Proposal Yulius
Proposal Yulius
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dan koping individu efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan
suatu kondisi yang bukan hanya bebas dari penyakit, kecacatan, kelemahan.
Tapi benar-benar kondisi positif dari kesejahteraan fisik, mental, sosial yang
kesehatan fisik merupakan proses fungsi fisik dan fisiologis, kepadanan dan
dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (David, 2009).
tidak dapat dilihat langsung, seperti pada masalah kesehatan fisik yang
secara nasional, negara telah dan akan kehilangan satu generasi sehat yang
Salah satu bentuk dari gangguan jiwa adalah munculnya gejala isolasi
adalah tidak merasa tertekan atau depresi.. Makna kesehatan jiwa mempunyai
kehidupan manusia dan dalam hubungannya dengan manusia lain. Jadi dapat
terakhir, jika kita cermati banyak mengalami kepedihan atau akibat perilaku
ledakan penduduk yang tidak merata karena sulitnya mencari kehidupan layak
sosial, sebab dalam kompetisi memiliki rumus hanya yang berkualitas dan
memiliki ketahanan fisik dan sosial yang mampu bertahan dan berkembang
akan tertinggal dengan berbagai akibat negatif bahkan menjadi sakit jiwa
4
(Stuart & Laraia, 2005). Skizofrenia adalah gangguan pada otak dan pola pikir
dengan gejala positif dan negatif. Gejala positif antara lain thought echo,
delusi, halusinasi, gejala negatif seperti: sikap apatis, bicara jarang, afek
kecemasan, depresi dan psikosomatik Perilaku yang sering muncul pada klien
skizofrenia: motivasi kurang (81%), isolasi sosial (72%), perilaku makan dan
(64%), kurang perhatian pada orang lain (56%), sering bertengkar (47%),
bicara pada diri sendiri (41%), dan tidak teratur makan obat (47%) (Stuart &
Larai, 2005). Dari data diatas mengindikasikan isolasi sosial adalah salah satu
lain sebagai sesuatu yang negatif atau keadaan yang mengancam (Nanda,
2005
60 juta orang terkena bipolar, 21 juta orang terkena Skizofrenia, serta 47,5
juta terkena dimensia. Jumlah penderita gangguan jiwa di indonesia saat ini
adalah 236 juta orang,dengan katagori gangguan jiwa ringan 6% dari populasi
dan 0,17% menerita gangguan jiwa berat, 14,3% diantara nya mengalami
5
gangguan jiwa di Indonesia saat ini mencapai lebih dari 28 juta orang dengan
kategori gangguan jiwa ringan (11,6 %), yang mengalami gangguan jiwa berat
(0,46 %), pada klien dengan masalah gangguan jiwa hanya (30-40 %) yang
dapat sembuh total, (30 %) yang berobat jalan, dan (30 %) lainnya harus
menjalani perawatan(Balitbangkes,2008).
sakit khusus jiwa Soeprapto kota Bengkulu didapatkan Data terbaru 2017
membuat kontak (Carpenito, 2007). Dari data tersebut bahwa isolasi sosial:
menarik diri dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain yang terdiri
dari faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Faktor predisposisi yang dapat
tahap pertumbuhan dan perkembangan yang belum dapat dilalui dengan baik,
adanya gangguan komunikasi didalam keluarga, selain itu juga adanya norma-
6
norma yang salah yang dianut dalam keluarga serta faktor biologis berupa gen
jiwa. Selain faktor predisposisi ada juga faktor presipitasi yang menjadi
penyebab antara lain adanya stressor sosial budaya serta stressor psikologis
pada pasien dengan isolasi sosial: menarik diri jika tidak dapat diatasi dengan
pengungkapan masalah yang tidak asertif yang dapat menuju kearah perilaku
kekerasan. Jika ini sudah terjadi maka akan dapat berdampak pada lingkungan
sertakan klien dalam aktifitas kelompok sosialisasi dan juga kontrol rutin
sosial yang dilatih pada klien, klien juga membutuhkan dukungan yang baik
dari dalam maupun luar keluarga serta lingkungan tempat tinggal klien.
Namun terkadang pengetahuan dan sikap keluarga klien masih kurang dalam
merawat anggota keluarganya yang baru saja pulang dari rumah sakit,
perilaku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga dapat bertindak lanjut
terhadap diri sendiri, dan juga mengarah ke perilaku bunuh diri. Untuk
klien dengan isolasi sosial menarik diri namun belum optimal, oleh karna itu
keperawatan jiwa pada Pasien dengan isolasi sosial di rumah sakit khusus jiwa
Soeprapto Bengkulu”.
B. Rumusan Masalah
Batasan masalah dalam penulisan proposal karya tulis ilmia ini adalah
asuhan keperawtan jiwa pada pasien dengan gangguan isolasi sosial di rumah
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
dengan isolasi sosial menarik diri di rumah sakit khusus jiwa Soeprapto
Bengkulu.
2. Tujuan khusus
Bengkulu.
masalah isolasi sosial menarik diridi rumah sakit khusus jiwa Soeprapto
Bengkulu.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
keperawatan jiwa.
2. Bagi pendidikan
kuliah keperawtan jiwa isolasi sosial dan menambah pengetahuan bagi para
pembaca.
Bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di rumah sakit
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
dengan baik tepat dan bahagia (Karl Menninger), Menurut michael Krick
Patrick mendefinisikan orang yang sehat jiwanya adalah orang yang bebas
dari gejala gangguan pisikis serta dapat berfungsi optimal sesuai apa yang
seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam
2008).
tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang
(Sunaryo, 2004)
orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat,
2010)
2. Etiologi
idividu tidak percaya pada diri, tidak percaya pada orag lain,ragu,takut
tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri,
menghindari dari orang lain, dan kegiatan sehari hari terabaikan. Faktor
12
faktor presipitasi
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor perkembangan
4) Faktor biologis
persentasenya 8%.
b. Faktor Presipitasi
isolasi sosial.
2) Stressor biokimia
14
a) Teori dopamine
b) Faktor endokrin
karena dihambat.
3. Manifestasi klinis
ditemukan data obyektif yaitu kurang spontan terhadap masalah yang ada,
bersedih), efek tumpul, menghindar dari orang lain, tidak ada kontak mata
atau kontak mata kurang, pasien lebih sering menunduk, berdiam diri dalam
lain. Bila tidak diberikan intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan
sendiri, orang lain bahkan lingkungan. Perilaku yang tertutup dengan orang
aktif).
Berdasarkan bagan 2.1 dapat dilihat rentang respon sosial dari respon
pengalaman.
16
hubungan interpersonal.
secara sukses.
4. MekanismeKoping
5. Penatalaksanaan
a. Terapi Psikofarmaka
menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial dan
b. Terapi Individu
c. Terapi kelompok
menjadi 2 yaitu:
b) Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu semua
dan BAK.
untuk pergi tidur. Pada pasien gangguan jiwa tingkah laku pergi
primer yang muncul pada gangguan jiwa. Dalam hal ini yang
yang meliputi:
sebagainya.
dan sebagainya.
berkomunikasi.
sakit.
21
1. Pengkajian
pengupulan data, analisa data, dan perumusan masalah pasien. Data yang di
a. Identitas pasien
c. Faktor predisposisi
kecelakaan.
menurun).
e. Keluhan fisik
kebersihan dirinya.
f. Aspeks psikososial
g. Konsep diri
mengungkapkan ketakutan.
h. Status mental
sering melamun.
orang lain.
melamun.
13) Daya tilik diri: Klien mengalami masalah daya tilik diri karena
i. Analisa Data
j. Daftar Masalah
k. Pohon Masalah
2. Diagnosa keperawatan
3. Perencanaan keperawatan
2. Harga Diri Tum:klien memiliki 1.Ekspresi wajah 1.Bina hubungan saling Hubungan saling
Rendah konsep diri bersahat percaya dengan percaya
yang positif menunjukan rasa mengungkapkan prinsip merupakan dasar
Tuk senang, ada komunikasi terapeutik. untuk kelancaran
1. Pasien dapat kontak mata, mau a) Sapa pasien dengan hubungan
membina berjabat tangan ramah baik verbal interaksi
hubungan mau menjawab maupun non verbal selanjutnya.
saling percaya salam , pasien mau b) Perkenalkan diri
duduk dengan sopan
berdampingan c) Tanyakan nama
dengan perawat , lengkap pasien dan
36
3. Gangguan Tum : Pasien dapat 1.Eksprepsi wajah 1.Bina hubungan saling Hubungan saling
persepsi mengonntrol bersahabat percaya dengan pecaya
sensori:halusin halusinasi menunjukan rasa mengungkapkan prinsip merupakan dasar
asi yang di alami. senang, ada komunikasi terapeutik: untuk kelancaran
kontak mata, mau a) Sapa pasien dengan hubungan
Tuk berjabat tangan, ramah baik verbal interaksi
1.Pasien dapat mau menyebutkan maupun non verbal selanjutnya.
membina hubungan nama, mau b) Perkenalkan diri
saling percaya menjawab salam, dengan sopan
pasien mau duduk c) Tanyakan nama
berdampingan lengkap pasien dan
dengan perawat , nama panggilan yang di
mau sukai pasien
mengutarakan d) Jelaskan tujuan
masalah yang di pertemuan
hadapi. e) Jujur dan menepati
janji
f) Tunjukan sikap empati
dan menerima pasien
apa adanya.
g) Beriperhatian pada
pasien dan perhatikan
kebutuhan dasar
pasien.
41
2. pasien dapat 2.pasien dapat 1.Adakah kontak sering dan Kontak sering tapi
mengenali menyebutkan singkat secara bertahap. singkat selain
halusinasi waktu, isi, frekuensi membina
nya. timbulnya hubungan saling
halusinasi. percaya, juga
dapat
memutuskan
halusinasi
mengendalikan
halusinasi nya
d) Mintak
keluarga/teman/perawat
jika nampak bicara
sendiri.
lakukan setelah
minuman obat.
7. Implementasi
dengan kondisi klien pada saat ini (here and now). Hubungan saling percaya antara
keperawatan.
1. Evaluasi
menilai efek dari tindakan keperawatan kepada klien. Evaluasi dilakukan terus
Evaluasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu evaluasi proses atau formatif yang
dilakukan tiap selesai melakukan tindakan keperawatan dan evaluasi hasil atau
sumatif yang dilakukan dengan membandingkan respons klien dengan tujuan yang
telah ditentukan.
tindakan keperawatan seperti “coba bapak sebutkan apa akibat dan dampak
tindakan dilakukan.
A:Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang
dengan tujuan.
P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon pasien
yang terdiri dari tindak lanjut pasien dan tindak lanjut perawat.