Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh:
2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sesuai dengan Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan program Pembangunan jangka
panjang tahap II Pelita VI bahwa pembangunan ditujukan untuk peningkatan kualitas sumber
daya manusia Indonesia seutuhnya yang maju dan mandiri.
Pembangunan manusia seutuhnya dimulai sejak saat pembuahan dan berlangsung sepanjang
masa hidupnya dan tidak dapat dilepaskan dari seluruh segi kehidupan keluarga di mana ia
dibesarkan.
Pembangunan masyarakat sangat tergantung kepada kehidupan keluarga yang menjadi
bagian inti dari masyarakat itu, sehingga keluarga memiliki nilai strategis dalam pembangunan
nasional serta menjadi tumpuan dalam pembangunan manusia seutuhnya. Masalah yang kita
hadapi saat ini masih banyaknya keluarga di Indonesia ini yang berada dalam kondisi
prasejahtera, adalah kewajiban kita semua untuk meningkatkan mereka sehingga mencapai
keluarga sejahtera. Untuk mewujudkan tujuan pembangunan tersebut perlu dilakukan berbagai
upaya pembinaan keluarga dari berbagai aspek kehidupan termasuk segi kesehatannya. Perawat
dengan perannya sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai andil yang cukup besar
dan sangat diharapkan dalam mewujudkan upaya pembinaan keluarga tersebut sehingga
terciptalah suatu keluarga sejahtera yang pada akhirnya akan membentuk masyarakat dan Negara
yang sejahtera pula.
B. TUJUAN
Mengetahui pengertian sejahtera
Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi kesejahteraan
Mengetahui tahapan-tahapan kesejahteraan
Mengetahui peran perawat dalam pembinaan keluarga sejahtera
Mengetahui masalah dan tindak lanjut
C. RUMUSAN MASALAH
Apa yang dimaksud sejahtera?
Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi kesejahteraan?
Bagaimana tahapan-tahapan kesejahteraan?
Bagaimana peran perawat dalam pembinaan keluarga sejahtera?
Apa saja masalah dan bagaimana tindak lanjutnya?
BAB II
ISI
A. PENGERTIAN SEJAHTERA
Ada beberapa pendapat tentang pengertian kesejahteraan, antara lain :”
“Kesejahteraan adalah hal atau keadaan sejahtera, aman, selamat, dan tentram”.
(Depdiknas, 2001:1011)
“Keluarga Sejahtera adalah Keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang
sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materi yang layak, bertaqwa
kepada Tuhan Yang /maha Esa, memiliki hubungan yang selaras, serasi, dan
seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan”.
(BKKBN,1994:5)
Kesejahteraan keluarga tidak hanya menyangkut kemakmuran saja, melainkan juga harus
secara keseluruhan sesuai dengan ketentraman yang berarti dengan kemampuan itulah dapat
menuju keselamatan dan ketentraman hidup.
B. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEJAHTERAAN
1. Faktor intern keluarga
a. Jumlah anggota keluarga
Pada zaman seperti sekarang ini tuntutan keluarga semakin meningkat tidak hanya
cukup dengan kebutuhan primer (sandang, pangan, papan, pendidikan, dan saran
pendidikan) tetapi kebutuhan lainya seperti hiburan, rekreasi, sarana ibadah, saran
untuk transportasi dan lingkungan yang serasi. Kebutuhan diatas akan lebih
memungkinkan dapat terpenuhi jika jumlah anggota dalam keluarga sejumlah kecil.
b. Tempat tinggal
Suasana tempat tinggal sangat mempengaruhi kesejahteraan keluarga. Keadaan
tempat tinggal yang diatur sesuai dengan selera keindahan penghuninya, akan lebih
menimbulkan suasana yang tenang dan mengembirakan serta menyejukan hati.
Sebaliknya tempat tinggal yang tidak teratur, tidak jarang meninbulkan kebosanan
untuk menempati. Kadang-kadang sering terjadi ketegangan antara anggota keluarga
yang disebabkan kekacauan pikiran karena tidak memperoleh rasa nyaman dan tentram
akibat tidak teraturnya sasaran dan keadaan tempat tinggal.
c. Keadaan sosial ekonomi kelurga.
Untuk mendapatkan kesejahteraan kelurga alasan yang paling kuat adalah
keadaan sosial dalam keluarga. Keadaan sosial dalam keluarga dapat dikatakan baik
atau harmonis, bilamana ada hubungan yang baik dan benar-benar didasari ketulusan
hati dan rasa kasih sayang antara anggota keluarga.manifestasi daripada hubungan
yang benar-benar didasari ketulusan hati dan rasa penuh kasih sayang, nampak dengan
adanya saling hormat, menghormati, toleransi, bantu-membantu dan saling
mempercayai.
d. Keadaan ekonomi keluarga.
Ekonomi dalam keluarga meliputi keuangan dan sumber-sumber yang dapat
meningkatkan taraf hidup anggota kelurga makin terang pula cahaya kehidupan
keluarga. (BKKBN, 1994 : 18-21). Jadi semakin banyak sumber-sumber keuangan/
pendapatan yang diterima, maka akan meningkatkan taraf hidup keluarga. Adapun
sumber-sumber keuangan/ pendapatan dapat diperoleh dari menyewakan tanah,
pekerjaan lain diluar berdagang, dsb.
2. Faktor eksternal
Kesejahteraan keluarga perlu dipelihara dan terus dikembangan terjadinya kegoncangan
dan ketegangan jiwa diantara anggota keluarga perlu di hindarkan, karena hal ini dapat
menggagu ketentraman dan kenyamanan kehidupan dan kesejahteraan keluarga.
Faktor yang dapat mengakibatkan kegoncangan jiwa dan ketentraman batin anggota
keluarga yang datangnya dari luar lingkungan keluarga antara lain:
Faktor manusia: iri hati, dan fitnah, ancaman fisik, pelanggaran norma.
Faktor alam: bahaya alam, kerusuhan dan berbagai macam virus penyakit.
Faktor ekonomi negara: pendapatan tiap penduduk atau income perkapita rendah, inflasi.
(BKKBN, 1994 : 18-21)
C. TAHAPAN-TAHAPAN KESEJAHTERAAN
1. Keluarga pra sejahtera
Yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic need) secara
minimal, seperti kebutuhan akan spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan dan KB.
Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota keluarga
Pada umunya seluruh anggota keluarga, makan dua kali atau lebih dalam sehari.
Seluruh anggota keluarga mempunyai pakaian berbeda di rumah, bekerja, sekolah atau
berpergian.
Bagian yang terluas dari lantai bukan dari tanah.
Bila anak sakit dan atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa ke sasaran kesehatan.
2. Keluarga Sejahtera I
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhnan dasarnya secara minimal tetapi
belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologinya seperti kebutuhan akan pendidikan,
KB, interaksi lingkungan tempat tinggal dan trasportasi. Pada keluarga sejahtera I
kebutuhan dasar (a s/d e) telah terpenuhi namun kebutuhan sosial psikologi belum
terpenuhi yaitu:
Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur.
Paling kurang sekali seminggu, keluarga menyadiakan daging, ikan atau telur.
Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang 1 stel pakaian baru pertahun
Luas lantai rumah paling kurang 8 meter persegi untuk tiap pengguna rumah
Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam kedaan sehat
Paling kurang satu anggota 15 tahun keatas, penghasilan tetap.
Seluruh anggota kelurga yang berumur 10-16 tahun bisa baca tulis huruf latin.
Seluruh anak berusia 5-15 tahun bersekolah pada saat ini
Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga pasang yang usia subur memakai kontrasepsi
(kecuali sedang hamil)
3. Keluarga Sejahtera II
Yaitu keluarga disamping telah dapat memenuhi kebutuhan dasasrnya, juga telah dapat
memenuhi kebutuhan pengembangannya seperti kebutuhan untuk menabung dan
memperoleh informasi.
Pada keluarga sejahtera II kebutuhan fisik dan sosial psikologis telah terpenuhi (a s/d n
telah terpenuhi) namun kebutuhan pengembangan belum yaitu:
Mempunyai upaya untuk meningkatkan agama.
Sebagian dari penghasilan dapat disisihkan untuk tabungan keluarga.
Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan ini dapat
dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.
Ikut serta dalam kegiatan masyarakat dilingkungan keluarga.
Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah paling kurang 1 kali perbulan.
Dapat memperoleh berita dan surat kabar, radio, televisi atau majalah.
Anggota keluarga mampu menggunakan sarana trasportasi sesuai kondisi daerah.
4. Keluarga Sejahtera III
Yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial
psikologis dan perkembangan keluarganya, tetapi belum dapat memberikan sumbangan
yang teratur bagi masyarakat seperti sumbangan materi dan berperan aktif dalam kegiatan
kemasyarakatan.
Pada keluarga sejahtera III kebutuhan fisik, sosial psikologis dan pengembangan telah
terpenuhi (a s/d u) telah terpenuhi) namun kepedulian belum yaitu:
Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan sumbangan bagi
kegiatan sosial/masyarakat dalam bentuk material.
Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan atau yayasan
atau instansi masyarakat. (BKKBN,1994:21-23).
Kesejahteraan pada hakekatnya dapat terpenuhinya kebutuhan (pangan, sandang, dan
papan) yang harus dipenuhi dengan kekayaan atau pendapatan yang dimiliki barulah
dikatakan makmur dan sejahtera
Peta dunia memperlihatkan persentase manusia yang hidup di bawah batas kemiskinan nasional.
Perhatikan bahwa garis batas ini sangat berbeda-beda menurut masing-masing negara, sehingga
kita sulit membuat perbandingan.
Peta dunia memperlihatkan Tingkat harapan hidup.
Peta dunia memperlihatkan Ko-efisien Gini, sebuah ukuran tentang kesenjangan pendapatan.
1. Kemiskinan absolut
Kemiskinan absolut mengacu pada satu set standard yang konsisten , tidak
terpengaruh oleh waktu dan tempat / negara. Sebuah contoh dari pengukuran absolut
adalah persentase dari populasi yang makan dibawah jumlah yg cukup menopang
kebutuhan tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk laki laki
dewasa).
Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia bekembang, ada bukti
tentang kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini
menghadirkan kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran
kota dan ghetto yang miskin. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif
masyarakat miskin, atau kelompok orang-orang miskin, dan dalam pengertian ini
keseluruhan negara kadang-kadang dianggap miskin. Untuk menghindari stigma ini,
negara-negara ini biasanya disebut sebagai negara berkembang. Deklarasi Copenhagen
menjelaskan kemiskinan absolut sebagai "sebuah kondisi yang dicirikan dengan
kekurangan parah kebutuhan dasar manusia, termasuk makanan, air minum yang aman,
fasilitas sanitasi, kesehatan, rumah, pendidikan, dan informasi."
Bank Dunia menggambarkan "sangat miskin" sebagai orang yang hidup dengan
pendapatan kurang dari PPP$1 per hari, dan "miskin" dengan pendapatan kurang dari
PPP$2 per hari. Berdasarkan standar tersebut, 21% dari penduduk dunia berada dalam
keadaan "sangat miskin", dan lebih dari setengah penduduk dunia masih disebut
"miskin", pada 2001.
2. Kemiskinan relatif
Penyebab kemiskinan
penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari
perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin. Contoh dari perilaku dan pilihan adalah
penggunaan keuangan tidak mengukur pemasukan.
penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk
perang, pemerintah, dan ekonomi. Contoh dari aksi orang lain lainnya adalah gaji atau
honor yang dikendalikan oleh orang atau pihak lain. Contoh lainnya adalah perbudakan.
penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari
struktur sosial.
Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah sebagai akibat dari
kemalasan, namun di Amerika Serikat (negara terkaya per kapita di dunia) misalnya memiliki
jutaan masyarakat yang diistilahkan sebagai pekerja miskin; yaitu, orang yang tidak sejahtera
atau rencana bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis kemiskinan.
Menghilangkan kemiskinan
Bantuan kemiskinan, atau membantu secara langsung kepada orang miskin. Ini telah
menjadi bagian pendekatan dari masyarakat Eropa sejak zaman pertengahan. Di
Indonesia salah satunya berbentuk BLT.
Bantuan terhadap keadaan individu. Banyak macam kebijakan yang dijalankan untuk
mengubah situasi orang miskin berdasarkan perorangan, termasuk hukuman, pendidikan,
kerja sosial, pencarian kerja, dan lain-lain.
Persiapan bagi yang lemah. Daripada memberikan bantuan secara langsung kepada orang
miskin, banyak negara sejahtera menyediakan bantuan untuk orang yang dikategorikan
sebagai orang yang lebih mungkin miskin, seperti orang tua atau orang dengan
ketidakmampuan, atau keadaan yang membuat orang miskin, seperti kebutuhan akan
perawatan kesehatan. Persiapan bagi yang lemah juga dapat berupa pemberian pelatihan
sehingga nanti yang bersangkutan dapat membuka usaha secara mandiri.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Secara operasional Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN telah menyusun
rumusan kualitas kehidupan keluarga yang diukur dari tingkat kemampuan setiap keluarga untuk
memenuhi kebutuhan anggota keluarganya. Rumusan tahapan kualitas keluarga tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Tahap prasejahtera
2. Keluarga sejahtera tahap I
3. Keluarga sejahtera tahap II
4. Keluarga sejahtera tahapIII
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat penduduk Indonesia yang masih hidup dibawah
garis kemiskinan hingga September 2015 mencapai 28,51 juta / 11,13% dari total penduduk
Indonesia. Penurunan ini terjadi baik diperkotaan maupun dipedesaan, jumlah penduduk miskin
menurun sekitar 30 ribu orang. Pada maret 2015 penduduk miskin mencapai 10,65 juta orang
dan kini menjadi 10,62 juta orang. Sementar dipedesaan dari 17,94 juta orang turun menjadi
17,89 juta orang.
B. SARAN
Perubahan-perubahan perlu segera dilakukan khususnya dalam manajemen keperawatan
sebagai upaya peningkatan mutu Asuhan Keperawatan kepada individu, keluarga maupun
masyarakat.
3. Faktor eksternal:
- Faktor manusia : Mengelola emosi, mengontrol diri, selalu berpikir positif
- Faktor alam : mengurangi bencana seperti tanah longsor yaitu dengan melakukan
reboisasi, tidak menebang pohon sembarangan
- Faktor Ekonomi : Membantu agar selalu ada kreasi inovasi pada setiap orang agar
pendapatan perkapita seseorang naik.
Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, proses dan praktik.
Jakarta: EGC
http://gloriabetsy.blogspot.co.id/2012/12/konsep-keluarga-sejahterah.html
https://www.google.com/search?q=kemiskinan+relatif&ie=utf-8&oe=utf-8&client=firefox-b-ab
https://id.wikipedia.org/wiki/Kemiskinan
http://aplikasi.bkkbn.go.id/ks/