Oleh:
YOGYAKARTA
2018
LEMBAR PERNYATAAN HASIL KEASLIAN HASIL
PENELITIAN
karya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa ada beberapa bagian
dari karya ini adalah bukan hasil karya sendiri, maka saya siap menanggung
sebagaimana mestinya.
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
Menyetujui:
Pembimbing Penelitian
Mengetahui:
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena limpahan rahmat
menyusun laporan Penelitian tepat pada waktunya. Laporan Penelitian ini disusun
Sholawat serta Salam tidak lupa pula kami sampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan (zaman
kebodohan) menuju ke zaman yang terang benderang dan ilmu pengetahuan seperti
saat ini.
Penelitian ini merupakan salah satu syarat wajib yang harus ditempuh
dalam Program Studi Teknik Kimia. Selain untuk menyelesaikan program studi
yang kami tempuh, penelitian ini juga telah memberikan banyak manfaat kepada
penulis baik dari segi akademik maupun untuk pengalaman yang tidak dapat penulis
bantuan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
penelitian ini.
2. Kedua Orang Tua kami yang telah memberikan banyak dukungan, baik itu
iv
3. Ibu Lucky Wahyu Nuzulia S., S.T., M.Eng. selaku dosen pembimbing
4. Bapak Ir. Drs Fasial R.M., M.T., Ph.D., selaku Kepala Jurusan Teknik
6. Dan seluruh pihak yang terkait yang tidak dapat kami sebutkan satupersatu
penyusunan laporan ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga laporan
Kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak,
apabila di dalam penulisan ini terdapat kesalahan atas nama penyusunan kami
Penulis
v
DAFTAR ISI
2.3.3 Esterifikasi....................................................................................... 13
vi
2.3.4 Transesterifikasi ............................... Error! Bookmark not defined.
3.2 Cara Kerja Pembuatan Biodiesel dari Minyak Dedak Padi ............. Error!
4.1 Krakteristik Minyak Dedak Padi ............. Error! Bookmark not defined.
4.2 Pengaruh Rasio Perbandingan Minyak dan Metanol Terhadap Hasil yang
4.3 Pengaruh Suhu Terhadap Perolehan Biodiesel ...... Error! Bookmark not
defined.
not defined.
vii
4.5 Hasil Pengujian Biodiesel Berdasarkan Alat Uji Terkini ................ Error!
4.5.2 Hasil uji FT-IR kandungan Asam Lemak Biodiesel dari Minyak
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Rangkaian Alat Proses ...................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 3.2. Menentukan Bilangan Asam ............. Error! Bookmark not defined.
Gambar 3.3. Proses Persiapan Bahan Baku ........... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.1. Grafik Perbandingan Mol Minyak dan Methanol terhadap Methyl
Gambar 4.2. Pengaruh Variasi Suhu terhadap Metil Ester yang Dihasilkan pada
Kondisi Perbandingan 1:10 dan Katalis 1%........... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.3. Pengaruh Jumlah %Katalis terhadap Biodiesel yang dihasilkan pada
kondisi perbandingan 1:10 dan suhu 60 °C ........... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.4. Komposisi Asam Lemak penyusun Biodiesel dari minyak dedak padi
ix
Gambar 4.5. Hasil uji GCMS kandungan Asam Lemak Biodiesel dari Minyak
Gambar 4.6. Hasil uji GCMS kandungan Asam Lemak tertinggi yang menyusun
Biodiesel dari Minyak Dedak Padi ........................ Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.7. Hasil uji FT-IR kandungan Asam Lemak Biodiesel dari Minyak
Gambar 5.1. Sampel Metil Ester 1:6, Katalis 1% .. Error! Bookmark not defined.
Gambar 5.2. Sampel Metil Ester 1:8, Katalis 1% .. Error! Bookmark not defined.
Gambar 5.3. Sampel Metil Ester 1:12, Katalis 1% Error! Bookmark not defined.
Gambar 5.4. Sampel Metil Ester 1:10, Katalis 1%, Suhu 60C .. Error! Bookmark
not defined.
Gambar 5.5. Sampel Metil Ester 1:10, Katalis 1%, Suhu 50C .. Error! Bookmark
not defined.
Gambar 5.6. Sampel Metil Ester 1:10, Katalis 1%, Suhu 40C .. Error! Bookmark
not defined.
Gambar 5.7. Sampel Metil Ester 1:10, Katalis 0,5%, Suhu 60C .................. Error!
Gambar 5.8. Sampel Metil Ester 1:10, Katalis 1,5%, Suhu 60C .................. Error!
Gambar 5.9. Sampel Metil Ester 1:10, Katalis 2%, Suhu 60C .. Error! Bookmark
not defined.
Gambar 5.10. Hasil Perhitungan Densitas ............. Error! Bookmark not defined.
x
Gambar 5. 11. Proses Reaksi Pembuatan Biodiesel ............. Error! Bookmark not
defined.
Gambar 5.12. Proses reaksi dan Rangkaian Alat ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 5.14. Fase yang Terbentuk ....................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 5.15. Biodiesel yang Dihasilkan ............... Error! Bookmark not defined.
Gambar 5.16. Gliserol yang Dihasilkan ................. Error! Bookmark not defined.
Gambar 5.17. Sampel-Sampel yang Dihasilkan .... Error! Bookmark not defined.
Gambar 5.18. Sample Bilangan Penyabunan ......... Error! Bookmark not defined.
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Pengaruh Rasio Minyak dan Methanol terhadap Methyl Ester yang
dihasilkan………………………………………………………………………...Er
ror! Bookmark not defined.Tabel 4.2. Pengaruh Variasi Suhu terhadap Methyl
dihasilkan………………………………………………………………………...Er
ror! Bookmark not defined.Tabel 4.4. Komposisi Asam Lemak Biodiesel dari
xii
ABSTRAK
total volume produk biodiesel. Gliserol dapat diolah menjadi produk ekonomi
seperti triasetin. Triasetin adalah salah satu bioaditif untuk meningkatkan angka
oktan pada bahan bakar minyak. Triasetin dihasilkan dari reaksi antara gliserol dan
asam asetat dimana gliserol dapat diperoleh dari hasil samping pembuatan
katalis baik katalis padat ataupun katalis cair. Reaksi triasetin penelitian ini
menggukanan dua jenis katalis padat yaitu lewatit dan zeolite alam. Reaksi
berlangsung dalam reactor batch labu leher tiga yang dilengkapi dengan pemanas
xiii
mantel, pendingin balik, dan pengaduk pada kecepatan 235 rpm pada temperature
1000C.
ABSTRACT
The growing depletion of fossil energy and energy needs, making Biodiesel
friendly, non-toxic, and has low emission gas. Biodiesel is produced from
of rice bran oil (RBO) using base catalyst. The effect of the methanol molar ratio
on oil (6:1, 8:1, 10:1 and 12:1), the catalyst mass ratio to oil (0.5%, 1%, 1.5%, and
2%) and the reaction temperature (40oC, 50oC and 60oC) were studied for biodiesel
yields to optimize the reaction conditions. The results showed that the optimum
xiv
condition was the ratio of methanol to 10:1 molar oil, the amount of catalyst 1%,
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
resin, dan dapat juga digunakan sebagai zat aditif dalam bahan bakar cair untuk
mengurangi knocking pada mesin (Nuryoto, dkk., 2010). Penggunaan triasetin
sebagai zat aditif dinilai sangat menjanjikan karena triasetin berasal dari bahan baku
yang terbarukan dan ramah lingkungan.
Triasetin dapat dihasilkan melalui proses esterifikasi gliserol, dimana
gliserol direaksikan dengan asam organik maupun asam anorganik untuk
membentuk gliserol ester (Abdurrakhman, 2013). Reaksi esterifikasi dapat
dilangsungkan dengan bantuan katalis asam dan reaksinya bersifat reversible.
Tanpa keberadaan asam kuat, reaksi esterifikasi akan berjalan sangat lambat, tetapi
akan mencapai kesetimbangan dalam waktu singkat ketika asam kuat dan alkohol
berada dalam sistem reaksi bersama (Fessenden & Fessenden, 1982). Triasetin
diterapkan secara luas untuk farmasi, kosmetik dan aditif bahan bakar, sementara
monoasetin dan diasetin telah diterapkan di industri kriogenik dan sebagai bahan
baku untuk memproduksi biodegradable polyester (Rahmat, et.al., 2010).
Beberapa alternatif sintesis industri untuk pemanfaatan gliserol, salah satunya
adalah proses asetilasi gliserol dan asam asetat. Produk dari proses ini memiliki
aplikasi industri besar, seperti triasetin telah digunakan untuk industri kosmetik dan
farmasi, sementara monoasetin dan diasetin telah diterapkan di industri kriogenik
dan digunakan sebagai bahan baku biodegradable pembuatan poliester (Galan
et.al., 2009; Reddy et.al., 2010; Rahmat, et.al., 2010). Selain itu, triasetin adalah
bahan kimia alternatif yang menjanjikan untuk diubah menjadi bahan bakar aditif
(Rao and Rao, 2011; Ferreira et.al., 2009; Hou et.al., 1998). Pencampuran 10%
(b/b) dari triasetin untuk biodiesel dapat memberikan kinerja yang lebih baik
dibandingkan dengan biodiesel murni (Zang and Yuan, 2001).
1. Rasio mol reaktan gliserol dan asam asetat (1:6, 1:7, 1:8) yang
memberikan selektivitas triasetin tertinggi
2. Katalis lewatit dan zeolite alam yang memberikan selektivitas
triasetin tertinggi
3
1. Subyek penelitian ini adalah triacetin dari hasil reaksi antara gliserol
dan asam asetat dengan variasi katalis dan rasio mol reaktan.
2. Objek penelitiannnya adalah sintesis triasetin.
3. Tempat penelitian laboratorium kimia dasar Universitas Islam
Indonesia, yang terletak di Jl. Kaliurang Km 14,5, Sardonoharjo,
Ngaglik, Sleman, Yogyakarta
4. Proses pengolahan esterifikasi
5. Instrumen yang digunakan untuk esterifikasi adalah rangkaian alat
esterifikasi dan GCMS sebagai alat uji.
1.4 Tujuan Penelitian
mengetahui kondisi yang paling optimum untuk menghasilkan biodiesel dilihat dari
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biodiesel
alkohol, atau secara kimia didefinisikan sebagai mono-alkil ester dari asam lemak
rantai panjang, berasal dari minyak nabati dan dari lemak hewani yang memenuhi
spesifikasi ASTM D 6751 yang disebut B100. (Mustafa E. Tat.et al, 1999).
Secara umum, biodiesel adalah bahan bakar yang terdiri dari campuran
bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak
sayur atau lemak hewan. Campuran 20% biodiesel dapat digunakan pada hampir
semua jenis mesin dan diesel. Penggunaan biodiesel pada mesin diesel akan
mengurangi emisi hidrokarbon dan kemunculan gas SOx serta partikel padatan. Hal
dengan bahan bakar solar yaitu: dapat mengurangi emisi gas buang yang meliputi
emisi hidrokarbon (HC), karbon monoksida (CO), sulfur oksid (SO), dan partikel-
partikel lainnya (PM) (Rushang. et al, 2007), dan manfaat lain dari biodiesel adalah
angka cetana (CN) yang cukup tinggi, dan pelumasan yang sangat baik.
Dengan titik nyala yang relatif tinggi 154°C, biodegradabilitas tinggi dan toksinitas
5
6
rendah, biodiesel dianggap sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan dibanding
dimana gliserin dipisahkan dari minyak nabati. Proses ini menghasilkan dua macam
merupakan produk samping. Bahan baku utama untuk pembuatan biodiesel antara
lain minyak nabati, lemak hewani, lemak bekas/lemak daur ulang. Semua bahan
baku ini mengandung trigliserida, asam lemak bebas (ALB) dan zat pencemar
Sedangkan sebagai bahan baku penunjang yaitu alkohol. Pada pembuatan biodiesel
dibutuhkan katalis untuk proses esterifikasi, katalis dibutuhkan karena alkohol larut
dalam minyak. Minyak nabati kandungan asam lemak bebas lebih rendah dari pada
lemak hewani, minyak nabati biasanya selain mengandung ALB juga mengandung
dihilangkan pada proses refining. Minyak nabati yang digunakan dapat dalam
bentuk minyak. Produk biodiesel tergantung pada minyak nabati yang digunakan
sebagai bahan baku serta pengolahan pendahuluan dari bahan baku tersebut.
metanol, namun dapat pula digunakan etanol, isopropanol atau butil, tetapi perlu
diperhatikan juga kandungan air dalam alkohol tersebut. Bila kandungan air tinggi
ALB dan trigliserida tinggi. Disamping itu hasil biodiesel juga dipengaruhi oleh
7
Katalisator dibutuhkan pula guna meningkatkan daya larut pada saat reaksi
berlangsung, umumnya katalis yang digunakan bersifat basa kuat yaitu NaOH atau
KOH atau natrium metoksida. Katalis yang akan dipilih tergantung minyak nabati
kurang dari 2 %, disamping terbentuk sabun dan jugagliserin. Katalis tersebut pada
umumnya sangat higroskopis dan bereaksi membentuk larutan kimia yang akan
dihancurkan oleh reaktan alkohol. Jika banyak air yang diserap oleh katalis maka
kerja katalis kurang baik sehingga produk biodiesel kurang baik. Setelah reaksi
selesai, katalis harus dinetralkan dengan penambahan asam mineral kuat. Setelah
biodiesel dicuci proses netralisasi juga dapat dilakukan dengan penambahan air
pencuci, HCl juga dapat dipakai untuk proses netralisasi katalis basa, bila
digunakan asam fosfat akan menghasil pupuk fosfat (K3PO4), atau bisa juga
Kandungan air dalam bahan baku dipersyaratkan tidak lebih dari 1%. Kandungan
air yang tinggi menyebabkan terjadinya reaksi penyabunan. Bahan baku biodiesel
juga harus difilter untuk memisahkan partikel agar tidak masuk ke dalam proses
produksi.
7182-2006, yang telah disahkan dan diterbitkan oleh Badan Standarisasi Nasional
Semua jenis minyak dapat digunakan, baik itu minyak nabati atau pun
minyak hewani. Minyak tumbuhan dan hewan semuanya merupakan lipid. Minyak
dibedakan dari lemak berdasarkan sifat fisiknya pada suhu ruang, minyak berwujud
2.2 Gliserol
Gliserol adalah sebuah komponen utama dari semua lemak dan minyak,
dalam bentuk ester yang disebut gliserida. Molekul trigliserida terdiri dari satu
molekul gliserol dikombinasikan dengan tiga molekul asam lemak. Gliserol
ditemukan untuk memiliki berbagai macam kegunaan dalam pembuatan berbagai
9
produk dalam negeri, industri, dan farmasi. Saat ini, nama gliserol mengacu pada
senyawa kimia murni dan komersial dikenal sebagai gliserin.
Gliserol (CH2OH.CHOH.CH2OH atau propana-1, 2, 3-triol), dalam bentuk
murni, adalah, bening, tidak berwarna, tidak berbau, cairan kental manis. Ini benar-
benar larut dalam air dan alkohol, sedikit larut dalam banyak pelarut umum seperti
eter dan dioksan, dan tidak larut dalam hidrokarbon.
Pada suhu rendah, gliserol kadang-kadang membentuk kristal yang
cenderung meleleh pada 17,9 ° C. Gliserol cair mendidih pada 290 ° C di bawah
tekanan atmosfer normal. Berat jenis 1.26 dan berat molekul adalah 92,09.
Gliserol tersebar luas di semua organisme hidup sebagai konstituen dari
gliserida. Hal ini digunakan sebagai antibeku molekul oleh organisme tertentu.
pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering digunakan
sebagai pelunak air. Sebagai aditif makanan, asam asetat disetujui penggunaannya
di banyak negara, termasuk Kanada, Uni Eropa, Amerika Serikat, Australia dan
Selandia Baru.
Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per
tahun. 1,5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari
industri petrokimia. Sebagai pereaksi kimia, sumber hayati cukup menarik, tetapi
tidak kompetitif. Cuka adalah asam asetat encer, seringkali diproduksi
melalui fermentasi dan oksidasi lanjutan etanol.
2.4 Triacetin
Salah satu bahan mineral alam yang melimpah di Indonesia adalah zeolit.
Zeolit pada umumnya didefinisikan sebagai kristal alumina silika yang berstruktur
tiga dimensi, yang terbentuk dari tetrahedral alumina dan silika dengan rongga-
rongga di dalam yang berisi ion-ion logam, biasanya alkali atau alkali tanah dan
molekul air yang dapat bergerak bebas. Secara empiris, rumus molekul zeolit adalah
Mx/n.(AlO2)x.(SiO2)y.xH2O (Marsidi, 2001).
Zeolit digunakan sebagai adsorben karena memiliki struktur kristal alumina
silika dengan rongga-rongga yang berisi ion logam. Aktivitas zeolit alam cenderung
rendah karena masih banyak pengotornya, sehingga perlu dilakukan aktifasi guna
menghilangkan ataupun meminimalisir zat pengotor tersebut (Las dkk, 2011).
12
2.6 Esterifikasi
Esterifikasi adalah tahap konversi dari asam lemak bebas menjadi ester.
Esterifikasi mereaksikan minyak lemak dengan alkohol. Asam sulfat, asam sulfonat
organik atau resin penukar kation asam kuat merupakan katalis-katalis yang biasa
Produksi biodiesel dari minyak berkadar asam lemak bebas tinggi (berangka
pada tahap ini mengkonversikan menjadi metil ester dari asam lemak bebas. Tahap
disingkirkan terlebih dahulu air dan bagian terbesar katalis asam dan komponen
2.7 Katalisator
Katalis lewatit yang digunakan pada penelitian ini merupakan katalis padat
yang termasuk ke dalam jenis resin penukar ion dengan kekuatan asam sangat kuat.
Katalis ini berbentuk butiran yang dapat digunakan sebagai katalisator asam
heterogen dalam berbagai reaksi organik. Resin kation menyediakan acid site yang
dibutuhkan sebagai katalisator dalam sintesis gliserol asetat.
Penggunaan resin kation sebagai katalisator memiliki kelebihan yaitu
selektivitas reaksinya tinggi, permukaan bersifat asam, proses pemisahannya
mudah karena tidak larut dalam larutan reaksi dan mudah diregenerasi sehingga
dapat digunakan berulang kali. Meskipun demikian, katalis ini juga memiliki
kelemahan, yaitu air dapat masuk ke dalam katalis sehingga akan menggangu
proses protonasi asam karboksilat (asam lemak). Katalis Lewatit memiliki suhu
operasi maksimum 120oC, jika katalis digunakan pada suhu diatas suhu operasinya,
maka katalis akan mengalami deaktivasi, sehingga pada penelitian ini suhu operasi
reaksi dijalankan pada 100oC.
analisis yang dipakai untuk karakterisasi bahan polimer dan analisis gugus fungsi.
Dengan cara menetukan dan merekam hasil spektra residu dengan serapan energi
16
sebagai daerah yang memiliki panjang gelombang dari 1-500 cm-1. Setiap gugus
FT-IR dapat digunakan untuk mendekteksi gugus yang spesifik pada polimer.
Intensitas pita serapan merupakan ukuran konsentrasi gugus yang khas yang
dimiliki oleh polimer. Metode ini didasarkan pada interaksi antara radiasi
keadaaan energi vibrasi, rotasi, dan molekul. Radiasi inframerah yang penting
dalam penentuan struktur dan analisis gugus fungsi terletak pada 650 cm -1-4000
cm-1
dua metode analisis senyawa yaitu kromatografi gas (GC) untuk menganalisis
menganalisis struktur molekul senyawa analit. Adapun prinsip kerja dari GCMS
mampu menghasilkan berkas ion dari suatu zat uji, memilah ion tersebut
muatan dan merekam kelimpahan relatif tiap jenis ion yang ada.
Umumnya hanya ion positif yang dipelajari karena ion negatif yang
Kombinasi GCMS
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
kesimpulan dari variasi katalis manakah yang paling efektif untuk proses
selektivitas triasetin dari esterifikasi gliserol dan asam asetat.
ari masing-masing percobaan dari berbagai variasi akan dilakukan percoban sampai
didapatkan hasil yang diinginkan.
Macam data yang digolongkan menurut cara memperolehnya ada dua, yaitu:
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari objeknya dan
kemudian diolah sendiri. Data primer dari penelitian ini diperoleh dari
sampel yang telah di esterifikasi.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari data yang sudah dikelola
pihak lain yang sudah dipublikasikan. Adapun data sekunder dalam
penelitian ini diperoleh dari jurnal ilmiah terkait dengan selektivitas
triasetin.
3.3.2. Variabel Penelitian
Variabel merupakan karakteristik atau keadaan pada suatu obyek yang
mempuyai variasi nilai. Secara umum dapatdinyatakan bahwa variabel adalah
operasionalisasi dari konsep.
Pada umumnya, variabel penelitian dibedakan menjadi dua variabel bebas
dan variabel terikat. Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel
bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol. Adapun variabel-variabel dalam
penilitian ini adalah:
a. Variabel bebas: perbandingan pereaksi antara gliserol dan asam asetat
b. Variabel terikat: Kadar triasetin
c. Variabel kontrol: Katalis kwatit dan zeolite
21
memiliki nilai sosial, akademis, dan ilmiah. Analisis data dilakukan setelah
data dari sampel melalui instrumen terkumpul.
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:
H0: tidak ada pengaruh yang signifikan dari katalis zeolit dan lewatit
terkait daya penyerapan gliserol.
Ha: ada pengaruh yang signifikan dari katalis zeolit dan lewatit terkait
daya
penyerapan gliserol.
Gliserol dengan volume tertentu (73,31 mL) serta katalis Lewatit (3% wt
gliserol) ke dalam labu leher tiga dan dipanaskan hingga suhu reaksi 100oC
tercapai.
Nyalakan air pendingin dan motor pengaduk pada skala 2 (235 rpm)
Asam asetat yang terlebih dahulu sudah dipanaskan sampai suhu reaksi
100oC dimasukkan ke dalam reaktor dengan perbandingan gliserol:asam
asetat = 1:6 dan waktu dicatat sebagai t = 0. Reaksi dijalankan selama 90
menit.
Matikan pemanas dan motor pengaduk. Matikan pendingin saat suhu telah
turun menjadi sekitar 50oC.
Ulangi kembali reaksi untuk perbandingan pereaksi 1:7 dan 1:8 dan katalis
zeolit alam.
26
BAB VI
Dari uji spektroskopi FTIR dengan sampel gliserol dan asam asetat
90
2361,11
80
70
1113,98
%Transmittance
884,50
936,36
2624,96
455,75
60
610,03
1015,74
50
1048,40
40
1383,99
3411,94
30
1261,82
20
1724,26
10
4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500
Wavenumbers (cm-1)
Gambar 4. 1 Hasil Analisa FTIR sampel Gliserol dan Asam asetat dengan perbandingan 1:6 dengan
menggunakan katalis lewatit.
C-C 936,36
C-C 884,50
C-Cl 610,03
455,75
Tabel 4. 1 Gugus dan nilai wavenumber dari hasil analisa FTIR sampel Gliserol dan Asam asetat dengan
perbandingan 1:6 dengan menggunakan katalis lewatit.
80
%Transmittance
60
1113,65
935,11
884,62
456,45
2626,09
40
610,49
1014,87
1048,63
1386,76
3413,49
20
1263,78
1727,07
0
4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500
Wavenumbers (cm-1)
Gambar 4. 2 Hasil Analisa FTIR sampel Gliserol dan Asam asetat dengan perbandingan 1:7 dengan
menggunakan katalis lewatit.
90
80
70
%Transmittance
1111,34
60
928,30
457,27
885,02
2625,77
50
611,80
1014,71
1047,95
40
1389,68
3405,79
30
1264,43
1725,32
20
10
4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500
Wavenumbers (cm-1)
Gambar 4. 3 Hasil Analisa FTIR sampel Gliserol dan Asam asetat dengan perbandingan 1:7 dengan
menggunakan katalis zeolit.
Tabel 4. 3 Gugus dan nilai wavenumber hasil Analisa FTIR sampel Gliserol dan Asam asetat dengan
perbandingan 1:7 dengan menggunakan katalis zeolit.
29
90
2032,96
80
1113,52
70
%Transmittance
935,78
885,11
2621,13
455,92
60
1015,35
611,11
1048,36
50
1386,05
40
3421,09
1265,25
30
1725,50
20
4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500
Wavenumbers (cm-1)
Gambar 4. 4 Hasil Analisa FTIR sampel Gliserol dan Asam asetat dengan perbandingan 1:8 dengan
menggunakan katalis lewatit.