumah berarti mengunjungi tempat tinggal klien dan bertemu
dengan keluarga untuk mendapatkan berbagai informasi penting yang diperlukan dalam
rangka membantu klien dalam proses terapi maupun untuk melakukan pendidikan
kesehatan terkait dengan kebutuhan pasien selama dirawat.
Peran dan partisipasi keluarga dalam proses terapi merupakan alat yang sangat penting
dalam membantu proses kesembuhan pasien, karena rumah sakit jiwa sebagai tempat
pelayanan kesehatan jiwa tidak berarti menjadi pelayanan utama seumur hidup, tetapi
rumah sakit hanya merupakan fasilitas yang membawa klien dan keluarga mengembangkan
kemampuan dalam mencegah terjadinya masalah, menanggulangi berbagai masalah dan
mempersatukan keadaan adaptif.
Berdasarkan hal tersebut, maka kunjungan rumah merupakan alternatif yang baik untuk
dilakukan sebagai salah satu upaya membantu proses perubahan respon maladaptif pasien
menjadi respon yang adaptif, hal ini menjadi alasan bahwa melalui kunjungan rumah akan
didapatkan informasi data fisik maupun non fisik klien dan keluarga yang dibutuhkan
untuk proses terapi di rumah sakit secara lebih lengkap dan sesuai dengan keadaan
real pasien, selain itu juga dapat memberikan bantuan kepada klien dalam pemberian
motivasi dan informasi terhadap keluarga klien agar klien dapat diterima keberadaannya
3
dan diperlakukan sewajarnya baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan
masyarakat sekitarnya
4
BAB II
RANCANGAN PELAKSANAAN
2.2.2 Memvalidasi data dan melengkapi data yang di peroleh oleh pasien dan data
sekunder
2.2.2.1 Alasan masuk
Keluarga mengatakan, klien dibawa ke rumah sakit oleh saudara tirinya, 2
hari sebelum masuk rumah sakit jiwa klien datang ke rumah ibu tiri dan
saudara tirinya dengan alasan ingin menginap, namun saat itu klien
membawa tas berisi baju, terdapat pula pisau dan alat semacam besi
panjang, alat tersebut milik klien yang sebelumnya bekerja di mebel, akan
5
tetapi ibu dan saudara tirinya merasa takut, takut apabila klien macam-
macam dalam menggunakan alat yang di bawanya tersebut, oleh karena
itu saudara tirinya melapor ke RT dan ke Polisi, akhirnya klien di bawa
kekantor polisi dan ditahan sementara, di kantor polisi klien mengaku ada
mendengar bisikan dan berbicara sendiri, akhirnya keluarga memutuskan
membawa klien ke rumah sakit jiwa dengan mengatakan kepada klien
ingin membawanya ke aluh-aluh melihat keluarga yang mengalami
kecelakaan (tenggelam).
2.2.2.2 Faktor Predisposisi
Klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya, ini adalah
pertama kalinya klien masuk rumah sakit jiwa sambaing lihum
2.2.2.3 Genogram
1 2
2 2
3
3
Keterangan :
: Laki-laki B
B
: Perempuan
B
: Tinggal serumah a
n
: Laki-laki meninggal B
j
B
: Perempuan meninggal a
B
r
: Klien a
m
n
: Bercerai a
j
s
: Garis keturunan a
i
r
n
m
,
a
6 s
J
i
a
n
n
,
u
a
J
r
a
i
Klien sebelumnya tinggal sendiri, kemudian 2 hari sebelum klien masuk RSJ
Sambang lihum klien pulang kerumah ibu dan saudara tirinya, ayah klien pernah
menikah 3x, dari pernikahan pertama, ayah klien mendapatkan 3 anak dan klien
merupakan anak kedua dari pernikahan pertama, pernikahan kedua ayah klien
mendapatkan 1 anak laki-laki dan pernikahan ke tiga ayah klien mendapatkan 1
anak laki-laki, klien mengatakan tidak ada orang terdekat bagi klien. Saudara ayah
klien yang kedua mempunyai anak (sepupu klien) yang mengalami gangguan jiwa
yang sampai sekarang belum pernah berobat, keluarga mengatakan kalau sepupu
klien tersebut tidak di ada yang mengurusnya, sepupu klien mengalami gangguan
jiwa di karenakan orang tuanya tidak merestuinya menikah dengan seorang
perempuan, sepupu klien tersebut merasa kecewa karena keinginannya tidak di
setujui, mulai itu sepupu klien sering marah-marah kepada orang tua dan keluarga
lainnya, sering bicara sendiri, mondar-mandir dan tidak memakai pakaian akhirnya
keluarga mengabaikannya karena sepupu klien susah untuk di atur, apabila di atur
sepupu klien tersebut marah-marah dan mengamuk. Sedangkan pola asuh klien,
klien sejak kecil sampai dewasa di asuh oleh ayahnya dan mendapatkan pendidikan
sampai kelas X SMA, untuk pengambilan keputusan klien mengatakan apabila
mengalami permasalahan yang menyelesaikannya adalah dirinya sendiri karena
klien mengatakan tidak mempunyai orang terdekat seperti saudara maupun keluarga
yang lain.
7
2.2.3 Mengkaji pengetahuan keluarga tentang perawatan pasien di rumah dikaitkan
dengan 5 tugas kesehatan keluarga
a. Keluarga tidak mengenal masalah yang dapat menyebabkan klien kambuh
seperti apa saja faktor yang dapat menyebabkan kekambuhan kondisi klien.
b. Keluarga dapat mengambil keputusan dalam melakukan perawatan terhadap
klien
c. Keluarga mengatakan belum mampu merawat klien di rumah jika kondisi klien
belum stabil
d. Keluarga belum mampu memodifikasi lingkungan yang terapeutik untuk klien
e. Keluarga dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat untuk
merawat kesehatan klien.
8
c. Validasi informasi
Memberi informasi tentang kondisi klien dirumah sakit, validasi data dari
keluarga, dan kesiapan keluarga terhadap kepulangan klien.
- Menanyakan tentang perilaku klien di rumah yang menyebabkan
keluarga memutuskan untuk membawa klien ke rumah sakit
- Menanyakan kepada keluarga faktor apakah yang menyebabkan klien
mengalami gangguan jiwa.
- Menanyakan tentang keluarga klien (orangtua, saudara dan lainnya).
- Menanyakan kepada keluarga tentang tanggapan keluarga mengenai
penyakit yang diderita klien.
- Menanyakan dan mengobservasi kondisi lingkungan tempat tinggal
klien
- Menanyakan kepada keluarga mengenai cara perawatan dan pengobatan
yang telah dilakukan keluarga selama klien di rumah.
2. Fase Kerja (Strategi pelaksanaan keluarga)
Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang masalah keperawatan
pasien terkait dengan Perubahan Sensori Persepsi; Halusinasi dengan uraian SP
keluarga.
SP 1 untuk keluarga
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala serta proses terjadinya halusinasi
3. Menjelaskan cara merawat pasien dengan halusinasi.
4. Melatih cara merawat halusinasi : hardik
SP 2 untuk keluarga
1. Mengevaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien menghardik
beri pujian
2. Menjelaskan 6 benar cara memberikan obat
3. Melatih cara memberikan/membimbing minum obat
4. Menganjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan beri pujian
SP 3 untuk keluarga
1. Mengevaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien dalam
menghardik dan memberikan obat
2. Menjelaskan cara bercakap-cakap dan melakukan kegiatan untuk
mengontrol halusinasi
3. Melatih dan menyediakan waktu untuk bercakap-cakap dengan pasien
terutama saat halusinasi
4. Menganjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan berikan pujian.
9
SP 4 untuk keluarga
1. Mengevaluasi kegiatan keluarga merawat/melatih pasien menghardik,
memberikan obat dan bercakap-cakap.
2. Menjelaskan follow up ke RSJ/PKM, tanda kambuh, rujukan.
3. Menganjurkan membantu pasien sesuai jadwal.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subjektif
Menanyakan perasaan keluarga setelah berbincang-bincang
b. Evaluasi Objektif
- Meminta keluarga untuk mengulang kembali semua hal-hal yang telah
dijelaskan atau diajarkan oleh perawat seperti menjelaskan pengertian
halusinasi, tanda dan gejala serta bagaimana cara merawat / melatih
menghardik halusinasi, minum obat, bercakap-cakap, kegiatan harian
dan follow up.
- Mengobservasi respon keluarga selama kunjungan.
- Beri pujian terhadap keluarga
c. Rencana Tindak Lanjut
Meminta keluarga untuk menerapkan apa yang sudah diajarkan atau dilatih
oleh perawat dan tetap berkonsultasi dengan petugas kesehatan dalam
merawat klien.
Strategi komunikasi
a. Fase Orientasi (salam terapeutik, validasi informasi tentang pasien, kontak)
1. Salam Terapeutik
“Assalammualaikum Bapak/Ibu!”“Kami Mahasiswi dari Uiversitas
Muhammadiah yang merawat Saudara Bapak/Ibu, perkenalkan nama kami
(sebutkan satu-satu). Kami mendapat tugas dari RSJ Sambang Lihum untuk
mengunjungi Keluarga Tn. M yang selama ini kami rawat, sebagai tanda
bukti ini ada surat tugas dari RSJ Sambang Lihum. Nama Bapak/Ibu siapa?
Baiklah bapak/ibu kami akan menyampaikan maksud dan tujuan
kedatangan kami kesini ”.
2. Validasi
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini? Apa pendapat Bapak/Ibu
tentang saudara Bapak/Ibu?”.
10
3. Kontrak
a. Topik
“Hari ini kita akan berdiskusi tentang keadaan saudara Bapak/Ibu
selama berada di rumah sakit dan kita akan mengobrol mengenai cara
merawat anggota keluarga dengan halusinasi pendengaran, apakah
bapak/ibu bersedia ?””
b. Tempat
“ Di rumah Tn. E.R? ’’
c. Waktu
”Bapak/Ibu berapa lama kita akan berbincang-bincangnya, bagaimana
kalau sekitar 1 jam?””
4. Tujuan
“Tujuan dari kegiatan ini bapak/ibu, agar keluarga dapat memahami cara
merawat Pasien dengan halusinasi pendengaran dan mengungkapkan rasa
puas merawat Pasien “.
11
klien untuk mengatakan “pergi sana saya tidak mau dengar, kamu suara palsu
(sambil menutup telinga)” begitu diulang-ulang sampai suara itu tidak
terdengar lagi”.
SP 2 Keluarga:
”Nah Bapak/Ibu begitu tadi cara mengontrol halusinasi klien jika saat dirumah
klien mengalami halusinasi lagi”
“Bagaimana kalau bapak/Ibu mempraktekkannya lagi mengenai cara
mengontrol halusinasi klien jika saat dirumah klien mengalami halusinasi lagi.
Iya begitu pak/bu, bapak/ibu hebat. Bapak/Ibu bisa memotivasi Tn. M untuk
selalu melakukan cara mengontrol halusinasi seperti yang kami jelaskan tadi.”
“Bila Tn. M berhasil melakukannya dengan tepat maka bapak/ibu dapat
memberikan pujian”.
“Apakah bapak/ibu ada yang ingin ditanyakan ?”
“Bapak/Ibu cara mengontrol halusinasi yang selanjutnya yaitu dengan,
meminum obat secara teratur dengan prinsip 6 benar (benar obat, guna, dosis,
frekuensi, cara, kontinuitas minum obat, akibat jika obat tidak diminum sesuai
program, akibat putus obat)”.
“Selama di rawat di RJS Sambang Lihum Pasien meminum obat ada 2 macam,
ada obat RISPERIDONE warnanya orange gunanya mengurangi prilaku
agresif yang membahayakan pasien maupun orang lain. kalau yang warna
kuning ini namanya THP gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Semua obatnya
harus diminum 2 kali sehari yaitu pada jam 8 pagi dan jam 8 malam. Sebelum
Pasien meminum obat, bapak/ibu harus teliti saat memberikan obat-obatan itu.
Bapak/ibu harus memastikan obat itu benar punya Tn. M, bapak/ibu harus
membaca kemasannya, pastikan obat diminum pada wktunya dengan cara yang
benar yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya. Bapak/ibu harus
memperhatikan berapa jumlah obat dalam sekali minumnya”.
“Bagaimana ibu ? Apakah bapak/ibu ada yang ingin ditanyakan?”
SP 3 Keluarga :
“Nah Bapak/Ibu begitu tadi cara mengontrol halusinasi klien jika saat dirumah
klien mengalami halusinasi lagi”
Bagaimana kalau bapak jelaskan cara yang sudah didapat bapak/ibu lakukan
untuk mengontrol Tn. M jika mengalami halusinasi lagi?”
“Iya benar begitu pak/bu”
12
“Bapak/Ibu cara mengontrol halusinasi yang selanjutnya yaitu dengan cara
bercakap-cakap orang lain dan melakukan kegiatan”
“Bapak/ibu bisa mengajak Tn. M untuk bercakap-cakap agar halusinasi yang
klien alami hilang. Bapak/Ibu juga bisa mengajak klien untuk melakukan
kegiatan, misalnya seperti membuat kegiatan keluarga seperti makan bersama
dan sholat bersama-sama”.
“Bapak/Ibu juga harus menyediakan waktu untuk bercakap-cakap dengan klien
terutama saat halusinasi?. Apakah Bapak/Ibu bersedia menyediakan waktu
untuk menemani klien untuk bercakap-cakap dengan klien terutama saat
halusinasi muncul ?”
SP 4 Keluarga :
“Bapak/Ibu begitu tadi cara mengontrol halusinasi klien jika saat dirumah
klien mengalami halusinasi lagi. Apakah bapak/Ibu ada yang ingin ditanyakan
?”
“Coba Bapak/Ibu sebutkan cara-cara merawat Tn. M saat sudah pulang ke
rumah nanti ?”
“Iya bagus seperti itu bapak/ibu”
“Jika Tn. M sudah pulang ke rumah nanti, Tn. M harus rutin untuk kontrol
ulang ke RSJ/PKM. Bapak/Ibu juga harus mengambilkan obat Tn.M sebelum
obat yang ada habis agar halusinasi yang dialami Tn. M tidak kambuh !”.
c. Fase Terminasi
1. Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita berdiskusi dan latihan cara-
cara yang dapat dilakukan untuk menghardik halusinasi Tn. M
Bapak/Ibu?”
2. Evaluasi Objektif
“Dapatkan bapak/ibu menjelaskan kembali bagaimana cara merawat Tn.
M. Tolong nanti saat Tn. M pulang awasi minum obatnya dan berikan
perhatian serta konsultasi ke dokter “.
3. Rencana tindakan lanjut / RTL
“Bapak/Ibu, kami mengadakan kunjungan rumah ini hanya satu kali saja,
harapannya bapak/ibu dapat menerapkan semua yang sudah di diskusikan,
sudah bagus sekali untuk upaya merawat Tn. M. Tolong nanti saat Tn. M
pulang awasi minum obatnya dan berikan perhatian serta konsultasi ke
13
dokter. Klien juga harus diperlakukan seperti anggota keluarga yang sehat
serta klien akan diberi aktivitas dan bersosialisasi dengan orang lain”.
4. Terminasi Akhir
“Bapak/Ibu kami mengucapkan terimakasih atas sambutan dan respon yang
baik terhadap kunjungan kami, mudah-mudahan bapak/ibu dapat
menerapkan semua yang telah kita diskusikan, kami permisi,
Assalamualaikum”.
14
BAB III
LAPORAN KUNJUNGAN RUMAH
Jumlah Penduduk
Nama
No Laki-laki Perempuan Jumlah
Desa/Kelurahan
(jiwa) (Jiwa) (jiwa)
1 Kelurahan Jawa 2.651 3.010 5.661
2 Kelurahan Sungai Paring 3.873 3.925 7.798
3 Kelurahan Tanjung Rema Darat 3.317 3.293 6.610
4 Kelurahan Sekumpul 6.094 6.157 12.251
5 Desa Tanjung Rema 3.067 2.617 5.684
6 Desa Jawa Laut 1.947 1.917 3.869
7 Desa Tunggul Irang 293 314 607
8 Desa Tunggul Irang Ulu 725 718 1.443
9 Desa Tunggul Irang Ilir 445 442 887
10 Desa Bincau 3.446 3.314 6.760
11 Desa Bincau Muara 780 730 1.510
12 Desa Labuan Tabu 746 640 1.386
13 Desa Indrasari 3.473 3.240 6.713
14 Desa Sungai Sipai 5.310 506 5.816
15 Desa Cindai Alus 3.201 2.931 6.132
Total 39.368 33.754 73.127
15
Jumlah Kepala Keluarga (KK) dan Rukun Tetangga (RT) Jumlah Kepala Keluarga dan
Rukun Tetangga di Wilayah kerja Puskesmas Martapura dengan perincian sebagai berikut :
No Nama Desa/Kelurahan Jumlah KK Jumlah RT
1 Keluaraha Jawa 965 18
2 Kelurahan Sungai Paring 4014 21
3 Kelurahan Tanjung Rema Darat 1751 16
4 Kelurahan Sekumpul 3367 28
5 Desa Tanjung Rema 1450 11
6 Desa Jawa Laut 986 12
7 Desa Tunggul Irang 176 3
8 Desa Tunggul Irang Ulu 285 3
9 Desa Tunggul Irang Ilir 204 3
10 Desa Bincau 1613 16
11 Desa Bincau Muara 426 6
12 Desa Labuan Tabu 333 3
13 Desa Indrasari 1876 5
14 Desa Sungai Sipai 3631 25
15 Desa Cindai Alus 1797 10
Total 22.874 180
16
3.1.4 Sumber Ketenagaan
Puskesmas Martapura, Memiliki 62 orang Tenaga Kesehatan dan 10 orang Non kesehatan
yang terdiri dari :
17
f. Kegiatan Program P2. Kusta
g. Kegiatan Program Malaria
h. Kegiatan Program Surveilens
6. Upaya Pengobatan
3.1.6.2 PROGRAM PENGEMBANGAN
1. Upaya Kesehatan Sekolah / UKS
2. Upaya Kesehatan Olah Raga
3. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)
4. Upaya Kesehatan Kerja
5. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
6. Upaya Kesehatan Jiwa
7. Upaya Kesehatan Mata
8. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
9. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
10. Upaya PKPR
3.1.6.3 UPAYA KESEHATAN PENUNJANG
1. Upaya Laboratorium
2. Upaya Pencatatan dan Pelaporan
18
2. THP
Indikasi :
Parkinson dan gangguan ekstrapiramidal yang disebabkan obat SPP
Kontraindikasi :
Hipersensitifitas terhadap THP, glokuma sudut tertutup, obstruksi duodenal,
peptic ulcerobstruksi saluran urin.
Efek sampang :
Konstipasi, pusing, sulit buang air kecil, mulut kering, pandangan buram dan
mual.
3. Haloperidol
Indikasi :
Skizoprenia, Psychoses, kecemasan yang parah, gangguan tingkah laku yang
parah, gangguan emosional dan mental
Kontraindikasi :
Hipersensitif terhadap haloperidol atau komponen lain formulasi, penyakit
Parkinson, depresi berat SSP, supresi sumsum tulang, penyakit jantung atau
hati berat, koma, ibu menyusui.
Efek Samping :
wajah terasa tebal seperti memakai maskep, kejang otot terutama leher dan
punggung, gelisah, kelemahan pada lengan dan kaki.
4. Diazepam 2 mg
Indikasi :
Diazepam digunakan untuk memperpendek mengatasi gejala yang timbul
seperti gelisah yang berlebihan, diazepam juga dapat diinginkan untuk
gemetaran, kegilaan dan dapat menyerang secara tiba-tiba. Halusinasi sebagai
akibat mengkonsumsi alkohol, diazepam juga dapat digunakan untuk kejang oto
kejang otot merupakan penyakit neurologi. Diazepam digunakan sebagai obat
penenang dan dapat juga dikombinasikan dengan obat lain.
Kontraindikasi :
Hipersensitifitas, Sensivitas silang dengan benzodiazepine lain, Pasien koma,
Depresi sistem saraf pusat yang sudah ada sebelumnya, Nyeri berat tak
terkendali, Glaukoma sudut sempit, Kehamilan atau laktasi
Efek Samping :
Efek samping yang sering terjadi, sering pusing, mengantuk dan Efek samping
yang jarang terjadi, seperti depresi, impaired cognitif
19
5. Amitryphilin
Indikasi :
Untuk menghilangkan gejala depresi. Depresi endogen cenderung lebih mudah
ketimbang depresi jenis lain
Kontraindikasi :
Infark miokardial yang baru, aritmia, mania, penyakit hati berat.
Efek samping :
Mulut kering, rasa tidak nyaman di mulut, pusing, mengantuk atau lelah, sulit
berkonsentrasi, mimpi buruk, pandangan kabur, sakit kepala, telingga
berdengung, nyeri payudara pada wanita, berkurangnya kemampuan seksual,
impoten atau sulit mendapat orgasme.
20
3.2.3 Tujuan Kunjungan (Umum dan Khusus)
3.2.3.1 Tujuan Umum
Keluarga dapat menerima, memahami dan berperan aktif dalam merawat
Pasien selama di rumah setelah pulang dari RS dan menjadi system
pendukung yang efektif.
3.2.3.2 Tujuan khusus
1. Memberikan informasi kepada keluarga tentang perkembangan kondisi
klien selama di rumah sakit
2. Memvalidasi data dan melengkapi data yang diperoleh dari klien dan
data sekunder (Rekam Medik) mengenai :
- Alasan masuk atau dirawat dirumah sakit
- Faktor predisposisi dan presipitasi
- Genogram keluarga
- Persepsi keluarga terhadap penyakit yang diderita klien
3.2.4 Hasil Kunjungan Rumah (Implementasi Pencapaian Tujuan Khusus dan Evaluasi)
3.2.4.1 Implementasi pencapaian tujuan khusus
1. SP 1 Keluarga:
- Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
pasien
- Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala serta proses terjadinya
halusinasi
21
- Menjelaskan cara merawat pasien dengan halusinasi.
- Melatih cara merawat halusinasi : hardik
2. SP 2 Keluarga
- Mengevaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien
menghardik beri pujian
- Menjelaskan 6 benar cara memberikan obat
- Melatih cara memberikan/membimbing minum obat
- Menganjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan beri pujian
3. SP 3 Keluarga
- Mengevaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien
dalam menghardik dan memberikan obat
- Menjelaskan cara bercakap-cakap dan melakukan kegiatan untuk
mengontrol halusinasi
- Melatih dan menyediakan waktu untuk bercakap-cakap dengan
pasien terutama saat halusinasi
- Menganjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan berikan pujian.
4. SP 4 untuk keluarga
- Mengevaluasi kegiatan keluarga merawat/melatih pasien
menghardik, memberikan obat dan bercakap-cakap.
- Menjelaskan follow up ke RSJ/PKM, tanda kambuh, rujukan.
- Menganjurkan membantu pasien sesuai jadwal.
3.2.4.2 Evaluasi
1. SP 1 Keluarga
a. Subjektif
- Keluarga mengatakan akan berusaha menjenguk klien apabila
keadaan sudah memungkinkan dan keluarga tidak sedang sibuk.
- Keluarga mengatakan mengerti tentang halusinasi (pengertian,
tanda dan gejala serta proses terjadinya halusinasi).
- Keluarga klien mengatakan mengerti cara merawat pasien
dengan halusinasi dengan menghardik
b. Objektif
- Keluarga mendengarkan dengan serius penjelasan dari perawat
dengan penuh perhatian dan sesekali bertanya mengenai hal-hal
yang kurang dimengerti.
- Keluarga sangat kooperatif
- Keluarga tampak bisa menjelaskan dan memperagakan cara
menghardik halusinasi dengan benar
22
c. Analisa SP 1 keluarga tercapai, keluarga memahami apa yang
dijelaskan perawat tentang halusinasi dan mampu merawat klien
halusinasi dengan menghardik.
d. Planning
Mendukung keputusan yang telah diambil keluarga kemudian
memotivasi keluarga agar bisa mempertahankan hubungan yang
kondusif dengan klien.
2. SP 2 Keluarga
a. Subjektif
- Keluarga mengatakan mampu mengawasi, mengingatkan dan
membujuk Tn. M untuk teratur minum obat
- Keluarga mengatakan mengerti dan paham tentang dosis, warna
dan jenis obat yang diberikan
b. Objektif
- Keluarga mampu menyebutkan dosis, warna dan jenis obat yang
akan diberikan pada Tn. M dengan benar
c. Analisa SP 2 keluarga tercapai, keluarga mampu mengenal obat
yang akan diberikan dan dosisnya.
d. Planning
Motivasi keluarga untuk teratur mengingatkan Tn. M Minum obat
agar tidak terjadi lagi putus obat yang dapat menyababkan
kekambuhan.
3. SP 3 Keluarga
a. Subjektif
- Keluarga mengatakan sudah paham dan mengerti cara
mengontrol halusinasi klien dengan mengajak bercakap-cakap
dan melakukan kegiatan
- Keluarga mengatakan akan melatih dan menyediakan waktu
bercakap-cakap dengan pasien terutama saat halusinasi.
b. Objektif
- Keluarga bisa menjelaskan dan mendiskusikan cara mengontrol
halusinasi dengan megajak klien bercakap-cakap dan melakukan
kegiatan.
c. Analisa SP 3 keluarga tercapai, keluarga mampu merawat klien
halusinasi dengan mengajak bercakap-cakap dan melakukan
kegiatan terjadwal
23
d. Planning
Mendukung keluarga untuk mengajak bercakap-cakap dan terus
memberikan aktivitas pada Tn. M agar Tn. M tidak larut dalam
kesendirian/lamunan yang dapat menimbulkan munculnya
halusinasi.
4. SP 4 Keluarga
a. Subjektif
- Keluarga mengatakan jika klien sudah pulang kerumah akan
rutin membawa klien kontrol berobat untuk memeriksakan
perkembangan klien.
- Keluarga mengatakan akan mengawasi dan memperhatiakan
lebih lanjut perilaku yang ditampilkan oleh klien selama di
rumah. Misalnya kalau klien terus menerus mendengar suara-
suara yang mengganggu dan tidak memperlihatkan perbaikan,
menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain. Jika hal itu terjadi maka keluarga
mengatakan akan segera menghubungi petugas kesehatan
terdekat.
b. Objektif
- Keluarga mampu memahami dan menjelaskan bagaimana
follow up ke RSJ/ PKM, tanda kambuh, dan rujukan.
c. Analisa SP 4 Keluarga tercapai, keluarga mengerti dan paham untuk
melakukan follow up ke RSJ/ PKM, tanda kambuh, dan rujukan.
d. Planning
Memfasilitasi keluarga agar lebih mudah dan nyaman dalam
menggunakan atau memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
sehingga penanganan terhadap klien bisa lebih maksimal.
24
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari kegiatan yang telah dilakukan adalah :
4.1.1 Keluarga menyatakan dapat menerima dan merawat klien yang mengalami
gangguan jiwa dan akan menjadi sistem pendukung yang efektif.
4.1.2 Keluarga telah mengetahui perkembangan klien selama di rumah sakit
4.1.3 Berdasarkan validasi data yang dilakukan maka didapatkan hasil bahwa terdapat
sedikit perbedaan antara penjelasan yang diberikan oleh keluarga dengan data
alasan masuk rumah sakit pada rekam medik.
4.1.4 Saat pengkajian didapatkan hasil bahwa keluarga tidak mengenal masalah yang
dapat menyebabkan klien kambuh, belum mampu merawat klien di rumah jika
kondisi klien belum stabil, dan belum mampu memodifikasi lingkungan yang
terapeutik untuk klien. Namun, keluarga mulai dapat mengambil keputusan
dalam melakukan perawatan terhadap klien dan dapat memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada dimasyarakat untuk merawat kesehatan klien.
4.1.5 Berdasarkan hasil kunjungan keluarga mampu menjelaskan pengertian
halusinasi, tanda dan gejala serta bagaimana cara merawat / melatih menghardik
halusinasi, minum obat, bercakap-cakap, kegiatan harian dan follow up.
4.1.6 Keluarga mengatakan mau merawat klien di rumah dan bersedia membawa
klien berobat ke pelayanan kesehatan.
4.2 Saran
4.2.1 Bagi Tenaga Kesehatan
a. Petugas kesehatan jiwa hendaknya lebih memperbanyak kegiatan
pendidikan kesehatan jiwa pada masyarakat
b. Diharapkan ada program atau jadwal khusus tenang pendidikan kesehatan
jiwa
c. Khususnya bagi kesehatan yang ada di RSJ Sambang Lihum diharapakan
dapat mempraktekkan pasien strategi pelaksanaan halusinasi sesuai dengan
SP yang telah ditetapkan dan lebih sabar dalam menghadapi pasien dengan
halusinasi.
4.2.2 Bagi Puskesmas
Diharapkan agar dapat melengkapi obat-obat jiwa yang belum tersedia,
menciptakan kader-kader jiwa di lingkungan puskesmas, serta melakukan
pelatihan untuk petugas puskesmas agar lebih memahami tentang gangguan
25
jiwa untuk mendeteksi dini tanda gangguan jiwa ringan. Dan aktif melakukan
penyuluhan kesehatan khususnya tentang penyakit gangguan jiwa. Dan juga
melakukan kunjungan rumah pada keluarga klien.
4.2.3 Bagi Pendidikan
Diharapkan dapat memberikan konstribusi dalam bidang pengetahuan
khususnya keperawatan jiwa dengan pasien gangguan persepsi sensori :
halusinasi.
4.2.4 Bagi Mahasiswa
Terutama bagi mahasisiwa keperawatan diharapkan menerapkan konsep teori
dengan praktek langsung dilapangan untuk meningkatkan mutu asuhan
keperawatan jiwa pada pasien gangguan persepsi sensori : halusinasi
26
LAMPIRAN-LAMPIRAN
27