Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia melakukan komunikasi setiap saat dalam setiap setting


kehidupan baik itu antara individu dengan individu dan individu dengan
kelompok. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri untuk
mempertahankan hidup. Manusia perlu dan harus berkomunikasi dengan
orang lain untuk memenuhi kebutuhan biologis, seperti minum, makan, dan
memenuhi kebutuhan psikologis, seperti kebahagiaan, sukses, rasa ingin tahu,
dan lain-lain.

Komunikasi dapat terjadi pada siapa saja, baik antara guru dan muridnya,
orang tua dengan anak, pedagang dengan pembeli, dan sebagainya. Pada
dasarnya komunikasi tidak hanya berupa memberitahukan dan mendengarkan
saja. Komunikasi harus mengandung informasi, sikap, ide, opini atau
pendapat. Komunikasi merupakan suatu proses mulai dari merancang pesan,
mendengarkan pesan, menginterpretasikan pesan, memahami pesan, sampai
pada penyampaian pesan kembali oleh penerima (komunikan) untuk
mencapai kesepakatan atau tujuan bersama. Salah satu jenis komunikasi,
yaitu komunikasi antar pribadi yang merupakan jenis komunikasi yang
efektif. Komunikasi antar pribadi didefinisikan sebagai proses hubungan yang
tercipta, tumbuh dan berkembang antar individu yang satu (sebagai
komunikator) dengan individu lain (sebagai komunikan), komunikator
dengan gayanya sendiri menyampaikan pesan kepada komunikan, sedangkan
komunikan dengan gayanya sendiri menerima pesan dari komunikator.

Dalam komunikasi antar pribadi kita sebagai pelaku komunikasi harus


mengetahui dan memahami syarat, unsur-unsur, dan cara berkomunikasi yang
efektif. Selain itu juga perlu memahami fungsi komunikasi antar pribadi, hal-
hal yang mempengaruhi komunikasi antar pribadi, komunikasi antar pribadi
yang efektif hingga implementasinya dalam kegiatan konseling. Semua itu
akan dibahas oleh penyusun dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Komunikasi Antar Pribadi?

2. Apa Tujuan Komunikasi Antar Pribadi?

3. Bagaimana gaya kepemimpinan dalam kominikasi antar pribadi?

4. Bagaimana Kebutuhan Manusia Menurut Teori Hierarki Kebutuhan


Maslow?

5. Bagaimana Peran teori Dua Faktor dalam Komunikasi Antar Pribadi?

6. Bagaimana Mendengarkan sebagai Keahlian Antarpribadi?

1.3 Tujuan

Tujuan Umum : Mahasiswa mengetahui dan memahami definisi


komunikasi antar pribadi.

Tujuan Khusus : 1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian komunikasi


antar pribadi

2. Mahasiswa dapat menjelaskan tujuan dalam kominikasi


antar pribadi

3. Mahasiswa dapat menjelaskan gaya kepemimpinan


dalam kominikasi antar pribadi

4. Mahasiswa dapat menyebutkan Kebutuhan Manusia


Menurut Teori Hierarki Kebutuhan Maslow?

5. Mahasiswa dapat menjelaskan Peran teori Dua Faktor


dalam Komunikasi Antar Pribadi
6. Mahasiswa dapat menjelaskan Mendengarkan sebagai
Keahlian Antarpribadi

1.3. Manfaat

Manfaat penyusunan makalah ini bagi mahasiswa, yaitu agar mahasiswa


dapat rmengimplementasikan komunikasi antar pribadi yang efektif ke dalam
proses konseling. Sehingga proses konseling dapat berjalan efektif dan
terentaskannya masalah yang dihadapi oleh konseli.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antarpribadi merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan


oleh dua orang atau lebih denga menggunakan Bahasa yang mudah dipahami
kedua belah pihak dan cenderung lebih fleksibel (luwes) dan informal.
Setiap individu dalam suatu organisasi (bisnis maupun non bisnis) dalam
kehidupan sehari-harinya tidak dapat dilepaskan dengan dunia komunikasi.
Salah satu jenis komunikasi adalah komunikasi antarpribadi.
Apa yang dimaksud dengan pengertian komunikasi antarpribadi??
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang dilakukan seseorang
dengan orang lain dalam suatu masyarakat maupun organisasi (bisnis dan non
bisnis) dengan menggunakan media komunikasi tertentu dan bahasa yang
mudah dipahami (informal) untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Berdasarkan pengertian tersebut, paling tidak ada 4 hal tertentu yang perlu
diperhatikan dalam mencermati definisi Komunikasi antarpribadi yakni :

a.Komunikasi dilakukan oleh dua orang atau lebih.


b.Menggunakan media tertentu, misalnya telepon, telepon seluler, atau
bertatap muka.
c. Bahasa yang digunakan biasanya bersifat informal (tidak baku) , kadang-
kadag menggunakan bahasa daerah, bahasa pergaulan atau bahasa
campuran.
d. Tujuan yang ingin dicapai dapat bersifat personal atau pribadi bila
komunikasi terjadi dalam suatu masyarakat, dan untuk pelaksanaan tugas
pekerjaan bila komunikasi terjadi dalam suatu organisasi.

Di dalam suatu masyarakat, komunikasi antar pribadi merupakan bentuk


komunikasi antara seseorang dengan orang lain dalam suatu masyarakat
untuk mencapai tujuan tertentu yang bersifat pribadi.
Sebelum membahas lebih jauh mengenai komunikasi antar-pribadi, kita
perlu membedakan antara komunikasi non-antarpribadi dan komunikasi
antarpribadi. Miller dan Steinberg (1975) membedakannya berdasarkan
tingkatan analisis yang digunakan untuk melakukan prediksi guna
mengetahui apakah komunikasi itu bersifat non-antarpribadi atau
antarpribadi. Menurut mereka terdapat tiga tingkatan dalam melakukan
prediksi, yaitu kultural, sosiologi, dan psikologis.

a. Analisis Tingkat Kultural

Kultur merupakan keseluruhan karangka kerja komunikasi: kata- kata,


tindakan-tindakan, postur, gerak-isyarat, nada suara, ekspresi wajah,
penggunaan waktu, ruang, dan materi, dan cara ia bekerja, bermain,
bercinta, dan mempertahankan diri. Kesemuanya itu dan selebihnya
merupakan sistem-sistem komunikasi yang lengkap dengan makna-makna
yang hanya dapat dibaca secara tepat apabila seseorang akrab dengan
prilaku dalam konteks sejarah, sosial, dan kultural ( Edward T. Hall,
1976 ). Terdapat dua macam-macam, yaitu homogeneous apabila orang-
orang di suatu kultur berprilaku kurang lebih sama dan menilai sesuatu
juga sama. Sedangkan yang heterogemous adanya perbedaan-perbedaandi
dalam pola prilaku dan nilai-nilai yang dianutnya. Jadi, apabila
komunikator melakukan prediksi terhadap reaksi penerima atau receiver
sebagai akibat menerima pesan dengan mengguanakan dasar kultural.

Pada analisis tingkat kultural sering terjadi kesalahan dalam


menangkap makna yang disamapikan komunikator dan komunikator sering
juga menyampaikan pesan yang kurang dimengerti oleh komunikan misalnya
dalam berkomunikasi dengan orang berbeda latar budaya dalam
menggunakan kata-kata yang terkadang memiliki makna yang berbeda.
Misalnya , kata cokot bagi orang Jawa dan Sunda berbeda maknanya bagi
orang Jawa, kata tersebut memiliki arti “ mengigit” dan bagi orang sunda
berarti “ mengambil”. Men-cokot sabun bagi orang Sunda berarti mrngambil
sabun sedangkan bagi orang Jawa berarti mengigit sabun. Perbedaan makna
tersebut bisa juga berkaitan dengan stereotip sosial yang sifatnya negatif
terhadap pihak lain. Jadi, bukan hanya masalah perbedaan makana sebuah
kata tetapi bisa juga perbedaan sikap, persepsi seseorang terhadap orang lain
yang berbada latar belakang budayanya. Selain itu juga manyangkut masalah
tradisi, adat istiadat, kebiasaan, peraturan yang tertulis maupun tidak tertulis
yang bisa saja berbeda dengan budaya lain.

b. Analisi Pada Tingkat Sosiologis

Apabila prediksi komunikator tentang reaksi komunikan terhadap pesan-


pesan yang ia sampaikan didasarkan kepada keanggotaan komunikan didalam
kelompok sosial tertentu, maka komunikator melakukan prediksi pada tingkat
sosiologis. Keanggotaan kelompok merupakan golongan orang-orang yang
memiliki karakteristik tertentu yang sama. Kelompok menyerupai budaya
karena anggota kelompok memperlihatkan pola perilaku dan nilai yang
membedakannya dari kelompok lain. Kelompok pada umumnya terdapat
jumlah anggota yang lebih sedikit dibandingkan dengan anggota yang ada di
seluruh budaya.

c. Anlisis Pada Tingkat Psikologis

Apabila komunikator melakukan prediksi mengenai reaksi komunikan


terhadap prilaku komunikasi didasarkan pada analisis dari pengalaman-
pengalaman belajar individual yang unik maka prediksi itu didasarkan pada
analisis tingkat psikologis. Dua orang yang sering berinteraksi mencari
perbedaan – perbedaan yang relevan pada orang yang diajak komunikasi. Jadi
komunikator melihat bahwa setiap orang memiliki karakteristik yang khas
yang membedakannya satu sama lainnya. satu sama lain terutama pada data
psikologis secara khusus menegaskan bahwa mereka mengenal satu sama lain
sebagai individu. Penegasan ini berarti bahwa telah mendapatakan pengertian
didalam karakteristis yang unik mengenai kepribadian satiu sama lain.
Memahami komunikasi dan hubungan antar pribadi dari sudut padang
individu adalah menempatkan pemahaman mengenai komunikasi di dalam
proses psikologis. Setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki
pemahaman dan makna tersendiri terhadap hubungan dimana dia terlihat di
dalamnya. Karena pemahaman tersebut bersifat sangat pribadi dan sangat
bermakna bagi individu, maka pemahaman psikologis acapkali dianggap
sebagai makna yang sesungguhnya dari suatu hubungan antar pribadi.

Perbedaan Pokok Antar Komunikasi Non-Antarpribadi Dan Komunikasi


Antarpribadi

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dibedakan antara komunikasi antar


pribadi dan komunikasi non-antar pribadi. Apabila prediksi mengenai hasil
komunikasi terutama didasarkan pada tingkat analisis kultural dan sosiologis,
maka komunikator terlibat dalam komunikasi non-antarpribadi. Pada
komunikasi non-antarpribadi di tingkat kultural dan sosiologis, prediksi
mengenai hasil – hasil komunikasi dapat disamakan dengan apa yang
dinamakan generalisasi rangsangan (stimulus generalization) yakni individu
dalam melakukan prediksi mencari kesamaan di antara para pelaku
komunikasi lainnya. Generalisasi rangsangan mirip dengan proses abstraksi.
Contohnya adalah ketika kita melakuakan sebuah observasi terhadap
sekelompok objek, misalnya mengenai jabatan seorang direktur, kita akan
membuat aspek – aspek yang memiliki kesamaan. Dengan begitu, kita akan
dapat menyimpulkan bahwa orang yang memiliki jabatan direktur adalah
orang yang memiliki ciri, seperti : selalu berdasi, rapi, berkemeja, memiliki
banyak anak buah, dan sebagainya. Namun terkadang generalisasi rangsangan
ini tidak sesuai dengan kenyataan. Terkadang saat kita bertemu dengan
seseorang dengan ciri direktur, ternyata hal tersebut jauh dari kenyataan,
karena ternyata orang yang bersangkutan hanyalah seorang sales.

Sebaliknya, pada komunikasi antarpribadi, prediksi pada tingkat


psikologis mengenai hasil komunikasi dapat disamakan dengan perbedaan
rangsangan (stimulus discrimination), yaitu seseorang dalam melakukan
prediksi mencari perbedaan yang relevan pada komunikan. Jadi komunikator
melihat bahwa individu memiliki karakteristik yang khas yang
membedakannya satu sama lainnya.

.Komunikasi antar pribadi sesungguhnya baru akan tercipta kalau terdapat


kesadaran dari dua pihak untuk mengamati keadaan masing-masing pihak dan
memberikan respon atas keadaan tersebut. Sebagaimana sifat komunikasi,
maka hubungan yang terjadi ditandai dengan adanya sikap saling
memperhatikan, saling memahami, penuh pengertian, dan keakraban.
Berdasarkan uraian di atas, maka Komunikasi Antarpribadi dapat di
definisikan sebagai proses hubungan yang tercipta, tumbuh dan berkembang
antar individu yang satu (sebagai komunikator) dengan individu lain (sebagai
komunikan), komunikator dengan gayanya sendiri menyampaikan pesan
kepada komunikan, sedangkan komunikan dengan gayanya sendiri menerima
pesan dari komunikator.

2.2 Tujuan Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi memiliki tujuan yaitu :

1. Menyampaikan informasi
Ketika berkomunikasi dengan orang lain , tentu saja seseorang memiliki
berbagai macam tujuan dan harapan. Salah satu diantaranya adalah
untuk menyampaikan informasi kepada orang lain agar orang lain
tersebut dapat mengetahui informasi tersebut.
2. Berbagi pengalaman
Dengan komunikasi antarpribadi juga memiliki fungsi atau tujuan untuk
berbagi pengalaman baik itu pengalaman yang menyenangkan maupun
yang tidak menyenangkan
3. Menumbuhkan simpati
Komunikasi antar Pribadi bertujuan menumbuhkan simpati terhadap
orang lain. Dengan komunikasi dua arah, komunikasi pribadi dapat
menumbuhkan rasa simpati dan empati antar individu
4. Melakukan kerja sama
Tujuan komunikasi antarprbadi yang lainnya adalah untuk melakukan
krjasama antara seseorang dengan orang lain untuk mencapai tujuan
tertentu atau untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi kedua
belah pihak.
5. Menceritakan kekecawaan atau kekesalan
Komunikasi antarpribadi juga dapat digunakan seseorang untuk
menceritakan rasa kecewa atau kekesalan pada orang lain. Dengan
pengungkapan rasa hati itu, sedikit banyak akan mengurangi beban
pikiran. Kadang disebut dengan plong ketika telah bercerita apa yang
selama ini dipendam
6. Menumbuhkan motivasi
Melalui komunikasi antarpribadi, seseorang dapat memotivasi orang
lain untuk melakukan sesuatu yag baik dan positif. Motivasi adalah
dorongan kuar dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu.
Pada dasarnya, seseorang cenderung untuk melakukan sesuatu karena
dimotivasi orang lain dengan cara-cara seperti pemberian insentif yang
bersifat financial maupun non financial, memberikan pengakuan atas
kinerjanya ataupun memberikan penghargaan kepada karyawan yang
berprestasi.

Hal-hal yang mempengaruhi komunikasi antar pribadi :

1. Persepsi Interpersonal
Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi, atau
menafsirkan informasi inderawi. Persepsi interpersonal adalah
meberikanmakna terhadap stimui inderawi yang berasal dari seseorang
(komunikan), yang berupa pesan verbal dan nonverbal. Kecermatan dalam
persepsi interpersonal akan berpengaruh terhaddap keberhasilan
komunikasi, seorang peserta komunikasi yang salah memberi makna
terhadap pesan akan mengakibatkan kegagalan komunikasi.
2. Konsep diri
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita.
Konsep diri yang positif, ditandai dengan 5 hal yaitu :
a. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah
b. Merasa setara dengan orang lain
c. Menerima pujian tanpa rasa malu
d. Menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan,
keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh
masyarakat.
e. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-
aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubah.
Konsep diri merupakan factor yang sangat menentukan dalam komunikasi
antar pribadi yaitu :
 Nubuat yang dipenuhi sendiri. Karena setiaporang bertingkah laku
sedapat mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Bila seorang mahasiswa
menganggap dirinya sebagai orng yang rajin, ia akan berusaha
menghadiri kuliah secara teratur, membuat catatan yang baik, memplajari
materi kuliah dengan sungguh-sungguh, sehingga memperoleh nilai
akademis yang baik.
 Membuka diri. Pengetahuan tentang diri kita akan meningkatkan
komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain
meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri,
konsep diri menjadi dekat dengan kenyataan. Bila konsep diri sesuai
dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima
pengalaman dan gagasan baru.
 Percaya diri. Ketakutan untuk melakukan komunikasi dikenal sebagai
communication apprehension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi
disebabkan oleh kurangnya percaya diri. Untuk menumbuhkan percaya
diri, menumbuhkan konsep diri yang sehat menjadi perlu.
 Selektifitas. Konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi kita karena
konsep diri mempengaruhi kepada pesan apa kita bersedia membuka diri
( terpaan selektif ), bagaimana kita mempersepsi pesan ( persepsi
selektif ), dan apa yang kita ingat ( ingatan selektif ). Selain itu konsep
diri juga berpengaruh dalam penyandian pesan ( penyandian selektif ).
3. Atraksi Interpersonal
Atraksi Interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap
positif dan daya tarik seseorang. Komunikasi antar pribadi dipengaruhi
atraksi interpersonal dalam hal :
 Penafsiran pesan dan penilaian. Pendapat dan penilaian kita terhadap
orang lain tidak semata – mata berdasarkan pertimbangan rasional, kita
juga makhluk emosional. Karena itu, ketika kita menyenangi seseorang,
kita juga cenderung melihat segala hal yang berkaitan dengan dia secara
positif sebaliknya jika membencinya, kita cenderung melihat
karakteristiknya secara negative.
 Efektivitas komunikasi. Komunikasi antar pribadi dinyatakan efektif bila
pertemuan komunikasi merupakan hal yang menyenangkan bagi
komunikan. Bila kita berkumpul dengan satu kelompok yang memiliki
kesamaan dengan kita, kita akan gembira dan terbuka. Bila kita
berkumpul dengan orang yang kita benci akan membuat kita tegang,
resah, dan tidak enak. Kita akan menutup diri dan menghindari
komunikasi.
4. Hubungan Interpersonal
Hubungan Interpersonal dapat diartikan sebagai hubungan antara
seseorang dengan orang lain. Hubungan interpersonal yang baik akan
menumbuhkan derajat keterbukaan orang untuk mengungkapkan dirinya,
makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya,
sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung diantara peserta
komunikasi. Miller ( 1976 ) dalam explorations in interpersonal
communication, menyatakan bahwa “memahami proses komunikasi
interpersonal menuntut hubungan simbiosis antara komunikasi dan
perkembangan rasional, dan pada gilirannya ( secara serentak ),
perkembangan rasional mempengaruhi sifat komunikasi antar pihak yang
terlibat dalam hubungan tersebut.”
Lebih jauh, Jalalludin Rakhmat ( 1994 ) memberi catatan bahwa
terdapat tiga factor dalam komunikasi antar pribadi yang menumbuhkan
hubungan interpersonal yang baik, yaitu : a. percaya, b. sikap suportif, dan
c. sikap terbuka.
2.3 Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan pada dasarnya merupakan suatu cara bagaimana


seseorang pemimpin mempengaruhi, mengarahkan, memotivasi dan
mengendalikan bawahannya dengan cara tertentu sehingga bawahannya dapat
menyelesaikan tugas pekerjaanya secara efektif dan efisien.

Empat Gaya Kepemimpinan


1) Pengarahan
Gaya kepemimpinan pengarahan (directing) tepat digunakan pada situasi dan
kondisi dimana karyawan belum memiliki pengalaman yang cukup dalam
menjalankan tugasnya
2) Pembekalan
Gaya kepempinan pembekalan (coaching) tepat digunakan pada situasi dan
kondisi dimana karyawan telah memiliki pengalaman yang cukup dalam
menyelesaikan tugasnya dan motivasi untuk menyelesaikan tugasnya masih
tinggi.
3) Dukungan
Gaya kepemimpinan dukungan (supporting) tepat digunakan pada situasi
kondisi karyawan telah menyenal teknik-teknik yang di runtut dan telah
mengembangkan hubungan yang baik dengan seorang manager.

4) Pendelegasian
Gaya kepemimpinan pendelegasian (delegating) tepat digunakan pada situasi
kondisi dimana karyawan telah memahami dengan baik tugas pekerjaan yang
harus diselesaikan sehingga layak mendapat pendelegasian dari manager.

Gaya Kepempinan Situasional

Gaya kepempinan situasional adalah gaya kepemimpinan yang diterapkan


oleh seorang manager yang dapat berubah seiring perubahan dinamika yang
berkembang dalam diri karyawan.

Kemampuan yang harus diterapkan pada gaya kepemimpinan situasional


adalah:
v Keterampilan Analitis
Keterampilan analitis merupakan keterampilan yang dimilki seorang manajer
dalam melaksanakan pekerjaan mereka.seorang manajer harus dapat
memetotivasi apakah kinerja bawahan baik atau buruk. Jika kinerja karyawan
menurun maka manajer harus mampu memberikan motivasi atau dorongan
kepada mereka untuk melakukan tugas dengan baik.
v Keterampilan Fleksibilitas
Penerapan gaya kepemimpinan kadangkala kakutetap terkadang juga luwes
tergantung kndisi yang ada. Kemampuan fleksibilitas harus dimiliki manajer
dalam menerapkan gaya kepemimpinan dalam situai dan kondisi tertentu
berdasar hasil analisis yang tepat pula. Dalam kondisi yang berbeda maka
gaya yang diterapkan juga berbeda. Misalnya pada saat manajer menerapkan
kepemipinan secara directing dan terbukti menumbuhkan tanggung jawab dan
kinerja karyawan yang baikmaka pemimpin dapat menerapkan gaya
kepemimpinan delegating.
v Keterampilan Komunikasi

Keterampilan komunikasi merupakan keterampilan yang haru dimiliki


seorang manajer untuk menyampaikan ide dan gagasannya kepada bawahan
termasuk saat ia akan mengutarakan perubahan gaya kepemimoinan kepada
bawahannya. Yang terpenting adalah bagaimana mengkomunikasikan ide
tersebut secara jelas dan mudah dipahamisehingga dapat terhindar dari
kesalahpahaman dalam berkomunikasi.

Kepemimpinan Inti

Menurut Hellriegel dan Slocum, seorang manager yang dinamis harus


memiliki kemampuan sebagai berikut:

v Pemberdayaan
Pemberdayaan berarti kekmampuan seorang manajer untuk berbagi pengaruh
(control) terhadap bawahannya.
v Intuisi
Intuisi adalah keyakinan bawaan dalam diri seseorang mengenai sesuatu
tampa ada pertimbangan sadar.
v Pemahaman Diri
Pemahaman diri pada dasarnya merupakan kemampuan untuk mengenal diri
sendiri baik kekuatan atau kelemahannya.
v Visi
Visi merupakan kemampuan untuk berimainasi pada situasi yang berbeda dan
situasi yang lebih baik dengan cara mencapainya.
v Kesesuaian Nilai
Merupakan keampuan untuk memahami dan memadukan prinsip-prinsip
organisasi dengan nilai nilai karyawan.

2.4. Kebutuhan Manusia


Teori Hierarki Kebutuhan

Abraham Maslow yang dikenal dengan teori hierarki/jenjang


kebutuhan menyatakan bahwa manusia memiliki lima kebutuhan yaitu:

1) Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)


Merupakan kebutuhan tingkat pertama dan utama bagi kelangsungan
hidup (survival) mislanya makan, minum, pakaian, perumahan.
2) Kebutuhan Keamanan (Safety Needs)
Setelah kebutuhan dasar manusia terpenuhi, maka manusia berupaya
memenuhi tingkat kebutuhan diatasnya yaitu kebutuhan akan rasa
aman dan nyaman, selamat dari marabahaya dan lain-lain.
3) Kebutuhan Sosial (Social Needs)
Pada dasarnya kebutuhan social berkaitan dengan kegiatan
kemasyarakatan, bagaimana seseorang berinteraksi dengan orang lain
dalam suatu kegiatan masyarakat.
4) Kebutuhan Status (Status Needs)
Kebutuhan manusia akan status berkaitan dengan pengakuan,
penghargaan dan tingkatan social di masyarakat. Manusia ingin di
akui, dihargai dan dinilai segala kegiatannya didalam masyarakat.
5) Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self-actualizations Needs)
Kebutuhan aktualisasi diri merupakan tingkatan kebutuhan tertinggi
menurut Abraham Maslow, dalam hal ini bagaimana seseorang
mampu mengkatualisasikan dirinya dalam berbagai kegiatan yang
menumbuhkan kreativitas, inovasi-inovasu baru maupun menujukan
sifat kearifan dan kebijaksanaan.
2.5. Teori Dua-Faktor
Menurut Frederick Herzberg, teori dua-faktor/motivasi kesehatan
merupakan pengembangan dari teori hierarki Abraham Maslow, yaitu factor
ketidakpuasan (dissatisfiers factor) dan factor kesehatan. Teori prilaku adalah
teori yang menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat membedakan
pemimpin dan bukan pemimpin pada orang-orang. Konsep teori X dan Y
dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam buku The Human Side
Enterprise di mana para manajer / pemimpin organisasi perusahaan memiliki
dua jenis pandangan terhadap para pegawai / karyawan yaitu teori x atau teori
y.
A.TeoriX
Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas
yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil untuk
mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan
hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam
serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.

B.TeoriY
Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti
halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan
diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan
diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan
kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami tanggung jawab dan
prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan
segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja. Penelitian teori x dan y
menghasilkan teori gaya kepemimpinan ohio state yang membagi
kepemimpinan berdasarkan skala pertimbangan dan penciptaan struktur.
Faktor Hygiene Faktor Motivator
Kondisi Kerja Pekerjaan itu sendiri
Kebijakan Perusahaan Tanggung Jawab
Supervisi Pengakuan
Gaji Prestasi
Hubungan dengan rekan kerja Promosi
Status Pertumbuhan
Keamanan Kerja Pengembangan
Kehidupan Pribadi

2.6. Mendengarkan sebagai Keahlian Antarpribadi


Kebiasaaan sebagai pendengar yang efektis memiliki dampak positif antara lain:
1) Pendengar yang baik akan disukai oleh orang lain Karena mereka
memuaskan kebutuhan dasar manusia yaitu ingin didengarkan
2) Kinerja/prestasi karyawan meningkat ketika pesan yang diterima tersebut
dapat di mengerti dengan baik.
3) Umpan balik (feedback) yang akurat dari bawahan berdampak positif pada
prestasi kerja
4) Manajer dan karyawan terhindar dari miscommunication
5) Pendengar yang baik akan dapat memisahkan mana gossip mana fakta
6) Pendengar yang baik cenderung terbuka dengan ide-ide baru dari pihak lain
sehingga mendorong perkembangan kreatifitas.

Mengingat betapa pentingnya kebiasaan mendengarkan yang baik, maka ada


beberapa saran agar dalam mendengarkan berlangsung secara efektif, antara
lain:
a. Perhatikan dengan baik siapa yang berbicara tersebut, mulai dari
gerakannya, kontak mata, nada suaranya, dan ekspresi wajahnya. Perhatian
Anda tersebut akan dapat membantu pemahaman terhadap apa yang
dimaksudkan tersebut.
b. Berikan umpan balik (feedback), seperti apakah mereka sudah mengerti atau
belum, apakah ada pertanyaan, atau pernyataan setuju atau tidak setuju
terhadap apa yang telah disampaikan tersebut.
c. Mendengarkan membutuhkan waktu, oleh kerena proses komunikasi yang
dilakukan secara tatap muka sebagaimana seorang pengirim penerima pesan
secara simultan.
d. Gunakan pengetahuan Anda tentang orang yang berbicara tersebut untuk
dapat menarik manfaat yang positif bagi Anda.

BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Komunikasi Antarpribadi dapat di definisikan sebagai proses hubungan
yang tercipta, tumbuh dan berkembang antar individu yang satu (sebagai
komunikator) dengan individu lain (sebagai komunikan), komunikator
dengan gayanya sendiri menyampaikan pesan kepada komunikan, sedangkan
komunikan dengan gayanya sendiri menerima pesan dari komunikator.
Fungsi komunikasi antar pribadi, yaitu fungsi sosial dan fungsi
pengambilan keputusan. Fungsi sosial untuk memenuhi kebutuhan biologis
dan psikologis, mengembangkan hubungan timbale balik, meningkatkan dan
mempertahankan mutu diri sendiri, dan untuk menangani konflik. Sedangkan
fungsi pengambilan keputusan untuk membagi informasi dan untuk
mempengaruhi orang lain. Komunikasi antar pribadi yang efektif harus
adanya keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan.
Jenis-jenis hubungan antar pribadi, yaitu kenalan, teman, sahabat kental atau
teman akrab.
Implementasi komunikasi antar pribadi dalam proses konseling
memerlukan suatu teknik agar konseling berjalan dengan efektif, yaitu teknik
komunikasi verbal dan nonverbal.

3.2. Saran
Penyusun menyarankan agar mahasiswa secara khusus dapat
menggunakan komunikasi antar pribadi yang efektif dalam setiap setting
kehidupan. Khususnya untuk mahasiswa Bimbingan Konseling agar dapat
mengimplementasikan komunikasi antar pribadi yang efektif dalam proses
konseling dan saat pemberian layanan bimbingan konseling kepada siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Djoko Purwanto, Komunikasi Bisnis, 2014, Jakarta.

http://encyclo-drama.blogspot.co.id/2017/01/resume-komunikasi-bisnis-djoko-
purwanto.html
Nomor Tugas : 01

KOMUNIIKASI BISNIS
KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI

OLEH :
KELOMPOK 2 :
RISKI PUTERA 2015210064
YOLANDA SUCIANI 2015210075
NAUFAL THOMI 2015210080
FERTY OCTARI 2015210085
RIFKA AMALIA 2015210107
AGNES HERLINA 2015210112
DHISMA DAMAYANTI 2015210149
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS
SURABAYA
2018

Anda mungkin juga menyukai