Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH "Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan"

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem urinary adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan urin.
Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter, kandung kemih, dua otot sphincter, dan
uretra.

Sisitem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah sehingga
dara bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih
dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang dipergunakan oleh tubuh larutan dalam air dan dikeluarkan
berupa urine (air kemih).

Sistem urinaria terdiri atas:

 Ginjal, yang mengeluarkan sekret urine.

 Ureter, yang menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kencing.

 Kandung kencing, yang bekerja sebagai penampung.

 Uretra, yang menyalurkan urine dari kandung kencing.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada makalah ini adalah bagaimanakah anatomi fisiologi sistem perkemihan
manusia?

C. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui tentang anatomi dan fisiologi sistem perkemihan pada manusia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Sisitem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah sehingga
dara bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih
dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang dipergunakan oleh tubuh larutan dalam air dan dikeluarkan
berupa urine (air kemih).

Sistem urinaria terdiri atas:

 Ginjal, yang mengeluarkan sekret urine.

 Ureter, yang menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kencing.

 Kandung kencing, yang bekerja sebagai penampung.

 Uretra, yang menyalurkan urine dari kandung kencing.

B. Ginjal
Ginjal adalah suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang kavum abdominalis di
belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III, melekat langsung pada dinding
belakang abdomen. Bentuk ginjal seperti biji kacang, jumlahnya ada dua buah kiri dan kanan,
ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari ginjal
wanita.

Fungsi ginjal:

1. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun.

2. Mempertahankan suasana keseimbangan cairan

3. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh.

4. Mempertimbangkan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh.

5. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari ureum protein.

Uji fungsi ginjal terdiri dari:

1. Uji protein (albumin). Bila ada kerusakan pada glomerulus atau tubulus, maka protein
dapat bocor dan masuk ke urine.

2. Uji konsentrasi ureum darah. Bila ginjal tidak cukup mengeluarkan ureum maka ureum
darah naik di atas kadar normal 20-40 mg%.
3. Uji konsentrasi. Pada uji ini dilarang makan dan minum selama 12 jam untuk melihat
sampai berapa tinggi berat jenis naiknya.

1. Struktur ginjal

Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula renalis yang terdiri dari
jaringan fibrus berwarna ungu tua. Lapisan luar terdiri dari lapisan korteks (subtansia kortekalis),
dan lapisan sebelah dalam bagian medulla (subtansia medularis) berbentuk kerucut yang disebut
renal piramid. Puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut
papilla renalis. Masing-masing piramid dilapisi oleh kolumna renalis, jumlah renalis 15-16 buah.

Garis-garis yang terlihat di piramid disebut tubulus nefron yang merupakan bagian terkecil
dari ginjal yang terdiri dari glomerulus, tubulus proksimal (tubulus kontorti satu), ansa henle,
tubulus distal (tubulus kontorti dua) dan tubulus urinarius (papilla vateri).

Pada setiap ginjal diperkirakan ada 1.000.000 nefron, selama 24 jam dapat menyaring darah
170 liter. Arteri renalis membawa darah murni dari aorta ke ginjal, lubang-lubang yang terdapat
pada piramid renal masing-masing membentuk simpul dari kapiler satu badan malfigi yang disebut
glomerulus. Pembuluh aferen yang bercabang membentuk kapiler menjadi vena renalis yang
membawa darah dari ginjal ke vena kava inferior.

2. Fisiologi ginjal

Ginjal berfungsi:

a. Mengatur volume air (cairan dalam tubuh). Kelebihan air dalam tubuh akan diekskresikan
oleh ginjal sebagai urine (kemih) yang encer dalam jumlah besar, kekurangan air
(kelebihan keringat) menyebabkan urine yang diekskresi berkurang dan konsentrasinya
lebih pekat sehingga susunan dan volume cairan tubuh dapat dipertahankan relatif normal.

b. Mengatur keseimbangan osmitik dan mempertahankan keseimbangan ion yang optimal


dalam plasma (keseimbangan elektrolit). Bila terjadi pemasukan/pengeluaran yang
abnormal ion-ion akibat pemasukan garam yang berlebihan/penyakit perdarahan (diare,
muntah) ginjal akan meningkatkan ekskresi ion-ion yang penting (mis. Na, K, Cl, Ca dan
posfat).
c. Mengatur keseimbangan asam-basa cairan tubuh bergantung pada apa yang dimakan,
campuran makanan menghasilkan urine yang bersifat agak asam, pH kurang dari 6 ini
disebabkan hasil akhir metabolism protein. Apabila banyak makan sayur-sayuran, urine
akan bersifat basa. pH urine bervariasi antara 4,8-8,2. Ginjal menyekresi urine sesuai
dengan perubahan pH darah.

d. Ekskresi sisa hasil metabolism (ureum, asam urat, kreatinin) zat-zat toksik, obat-obatan,
hasil metabolism hemoglobin dan bahan kimia asing (pestisida).

e. Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal menyekresi hormon renin yang mempunyai
peranan penting mengatur tekanan darah (sistem renin angiotensin aldesteron) membentuk
eritripoiesis mempunyai peranan penting untuk memproses pembentukan sel darah merah
(eritropoiesis).

Di samping itu ginjal juga membentuk hormone dihidroksi kolekalsiferol (vitamin D aktif)
yang diperlukan untuk absorsi ion kalsium di usus.

3. Filtrasi glomerulus

Kapiler glomerulus secara relatif bersifat impermeabel terhadap protein plasma yang lebih
besar dan permeabel terhadap air dan larutan yang lebih kecil sepeti elektrolit, asam amino,
glukosa dan sisa nitrogen. Glomerulus mengalami kenaikan tekanan darah 90 mmHg. Kenaikan
ini terjadi karena anteriole aferen yang mengarah ke glomerulus mempunyai diameter yang lebih
besar dan memberikan sedikit tahanan dari kapiler yang lain. Darah didorong ke dalam ruangan
yang lebih kecil, sehingga darah mending air dan partikel yang terlarutdalam plasma masuk ke
dalam kapsula bowman. Tekanan darah terhadap dinding pembuluh ini disebut tekanan hidrostatik
(TH). Gerakan masuknya ke dalam kapsula bowman disebut sebagai filtrasi glomerulus.
Tiga faktor pada proses filtrasi dalam kapsula bowman menggambarkan integrasi ketiga
faktor tersebut yaitu:

a. Tekanan osmitik (TO). Tekanan yang dikeluarkan oleh air (sebagai pelarut) pada
membrane semipermeabel sebagai usaha untuk menembus membrane semipermeabel ke
dalam area yang mengandung lebih banyak molekul yang dapat melewati membrane
semipermeabel. Pori-pori dalam kapiler glomerulus membuat membrane semipermeabel
memungkinkan untuk melewati yang lebih kecil dari air tetapi mencegah molekul yang
lebih besar misalnya protein dan plasma.

b. Tekanan hidroststik (TH). Sekitar 15 mmHg dihasilkan oleh adanya filtrasi dalam
kapsula dan berlawanan dengan tekanan hidrostatik darah. Filtrasi juga mengeluarkan
tekanan osmitik 1-3 mmHg yang berlawanan dengan osmitik darah.

c. Perbedaan tekanan osmitik plasma dengan cairan dalam kapsula bowman


mencerminkan perbedaan kosentrasi protein, perbedaan ini menimbulkan pori-pori kapiler
mencegah protein plasma untuk difiltrasi.
Tekanan hidrostatik plasma dan tekanan osmitik filtrat kapsula bowman bekerja sama
untuk meningkatkan gerakan air dan molekul permeabel, molekul permeabel kecil dari plasma
masuk ke dalam kapsula bowman.

4. Proses pembentukan urine

Glomerulus berfungsi sebagai ultrafiltrasi pada simpai bowman, berfungsi untuk


menampung hasil filtrasi dari glomerulus. Pada tubulus ginjal akan terjadi penyerapan kembali
zat-zat yang sudah disaring pada glomerulus, sisa cairan akan diteruskan ke piala ginjal terus
berlanjut ke ureter.

Urine berasal dari darah yang di bawa arteri renalis masuk kedalam ginjal, darah ini terdiri
dari bagian yang padat yaitu sel darah dan bagian plasma darah.

Ada tiga tahap pembentukan urine:

1) Proses filtrasi

Terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena permukaan aferen lebih besar dari permukaan
eferen maka terjadi penyerapan darah. Sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan
darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari
glukosa, air, natrium, klorida, sulfat, bikarbonat dan lain-lain, yang diteruskan ke tubulus ginjal.

2) Proses reabsorpsi

Proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar glukosa, natrium, klorida, fosfat, dan ion
bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal oblogator reabsorpsi terjadi pada tubulus
atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi kembali penyerapan natrium dan ion
bikarbonat. Bila diperlukan akan diserap kembali ke dalam tublus bagian bawah. Penyerapannya
terjadi secara aktif dikenal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.

3) Proses sekresi

Sisanya penyerapan urine kembali yang terjadi pada tubulus dan diteruskan ke piala ginjal
selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke vesika urinaria.

5. Peredaran darah ginjal

ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabanganarteri arteri
renalis. Arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri renalis bercabang menjadi arteria interlobaris
kemudian menjadi arteri arkuata. Arteri interloburalis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi
kapiler membentuk gumpalan-gumpalan yang disebut glomerulus. Glomerulus ini dikelilingi oleh
alat yang disebut simpai bowman. Di sini terjadi penyaringan pertama dan kapiler darah yang
meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.

6. Persarafan ginjal

Ginjal mendapat persarafan dari pleksus renalis (vasomotor). Saraf ini berfungsi untuk
mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan
pembu;uh darah yang masuk ginjal. Di atas ginjal terdapat kelenjar suprarenalis, kelenjar ini
merupakan kelenjar buntu yang menghasilkan dua macam hormon yaitu hormon adrenalin dan
hormon kortison. Adrenal dihasilkan oleh medulla.

7. Reabsorpsi dan sekresi tubulus

Sewaktu filtrat glomerulus memasuki tubulus ginjal, filtrat ini mengalir melalui bagian-
bagian tubulus. Sebelum diekskresikan sebagai urine beberapa zat diabsorpsi kembali secara
selektif dari tbulus dan kembali ke dalam darah, sedangkan yang lain de sekresikandari darah ke
dalam lumen tubulus. Pada akhirnya urine terbentuk dan semua zat dalam urine akan
menggambarkan penjumlahan dari tiga proses dasar ginjal (filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus
dan sekresi tubulus).

8. Ekskresi urine, Filtrasi glomerulus, Reabsorpsi tubulus, Sekresi tubulus

a. Reabsorpsi tubulus
Ginjal menangani beberapa zat yang yang difiltrasi secara bebas dalam ginjaldan
diabsorpsi dengan kecepatan yang berbeda. Kecepatan masing-masing zat dapat dihitung sebagi
berikut.

Filtrasi – Kecepatan filtrasi glomerulus x Kecepatan plasma

Penghitungan ini menganggap bahwa zat-zat difiltrasi secara bebas dan tidak terikat pada
protein plasma.

Kebanyakan zat proses filtrasi golmerulus dan reabsorpsi tubulus secara kuntitatif relatif
sangat besar terhadap sekresi urine. Sedikit saja perubahan pada filtrasi glomerulus atau reabsorpsi
secara potensial dapat menyebabkan perubahan yang relatif besar. Beberapa produk buangan
seperti ureum dan kreatinin sulit diabsorpsi dari tubulus dan diekskresi dalam jumlah yang relatif
besar.

Mekanisme pasif. Zat yang akan diabsorpsi harus ditranspor melintasi membran epitel
tubulus ke dalam cairan interstisial ginjal, melalui kapiler peri tubulus kembali ke dalam darah.
Reabsorpsi melalui epitel tubulus ke dalam darah, misalnya air dan zat terlarut dapat ditranpor
melalui membran selnya sendiri (jalur transeluler) atau melalui ruang sambungan antar-sel (jalur
para seluler). Setelah diabsorpsi melalui sel epitel tubulus ke dalam cairan interstisial air dan zat
terlarut ditranpor melalui dinding kapiler ke dalam darah dengan cara ultrafiltrasi yang diperantarai
oleh tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik koloid.

Traspor aktif mendorong suatu zat terlarut melawan gradien elektrokimia dan
membutuhkan energi yang berasal dari metabolisme. Transpor yang berhubungan langsung
dengan suatu sumber energi seperti hidrolisis adenosin trifosfat (ATF) disebut transfor aktif
primer. Transpor yang tidak berhubungan secara langsung dengan suatu sumber energi seperti
yang diakibatkan oleh gradien ion, disebut transpor aktif sekunder.

b. Reabsorpsi tubulus proksimal

Secara normal sekitar 65% dari muatan natrium dan air yang difiltrasi dan nilai persentase
terendah dari klorida akan diabsorpsi oleh tubulus proksimal sebelum filtrat mencapai ansa henle.
Persentase ini dapat meningkat atau menurun dalam berbagai kondisi fisiologis.

Sel tubuh proksimal mempunyai banyak sekali brush boerder. Permukaan membran brush
boerder dimuati molekul protein yang mentranspor ion natrium melewati membran lumen yang
bertalian dengan mekanisme transpor nutrien organik (asam amino dan glukosa). Tubulus
proksimal merupakan tempat penting untuk sekresi asam dan basa, organik seperti garam garam
empedu, oksalat, urat, dan katekolamin.

Regulasi reabsorpsi tubulus penting untuk mempertahankan suatu keseimbangan yang


tepat antara reabsorpsi tubulus dan filtrasi glomerulus. Adanya mekanisme saraf, faktor hormonal,
dan kontrol setempat yang meregulasi reabsorpsi tubulus untuk mengatur filtrasi glomerulus maka
reabsorpsi beberapa zat terlarut dapat diatur secara bebas terpisah dari yang lain terutama melalui
mekanisme pengontrolan hormonal.

C. Ureter

Terdiri dari 2 saluran pipa, masing–masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih
(vesika urinaria), panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak
dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.

Lapisan dinding abdomen terdiri dari:

1. Dinding luar jaringan ikat (jarinagn fibrosa)

2. Lapisan tengah lapisan otot polos

3. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

Lapisan didnding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang
akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kamih (vesika urinaria). Gerakan peristaltik
mendorong urine melalui ureter yang diekskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk
pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih.
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh
peritoneum. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh
darah, saraf dan pembuluh limfe berasal dari pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik.

Pars abdominalis ureter dalam kavum abdomen ureter terletak di belakang peritoneum
sebelah media anterior m. psoas mayor dan ditutupi oleh fasia subserosa. Vasa spermatika/ovarika
interna menyilang ureter secara oblique, selanjutnya ureter akan mencapai kavum pelvis dan
menyilang arteri iliaka eksterna.

Ureter kanan terletak pada parscdesendens duodenum. Sewaktu turun ke bawah terdapat di
kanan bawah dan disilang oleh kolon dekstra dan vosa iliaka iliokolika, dekat apertura pelvis akan
dilewati oleh bagian bawah mesenterium dan bagian akhir ilium. Ureter kiri disilang oleh vasa
koplika sinistra dekat apertura pelvis superior dan berjalan di belakang kolon sigmoid dan
mesenterium.

Pars pelvis ureter berjalan pada bagian dinding lateral pada kavum pelvis sepanjang tepi
anterior dari insura iskhiadikamayor dan tertutup olehperitoneum. Ureter dapt ditemukan di depan
arteri hipogastrikabagian dalam nervus obturatoris arteri vasialia anterior dan arteri
hemoroidalis media. Pada bagian bawah insura iskhiadika mayor, ureter agak miring ke bagian
medial untuk mencapai sudut lateral dari vesika urinaria.

Ureter pada pria terdapat di dalam visura seminalis atas dan disilang oleh duktus deferens
dan dikelilingi oleh pleksus vesikalis. Selanjutnya ureter berjalan oblique sepanjang 2 cm di dalam
dinding vesika urinaria pada sudut lateral dari trigonum vesika. Sewaktu menembus vesika
urinaria, dinding atas dan dinding bawah ureter akan tertutup dan pada waktu vesika urinaria penuh
akan membentuk katup (valvula) dan mencegah pengambilan urine dari vesika urinaria.

Ureter pada wanita terdapat di belakang fossa ovarika urinaria dan berjalan ke bagian
medial dan ke depan bagian lateralis serviks uteri bagian atas, vagina untuk mencapai fundus
vesika urinaria. Dalam perjalanannya, ureter didampingi oleh arteri uterina sepanjang 2,5 cm dan
selanjutnya arteri ini menyilang ureter dan menuju ke atas di antara lapisan ligamentum. Ureter
mempunyai 2 cm dari sisi serviks uteri. Ada tiga tempat yang penting dari ureter yang mudah
terjadi penyumbatan yaitu pada sambungan ureter pelvis diameter 2 mm, penyilangan vosa iliaka
diameter 4 mm dan pada saat masuk ke vesika urinaria yang berdiameter 1-5 cm.
1. Pembuluh darah ureter

a. Arteri renalis

b. Arteri spermatika interna

c. Arteri hipogastrika

d. Arteri vesika inferior

2. Persarafan ureter

Persarafan ureter merupakan cabang dari pleksus mesenterikus inferior, pleksus


spermatikus, dan pleksu pelvis; seperti dari nervus; rantai eferens dan nervus vagusrantai eferen
dari nervus torakalis ke-11 dan ke-12, nervus lumbalis ke-1, dan nervus vagus mempunyai rantai
aferen untuk ureter.

D. Vesika urinaria

Vesika urinaria (kandung kemih) dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet,
terletak di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Bentuk kandung kemih seperti
kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis
medius.

Bagian vesika urinaria terdiri dari:


1. Fundus yaitu, bagian yang menghadap ke arah belakang dan bawah, bagian ini terpisah dari
rektum oleh spatium rectovesikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferen, vesika seminalis
dan prostat.

2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.

3. Verteks, bagian yang mancung ke arah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika
umbilikalis.

Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan sebelah luar (peritonium), tunika muskularis
(lapisan otot), tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam). Pembuluh limfe
vesika urinaria mengalirkan cairan limfe ke dalam nadi limfatik iliaka interna dan eksterna.

1. Lapisan otot vesika urinaria

Lapisan otot vesika urinaria terdiri dari otot polos yang tersusun dan saling berkaitan dan
disebut m. detrusor vesikae. Peredaran darah vesika urinaria berasal dari arteri vesikalis superior
dan inferior yang merupakan cabang dari arteri iliaka interna. Venanya membentuk pleksus
venosus vesikalis yang berhubungan dengan pleksus prostatikus yang mengalirkan darah ke vena
iliaka interna.

2. Persarafan vesika urinaria

Persarafan vesika urinaria berasal dari pleksus hipogastrika inferior. Serabut ganglion
simpatikus berasal dari ganglion lumbalis ke-1 dan ke-2 yang berjalan turun ke vesika urinaria
melalui pleksus hipogastrikus. Serabut preganglion parasimpatis yang keluar dari nervus splenikus
pelvis yang berasal dari nervus sakralis 2, 3 dan 4 berjalan melalui hipogastrikus inferior mencapai
dinding vesika urinaria.
Sebagian besar serabut aferen sensoris yan g keluar dari vesika urinaria menuju sistem
susunan saraf pusat melalui nervus splanikus pelvikus berjalan bersama saraf simpatis melalui
pleksus hipogastrikus masuk kedalam segmen lumbal ke-1 dan ke-2 medula spinalis.

E. Uretra

Uretara merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi
menyalurkan air kemih keluar.
1. Uretra pria

Pad laki-laki uretra berjalan berkelok kelok melalaui tengah-tengah prostat kemudian
menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang fubis ke bagian penis panjangnya ± 20 cm.
uretra pada laki-laki terdiri dari:

a. Uretra prostatia

b. Uretra membranosa

c. Uretra kevernosa

Lapisan uretra laki-lakin terdiri lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan
submukosa.

Uretra mulai dari orifisium uretra interna di dalam vesika urinaria sampai orifisium
eksterna. Pada penis panjangnya 17,5-20 cm yang terdiri dari bagian-bagian berikut:

Uretra prostatika merupakan saluran terlebar panjangnya 3 cm, berjalan hampir


vertikulum melalui glandula prostat , mulai dari basis sampai ke apaks dan lebih dekat ke
permukaan anterior.

Uretra pars membranasea ini merupakan saluran yang paling pendek dan paling dangkal,
berjalan mengarah ke bawah dan ke depan di antara apaks glandula prostata dan bulbus uretra.
Pars membranesea menembus diagfragma urogenitalis, panjangnya kira-kira 2,5 cm, di belakang
simfisis pubis diliputi oleh jaringan sfingter uretra membranasea. Di depan saluran ini terdapat
vena dorsalis penis yang mencapai pelvis di antara ligamentum transversal pelvis dan ligamentum
arquarta pubis.

Uretra pars kavernosus merupakan saluran terpanjang dari uretra dan terdapat di dalam
korpus kavernosus uretra, panjangnya kira-kira 15 cm, mulai dari pars membranasea sampai ke
orifisium dari diafragma urogenitalis. Pars kavernosus uretra berjalan ke depan dan ke atas menuju
bagian depan simfisis pubis. Pada keadaan penis berkontraksi, pars kavernosus akan membelok ke
bawah dan ke depan. Pars kavernosus ini dangkal sesuai dengan korpus penis 6 mm dan berdilatasi
ke belakang. Bagian depan berdilatasi di dalam glans penis yang akan membentuk fossa
navikularis uretra.
Oriifisium uretra eksterna merupakan bagian erektor yang paling berkontraksi berupa
sebuah celah vertikal ditutupi oleh kedua sisi bibir kecil dan panjangnya 6 mm. glandula uretralis
yang akan bermuara ke dalam uretra dibagi dalam dua bagian, yaitu glandula dan lakuna. Glandula
terdapat di bawah tunika mukosa di dalam korpus kavernosus uretra (glandula pars uretralis).
Lakuna bagian dalam epitelium. Lakuna yang lebih besar dipermukaan atas di sebut lakuna magma
orifisium dan lakuna ini menyebar ke depan sehingga dengan mudah menghalangi ujung
kateter yang dilalui sepanjang saluran.

2. Uretra wanita

Uretra pada wanita terletak di belakang simfisis pubis berjalan miring sedikit ke arah atas,
panjangnya ± 3-4 cm. lapisan uretra wanita terdiri dari tunika muskularis (sebelah luar), lapiosan
spongeosa merupakan pleksus dari vena-vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam). Muara
uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini
hanya sebagai salura ekskresi. Apabila tidak berdilatasi diameternya 6 cm. uretra ini menembus
fasia diagfragma urogenitalis dan orifisium eksterna langsung di depan permukaan vagina, 2,5 cm
di belakang glans klitoris. Glandula uretra bermuara ke uretra, yang terbesar diantaranya adalah
glandula pars uretralis (skene) yang bermuara kedalam orifisium uretra yang hanya berfungsi
sebagai saluran ekskresi.

Diagfragma urogenitalis dan orifisium eksterna langsung di depan permukaan vagian dan
2,5 cm di belakang glans klitoris. Uretra wanita jauh lebih pendek daripada pria dan terdiri lapisan
otot polos yang diperkuat oleh sfingter otot rangka pada muaranya penonjolan berupa kelenjar dan
jaringan ikat fibrosa longggar yang ditandai dengan banyak sinus venosus merip jaringan
kavernosus.

3. Mikturisi

Mikturisis adalah peristiwa pembentukan urine. Karena dibuat di dalam, urine mengalir
melalaui ureter ke kandung kencing. Keinginan membuang air kecil disebabkan penambahan
tekanan di dalam kandung kencing, dan tekanan ini di sebabkan isi urone di dalamnya. Hal ini
terjadi bila tertimbun 170 sampai 230 ml. mikturisi adalah gerak reflek yang dapat dikendalikan
dan ditahan oleh pusat-pusat persarafan yang lebih tinggi pada manusia.
Gerakannya ditimbulkan kontraksi otot abdominal yang menambah tekanan di dalam
rongga abdomen, dan berbagai organ yang menekan kandung kencing membantu
mengkosongkannya. Kandung kencing dikendalikan saraf pelvis dan serabut saraf simpatis dari
pleksus hipogastrik.

4. Ciri-ciri urine yang normal

Jumlahnya rata-rata 1-2 liter sehari, tetapi beda-beda sesaui jumlah cairan yang dimasukan.
Banyaknya bertambah pula bila terlampau banyak protain dimakan, sehingga tersedia cukup cairan
yang diperlukan untuk melarutkan ureanya.

 Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, tetapi adakalanya jenjot lendir tipis tanpak
terapung di dalamnya.

 Baunya tajam.

 Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.

 Berat jenis berkisat dari 1010 sampai 1025.

5. Komposisi urine normal

Urine terutama terdiri atas air, urea, dan natrium klorida. Pada seseorang yang
menggunakan diet yang rata-rata berisi 80 sampai 100 gram protein dalam 24 jam, jumlah persen
air dan benda padat dalam urine adalah seperti berikut:

 Air 96%

 Benda padat 4% (terdiri atas urei 2% dan produk metabolik lain 2%)

Ureum adalah hasil akhir metabolisme protein. Berasal dari asam amino yang telah
dipindah amonianya di dalam hati dan mencapai ginjal, dan diekskresikan rata-rata 30 gram sehari.
Kadar ureum darah yang normal adalah 30 mg setiap 100 ccm darah, tetapi hal ini tergantung dari
jumlah normal protein yang dimakan dan fungsi hati dalam pembentukan ureum.

Asam urat. Kadar normal asam urat di dalam darah adalah 2 sampai 3 mg setiap 100 cm,
sedangkan 1,5 sampai 2 mg setiap hari diekskresikan ke dalam urine.

Kretin adalah hasil buangan kreatin dalam otot. Produk metabolisme lain mencangkup
benda-benda purin, oksalat, fosfat, sulfat, dan urat.
Elektrolit atau garam, seperti natrium kalsium dan kalium klorida, diekskresikan untuk
mengimbangijumlah yang masuk melalui mulut.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem urinary adalah sistem organ yang memproduksi, menyimpan, dan mengalirkan urin.
Pada manusia, sistem ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter, kandung kemih, dua otot sphincter, dan
uretra.

Sisitem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah sehingga
dara bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih
dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang dipergunakan oleh tubuh larutan dalam air dan dikeluarkan
berupa urine (air kemih).

Sistem urinaria terdiri atas:

 Ginjal, yang mengeluarkan sekret urine.

 Ureter, yang menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kencing.

 Kandung kencing, yang bekerja sebagai penampung.

 Uretra, yang menyalurkan urine dari kandung kencing.


DAFTAR PUSTAKA

Evelyn C. Pears. 2011. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis – Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Syafuddin. 1997. Anatomi fisiologi untuk siswa perawat edisi 2 – Jakarta : EGC.

Syafuddin. 2006. Anatomi fisiologi untuk mahasiswa perawat edisi 3 – Jakarta : EGC.

Gibson, John MD. 1995. Anatomi dan fisiologi modern untuk perawat edisin 2 – Jakarta : EGC.

http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/anatomi-ginjal-dan-saluran-kemih/, diakses
tanggal 29/06/2013.

http://pisaudokter.blogspot.com/2011/02/anatomi-sistem-urinaria.html, diakses tanggal 29/06/2013.


MAKALAH KEPERAWATAN SISTEM PERKEMIHAN II
“PENATALAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN ISK (INFEKSI SALURAN KEMIH)”

Oleh:
Kelompok 3

1. Ayu Martha Indriana (101.0011)


2. Erma Eka Agustina (101.0039)
3. Fetriana Ayu Dwitanti (101.0041)
4. Ni Putu Ika Oktavia (101.0077)
5. Rahayu Aprilia Wilujeng (101.0089)
6. Rista Ria Puspita (101.0097)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH


SURABAYA

2013
2.1 Konsep Dasar Infeksi Saluran Kemih (ISK)
2.1.1 Pengertian
Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh
bakteri terutama Escherichia coli; resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti refluks
vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru,
septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran
kemih. (Enggram, Barbara, 1998).
Infeksi tractus urinarius adalah merupakan suatu keadaan dimana adanya suatu proses
peradangan yang akut ataupun kronis dari ginjal ataupun saluran kemih yang mengenai pelvis
ginjal, jaringan interstisial dan tubulus ginjal (pielonefritis), atau kandung kemih (Cystitis), dan
urethra (uretritis).
ISK adalah berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam
keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. Tanpa terbukti adanya
mikroorganisme tidak mungkin diagnosis pasti ditegakkan, karena gejala dan tanda klinis bukan
merupakan hal yang mutlak.
ISK merupakan gangguan pada saluran kemih yang disebabkan adanya sumbatan.
Biasanya, yang menyumbat itu adalah batu berbentuk kristal yang menghambat keluarnya air seni
melalui saluran kemih, sehingga jika sedang buang air kecil terasa sulit dan sakit. Tapi, bila saat
buang air seni disertai dengan darah, itu petanda saluran kemih anda sudah terinfeksi.
Penyebab timbulnya batu tersebut disebabkan oleh berbagai hal, antara lain terlalu lama
menahan buang air kecil sehingga air seni menjadi pekat, dan kurang banyak meminum air putih.
Bahkan, terlalu banyak mengkonsumsi soda, kopi manis, teh kental, vitamin C dosis tinggi dan
susu, juga dikategorikan termasuk sebagai pemicu terjadinya batu ginjal.
Selain itu, faktor lainnya yang turut memicu terbentuknya batu di dalam ginjal dan saluran
kemih bila banyak mengonsumsi makanan yang banyak mengandung asam urat seperti emping
melinjo, jeroan, bayam, maka air kemihnya akan lebih banyak mengandung asam urat sehingga
risiko terbentuknya batu asam urat dalam ginjal dan saluran kemih pun meningkat.
2.1.2 Etiologi
Penyebab terbanyak ISK adalah Gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni
usus yang kemudian naik ke sistem saluran kemih. Dari gram negatif ternyata E. Coli menduduki
tempat teratas, yang kemudian diikuti oleh Proteus, Klebsiela, Enterobacter, dan Pseudomonas.
Jenis Coccus Gram-positif lebih jarang sebagai penyebab ISK sedangkan Enterococcus dan
Stapilococcus aureus sering ditemukan pada pasien dengan batu saluran kemih, lelaki usia lanjut
dengan hipertrophi prostat atau pada pasien yang menggunakan kateter. Bila ditemukan S. aureus
dalam urin harus dicurigai adanya infeksi hematogen dari ginjal. Demikian juga dengan
pseudomonas aeroginosa dapat menginfeksi saluran kemih dari jalur hematogan dan pada kira-
kira 25% pasien dengan tipoid dapat diisolasi salmonilla pada urin. Bakteri lain yang dapat
menyebabkan ISK melalui jalan hematogen ialah brusela, nokardia, aktinormises, dan
mycobacterium tuberkolosae.
Virus sering juga ditemukan dalam urin tanpa gejala ISK akut. Adenovirua tipe 11 dan 12
diduga sebagai penyebab sistitis hemoragik. Sistitis hemoragik dapat juga disebabkan oleh
Scistosoma hematobium yang termasuk golongan cacing pipih. Kandida merupakan jamur yang
paling sering menyebabkan ISK terutama pada pasien dengan kateter, pasien DM atau yang
mendapat pengobatan dengan antibiotik spktrum luas.
Factor-faktor yang mempermudah terjadinya infeksi saluran kemih yaitu:
1) Bendungan aliran urine
a. Anatomi konginetal
b. Batu saluran kemih
2) Refluks vesiko ureter
3) Urine sisa dalam buli-buli, dapat terjadi karena:
a. Neurogenik blader
b. Striktur urethra
c. Hipertropi prostat
4) Gangguan metabolic
a. Hiperkalsemia (kalsium)
b. Hipokalemia (kalium)
c. Agammaglobulinemia
5) Instrumentasi
a. Dilatasi urethra sistoskopi
6) kehamilan
a. Factor statis dan bendungan
b. pH urine yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan kuman
Jenis Infeksi Saluran Kemih, antara lain:
1) Kandung kemih (sistitis)
2) Uretra (uretritis)
3) Prostat (prostatitis)
4) Ginjal (pielonefritis)
2.1.3 Epidemiologi
Infeksi saluran kemih pada anak dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Angka rasio
kejadian infeksi saluran kemih pada anak dilaporkan untuk rasio bayi laki – laki dan perempuan
pada awal kehidupan bayi adalah antara 3:1 dan 5:1. setelah masa bayi, anak perempuan lebih
sering mengalami infeksi saluran kemih dibandingkan laki – laki yaitu dengan rasio L/P 1:4 untuk
infeksi yang simtomatis dan 1:25 untuk infeksi yang asimtomatis. Prevalensi pada anak perempuan
berkisar 3 – 5% sedangkan anak laki-laki 1%.
Angka kekambuhan cukup tinggi yaitu pada anak perempuan 30% pada tahun pertama dan
50% dalam 5 tahun kedepan. Sedangkan pada anak laki-laki angka kekambuhan sekitar 15-20%
pada tahun pertama dan setelah umur 1 tahun jarang ditemukan kekambuhan. ISK yang terjadi
nosokomial di rumah sakit pernah dilaporkan sebanyak 14,2% per 1000 penderita anak, hal ini
terjadi biasanya karena pemakaian kateter urin jangka panjang.
Dewasa wanita rentan terhadapa ISK Karena, penyebabnya adalah saluran uretra (saluran
yang menghubungkan kantung kemih ke lingkungan luar tubuh) perempuan lebih pendek (sekitar
3-5 cm). Berbeda dengan uretra laki-laki yang panjang, sepanjang penisnya, sehingga kuman sulit
masuk.
2.1.4 WOC (Web Of Coution)
2.1.5 Patofisiologis
Secara normal, air kencing atau urine adalah steril alias bebas kuman. Infeksi terjadi bila
bakteri atau kuman yang berasal dari saluran cerna jalan jalan ke urethra atau ujung saluran
kencing untuk kemudian berkembang biak disana. Maka dari itu kuman yang paling sering
menyebabkan ISK adalah E.coli yang umum terdapat dalam saluran pencernaan bagian bawah.
Pertama tama, bakteri akan menginap di urethra dan berkembang biak disana. Akibatnya,
urethra akan terinfeksi yang kemudian disebut dengan nama urethritis. Jika kemudian bakteri naik
ke atas menuju saluran kemih dan berkembang biak disana maka saluran kemih akan terinfeksi
yang kemudian disebut dengan istilah cystitis. Jika infeksi ini tidak diobati maka bakteri akan naik
lagi ke atas menuju ginjal dan menginfeksi ginjal yang dikenal dengan istilah pyelonephritis.
Mikroorganisme seperti klamidia dan mikoplasma juga dapat menyebabkan ISK namun
infeksi yang diakibatkan hanya terbatas pada urethra dan sistem reproduksi. Tidak seperti E. coli,
kedua kuman ini menginfeksi orang melalui perantara hubungan seksual.
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang mengatur keseimbangan cairan tubuh
dan elektrolit dalam tubuh, dan sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah dengan
mengeksresikan air yang dikeluarkan dalam bentuk urine apabila berlebih. Diteruskan dengan
ureter yang menyalurkan urine ke kandung kemih. Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih atau
urine bebas dari mikroorganisme atau steril.
Infeksi saluran kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus
urinarius. Masuknya mikroorganisme kedalam saluran kemih dapat melalui :
1) Penyebaran endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat (ascending) yaitu :
a. Masuknya mikroorganisme ke dalam kandung kemih, antara lain: factor anatomi dimana pada
wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih
tinggi, factor tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat kedalam traktus
urinarius (pemasangan kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi
b. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari flora normal usus.
Dan hidup secara komensal di dalam introitus vagina, prepusium penis, kulit perineum, dan di
sekitar anus. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui uretra – prostate – vas deferens –
testis (pada pria) buli-buli – ureter, dan sampai ke ginjal

Gambar 1. Masuknya kuman secara ascending ke dalam saluran kemih, (1) Kolonisasi kuman
di sekitar uretra, (2) masuknya kuman melalui uretra ke buli-buli, (3) penempelan kuman pada
dinding buli-buli, (4) masuknya kuman melalui ureter ke ginjal.
2) Hematogen
Sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga mempermudah penyebaran
infeksi secara hematogen. Ada beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal
sehingga mempermudah penyebaran hematogen, yaitu adanya : bendungan total urine yang dapat
mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut.
3) Limfogen
Pielonefritis (infeksi traktus urinarius atas) merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tobulus dan
jaringan intertisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kmih melalui uretra
dan naik ke ginjal meskipun ginjal 20 % sampai 25 % curah jantung; bakteri jarang mencapai
ginjal melalui aliran darah ; kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3 %. Pielonefritis
akut biasanya terjadi akibat infeksi kandung kemih asendens. Pielonefritis akut juga dapat terjadi
melalui infeksi hematogen. Infeksi dapat terjadi di satu atau di kedua ginjal. Pielonefritis kronik
dapat terjadi akibat infeksi berulang, dan biasanya dijumpai pada individu yang mengidap batu,
obstruksi lain, atau refluks vesikoureter.
Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh menyebarnya
infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urine dari uretra ke dalam kandung
kemih (refluks urtrovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.
Uretritis suatu inflamasi biasanya adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang
digolongkan sebagai general atau mongonoreal. Uretritis gnoreal disebabkan oleh niesseria
gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis nongonoreal; uretritis yang tidak
berhubungan dengan niesseria gonorhoeae biasanya disebabkan oleh klamidia frakomatik atau
urea plasma urelytikum.
Pada usia lanjut terjadinya ISK sering disebabkan karena adanya:
a. Sisa urin dalam kandug kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang tidak
lengkap atau krang efektif. Sisa urin yang meningkat mengakibatkan distensi yang berlebihan
sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini mengakibtkan penurunan resistensi terhadap invasi
bakteri dan residu kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan
mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang kurang baik
d. System Imunitas yang menurun
e. Adanya hambatan pada saluran urin
2.1.6 Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala ISK tidak selalu lengkap dan bahkan tidak selalu ada, yaitu pada keadaan
yang disebut bakteriuria tanpa gejala (BTG).
Gejala yang lazim ditemukan adalah: disuria, polakisuria, dan terdesak kencing (urgency),
yang semuanya sering terdapat bersamaan. Rasa nyeri biasa didapatkan di daerah supra pubik atau
pelvis berupa rasa nyeri atau seperti terbakar di uretra atau muara uretra luar sewaktu kencing, atau
dapat juga di luar waktu kencing. Polakisuria terjadi akibat kandung kemih tidak dapat
menampung kencing lebih dari 500 ml akibat rangsangan mukosa yang meradang sehingga sering
kencing. Rasa terdesak kencing dapat sampai menyebabkan seseorang penderita ISK ngompol,
tetapi gejala ini juga didapatkan pada penderita batu atau benda asing di dalam kandung kemih.
Gejala lain yang yang juga didapatkan pada ISK adalah stranguria yaitu kencing yang susah
dan disertai kejang otot pinggang yang sering pada sistitis akut; tenesmus yaitu rasa nyeri dengan
keinginan mengosongkan kandung kencing meskipun telah kosong; nokturia yaitu kecenderungan
buang air kencing lebih sering pada waktu malam hari akibat kapasitas kandung kencing yang
menurun atau rangsangan mukosa yang meradang dengan volume urin yang kurang.
Kolik ureter atau ginjal yang gejalanya khas dan nyeri prostate dapat juga menyertai gejala
ISK.
2.1.7 Komplikasi
Pielonefritis berulang dapat mengakibatkan hipertensi, parut ginjal, dan gagal ginjal kronik
(Pielonefritis berulang timbul karena adanya faktor predisposisi).
2.1.8 Pencegahan
ISK dapat dicegah dengan banyak minum dan tidak menahan kemih, sebagai upaya untuk
membersihkan saluran kemih dari kuman. Bagi penderita ISK, kedua hal tersebut lebih ditekankan
lagi karena ISK dapat menimbulkan lingkaran setan. Penderita ISK dengan disuria cenderung
untuk menahan kemih, padahal menahan kemih itu sendiri dapat memperberat ISK.
Untuk mengurangi risiko ISK pada kateterisasi, perlu kateterisasi yang tepat. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam kateterisasi antara lain jenis kateter, teknik dan lama kateterisasi.
Ada beberapa upaya lain yang dapat anda lakukan untuk mencegah infeksi saluran kemih
ini, antara lain :
a. Minumlah banyak cairan (dianjurkan untuk minum minimal 8 gelas air putih sehari).
b. Segera buang air kecil sebelum dan sesudah melakukan hubungan seksual. Bersihkan alat kelamin
saat akan berhubungan intim.
c. Jika membersihkan kotoran, bersihkan dari arah depan ke belakang, agar kotoran dari dubur tidak
masuk ke dalam saluran kemih.
d. Periksa air seni secara rutin selama kehamilan. Dengan pemeriksaan tersebut akan dpaat segera
diketahui apakah anda terinfeksi atau tidak.
e. Hindari penggunaan cairan yang tidak jelas manfaatnya pada alat kelamin. Cairan ini dapat
mengiritasi urethra.

2.1.9 Penatalaksanaan
Pengelolaan ISK bertujuan untuk membebaskan saluran kemih dari bakteri dan mencegah
atau mengendalikan infeksi berulang, sehingga morbiditasnya dihindarkan atau dikurangi.
Dengan demikian tujuan dapat berupa:
a. Mencegah atau menghilangkan gejala, bakteriema, dan kematian akibat ISK
b. Mencegah dan mengurangi progesi kearah gagal ginjal terminal akibat ISK sendiri atau
komplikasi manipulasi saluran kemih
c. Mencegah timbulnya ISK nyata (bergejala) pada semester akhir kehamilan
Ada beberapa cara metode pengobatan ISK yang ladzim dipakai yang disesuaikan dengan keadaan
atau jenis ISK, yaitu:
a. Pengobatan dosis tunggal, obat diberikan satu kali
b. Pengobatan jangka pendek, obat diberikan dalam waktu 1-2 minggu
c. Pengobatan jangka panjang, obat diberikan dalam waktu 3-4 minggu
d. Pengobatan profilaktik, yaitu dengan dosis rendah satu kali sehari sebelum tidur dalam waktu 3-6
bulan atau lebih
Dalam pendekatan klinis pengobatan ISK ini pemilihan antibiotic penting, untuk mendapatkan
hasil yang optimal, dengan berdasarkan:
a. Jenis Infeksi Saluran Kemih, antara lain: Kandung kemih (sistitis), uretra (uretritis), prostat
(prostatitis), ginjal (pielonefritis)
b. Pola resistensi kuman penyebab ISK, oleh karena diperlukan waktu dan terapi menjelang
diagnosis tepat etiologi ISK sesuai hasil biakan
c. Keadaan fungsi ginjal yang akan menentukan ekskresi dan efek obat dan kemungkinan terjadinya
akumulasi atau efek samping / toksik obat
Pola kuman khususya sifat resistensinya terhadap antibiotic yang terjadi dan pola kuman
penyebab ISK sesuai jenis ISK akan berperan dalam keberhasilan pengobatan ISK, oleh karena
dengan mengetahui dua dasar keadaan tadi, akan dapat dipilih cara dan antibiotic mana yang harus
dipakai dalam pengobatan ISK ini, dalam menentukan pola kuman ini, sangat penting peranan
bagian mikrobiologi untuk menyebarkan hasil pemeriksaan resistensi tes kuman-kuman penyebab
ISK yang disampaikan secara periodic, sehingga dapat diketahui para klinisi.
Pola resistensi perlu untuk menentukan pengobatan pertama sebelum ada hasil biakan urin,
khususnya memilih antibiotic yang masih sensitive terhadap kuman penyebab ISK. Dalam hal ini
perlu dipertimbangkan keadaan resistensi kuman yang mungkin sebagai penyebab ISK terhadap
antibiotic yang tersedia dinegara kita ini, dan akibat mudahnya penggunaan oleh dokter praktek.
Tentang jenis infeksi dan fungsi ginjal dapat diduga dengan gejala klnis yang didapatkan pada
penderita melalui pemeriksaan jasmani dan bila perlu dengan pemeriksaan penunjang.
Maka pendekatan klinis pengobatan ISK umumnya adalah sebagai berikut:
a. ISK bawah tanpa komplikasi adalah dosis tunggal dan bila perlu jangka pendek
b. ISK bawah dengan komplikasi terapi dapat diteruskan sampai 14 hari
c. ISK atas tanpa komplikasi obat diberikan untuk 14 hari
d. ISK atas dengan komplikasi harus dengan jangka panjang
e. ISK kambuh bila terjadi disamping harus dibedakan relaps (kuman yang sama) atau reinfeksi
(kuman yang lain) setelah terapi jangka panjang biasanya harus diikuti terapi pencegahan atau
profilaktik
Dalam pemilihan antibiotic setelah jenis infeksi ditentukan, harus diperhatikan hal-hal
antara lain: sensitivitas, kadar dalam urin tinggi, efeksamping sedikit, murah dan tidak
menimbulkan kuman resisten dan mengubah flora usus dan vagina. Obat yang nefrotik harus hati-
hati pemberiannya dengan memperhaikan fungsi ginjal, dan bila fungsi ginjal menurun maka
antibiotic dapat diberikan dengan mengurangi dosis dengan interval seperti normal, atau dengan
dosis tetap tetapi interval diperpanjang.
Bila terjadi relaps setelah terapi yang adekuat, harus dilakukan pengobatan profilaktik yaitu
dengan antibiotic yang efektif terhadap kuman pathogen urin, bentuk aktif dalam urin tinggi, tidak
menyebabkan kuman bermutasi menjadi kebal, tidak mempengaruhi flora usus dan vagina, sedikit
efek samping, dan murah. Antibiotic yang sering dipakai dalam hal ini adalah: golongan
sulfonamide, nitrofurantoin, kuinolon, ampisilin dan metanamin.
Hal penting lain yang harus dikerjakan pada terapi ISK ini adalah bila mungkin mengoreksi
kelainan yang didapatkan yang kemungkinan sekali sebagai penyebeb relaps, yaitu dengan dilatasi
ureter bila ada penyempitan, ureterostomi kalau perlu, meninggikan klirens dengan minum yang
cukup kurang lebih 2 L/Hari, dsb.
2.5 Asuhan Keperawatan dengan Infeksi Saluran Kemih (ISK)
1. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian pada klien ISK menggunakan pendekatan bersifat menyeluruh
yaitu:
a. Data biologis meliputi :
1) Identitas klien
2) Identitas penanggung
b. Riwayat kesehatan :
1) Riwayat infeksi saluran kemih
2) Riwayat pernah menderita batu ginjal
3) Riwayat penyakit DM, jantung.
c. Pengkajian fisik :
1) Palpasi kandung kemih
2) Inspeksi daerah meatus
a. Pengkajian warna, jumlah, bau dan kejernihan urine
b. Pengkajian pada costovertebralis
d. Riwayat psikososial
1) Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan
2) Persepsi terhadap kondisi penyakit
3) Mekanisme koping dan sistem pendukung
4) Pengkajian pengetahuan klien dan keluarga
a. Pemahaman tentang penyebab/perjalanan penyakit
b. Pemahaman tentang pencegahan, perawatan dan terapi medis

2. Diagnosa Keperawatan
a. Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih.
b. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan sruktur traktus
urinarius lain.
c. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun
struktur traktus urinarius lain.
d. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya sumber informasi.
3. Intervensi
a. Infeksi yang berhubungan dengan penurunan sistem imun
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien memperlihatkan tidak adanya
tanda-tanda infeksi.
Kriteria Hasil :
1) Tanda vital dalam batas normal
2) Nilai kultur urine negatif
3) Urine berwarna bening dan tidak bau
Intervensi :
1) Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu diatas 38,50C
Rasiona: Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh
2) Catat karakteristik urine
Rasional: Mengetahui/mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
3) Anjurkan pasien untuk minum 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi
Rasional: Untuk mencegah stasis urine
4) Monitor pemeriksaan ulang urine kultur dan sensivitas untuk menentukan respon terapi.
Rasional: Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap keadaan penderita.
5) Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komplit setiap kali kemih.
Rasional : Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih
6) Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan kering.
Rasional: Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi uretra.

b. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih dan struktur traktus
urinarius lain.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien merasa nyaman dan nyerinya
berkurang.
Kriteria Hasil :
1) Pasien mengatakan / tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih.
2) Kandung kemih tidak tegang
3) Pasien nampak tenang
4) Ekspresi wajah tenang
Intervensi:
1) Pantau perubahan warna urin, pantau pola berkemih, masukan dan keluaran setiap 8 jam dan
pantau hasil urinalisis ulang
Rasional: Mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan
2) Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) nyeri.
Rasional: Membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab nyeri
3) Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan.
Rasional: Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.
4) Berikan perawatan perineal
Rasional: Mencegah kontaminasi uretra
5) Jika dipasang kateter, perawatan kateter 2 kali per hari.
Rasional: Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik ke saluran
perkemihan.
6) Alihkan perhatian pada hal yang menyenangkan
Rasional: Relaksasi, menghindari terlalu merasakan nyeri.
7) Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik sesuai dengan program terapi.
Rasional : Analgetik memblok lintasan nyeri

c. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun
struktur traktus urinarius lain.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat mempertahankan pola
eliminasi secara adekuat.
Kriteria Hasil :
1) Klien dapat berkemih setiap 3 jam
2) Klien tidak kesulitan pada saat berkemih
3) Klien dapat BAK dengan berkemih
Intervensi:
1) Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristik urine
Rasional: Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi
2) Dorong meningkatkan pemasukan cairan
Rasional: Peningkatan hidrasi membilas bakteri.
3) Kaji keluhan pada kandung kemih
Rasional: Retensi urin dapat terjadi menyebabkan distensi jaringan (kandung kemih/ginjal)
4) Observasi perubahan tingkat kesadaran
Rasional: Akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada susunan saraf
pusat
5) Kolaborasi:
a) Awasi pemeriksaan laboratorium; elektrolit, BUN, kreatinin
Rasional: Pengawasan terhadap disfungsi ginjal
b) Lakukan tindakan untuk memelihara asam urin: tingkatkan masukan sari buah berri dan berikan
obat-obat untuk meningkatkan asam urin.
Rasional: Asam urin menghalangi tumbuhnya kuman. Peningkatan masukan sari buah dapat berpengaruh
dalam pengobatan infeksi saluran kemih.

d. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan


dengan kurangnya sumber informasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tidak memperlihatkan tanda-tanda gelisah.
Kriteria Hasil :
1) Menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, rencana pengobatan, dan
tindakan perawatan diri preventif.
2) Klien tidak gelisah
3) Klien tenang
Intervensi:
1) Berikan waktu kepada pasien untuk menanyakan apa yang tidak di ketahui tentang penyakitnya.
Rasional: Mengetahui sejauh mana ketidaktahuan pasien tentang penyakitnya.
2) Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datang
Rasional: Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan beradasarkan informasi.
3) Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah penyebaran, jelaskan
pemberian antibiotik, pemeriksaan diagnostik: tujuan, gambaran singkat, persiapan yang
dibutuhkan sebelum pemeriksaan, perawatan sesudah pemeriksaan.
Rasional: Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan membantu mengembankan
kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik.
4) Anjurkan pasien untuk menggunakan obat yang diberikan, minum sebanyak kurang lebih
delapan gelas per hari.
Rasional: Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda tanda penyakit mereda. Cairan dapat
menolong membilas ginjal.

5) Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan masalah tentang
rencana pengobatan.
Rasional: Mendeteksiisyarat indikatif kemungkinan ketidakpatuhan dan membantu mengembangkan
penerimaan rencana terapeutik.

4. Evaluasi
Evaluasi hasil yang diharapkan meliputi:
a. Memperhatikan berkurangnya rasa nyeri dan ketidaknyamanan
1) Melaporkan berkurangnya nyeri, urgensi, disuria, atau hesitensi pada saat berkemih
2) Minum analgesic dan agens antimicrobial sesuai resep minum 8 - 10 gelas air setiap hari
3) Berkemih setiap 2 – 3 jam
4) Urin yang keluar jernih dan tidak berbau
b. Pengetahuan mengenai tindakan pencegahan dan modalitas penanganan yang dirsepkan
meningkat.
c. Beb4as komplikasi.
1) Melaporkan tidak adanya gejala infeksi atau gagal ginjal (mual, muntah, kelemahan, pruritus).
2) Kadar BUN dan kereatinin serum normal, kultur darah dan urin negative.
3) Memperlihatkan tanda-tanda vital dan suhu yang normal; tidak ada tanda-tanda sepsis.
4) Mempertahankan haluaran urin yang adekuat (>30 ml/jam).

2.6 Masalah Penelitian & Malpraktek


A. Dasar Hukum Penuntutan Dan Malpraktek Korban Meninggal
Indosiar.com, Surabaya - Dugaan kasus malpraktek kembali terjadi, korbannya hampir
sama namanya dengan Prita Mulyasari yakni Pramita Wulansari. Wanita ini meninggal dunia tidak
lama setelah menjalani operas caesar di Rumah Sakit Surabaya Medical Service. Korban
mengalami infeksi pada saluran urin dan kemudian menjalar ke otak. Saat dikonfirmasi, pihak
Rumah Sakit Surabaya Medical Service belum memberikan jawaban terkait dugaan malpraktek
ini.
Lita, dipanggil pihak Rumah Sakit Medical Service di Jalan Kapuas Surabaya terkait
laporannya pada salah satu media tentang anaknya Pramita Wulansari (22), yang meninggal dunia
setelah menjalani operasi caesar di Rumah Sakit Medical Service. Menurut cerita Lita, ibu dari
Pramita, sebelumnya Pramita melakukan operasi persalinan disalah satu praktek bidan di Jalan
Nginden, Surabaya. Karena kondisinya terus memburuk, Pramita lalu dirujuk ke Rumah Sakit
Surabaya Medical Service untuk dilakukan operasi caesar. Operasi berjalan mulus yang ditangani
oleh dr. Antono. Dua minggu kemudian Pramita kembali ke Rumah Sakit Surabaya Medical
Service untuk melakukan chek up. dr. Antono menyarankan Pramita dioperasi karena dideteksi
saluran kencingnya bocor (infeksi) dan Pramita kembali menjalani operasi.
Pramita juga disarankan meminum jamu asal Cina untuk memulihkan tenaga. Namun
kondisinya malah memburuk dan Pramita sempat buang air besar bercampur darah. Melihat
kondisi Pramita semakin memburuk, pihak keluarga meminta dirujuk ke Rumah Sakit Dr Soetomo
Surabaya. Pramita sempat dua hari dirawat di Rumah Sakit Dr Soetomo namun dinyatakan
terlambat, karena infeksi sudah menjalar ke otak dan Pramita akhirnya meninggal dunia. Anak
yang dilahirkan Pramita kini sudah berumur satu bulan dan diberi nama Kevin. Si bayi terpaksa
dirawat oleh ayahnya dan kedua mertuanya.Sementara itu saat dikonfirmasi wartawan, pihak
Rumah Sakit Surabaya Medical Service tidak mau memberi komentar mengenai dugaan
malpraktek ini. (Didik Wahyudi/Sup).

B. Malpraktek Medis
Meningkatnya kesadaran masyarakat akan hak-haknya merupakan salah satu indikator
positif meningkatnya kesadaran hukum dalam masyarakat. Masalahnya tidak setiap upaya
pelayanan kesehatan hasilnya selalu memuaskan semua pihak terutama pasien, yang pada
gilirannya dengan mudah menimpakan beban kepada pasien bahwa telah terjadi malpraktek.
Dari definisi malpraktek “adalah kelalaian dari seseorang dokter atau perawat untuk
mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien,
yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan
yang sama”. (Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos, California,
1956). Dari definisi tersebut malpraktek harus dibuktikan bahwa apakah benar telah terjadi
kelalaian tenaga kesehatan dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
ukurannya adalah lazim dipergunakan diwilayah tersebut. Andaikata akibat yang tidak diinginkan
tersebut terjadi apakah bukan merupakan resiko yang melekat terhadap suatu tindakan medis
tersebut (risk of treatment) karena perikatan dalam transaksi teraputik antara tenagakesehatan
dengan pasien adalah perikatan/perjanjian jenis daya upaya (inspaning verbintenis) dan bukan
perjanjian/perjanjian akan hasil (resultaa verbintenis). Apabila tenaga tenaga kesehatan didakwa
telah melakukan kesalahan profesi, hal ini bukanlah merupakan hal yang mudah bagi siapa saja
yang tidak memahami profesi kesehatan dalam membuktikan ada dan tidaknya kesalahan. Dalam
hal tenaga kesehatan didakwa telah melakukan ciminal malpractice, harus dibuktikan apakah
perbuatan tenaga kesehatan tersebut telah memenuhi unsur tidak pidanya yakni
1. Apakah perbuatan (positif act atau negatif act) merupakan perbuatan yang tercela
2. Apakah perbuatan tersebut dilakukan dengan sikap batin (mens rea) yang salah (sengaja, ceroboh
atau adanya kelalaian).
Selanjutnya apabila tenaga perawatan dituduh telah melakukan kelalaian sehingga
mengakibatkan pasien meninggal dunia, menderita luka, maka yang harus dibuktikan adalah
adanya unsur perbuatan tercela (salah) yang dilakukan dengan sikap batin berupa alpa atau kurang
hati-hati ataupun kurang praduga. Dalam kasus atau gugatan adanya civil
malpractice pembuktianya dapat dilakukan dengan dua cara yakni :
1. Cara Langsung
Oleh Taylor membuktikan adanya kelalaian memakai tolok ukur adanya 4 D yakni :
a) Duty (Kewajiban)
b) Dalam hubungan perjanjian tenaga perawatan dengan pasien, tenaga perawatan haruslah
bertindak berdasarkan
c) Adanya indikasi medis
d) Bertindak secara hati-hati dan teliti
e) Bekerja sesuai standar profesi
f) Sudah ada informed consent.
g) Dereliction of Duty (Penyimpangan dari Kewajiban)
h) Jika seorang tenaga perawatan melakukan asuhan keperawatan menyimpang dari apa yang
seharusnya atau tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan menurut standard profesinya,
maka tenaga perawatan tersebut dapat dipersalahkan.
i) Direct Causation (Penyebab Langsung)
j) Damage (Kerugian)
k) Tenaga perawatan untuk dapat dipersalahkan harus ada hubungan kausal (langsung) antara
penyebab (causal) dan kerugian (damage) yang diderita oleh karenanya dan tidak ada peristiwa
atau tindakan sela diantaranya, dan hal ini haruslah dibuktikan dengan
jelas. Hasil (outcome) negatif tidak dapat sebagai dasar menyalahkan tenaga perawatan.
2. Cara Tidak Langsung
Cara tidak langsung merupakan cara pembuktian yang mudah bagi pasien, yakni dengan
mengajukan fakta-fakta yang diderita olehnya sebagai hasil layanan perawatan (doktrin res ipsa
loquitur). Doktrin res ipsa loquitur dapat diterapkan apabila fakta-fakta yang ada memenuhi
kriteria:
a) Fakta tidak mungkin ada/terjadi apabila tenaga perawatan tidak lalai
b) Fakta itu terjadi memang berada dalam tanggung jawab tenaga perawatan
c) Fakta itu terjadi tanpa ada kontribusi dari pasien dengan perkataan lain tidak ada contributory
negligence, gugatan pasien.
C. Upaya Pencegahan Malpraktek
Upaya Pencegahan Malpraktek Dalam Pelayanan Kesehatan Dengan adanya
kecenderungan masyarakat untuk menggugat tenaga medis karena adanya malpraktek diharapkan
tenaga dalam menjalankan tugasnya selalu bertindak hati-hati, yakni:
1. Tidak menjanjikan atau memberi garansi akan keberhasilan upayanya.
2. Sebelum melakukan intervensi agar selalu dilakukan informed consent.
3. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dalam rekam medis.
4. Apabila terjadi keragu-raguan, konsultasikan kepada senior atau dokter.
5. Memperlakukan pasien secara manusiawi.
6. Menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, keluarga dan masyarakat.
Pada perkara perdata dalam tuduhan civil malpractice dimana perawat digugat membayar
ganti rugi sejumlah uang, yang dilakukan adalah mementahkan dalil-dalil penggugat, karena dalam
peradilan perdata, pihak yang mendalilkan harus membuktikan di pengadilan, dengan perkataan
lain pasien atau pengacaranya harus membuktikan dalil sebagai dasar gugatan bahwa tergugat
(perawat) bertanggung jawab atas derita (damage) yang dialami penggugat. Untuk membuktikan
adanya civil malpractice tidaklah mudah, utamanya tidak diketemukannya fakta yang dapat
berbicara sendiri (res ipsa loquitur), apalagi untuk membuktikan adanya tindakan menterlantarkan
kewajiban (dereliction of duty) dan adanya hubungan langsung antara menterlantarkan kewajiban
dengan rusaknya kesehatan (damage), sedangkan yang harus membuktikan adalah orang-orang
awam dibidang kesehatan dan hal inilah yang menguntungkan tenaga perawatan.
Dari segi hukum, di dalam definisi di atas dapat ditarik pemahaman bahwa malpraktik
dapat terjadi karena tindakan yang disengaja (intentional) seperti pada misconduct tertentu,
tindakan kelalaian (negligence), ataupun suatu kekurangmahiran atau tidak kompeten yang tidak
beralasan. Dengan pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa kesimpulan adanya malpraktik
bukanlah dilihat dari hasil tindakan medis pada pasien melainkan harus ditinjau bagaimana proses
tindakan medis tersebut dilaksanakan. Suatu hasil yang tidak diharapkan di bidang medik
sebenarnya dapat diakibatkan oleh beberapa kemungkinan, yaitu:
1. Hasil dari suatu perjalanan penyakitnya sendiri.
2. Hasil dari suatu resiko yang tidak dapat dihindari.
3. Hasil dari suatu kelalaian medik.
4. Hasil dari suatu kesengajaan.
Pada kelalaian harus memenuhi keempat unsur kelalaian dalam hukum, khususnya
kerugian, sedangkan error tidak selalu mengakibatkan kerugian. Gugatan ganti rugi akibat suatu
kelalaian medik harus membuktikan ada ke empat unsur diatas, dan apabila salah satu saja
diantaranya tidak dapat dibuktikan maka gugatan tersebut di nilai tidak cukup bukti. Dasar Hukum
Penuntutan Ganti Rugi malpraktek:
1. Pasal 55 Undang-Undang no 23 tahun 1992 tentang Kesehatan (1): Setiap orang berhak atas
ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan.
2. Pasal 1365 KUH Perdata: Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada
seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti
kerugian tersebut.
3. Pasal 1366 KUH Perdata: Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang
disebabkan perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan kelalaian atau kurang hati-
hatinya.
4. Pasal 1367 KUH Perdata: Seorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan
perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan perbuatan orang-orang yang
menjadi tanggungannya atau disebabkan oleh barang-barang yang berada di bawah
pengawasannya.
5. Pasal 7 Undang-Undang no 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 1370 KUH
Perdata: Dalam halnya suatu kematian dengan sengaja atau karena kurang hati-hatinya seorang,
maka suami atau istri yang ditinggalkan, anak atau orang tua si korban yang lazimnya mendapat
nafkah dari pekerjaan si korban yang lazimnya mendapat nafkah dari pekerjaan si korban
mempunyai hak menuntut suatu ganti rugi, yang harus dinilai menurut kedudukan dan kekayaan
kedua belah pihak serta menurut keadaan.
6. Pasal 1371 KUH Perdata: Penyebab luka atau cacatnya sesuatu anggota badan dengan sengaja
atau karena kurang hati-hati memberikan hak kepada si korban untuk selain penggantian biaya-
biaya kesembuhan, menuntut penggantian kerugian yang disebabkan oleh luka atau cacat tersebut.
Juga penggantian kerugian ini dinilai menurut kedudukan dan kemampuan kedua belah pihak dan
menurut keadaan.
7. Pasal 1372 KUH Perdata: Tuntutan perdata tentang hal penghinaan adalah bertujuan mendapat
penggantian kerugian serta pemulihan kehormatan dan nama baik.

D. Di Bidang Pidana Juga Ditemukan Pasal-Pasal yang Menyangkut Kelalaian, Yaitu:


1. Pasal 359 KUHP: Barang siapa karena kesalahannya (kelalaiannya) menyebabkan orang lain
mati, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama
satu tahun.
2. Pasal 360 KUHP: Barang siapa karena kesalahannya (kelalaiannya) menyebabkan orang lain
mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana paling lama lima tahun atau pidana kurungan
paling lama satu tahun. Barang siapa karena kesalahannya (kelalaiannya) menyebabkan orang lain
luka-luka sedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau halangan menjalankan pekerjaan jabatan
atau pencarian selama waktu tertentu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan
atau pidana kurungan paling lama enam bulan atau pidana denda paling tinggi empat ribu lima
ratus rupiah.
3. Pasal 361 KUHP: Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini dilakukan dalam menjalankan
suatu jabatan atau pencarian, maka pidana ditambah dengan sepertiga dan yang bersalah dapat
dicabut haknya untuk menjalankan pencarian dalam mana dilakukan kejahatan, dan hakim dapat
memerintahkan supaya putusannya diumumkan.

E. Pembuktian Adanya Kewajiban dan Pelanggarannya


Dasar adanya kewajiban dokter adalah hubungan kontraktual-profesional antara tenaga
medis dengan pasiennya, yang menimbulkan kewajiban umum sebagai akibat dari hubungan
tersebut dan kewajiban profesional (diuraikan di dalam sumpah profesi, etik profesi, berbagai
standar pelayanan, dan berbagai prosedur profesional) bagi tenaga medis tersebut. Kewajiban-
kewajiban tersebut merupakan rambu-rambu yang harus diikuti untuk mencapai perlindungan,
baik bagi pemberi layanan maupun bagi penerima pelayanan. (untuk mencapai safety yang
optimum).
Dalam kaitannya dengan kelalaian medik, kewajiban tersebut berkaitan dengan kewajiban
tenaga medis tertentu, atau untuk tidak melakukan sesuatu tindakan tertentu terhadap pasien
tertentu pada situasi dan kondisi tertentu. Untuk dapat memperoleh kualifikasi sebagai dokter,
setiap orang harus memiliki kompetensi yang rata-rata (reasonable competence) dalam populasi
dokter, juga kewenangan medis yang diperoleh dari penguasa dibidang kesehatan dalam bentuk
ijin praktek. Kewenangan formil diperoleh dengan memiliki ijin praktek dan dalam melaksanakan
kewenangannnya dapat melakukan tindakan medis di suatu sarana kesehatan tersebut, atau bekerja
sambil belajar di institusi pendidikan spesialisasi dibawah supervisi pendidiknya. Sikap dan
tindakan yang wajib dilaksanakan oleh dokter diatur dalam berbagai standar. Standar berperilaku
diuraikan dalam sumpah dokter, etik kedokteran dan standar perilaku IDI. Dalam bertindak di
suatu sarana kesehatan tertentu dokter diberi rambu-rambu sebagaimana diatur dalam standar
prosedur operasi sarana kesehatan tersebut.

F. Pembelaan Adanya Penyimpangan Kewajiban


Pembelaan dengan mengatakan tidak adanya kewajiban pada pihak dokter hampir tidak
mungkin dilakukan, oleh karena umumnya hubungan professional antara dokter dengan pasien
telah terbentuk. Pada awalnya tentu saja dibuktikan terlebih dahulu adanya kompetensi dan
kewenangan medik pada dokter pada peristiwa tersebut, demikian pula kompetensi dan
kewenangan institusi kesehatan tempat terjadinya peristiwa. Pembelaan harus dapat menunjukkan
bahwa tidak ada penyimpangan standar profesi dan atau standar prosedur operasional, atau
kalaupun ada penyimpangan dapat dibuktikan bahwa penyimpangan tersebut masih dapat
dibenarkan atau dimaafkan karena adanya faktor-faktor pembenar dan pemaaf (keterbatasan
sumber daya, pendeknya waktu atau tingkat keparahan dan sifat perjalanan penyakit pasien).

DAFTAR PUSTAKA

Baughman, D. C., & Hackley, J. C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah: Buku Saku dari Brunner &
Suddarth. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Edisi: 8.
Jakarta: EGC.
Brunner, Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol. 2. Jakarta: EGC
Doenges, Marilyn. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC
NANDA Internasional. 2012. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.
Suharyanto, Toto, & Madjid. A. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Trans Info Media.
Tambayong, J. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.
Sabiston, 1994. Buku Ajar Bedah Bagian 2. Jakarta: EGC.
Benson, R. C., & Pernoll, M. L. 2009. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Edisi 9. Jakarta: EGC.
Sloane, E. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC
Arif, Muttaqin. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika
Underwood. 1999. Patologi Umum dan Sistemik. Edisi 2. Jakarta: EGCJAWABAN
SOAL REMIDI ULANGAN HARIAN IPA BIOLOGI MATERI SISTEM
EKSKRESI

SOAL REMIDI ULANGAN HARIAN IPA BIOLOGI


MATERI SISTEM EKSKRESI
I. Soal Pilihan Ganda. Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1. Perhatikan gambar irisan ginjal berikut !

Bagian yang bertanda x adalah ….


a. korteks
b. medula
c. pelvis
d. sumsum ginjal

2. Perhatikan gambar berikut.


Tempat untuk menampung urine sebelum
dikeluarkan daritubuh ditunjukkan oleh nomor
....
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4

3. Urine dari kantong urine dikeluarkan melalui saluran yang disebut ....
a. uretra
b. pelvis
c. ureter
d. medulla
4. Urutan proses pembentukan urine adalah . . . .
a. filtrasi-reabsorbsi-augmentasi
b. reabsorbsi-filtrasi-augmentasi
c. filtrasi-augmentasi-reabsorbsi
d. reabsorbsi-augmentasi-filtrasi
5. Urutan jalannya urine adalah . . . .
a. rongga ginjal-uretra-kantong kemih-ureter
b. rongga ginjal-ureter-uretra-kantong kemih
c. rongga ginjal-ureter-kantong kemih-uretra
d. rongga ginjal-kantong kemih-ureter-uretra
6. Pernyataan berikut berhubungan dengan sistem pengeluaran manusia, kecuali ….
a. kulit menghasilkan keringat
b. ginjal menghasilkan urine
c. bagian kulit yang berperan sebagai alat ekskresi adalah kelenjar keringat
d. pankreas menghasilkan enzim amylase
7. Zat sisa metabolisme yang dikeluarkan melalui paru-paru adalah ....
a. urea dan uap air
b. garam dapur dan air
c. asam amino dan amonia
d. karbon dioksida dan uap air
8. Selain sebagai alat pengeluaran, kulit manusia juga mempunyai fungsi sebagai
berikut,kecuali ....
a. mengatur kadar gula dalam darah
b. membentuk vitamin D
c. sebagai indra peraba
d. mengatur suhu tubuh
9. Sisa penyaringan pada proses filtrasi menghasilkan urine yang masih mengandung zat
yang berguna bagi tubuh, kecuali ....
a. glukosa
b. sel darah merah
c. garam-garam mineral
d. asam amino
10. Jumlah urine yang dikeluarkan dari tubuh dipengaruhi oleh ....
a. banyaknya makanan yang dimakan
b. faktor emosional
c. banyaknya cairan yang diminum
d. jumlah glukosa yang harus dikeluarkan dari darah
11. Agar suhu tetap, tubuh akan mengeluarkan ....
a. keringat
b. urine
c. ludah
d. karbondioksida
12. Diabetes mellitus dapat terjadi karena ....
a. nefron gagal menyerap kelebihan glukosa
b. pankreas menghasilkan insulin
c. kelebihan kadar garam dalam darah
d. adanya infeksi kuman pada glomerulus
13. Kulit berfungsi sebagai alat ekskresi karena ....
a. melindungi tubuh dari kuman
b. mempunyai kelenjar keringat
c. mempunyai ujung saraf reseptor
d. melindungi tubuh dari cahaya matahari
14. Adanya batu ginjal di dalam rongga ginjal dapat menimbulkan ....
a. diabetes insipidus
b. hematuria
c. nefritis
d. hidronefrosis
15. Zat yang tidak terdapat dalam urine sehat adalah :
a. garam
b. urea
c. zat warna empedu
d. glukosa
B. Soal Essay. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan benar !
1. Sebutkan macam-macam alat ekskresi pada manusia dan sebutkan ekskret yang
dihasilkannya!
Jawab:
1. Ginjal menghasilkan urine
2. Kulit menghasilkan keringat
3. Paru-paru menghasilkan karbondioksida
4. Hati menghasilkan zat warna empedu

2. Mengapa kulit, paru-paru, dan hati juga disebut sebagai organ-organ pengeluaran?
Jawab:
Kulit : Karena menghasilkan keringat yang mengandung air dan natrium.
Paru-paru : Karena menghasilkan karbondioksida yang tidak dibutuhkan lagi oleh
tubuh.
Hati : Karena menghasilkan zat-zat yang sudah tidak berguna bagi tubuh yaitu zat
warna empedu, urea, asam ureat, dan amonia yang akan dikeluarkan bersama urine.
Kesimpulan :karena hasil yang dikeluarkan kulit, paru-paru, dan hati adalah zat sisa hasil
metabolisme tubuh yang sudah tidak di butuhkan lagi oleh tubuh.

3. Proses pembentukan urine pada manusia berlangsung melalui tiga tahap utama. Jelaskan
mengenai tempat dan hasil dari ketiga tahap tersebut!
Jawab:
1. FILTRASI / PENYARINGAN

 Terjadi di Glomerulus
 Hasilnya urine primer atau filtrate glomerulus (cairan glomerulus)

2. REABSORSI / PENYERAPAN KEMBALI

 Terjadi di tubulus kontortus proksimal


 Hasilnya urine sekunder atau filtrate tubulus

3. AUGMENTASI / PENAMBAHAN

 Terjadi di tubulus kontortus distal dan juga saluran pengumpul.


 Hasilnya urine sesungguhnya

4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan nefron! Jelaskan pula fungsinya!


Jawab:
Nefron : Unit fungsional dan struktur terkecil dalam sistem ekskresi pada ginjal.
Fungsi nefron: Menyaring darah, pembentukan urine, autoregulasi, hormone yang
mengatur dalam perkemihan, gangguan fungsi ginjal.
5. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi banyak sedikitnya produksi urine manusia?
Jawab:
1. Suhu lingkunagan
2. Aktivitas
3. Banyaknya air yang diminum

6. Sebutkan zat-zat yang terkandung dalam urin yang normal!


Jawab:

1. Air.
2. Urea, amonia, asam ureat yang merupakan hasil metabolisme protein.
3. Garam-garam mineral, terutama garam dapur (Nacl).
4. Zat warna empedu (bilirubin dan biliverdin) yang menyebabkan urine
berwarna kuning.
5. zat yang berlebihan dalam darah, seperti hormon dan vitamin.

7. Sebutkan zat-zat yang tidak boleh terdapat dalam urin!


Jawab:

1. Glukosa
2. Asam Amino
3. Darah

8. Jelaskan perbedaan ureter dan uretra!


Jawab:
Ureter: saluran yang menghubungkan antara ginjal dengan kandung kemih
Uretra: saluran yang menghubungkan antara kandung kemih dengan saluran
keluar/keluat tubuh
9.Jelaskan mengapa proses penyerapan kembali zat-zat tertentu di dalam ginjal sangat
penting?
Jawab:
Karena zat yang diserap masih dimanfaatkan oleh tubuh.
10. Sebutkan 5 penyakit pada sistem ekskresi!
Jawab:

1. Albuminuria
2. Serosis hati
3. Pleuritis
4. Albino
5. Nefritis

Anda mungkin juga menyukai