Anda di halaman 1dari 4

STANDARD AUDIT 500

Prosedur konfirmasi dan Bukti Audit SPA 500 mengindikasikan bahwa keandalan
bukti audit dipengaruhi oleh sumber dan sifatnya, dan ini tergantung pada kondisi individual
yang dari situ bukti audit tersebut diperoleh. SPA juga mencakup generalisasi berikut yang
relevan terhadap bukti audit:
(a) Bukti audit lebih andal ketika diperoleh dari sumber independen di luar entitas.
(b) Bukti audit yang diperoleh secara langsung oleh auditor lebih andal daripada bukti audit
yang diperoleh secara tidak langsung atau oleh kesimpulan sendiri.
(c) Bukti audit lebih andal dalam bentuk format dokumen, baik dalam bentuk kertas,
elektronik atau media lainnya. Oleh karena itu, tergantung pada kondisi audit, bukti audit
dalam bentuk konfirmasi eksternal yang diperoleh auditor secara langsung dari pihak yang
dikonfirmasi dapat lebih andal dibandingkan dengan bukti audit dari pihak internal entitas.

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 330 (PSA No. 07) mengatur mengenai
Proses Konfirmasi dalam pelaksanaan audit. Paragraf 4 mendefinisikan konfirmasi sebagai
proses pemerolehan dan penilaian suatu komunikasi langsung dari pihak ketiga sebagai
jawaban atas suatu permintaan informasi tentang unsur tertentu yang berdampak terhadap
asersi laporan keuangan. SA Seksi 326 mendefinisikan asersi sebagai pernyataan yang dibuat
oleh satu pihak yang secara implisit dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain (pihak
ketiga). Untuk laporan keuangan historis, asersi merupakan pernyataan dalam laporan
keuangan oleh manajemen sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Konfirmasi dilaksanakan untuk memperoleh bukti dari pihak ketiga mengenai asersi laporan
keuangan yang dibuat oleh manajemen. Pada dasarnya, bukti audit yang berasal dari pihak
ketiga dianggap lebih dapat diandalkan dibandingkan dengan bukti yang berasal dari dalam
perusahaan yang sedang diaudit. SA Seksi 326 (PSA No.07) tentang Bukti Audit menyatakan
bahwa, pada umumnya, dianggap bahwa “Bukti audit yang diperoleh dari sumber independen
di luar entitas memberikan keyakinan yang lebih besar atas keandalan untuk tujuan audit
independen dibandingkan dengan bukti audit yang disediakan hanya dari dalam entitas
tersebut.”.
Sedangkan prosedur wawancara dengan klien adalah metode pengumpulan bukti audit
yang melibatkan pertanyaan baik lisan maupun tulisan oleh auditor. Pertanyaan-pertanyaan
ini dibuat secara intern kepada manajemen atau pegawai klien. Wawancara dilakukan kepada
manajemen dan pegawai klien karena manajemen dan pegawailah yang paling mengetahui
operasi dan pengendalian internal klien. Informasi yang diperoleh auditor dari wawancara
kepada klien memiliki keandalan yang terbatas karena informasi ini diperoleh dari pihak
internal klien. Dengan demikian, melalui prosedur konfirmasi dapat diproleh bukti yang lebih
handal bagi auditor daripada wawancara dengan klien. b.Kapan bukti konfirmasi dipandang
sebagai bukti yang tidak handal oleh auditor SPA 500 menunjukkan bahwa meskipun bila
bukti audit diperoleh dari berbagai sumber eksternal entitas, keadaan mungkin ada yang
berdampak pada keandalannya. Semua repons konfirmasi membawa beberapa risiko dari
intersepsi, perubahan, atau kecurangan. Risiko tersebut ada terlepas apakah balasan diperoleh
dalam bentuk kertas, elektronik, atau media lainnya.
Faktor yang mungkin menunjukkan keraguan atas keandalan respons mencakup:
a) diterima oleh 9auditor secara tidak langsung; atau
b) tidak berasal dari pihak yang sebenarnya dimaksudkan untuk dikonfirmasi Respons
yang diterima secara elektronik, sebagai contoh dengan faksmili atau email, mengandung
risiko keandalan karena pembuktian asal dan wewenang responden mungkin sulit untuk
ditentukan serta perubahannya mungkin sulit untuk dideteksi. Suatu proses yang digunakan
oleh auditor dan responden dalam membuat suatu lingkungan yang aman untuk respons yang
diterima secara elektronik dapat menurunkan risiko ini. Jika auditor puas bahwa proses
seperti itu aman dan terkendali dengan semestinya keandalan balasan yang bersangkutan
menjadi meningkat. Suatu proses konfirmasi elektronik dapat memasukkan berbagai teknik
untuk validasi identitas pengirim informasi dalam format elektronik tersebut, sebagai contoh,
melalui enkripsi, tandatangan digital elektronik, dan prosedur untuk verifikasi keaslian situs
web. Jika pihak yang dikonfirmasi menggunakan pihak ketiga untuk mengkoordinasi dan
menyediakan respons untuk permintaan konfirmasi, auditor dapat melaksanakan prosedur
yang ditujukan untuk risiko tersebut:
(a) Respons mungkin dapat berasal bukan dari sumber yang benar;
(b) Seorang responden mungkin bukan pihak yang berwenang untuk merespons; dan
(c) Integritas transmisi kemungkinan dikompromikan.
Auditor diharuskan oleh SPA 500 untuk menentukan apakah memodifikasi atau menambah
prosedur untuk menyelesaikan keraguan terhadap keandalan informasi yang digunakan
sebagai bukti audit. Auditor dapat memilih untuk melakukan verifikasi atas sumber dan isi
respons permintaan konfirmasi dengan menghubungi pihak yang dikonfirmasi. Sebagai
contoh, bila pihak yang dikonfirmasi merespons melalui email, auditor dapat menghubungi
pihak yang dikonfirmasi untuk menentukan apakah benar pihak yang dikonfirmasi yang
sebenarnya mengirimkan balasan. Bila suatu respons telah kembali ke auditor secara tidak
langsung (sebagai contoh, karena pihak yang dikonfirmasi salah mengirimkan konfirmasi
kepada entitas daripada mengirimkannya kepada auditor), auditor dapat meminta pihak yang
dikonfirmasi untuk merespons secara tertulis langsung kepada auditor. Dengan sendirinya,
suatu respons lisan terhadap suatu permintaan konfirmasi tidak memenuhi definisi sebagai
konfirmasi eksternal karena bukan merupakan respons tertulis secara langsung kepada
auditor. Namun, pada waktu memeroleh respons lisan atas permintaan konfirmasi, auditor
mungkin dapat, tergantung keadaan, meminta pihak yang dikonfirmasi untuk merespons
secara tertulis langsung kepada auditor.

c.Hasil observasi fisik persediaan dipandang sebagai bukti yang tidak handal Observasi
digunakan ketika auditor ingin menguji keberadaan suatu aset fisik guna mengetahui
kesesuaian mutu dengan kriteria. Observasi dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan
pemotretan, perekaman, dan/atau pengambilan fisik objek yang dilakukan oleh auditor.
Observasi merupakan suatu hal yang berbeda dengan pengujian fisik. Observasi difokuskan
pada aktivitas klien untuk mengetahui siapa mereka atau bagaimana dan kapan mereka
melakukannya sedangkan pengujian fisik melibatkan penghitungan atas aktiva tertentu.
Tujuann9ya adalah untuk memperkuat atau melengkapi informasi yang berkaitan dengan
audit. Prosedur utama untuk mengaudit keberadaan persediaan adalah pengamatan/observasi
atas persediaan. Klien memiliki tanggung jawab untuk melakukan penghitungan fisik
persediaan secara akurat. Auditor mengamati penghitungan ini untuk meyakinkan diri bahwa
prosedur penghitungan yang dimiliki telah dilaksanakan secara sungguh-sungguh oleh klien
sehingga hal ini merupakan jaminan yang sangat beralasan atas jumlah akhir penghitungan
persediaan. Observasi kurang dapat diandalkan karena terdapat risiko bahwa karyawan klien
yang terlibat aktivitas-aktivitas yang sedang diobservasi telah menyadari kehadiran auditor
sehingga pada saat dilakukan observasi, karyawan klien akan mengubah perilakunya dengan
melaksanakan tanggungjwabnya sesuai dengan kebijakan perusahaan.
d.Prosedur analitis merupakan bukti yang penting Prosedur analitis adalah metode
pengumpulan bukti audit yang digunakan auditor dengan cara melakukan mempelajari data
klien, lalu mencari berbagai perbandingan atas data klien yang berupa saldo dan rasio klien,
kemudian mencari hubungan-hubungan dari data tersebut. Prosedur analitis menghasilkan
bukti analitis. Dalam PSA no 22/SA Seksi 329) dijelaskan bahwa prosedur analitik
merupakan bagian penting dalam proses audit dan terdiri dari evaluasi terhadap informasi
keuangan yang dibuat dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan
yang satu dengan data keuangan lainnya, atau antara data keuangan dengan data
nonkeuangan. Prosedur analitik mencakup perbandingan yang paling sederhana hingga model
yang rumit yang mengaitkan berbagai hubungan dan unsur data. Asumsi dasar penerapan
prosedur analitik adalah bahwa hubungan yang masuk akal di antara data dapat diharapkan
tetap ada dan berlanjut, kecuali jika timbul kondisi yang sebaliknya. Kondisi tertentu yang
dapat menimbulkan penyimpangan dalam hubungan ini mencakup antara lain, peristiwa atau
transaksi yang tidak biasa, perubahan akuntansi, perubahan usaha, fluktuasi acak, atau salah
saji.
Pemahaman hubungan keuangan adalah penting dalam merencanakan dan
mengevaluasi hasil prosedur analitik, dan secara umum juga menuntut dimilikinya
pengetahuan tentang klien dan industri yang menjadi tempat usaha klien. Pemahaman atas
tujuan prosedur analitik dan keterbatasannya juga penting. Oleh karena itu, identifikasi
hubungan dan jenis data yang digunakan, serta kesimpulan yang diambil apabila
membandingkan jumlah yang tercatat dengan yang diharapkan, membutuhkan pertimbangan
auditor.Prosedur analitik digunakan dengan tujuan sebagai berikut:
a. Membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit
lainnya.
b. Sebagai pengujian substantif untuk memperoleh bukti tentang asersi tertentu yang
berhubungan dengan saldo akun atau jenis transaksi.
c. Sebagai review menyeluruh informasi keuangan pada tahap review akhir audit.
Dengan demikian prosedur analitis menjadi bukti yang penting karena dapat digunakan
auditor untuk menilai kelayakan data, untuk memahami industri dan bisnis klien, menilai
kemampuan keberlanjutan bisnis entitas, menunjukkan munculnya kemungkinan kesalahan
pengujian dalam laporan keuangan, serta mengurangi pengujian audit rinci

Anda mungkin juga menyukai