Anda di halaman 1dari 15

Laporan Praktikum 7

Fisiologi Manusia

PERCOBAAN DARAH I

Di Susun oleh :
Rizki Insyani Putri
163112620120069

UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS BIOLOGI
TAHUN 2016/2017
I. JUDUL : Percobaan Darah I
II. TANGGAL PERCOBAAN : 5 Desember 2017
III. TUJUAN :
 Menghitung jumlah sel darah merah (sel eritrosit)
 Menghitung jumlah sel darah putih (sel leukosit)
 Menghitung kadar hemoglobin (Hb)

IV. DASAR TEORI:

Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup. Dalam keadaan fisiologik,


darah akan selalu ada dalam pembuluh darah sehingga dapat menjalankan
fungsinya yaitu sebagai pembawa oksigen (oksigen carrier), mekanisme pertahanan
tubuh terhadap infeksi dan mekanisme hemostatis.
Darah adalah matrik cairan dan merupakan jaringan pengikat terspesialisasi yang
dibentuk dari sel-sel bebas (Bryon and Doroth, 1973). Darah terdiri dari komponen cair
yang disebut plasma dan berbagai unsur yang dibawa dalam plasma yaitu sel-sel darah.
Sel-sel darah terdiri dari eritrosit atau sel darah merah, yaitu sel yang mengangkut
oksigen, leukosit atau sel darah putih yaitu sel yang berperan dalam kekebalan dan
pertahanan tubuh dan trombosit yaitu sel yang berperan dalam homeostasis (Frandson,
1986).
A. Sel Darah Merah (Eitrosit)
Eritrosit merupakan bagian dari sel darah dengan jumlah terbanyak di dalam tubuh
yang produksinya berbeda antara masa janin dengan masa sesudah kelahiran. Dalam
beberapa minggu pertama kehidupan embrio, sel darah merah primitif yang berinti di
produksi di yolk sac. Kemudian memasuki pertengahan trimester masa gestasi, produksi
eritrosit diambil alih oleh hati (organ utama produksi eritrosit), limpa dan kelenjar limfe.
Setelah itu, kira-kira selama sebulan terakhir kehamilan dan sesudah lahir, eritrosit hanya
diproduksi di sumsum tulang.
Sumsum tulang dari semua tulang akan memproduksi eritrosit hingga seseorang
berumur 5 tahun, terkecuali bagian proksimal humerus (tangan) dan tibia (tulang kering).
Bagian proksimal humerus dan tibia hanya akan memproduksi sedikit eritrosit bahkan
kemudian tidak memproduksi lagi saat mencapai usia kurang lebih 20 tahun. Setelah usia
tersebut, eritrosit akan diproduksi dalam sumsum tulang membranosa, seperti vertebrae
(tulang belakang), sternum (tulang dada), costae (tulang rusuk) dan illium. Namun,
jumlah eritrosit yang diproduksi oleh sumsum tulang membranosa juga akan sedikit dan
berkurang seiring pertambahan usia seseorang.
Eritrosit merupakan cairan berwarna merah yang terdapat di dalam tubuh, dimana
warna merah dihasilkan dari Hb yaitu protein yang mengandung zat besi (Fe) dan
berperan dalam transpor Oksigen (O2) dan Carbondioksida(CO2). Eritrosit tidak memiliki
nukleus dan merupakan sel terbanyak dalam darah. Eritrosit adalah cakram bikonkaf
yang fleksibel dengan kemampuan menghasilkan energi sebagai adenosin trifosfat (ATP)
melalui jalur gikolisis anaerob (Embden Meyerhof) dan menghasilkan kekuatan
pereduksi sebagai NADH melalui jalur ini serta sebagai nikotamida adenine dinukleotida
fosfat tereduksi (NADPH) melalui jalur pintas heksosa monofosfat (hexsose
monophosphate shunt) (Hoffbrand et al, 2005).
Produksi eritrosit dirangsang oleh hormon eritropoietin. Setelah dewasa eritrosit
dibentuk di sumsum tulang membranosa. Sel pembentuk eritrosit adalah hemositoblas
yaitu sel batang myeloid yang terdapat di sumsum tulang. Semakin bertambah usia
seseorang, maka produktivitas sumsum tulang semakin turun. Sumsum kuning berlemak
yang tidak mampu melakukan eritropesis secara betahap menggantikan sumsum merah,
yang hanya tersisa disternum, vertebra, iga, dasar tengkorak, dan ujung-ujung atas
ekstermitas yang paling panjang. Sumsum merah tidak hanya menghasilkan sel darah
merah tetapi juga merupakan sumber leukosit dan trombosit, eritrosit. Rata-rata umur sel
darah merah kurang lebih 120 hari. Sel-sel darah merah menjadi rusak dan dihancurkan
dalam sistem retikulum endotelium terutama dalam limfa dan hati (Sherwood,2001).
Sel pertama yang diketahui sebagai rangkaian pembentukan eritrosit
disebut proeritorblas. Proeritorblas kemudian akan membelah beberapa kali. Sel-sel
baru dari generasi pertama ini disebut sebagai basofil eritroblas sebab dapat dicat
dengan warna basa. Sel-sel ini mengandung sedikit sekali hemoglobin. Pada tahap
berikutnya akan mulai terbentuk cukup hemoglobin yang disebut polikromatofil
eritroblas. Sesudah terjadi pembelahan berikutnya, maka akan terbentuk lebih banyak
lagi hemoglobin. Sel-sel ini disebut ortokromatik erotroblas dimana warnanya menjadi
merah. Akhirnya, bila sitoplasma dari sel-sel ini sudah dipenuhi oleh hemoglobin
sehingga mencapai kosentrasi lebih kurang 34%, maka nukleus akan memadat sampai
ukurannya menjadi kecil dan terdorong dari sel. Sel-sel ini disebut retikulosit.
Retikulosit berkembang menjadi eritrosit dalam satu sampai dua hari setelah dilepaskan
dari sumsum tulang.
Proses pembentukan eritrosit memerlukan :
a. Sel induk : CFU – E, BFU-E, normoblast(eritroblast)
b. Bahan pembentuk eritrosit : Besi, vitamin B12 , asam folat, protein dan lain-lain
c. Mekanisme regulasi : faktor pertumbuhan hemopoetik hormon eritropoetin. ( Bakta,
2006)
Eritrosit hidup dan beredar dalam darah tepi (lifespan) rata-rata selama 120 hari.
Setelah 120 hari eritrosit mengalami proses penuaan(senescence) kemudian dikeluarkan
dari sirkulasi oleh sistem RES. Apabila destruksi eritrosit terjadi sebelum waktunya (<
120 hari) maka proses ini disebut sebagai hemolisis. (Bakta, 2006)
Eritrosit matang merupakan suatu cakram bikonkaf dengan diameter sekitar 7
mikron. Eritrosit merupakan sel dengan struktur yang tidak lengkap. Sel ini hanya terdiri
atas membran dan sitoplasma tanpa inti sel. Komponen-komponen eritrosit terdiri atas :
a. Membran eritrosit
b. Sistem enzim : yang terpenting dalam Embden Mayerhoff Pathway : Pyruvatekinase
dalam pentose pathway : enzim G6PD (Glucose 6-Phosphate-dehydrogenase)
c. Hemoglobin : berfungsi sebagai alat angkut oksigen. (Bakta, 2006)
Kelainan eritrosit dapat digolongkan menjadi : kelainan berdasarkan ukuran
eritrosit(makrosit, mikrosit, anisositosis), kelainan berdasarkan bentuk (Ovalosit, sferosit,
schystocyte, teardrop cells, blister cells, acantocyte, sickle cells, stomatocyte, dan target
cells), kelainan berdasarkan warna eritrosit (Hipokromia, hiperkromia, anisokromasia,
polikromasia)
Hitung eritrosit adalah jumlah eritrosit per milimeter kubik atau mikroliter darah.
Untuk menghitung jumlah sel-sel eritrosit adda 2 metode yaitu metode manual dan
automatik, metode manual hampir sama dengan hitung leukosit yaitu menggunakan bilik
hitung. Peningkatan eritrosit dapat menyebabkan polisitemia, dehidrasi, hipertensi,
penyakit kardiovascular. Penurunan jumlah eritrosit dapat mengakibatkan kehilangan
darah, anemia, leukimia, infeksi kronis, mieloma multifel, cairan per intra vena
berlebihan.
Seperti hitung lekosit, untuk menghitung jumlah sel-sel eritrosit ada dua metode,
yaitu manual dan elektronik (automatik). Metode manual hampir sama dengan hitung
lekosit, yaitu menggunakan bilik hitung. Namun, hitung eritrosit lebih sukar daripada
hitung leukosit. Orang yang telah berpengalaman saja memiliki kesalahan yang cukup
besar dalam menghitung eritrosit (rata-rata sekitar 20%), apalagi orang yang belum
berpengalaman atau kerjanya kurang teliti.
Prinsip hitung eritrosit manual adalah darah diencerkan dalam larutan yang
isotonis untuk memudahkan menghitung eritrosit dan mencegah hemolisis. Larutan
Pengencer yang biasa digunakan adalah larutan hayem, larutan gower dan natrium klorid
0,85 %.
Angka Eritrosit adalah besaran yang menyatakan banyaknya eritrosit (sel darah
merah) setiap satuan volume darah. Angka eritrosit dinyatakan dalam satuan sel/μL (sel
per mikroliter) atau sel/L (sel per liter) darah. (Catatan: 1 liter = 1.000.000 mikroliter).
Nilai rujukan angka eritrosit normal untuk pria dewasa dan wanita dewasa (tidak sedang
hamil).
• Pria dewasa: 4,3 – 5,7 juta sel/μL (4,3 – 5,7 milyar sel/L)
• Wanita dewasa: 3,9 – 5,0 juta sel/ μL (3,9 – 5,0 milyar sel/L)

B. Sel Darah Putih (Leukosit)


Leukosit merupakan sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan hemopoetik
untuk jenis bergranula (polimorfonuklear) dan jaringan limpatik untuk jenis tak
bergranula (mononuklear), berfungsi dalam sistem pertahanan tubuh terhadap infeksi.
(Sutedjo, 2006)
Sel darah putih (leukosit) merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh,
mengendung inti dan mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral
organisme terhadap zat-zat asingan. Leukosit berfungsi menyediakan pertahanan yang
cepat dan kuat terhadap setiap agen infeksi yang ada. Didalam darah manusia, normal
didapati jumlah leukosit rata-rata 6000-10000 sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari 12000,
keadaan ini disebut leukositosis, bila kurang dari 5000 disebut leukopenia.
Fungsi primer sel darah putih adalah melindungi tubuh dari infeksi. Sel ini bekerja
dengan erat bersama protein respons imun, imunoglobulin dan komplemen Neutrofil,
eosinofil, basofil dan monosit yang merupakan fagosit; semua sel ini mengingesti dan
menghancurkan patogen dan debris sel. (Tarwoto 2007)
Leukosit terdiri dari 2 kategori yaitu bergranulosit dan agranulosit.
a) Granulosit, yaitu sel darah putih yang di dalam sitoplasmanya terdapat granula-
granula. Granula-granula ini mempunyai perbedaan kemampuan mengikat warna
misalnya pada eosinofil mempunyai granula berwarna merah terang, basofil
berwarna biru dan neutrofil berwarna ungu pucat.
b) Agranulosit, merupakan bagian dari sel darah putih dimana mempunyai inti sel satu
lobus dan sitoplasmanya tidak bergranula. Yang termasuk agranulosit adalah
limfosit, dan monosit. Limfosit terdiri dari limfosit B yang membentuk imunitas
humoral dan limfosit T yang membentuk imunitas selular. Limfosit B memproduksi
antibodi jika terdapat antigen, sedangkan limfosit T langsung berhubungan dengan
benda asing untuk di fagosit. (Tarwoto, 2007)
Proses pembentukan leukosit terdiri atas 2 proses, yaitu granulopoeisis dan
Limfopoesis. Granulopoeisis dimulai dengan keturunan pertama dari hemositoblas yang
dinamakan myeloblas selanjutnya berdiferensiasi secara berturut-turut melalui tahap
promyelosit, myelosit, metamyelosit batang dan segmen. Pada proses Limfopoesis,
limfosit juga berasal dari sel induk yang potensial, selanjutnya dengan pengaruh unsur-
unsur epitel jaringan limfoid akan berdiferensiasi menjadi limfosit.
Peningkatan jumlah leukosit (Leukositosis) menunjukkan adanya proses infeksi
atau radang akut misalnya pneumonia, meningitis, apendiksitis, tuberculosis, tonsillitis,
miokard infark, sirosis hepatis, luka bakar, kanker, leukimia, stress karena pembedahan
maupun gangguan emosi, anemia sel sabit, penyakit parasit, kolagen, dan anemia
hemolitik. Peningkatan leukosit juga bisa disebabkan karena obat-obatan (misalnya
aspirin, kalium yodida, ampicilin, dan lain sebagainya).
Penurunan jumlah leukosit (Leukopenia) dapat terjadi pada penderita infeksi
tertentu terutama virus, malaria, alkoholik, reumatoid artritis, dan penyakit hemopoetik(
anemia aplastik, pernisiosa). Leukopenia dapat juga disebabkan karena penggunaan obat
terutama sulfonamida, kemoterapi kanker, antibiotika( penicillin dan cefalosporin).
(Sutedjo, 2006)
Hitung leukosit menyatakan jumlah sel-sel leukosit per liter darah (SI Unit) atau
per mm3 darah. Untuk penerapan hitung leukosit ada 2 metode, yaitu manual dan
elektronik. Cara menghitung leukosit metode manual menggunakan pipet leukosit, kamar
hitung dan mikroskop sedangkan metode elektronik adalah cara semi automatik. Cara ini
lebih unggul karena tekniknya lebih mudah, waktu yang diperlukan lebih singkat dan
kesalahannya lebih kecil. Namun kelemahannya adalah harga alat mahal dan sulit
memperoleh reagen.
Dalam menghitung leukosit dengan cara manual, darah diencerkan dalam pipet
leukosit kemudian dimasukkan ke dalam kamar hitung. Jumlah leukosit dihitung dalam
volume tertentu dengan mengenakan faktor konversi jumlah leukosit per µL darah dapat
diperhitungkan. (Gandasoebrata, 1967)

C. Haemoglobin
Hemoglobin adalah kompleks protein-pigmen yang mengandung zat besi.
Kompleks tersebut berwarna merah dan terdapat didalam eritrosit. Sebuah molekul
hemoglobin memiliki empat gugus haeme yang mengandung besi fero dan empat rantai
globin (Brooker,2001).
Hemoglobin adalah suatu senyawa protein dengan Fe yang dinamakan conjugated
protein. Sebagai intinya Fe dan dengan rangka protoperphyrin dan globin (tetra phirin)
menyebabkan warna darah merah karena Fe ini. Eryt Hb berikatan dengan
karbondioksida menjadi karboxy hemoglobin dan warnanya merah tua. Darah
arteri mengandung oksigen dan darah vena mengandung karbondioksida (Depkes RI
dalam Widayanti, 2008).
Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin yaitu sebagai
berikut (Sophy, 2010)
a) Kecukupan besi dalam tubuh
Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia defisiensi besi akan
menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan kandungan
hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan mikronutrien esensial dalam
memproduksi hemoglobin yang berfungsi mengangkutoksigen dari paru-paru ke
jaringan tubuh, untuk dieksresikan kedalam udara pernafasan, sitokrom, dan
komponen lain yada sistem enzim pernafasan seperti sitokrom oksidase, katalase,
dan peroksidase. Besi berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel darah merah
dan mioglobin dalam sel otot.
b) Metabolisme sel dalam tubuh
Besi yang terdapat di dalam tubuh orang dewasa sehat berjumlah lebih dari 4 gram.
Besi tersebut berada di dalam sel-sel darah merah atau hemoglobin (lebih dari 2,5
g) (myoglobin 150 mg) phorphyrin cytochrome, hati, limpa sumsum tulang (>200-
1500 mg). Ada dua bagian besi dalam tubuh, yaitu bagian fungsional yang
dipakai untuk keperluan metabolik dan bagian yang merupakan cadangan.
Metabolisme besi dalam tubuh terdiri dari proses absorpsi, pengangkutan,
pemanfaatan, penyimpanan dan pengeluaran.
Kadar haemoglobin dalam darah maupun kerja atau fungsi haemoglobin yang
optimal dalam tubuh dipengaruhi oleh beberapa hal meliputi (Rindamusti,2012)
 Makanan atau gizi
 Fungsi jantun dan paru-paru
 Fungsi organ-organ tubuh lain
 Merokok
 Penyakit yang menyertai

Ada beberapa metode pemeriksaan hemoglobin. Diantara metode pemeriksaan


hemoglobin yang palng sering digubnakan dilaboratorium dan yang paling sederhana
adalah metode sahli.
Pada metode sahli, hemoglobin dihidrolisi dengan HCl menjadi globin ferroheme.
Ferroheme oleh oksigen yang ada di udara dioksidasi menjadi ferriheme yang akan segera
beraksi dengan ion Cl membentuk ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau
hemin yang berwarna coklat. Warna yang terbentuk ini dibandingkan dengan warna
standar (hanya dengan mata telanjang). Untuk memudahkan pertandingan, warna standar
dibuat konstan.yang diubah adalah warna hemin yang terbentuk. Perubahan warna hemin
dibuat dengan pengenceran sedemikian rupa sehingga warnanya sama dengan warna
standar. Karena yang membandingkan adalah dengan mata telanjang, maka subjektivitas
sangat berpengaruh. Di samping factor mata, factor lain, misalnya ketajaman, penyinaran
dan sebagainya dapat mempengaruhi hasil pembacaan.
V. Alat, Bahan dan Cara Kerja
Alat dan Bahan
a) Menghitung jumlah eritrosit/sel darah merah dan leukosit/sel darah
putih.
Hemositometer Neubauer yang terdiri dari :
1. Bilik hitung dan kaca penutupnya.
2. Pipet thoma (pengencer eritrosit) dengan tanda didalamnya terdapat butiran
berwarna merah dan skala pada pipet tersebut adalah 0,5-101.
3. Pipet leuco (pengencer leukosit) dengan tanda didalamnya terdapat butiran
berwarna putih dan skala pada pipet ini 0,5-11. Kedua pipet tersebut
dilengkapi dengan karet penghisap (aspirator).
4. Mikroskop cahaya dengan obyektif 10X dan 45X; okuler 10X.
5. Larutan pengencer yang digunakan adalaah larutan hayem untuk eritrosit
dan larutan turk untuk leukosit.
6. Alat pengambil darah yaitu lancet
7. Alkohol 70%, kertas atau kain penyerap yang halus/kertas tissue/kapas.
8. Cawan kecil atau gelas arloji untuk tempat larutan pengencer.
9. Alat pe nghitung (counter).
b) Menentukan kadar henoglobin darah (Hb).
1. Tabung hemoglobinometer sahlli
2. HCl 0,1 N
3. Tabung standart sahli

Cara Kerja
I. Menghitung jumlah eritrosit/sel darah merah.
1. Memersihkan ujung jari OP dengan alkohol 70%.
2. Menusuk/lukai ujung jari tersebut dengan menggunakan lancet.
3. Menghisap darah perifer pada ujung ajri OP dengan pipet thoma sampai
angka 0,5 lalu diencerkan dengan larutan hayem sampai angka 101, jangan
sampai ada gelembung udara.
4. Menghomogenkan larutan tersebut selama 5-30 detik dan diamkan pad suhu
kamar.
5. Menyiapkan bilik hitung dengan hati-hati, bersihkan dengan kain yang
bersih dan halus dan siapkan mikroskop.
6. Mengamati bilik hitung dibawah mikroskop dengan pembesaran 10X
(obyektif 10X dan okuler 10X) maka akan terlihat gambar kotak-kotak
seperti pada contoh gambar.

Gambar bilik hitung.

7. Menghitung jumlah sel darah merah pada 5 kotak R kecil yang terletak
dibagian tengah bilik hitung. Masing-masing kotak kecil itu terdiri dari 16
1 1 1
kotak dengan ukuran : 𝑚𝑚 𝑥 20 𝑚𝑚 = 400 𝑚𝑚2 luasnya, dan dalamnya
20
1
𝑚𝑚 sehingga jumlah isi ruangan yang dihitung eritrositnya adalah
10
1 1 1
: 5 𝑥 16 𝑥 400 𝑥 10 𝑚𝑚3 = 50 𝑚𝑚3 (=F bilik hitung) jadi jumlah sel eritrosit

adalah : 5R x F x P
R = jumlah sel darah merah yang dihitung (5 kotak)
F = faktor bilik hitung
P = pengenceran pipet
 Perhitungan :

Volume ruang bilik hitung yang digunakan 5 kotak R. Kamar hitung


1
Improved Neubauer : 5 x 16 x 50 𝑚𝑚3. Bila jumlah sel eritrosit yang dihitung = R

maka
1
𝑚𝑚3 adalah R butir
50

1𝑚𝑚3 adalah R x 50 butir

 Faktor koreksi pengenceran

Darah 0,5 ditambah larutan pengencer sampai 101 dikurangi 1 bagian yang
tidak ikut campur (dibuang), sehingga pengencerannya 200x jadi : jumlah butir
darah merah per mm3 darah adalah :

200 x 50 x R = R x 104 butir

II. Menghitung jumlah sel darah putih.


1. Menghisap darah perifer dengan pipet leuco sampai angka 0,5 selanjutnya
lanjutkan dengan menghisap reagen turk untuk mengencerkan sampai angka
11. Hindari jangan sampai ada gelembung udara.
2. Mengocok larutan selama 15- 30 detik dan diamkan pada suhu kamar.
3. Menyiapkan bilik hitung dan gelas penuupnya.
4. Setelah sampai waktunya, larutan yang diujung pipet dibuang sebanyak 3-4
tetes lalau diisikan ke dalam bilik hitung, lalu periksa dengan mikroskop
cahaya dengan pembesaran 10x dan 40x.
 Jumlah sel darah putih yang dihitung adalah : 4W x F x P

W : banyaknya sel yang dihitung

F : faktor bilik hitung

P : pengenceran pipet leuco

 Cara menghitung :

Utuk menghitung sel darah putih digunakan 4 kotak yang terletak di


keempat sudut bilik hitung ( yang masing-masing) terdiri dari 16 bujur sangkar,
pada gambar diberi tanda huruf W). Satu kotak mempunyai luas 1 mm2 dan
1
dalamnya 𝑚𝑚, jadi ruangan untuk menghitung jumlah leukosit seluruhnya
10
1 4
mempunyai isi = 4 x 1 x 10 𝑚𝑚3 = 10 𝑚𝑚3. Bila jumlah leukosit di dalam ruangan
4
tersebut = W butir maka 1mm3 = 10 𝑥 𝑊.
 Faktor pengenceran :

Darah 0,5 ditambah larutan pengencer sampai angka 11 dikuangi 1 bagian


yang tidak ikut tercampur, dibuang sehingga pengencerannya 20 kali: jadi jumlah
10
leukosit dalam 1mm3 darah = 20 𝑥 𝑥 𝑊 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟 = 50 𝑥 𝑊 𝑏𝑢𝑡𝑖𝑟.
4

 Teknik mengisi bilik hitung :

Larutan yang ada pada pipet bagian ujung yang tidak ikut terkocok
dibuang 3-4 tetes, kemudian masukkan dengan hati-hati setetes cairan ke dalam
bilik hitung dengan cara menempelkan ujung pipet pada tempat pertemuan antara
dasar bilik hitung dengan kac apenutup. Biarkan butir-butir darah yang ada dibilik
hitung mengendap, lalu hitung jumlah butir-butir darah putih (leukosit) dengan
menggunakan teknik berikut :

Semua butir darah yang terletak di dalam kotak yang telah ditentukan
dihitung jumlahnya. Bila ada butir darah yang terletak pada garis tepi bujur
sangkar, maka yang dimasukkan dalam perhitungan adalah yang terletak pada dua
buah garis/sisi yang membentuk sudut.

III. Menentukan kadar Hemoglobin dengan cara sahli.


1. Mengisi tabung hemoglobinometer dengan HCl 0,1 N sampai angka 2.
2. Menyiapkan darah perifer lalu dihisap dengan pipet sahli sampai angka
20, kemudian dimasukkan kedalam larutan HCl 0,1 N pada tabung
hemoglobinometer sahli yang telah disiapkan. Bilas demgan pipet 2-3 kali
hingga pipet bersih dari darah.
3. Tabung dikocok sampai homogen dan kemudian diberdirikan di tengah
tabung sahli.
4. Perlahan- lahan isi tabung diencerkan dengan akuades sampai warnanya
sama dengan warna standart pada tabung sahli.
5. Membaca hasil dengan melihat miniskus cairan.
6. Skala pada tabung sahli menunjukkan kadar Hb dengan gram/dl.

VI. HASIL PERCOBAAN


TERLAMPIR
VII. PEMBAHASAN
a) Menghitung jumlah sel darah merah
Sel darah merah atau eritrosit merupakan sel yang paling sederhana yang
ada di dalam tubuh. Eritrosit merupakan sel terbanyak dalam tubuh darah dan
sangat diperlukan dalam proses oksigenasi organ tubuh. Dengan mengetahui
keadaan eritrosit dapat mengetahui juga keadaan organ tubuh seseorang.
Pada praktikum ini, cara menghitung eritrosit dilakukan dengan cara
manual yaitu dengan menggunakan hemocytometer. Didapatkan jumlah sel darah
merah OP Rizki Insyani Putri yaitu 4.870.000 sel/ μL. Berdasarkan hasil yang
didapatkan, OP memiliki jumlah sel darah merah normal, berdasarkan dengan
nilai normal yang diketaui yaitu wanita dewasa: 3,9 – 5,0 juta sel/ μL.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil laboratorium antara lain adalah:


1. Pengambilan sampel darah di daerah lengan yang terpasang jalur intra-
vena menyebabkan hitung eritrosit rendah akibat hemodilusi
2. Pengenceran tidak tepat
3. Larutan pengencer tercemar darah atau lainnya
4. Alat yang dipergunakan seperti pipet, bilik hitung dan kaca penutupnya
kotor dan basah
5. Penghitungan mikroskopik menggunakan perbesaran lemah (10x)

Leukosit bertanggung jawab terhadap sistem imun tubuh dan bertugas untuk
memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal
virus atau bakteri. Penghitungan jumlah leukosit juga dilakukan dengan cara
manual. Dari hasil praktikum dengan OP yang sama diperoleh hasil bahwa jumlah
sel darah putih OP masih dalam batas normal yaitu 7.350 sel/µl, dengan nilai
normal yang diketahui adalah 4.000-10.000 sel/µl. Artinya OP dalam keadaan
sehat dan tidak terkena virus maupun bakteri.
Kesalahan-kesalahan pada tindakan menghitung leukosit :
1. Jumlah darah yang diisap kedalam pipet tidak tepat, jika :
2. Pengenceran dalam pipet salah, jika:
 Kehilangan cairan dari pipet, karena mengalir kembali kedalam botol
berisi larutan turk
 Tidak menghisap larutan turk sampai tanda garis11
 Terjadi gelembung udara didalam pipet pada waktu menghisap larutan
turk
 Terbuang sedikit cairan pada waktu mencabut karet penghisap dari
pipet
3. Tidak mengocok pipet segera setelah mengambil larutan turk
4. Tidak mengocok pipet sebentar sebelum mengisi kamar hitung
5. Tidak membuang beberapa tetes dari isi pipet sebelum mengisi kamar
hitung
6. Kamar hitung/kaca penutup kotor

Menentukan kadar hemoglobin darah.


Dengan metede sahli, HCl 0,1 N di masukkan tabung sahli sampai angka
2 dan masukkan dengan darah perifer yang telah di hisap dengan pipet sahli
sampai angka 20 sampai darah d pipet sahli hilang dengan cara di kocok-kocok
dengan HCl 0,1 N yang ada di dalam tabung sahli. Lalu encerkan isi tabung
dengan aquades sampai warnanya sama dengan warna standar pada tabung.
Dari hasil praktikum diperoleh kadar Hemoglobin OP lebih tinggi dari
nilai normal, yaitu 14,0 g/dl, dimana nilai normal nya adalah 13,8 g/dl. Ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penentuan kadar hemoglobin
diantaranya yaitu : pengaruh obat, tinggal di dataran tinggi menyebabkan
peningkatan kadar hemoglobin, kurangnya asupan atau kehilangan cairan akan
meningkatkan kadar hemoglobin akibat hemokonsentrasi, dan kelebihan asupan
cairan akan mengurangi kadar hemoglobin akibat delusi.
Kesalahan-kesalahan yang bias terjadi pada pemeriksaan kadar
hemoglobin metode sahli:
1. Tidak tepat dalam pengambilan darahnya
2. Darah dalam pipet tidak sempurna dikeluarkan ke dalam HCl karena tidak
dibilas
3. Tidak baik mengaduk campuran darah dan asam pada waktu pengenceran
4. Tidak memperhatikan waktu yang seharusnya berlalu untuk mengadakan
perbandingan-perbandingan warna
5. Kehilangan cairan dari tabung karena untuk mencampur isinya tabung
dibolak-balikan dengan menutupnya dengan ujung jari
6. Ada gelembung udara pada permukaan pada saat pembacaan
7. Membandingkan warna pada cahaya yang kurang terang, mengunaka
tabung pengencer yang tidakiperuntukkan alat yang dipakai.

VIII. Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
Berdasarkan pemeriksaan jumlah eritrosit dan leukosit pada OP Rizki Insyani Putri,
dapat diketahu bahwa OP dalam keadaan sehat dilihat dari jumlah leukosit dan
eritrosit yang berada pada batas nilai normal. Dan berdasarkan hasil pemeriksaan
kadar Hb OP diatas nilai normal.
Saran
Dalam melakukan praktikum sebaiknya menggunakan alat pelindung diri (APD)
yang legkap demi keamanan. Dalam melakukan hitung jumlah sel darah sebaiknya
dilakukan dengan teliti.

IX. Daftar Pustaka


Noortiningsih. 2015. Fisiologi Hewan & Manusia (Modul Praktikum). Universitas
Nasional, Jakarta.
Aha. (Agustus 2016) Pengertian Struktur, Fungsi, Pembentukan Eritrosit.
http://www.ilmudasar.com/2016/08/Pengertian-Struktur-Fungsi-Proses-
Pembentukan-Eritrosit-adalah.html diakses 10 Desember 2017
Bakta Imade, 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Salam M Sofro A, 2000. Darah. Pustaka pelajar. Yogyakarta
(Februari 2017) Angka Eritrosit Normal untuk Pria dan Wanita
http://ukurandansatuan.com/berapa-angka-eritrosit-normal-untuk-pria-dan-
wanita.html/ diakses 10 Desember 2017
Airam Y. (2016) Pemeriksaan Hb. www.academia.edu diakses 10 Desember 2017

Anda mungkin juga menyukai