Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN JIWA


PADA KLIEN DENGAN HALUSINASI

Oleh :

VERONICA HERAWATI

113063J117051

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

SUAKA INSAN BANJARMASIN

2018
LAPORAN PENDAHULUAN

KLIEN DENGAN HALUSINASI

A. Masalah Utama

Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

B. Proses Terjadinya Masalah

1. Pengertian

a) Halusinasi merupakan bentuk kesalahan pengamatan tanpa pengamatan objektivitas

penginderaan dan tidak disertai stimulus fisik yang adekuat (Sunaryo, 2004)

b) Varcarolis mendefinisikan halusinasi sebagai terganggunya persepsi sensori seseorang,

dimana tidak terdapat simulus (Yosep, 2009)

c) Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan

sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan

dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa

stimulus eksterem: persepsi palsu (Maramis, 2005).

JENIS-JENIS HALUSINASI

Menurut Stuart (2007) halusinasi terdiri dari:

a) Pendengaran

Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk

kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien,

bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami

halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien

disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.


b) Penglihatan

Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun,

bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias yang menyenangkan atau

menakutkan seperti melihat monster.

c) Penciuman

Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya bau-bauan

yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang,

atau dimensia.

d) Pengecapan

Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.

e) Perabaan

Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum

listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

2. Tanda dan gejala

Menurut Stuart dan Sundeen (1998) yang dikutip oleh Nasution (2003), seseorang yang

mengalami halusinasi biasanya memperlihatkan gejala-gejala yang khas yaitu

a) Menyeringai atau tertawa tidak sesuai

b) Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.

c) Respon verbal yang lambat.

d) Gerakan mata abnormal

e) Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan. Peningkatan sistem saraf

otonom yang menunjukkan ansietas misalnya peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan

darah.
f) Penyempitan kemampuan konsenstrasi

g) Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.

h) Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain. Kegiatan fisik yang

merefleksikan isi halusinasi seperti amuk dan agitasi. Tidak mampu berespon terhadap

petunjuk yang kompleks. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang

i) Menarik diri

3. Rentang respons
4. Penyebab

a. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi adalah faktor risiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah

sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh

baik dari klien maupun keluarganya. Faktor predisposisi dapat meliputi faktor

perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis dan genetik

1) Faktor Perkembangan

Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal

terganggu, maka individu akan mengalami stres dan kecemasan

2) Faktor Sosiokultural

Berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa

disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian di lingkungan yang

membesarkannya

3) Faktor Biokimia

Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang

mengalami stres yang berlebihan maka di dalam tubuhnya akan dihasilkan suatu

zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan

dimethytranferase (DMP)

4) Faktor Psikologis

Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya perwan ganda

bertentangan yang sering diterima oleh seseorang akan mengakibatkan stress

dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada gangguan orientasi realitas
5) Faktor Genetik

Gen yang berpengaruh dalam skizofrenia belum diketahui, tetapi hasil studi

menunjukan bahwa faktor keluarga menunjukan hubungan yang sangat

berpengaruh pada penyakit

b. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai

tantangan, ancaman atau tuntutan yang memerlukan energy ekstra untuk

menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan, seperti partisifasi klien dalam

kelompok, terlalu lama tidak diajak berkomunikasi, objek yang ada di lingkungan

dan juga suasana sepi atau terisolasi sering menjadi pencetus terjadinya halusinasi.

Hal tersebut dapat meningkatkan stres dan kecemasan yang merangsang tubuh

mengeluarkan zat halusinogenik

5. Sumber koping

Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi

seseorang. Individu dapat mengatasi stress dan ansietas dengan menggunakan sumber

koping yang ada di lingkungannya. Sumber koping tersebut dijadikansebagai modal

untuk menyelesaikan masalah. Dukungan social dan keyakinan budaya dapat

membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stres dan

mengadopsi strategi koping yang efektif


6. Mekanisme koping dan lainnya yang mendukung

Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada pengendalian stress,

termasuk upaya penyelesaian masalah secara langsung dan mekanisme pertahahan lain

yang digunakan untuk melindungi diri Mekanisme koping yang sering digunakan klien

dengan halusinasi adalah: Register, menjadi malas beraktifitas sehari-hari. Proyeksi,

mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada

orang lain atau sesuatu benda.

Menarik diri, sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus internal.

Keluarga mengingkari masalah yang dialami klien

C. Pohon Masalah

Effect Risiko tinggi perilaku kekerasan

Core problem Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

Causa Isolasi sosial

Harga diri rendah kronis

D. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul

1. Risiko tinggi perilaku kekerasan

2. Perubahan persepsi sensori: halusinasi

3. Isolasi sosial

4. Harga diri rendah kronik


E. Data yang Perlu Dikaji

Masalah Keperawatan Data Yang Perlu Dikaji

Perubahan persepsi Subjektif :


sensori : halsinasi 1. Klien mengatakan mendengar sesuatu
2. Klien mengatakan melihat bayangan putih
3. Klien mengatakan dirinya seperti disengat listrik
4. Klien mencium bau-bauan yang tidak sedap, seperti feses
5. Klien mengatakan kepalanya melayang di udara
6. Klien mengatakan dirinya merasakan ada sesuatu yang
berbeda pada dirinya

Objektif :
1. Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri saat dikaji
2. Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
3. Berhenti bicara di tengah-tengah kalimat untuk
mendengarkan sesuatu
4. Disorientasi
5. Konsentrasi rendah
6. Pikiran cepat berubah-ubah
7. Kekacauan alur pikiran

F. Diagnosis Keperawatan

Perubahan persepsi sensori : halusinasi


G. Rencana Tindakan Keperawatan

1. Tindakan keperawatan untuk klien

Tujuan tidakan untuk klien adalah sebagai berikut

a. Klien mengenali halusinasi yang dialaminya

b. Klien dapat mengontrol halusinasinya

c. Klien mengikuti program pengobatan secara optimal

2. Tindakan keperawatan

a. Membantu klien mengenali halusinasinya

Diskusi adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membantu klien

mengenali halusinasinya. Perawat dapat berdiskusi dengan klienb terkait isi

halusinasinya (apa yang didengat atau dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi

terjadinya halusinasi situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan perasaan

klien saat halusinasi muncul (komunikasinya sama dengan pengkajian diatas)

b. Melatih klien mengontrol halusinasi

Perawat dapat melatih empat cara dalam mengendalikan halusinasi pada klien.

Keempat cara tersebut adalah menghadrik halusinasi, bercakap-cakap dengan

orang lain, melakukan aktifitas yang terjadwal dan mengonsumsi obat secara

teratur

3. Tindakan keperawatan untuk keluarga klien

a. Tujuan tindakan untuk keluarga

Keluarga dapat merawat klien di rumah dan menjadi system pendukung yang

efektif untuk klien


b. Tindakan keperawatan

Keluarga merupakan faktor vital dalam penanganan klien gangguan jiwa di

rumah, hal ini mengingat keluarga adalah system pendukung terdekat dan orang

yang bersama-sama denga klien selama 24 jam. Keluarga sangat menentukan

apakah klien akan kambuh atau tetap sehat. Keluarga yang mendukung klien

secara konsisten akan membuat klien mempu mempertahankan program

pengobata secara optimal. Namun demikian, jika keluarga tidak mampu merawat

maka klien akan kambuh bahkan untuk memulihkannya kembali akan sangat

sulit. Oleh karena itu, perawat harus melatih keluarga agar mampu merawat klien

gangguan jiwa di rumah.

Pendidikan kesehatan kepada keluarga dapat dilakukan melalui tiga tahap.

Tahap pertama adalah menjelaskan tentang masalah yang dialami oleh klien dan

pentingnya peran keluarga untuk merawat klien. Tahap kedua adalah melatih

kelurga untuk merawat klien dan tahap yang ketiga yaitu melatih keluarga untuk

merawat klien langsung.

Informasi yang perlu disampaikan kepada keluarga meliputi pengertian

halusinasi, jenis halusinasi yang dialami oleh klien, tanda dan gejala halusiansi,

proses terjadinya halusinasi, cara merawat klien halusinasi (cara berkomunikasi,

pemberian obat dan pemberian aktivitas kepada klien) serta sumber-sumber

pelayanan kesehatan yang biasa dijangkauan


Daftar Pustaka

Airlanggaprofessionalnurse. Blogspot.com 08 April 2018

Firtia, Nita, 2011. Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan LP & SP Tindakan

Keperawatan, cetakan ketiga. Salemba medika, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai