Ilmu yang mempelajari atau mengkaji masalah makanan yang dikaitkan dengan kesehatan ini dibuat ilmu gizi.
Batasan klasik mengatakan bahwa ilmu gizi ialah ilmu yang mempelajari nasib makanan sejak ditelan sampai
diubah menjadi bagian tubuh dan energi serta diekskresikan sebagai sisa. (Achmad Djaeni, 1987). Dalam
perkembangan selanjutnya ilmu gizi mulai dari pengadaan, pemeliharaan, pengelolaan, sampai dengan
penyajian makanan tersebut. Dari batasan tersebut, dapat ditarik ksimpulan bahwa ilmu gizi itu mencakup dua
komponen penting yaitu makanan dan kesehatan.
Penyakit-Penyakit Gizi
1. Penyakit kurang kalori dan protein (KKP)
Penyakit ini terjadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi kalori atau karbohidrat dan protein dengan
kebutuhan energi, atau terjadinya defisien atau deficit energi dan protein. Pada umumnya penyakit ini terjadi
pada anak balita, karena pada umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Apabila konsumen
makanan tidak seimbangan dengan kebutuhan kalori, maka akan terjadi defisiensi tersebut (kurang kalori dan
protein). Penyakit ini dibagi dalam tingkat-tingkat yakni :
a. KKP ringan, kalau berat badan anak mencapai antara 84%-95% dari berat badan menurut standar Harvard
b. KKP sedang, kalau berat badan anak hanya mencapai 44%-60% dari berat badan menurut standar Harvard
c. KKP berat (gizi buruk), kalau berat badan anak kurang dari 60% dari berat badan menurut standar
Harvard
Beberapa ahli hanya membedakan adanya dua macam KKP saja yakni KKP ringan atau gizi kurang dan KKP
berat (gizi buruk) atau lebih sering disebut marsmus (kwashiorhor). Anak atau penderita marsmus ini tampak
sangat kurus, berat badan kurang dari 60% dari berat badan ideal menurut umur, muka berkerut seperti orang
tua, apatis terhadap sekitarnya, rambut kepala halus dan jarang berwarna kemerahan.
Penyakit KKP pada orang dewasa memberikan tanda-tanda kimia oedema atau horger oedema (H. O) atau juga
disebut penyakit kurang makan, kelaparan atau busung lapar. Endema pada penderita biasanya tampak pada
daerah kaki.
1. Kelompok bayi
Didalam siklus kehidupan manusia, bayi berada di dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang paling
pesat. Bayi yang dilahirkan dengan sehat, pada umur 6 bulan akan mencapai pertumbuhan atau berat badan 2
kali lipat dari berat badan pada waktu dilahirkan. Untuk pertumbuhan bayi dengan baik zat-zat gizi yang sangat
dibutuhkan ialah :
a. Protein, dibutuhkan 3-4 gram/kilogram berat badan
b. Calsium (Cl)
c. Vitamin D, tetapi karena Indonesia berada didaerah tropis, maka hal ini tidak begitu menjadi masalah
d. Vitamin A dan K yang harus diberikan sejak post natal
e. Fe (zat besi) diperlukan, karena didalam proses kelahiran sebagian Fe ikut terbuang
Secara alamiah sebenarnya zat-zat gizi tersebut sudah terkandung didalam ASI (Air Susu Ibu). Oleh sebab itu,
apabila gizi makan ibu cukup baik, dan anak diberi ASI pada umur sampai 4 bulan zat-zat gizi tersebut sudah
dapat mencukupi. Pemberian ASI sja tanpa makanan tambahan lain sampai pada umur 4 bulan ini tersebut
pemberian ASI exlusive. Di samping itu ASI juga mempunyai keunggulan, yakni mengandung immunologlobin
yang memberi daya tahan tubuh pada bayi, yang berasal dari tubu ibu. Immunologlobin ini dapat bertahan
pada anak sampai dengan bayi berumur 6 bulan.
Peralihan ASI kepada makanan tambahan (FMT) harus dilakukan sesuai dengan kondisi anatomi dan
fungsional alat pencernaan bayi. Setelah masa pemberian ASI ekslusif terakhir, maka mulai umur 4 bulan bayi
diberi makanan tambahan itu pun makanan yang sangat tulus. Kemudian mulai umur 9 bulan sudah dapat
diberikan makanan tambahan yang lunak, sampai dengan umur 18 bulan. ASI tetap diteruskan, dan mulai
berumur 18 bulan dapat diberikan makanan tambahan agak keras (semi solid), smpai dengan umur 2 tahun.
Sudah diberi makanan seperti makanan orang dewasa. Mengenai jumlah makanan tambahan pun juga makin
lama makin ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan kalori yang diperlukan bayi/anak untuk berkembang.
GIZI KERJA
1. Gizi Kerja
Gizi Kerja adalah gizi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk melakukan suatu pekerjaan sesuai dengan jenis
pekerjaan dan beban kerjanya atau ilmu gizi yang diterapkankepada masyarakat tenaga kerja dengan tujuan
untuk meningkatkan taraf kesehatan tenaga kerja sehingga tercapai tingkat produktivitas dan efisiensi kerja
yang setinggi-tingginya. Penyakit Gizi Kerja merupakan penyakit gizi sebagai akibat kerja ataupun ada
hubungan dengan kerja. Pengelolaan makan bagi tenaga kerja adalah suatu rangkaian kegiatan
penyediaanmakan bagi tenaga kerja di perusahaan yang dimulai dari rencana perencanaan menu
hingga peyajiannya dengan memperhatikan kecukupan kalori dan zat gizi, pemilihan jenis dan bahan makanan,
santasi tempat pengolahan dan tempat penyajian, waktu dan teknis penyajian bagi tenaga kerja. Produktivitas
merupakan sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari esok harus lebih baik
dari hari ini atau perbandingan antara output (keluaran atau jumlah yang dihasilkan) dengan input (masukan
atau setiap sumber daya yang digunakan).
Produktivitas kerja dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya yang mempunyai peranan sangat penting dan
menentukan adalah kecukupan gizi. Faktor ini akan menentukan prestasi kerja tenaga kerja karena adanya
kecukupan dan penyebar kalori yang seimbang selama bekerja. Seseorang yang berstatus gizi kurang tidak
mungkin mampu bekerja dengan hasil yang maksimal karena prestasi kerja dipengaruhi oleh derajat kesehatan
seseorang. Tenaga kerja yangsehat akan bekerja lebih giat, produktif, dan teliti sehingga dapat mencegah
kecelakaan yangmungkin terjadi dalam bekerja. Status gizi mempunyai korelasi positif dengan kualitas fisik
manusia. Makin baik statusgizi seseorang semakin baik kualitas fisiknya. Ketahanan dan kemampuan tubuh
untuk melakukan pekerjaan dengan produktifitas yang memadai akan lebih dipunyai oleh individu dengan
status gizi baik. Selain itu, peranan gizi dengan produktifitas juga ditunjukkan oleh Darwin Karyadi (1984)
dalam penelitiannya dimana dengan penambahan gizi terjadi kenaikan produktifitas kerja. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa para penyadap getah yang tidak menderita anemia memiliki produktifitas 20% lebih
tinggi daripada yang menderita anemia. Pemberian diet yang mengandung kalori sejumlah yang diperlukan
oleh pekerja berat dapat meningkatkan produktifitasnya. Pada dasarnya zat gizi yang dibutuhkan oleh
seseorang sangatditentukan oleh aktifitas yang dilakukannya sehari-hari. Makin berat aktifitas yang
dilakukanmaka kebutuhan zat gizi akan meningkat pula terutama energi. Sebagai contoh, seorang pria dewasa
dengan pekerjaan ringan membutuhkan energi sebesar 2.800 kilokalori. Sedangkan pekerja dengan pekerjaan
yang berat membutuhkan 3.800 kilokalori. Manfaat yang diharapkan dari pemenuhan gizi kerja adalah untuk
mempertahankan danmeningkatkan ketahanan tubuh serta menyeimbangkan kebutuhan gizi dan kalori
terhadap tuntutan tugas pekerja. Gizi kerja erat bertalian dengan tingkat kesehatan tenaga kerja
maupun produktivitas tenaga kerja yang berarti akan meningkatkan produktivitas perusahaan serta
peningkatan produktivitas nasional.
Di dalam tubuh selalu terjadi kegiatan sel yang disebut metabolisme. Metabolisme basal adalah sejumlah
tenaga yang diperlukan oleh tubuh dalam kegiatan istirahat. Kalori yang perlu oleh tubuh diambil dari
makanan, besar kecilnya kebutuhan kalori tersebut tergantung dari aktivitas tubuh. Kalori dihasilkan oleh
pembakaran bahan-bahan makanan yang masuk ke dalam tubuh dengan menggunakan oksigen dari udara.
Bilamana kalori yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan tidak tercukupi dari bahan-bahan makanan
yang masuk maka kebutuhan kalori akan dipenuhi dengan mengambil zat-zat makanan yang ada didalam
tubuh dan ini akan berakibat menurunnya berat badan. Sebaiknya apabila ada kelebihan kalori akan disimpan
sebagai lemak cadangan yang berakibat naiknya berat badan. Kalori intake di dapat dari makanan berimbang
yang terjadi dari karbohidrat, protein, dan lemak. Lemak adalah penghasil kalori terbanyak yaitu menghasilkan
4 kalori (tiap pembakaran 1 gram), kalori intake yang masuk ke dalam tubuh digunakan dalam bentuk :
1. Metabolisme basal
2. Pengaruh makanan atas kegiatan tubuh kira-kira 10 % dari kegiatan metabolisme basal
3. Kerja otot
Pemberian makan untuk tenaga kerja di tempat kerja perlu di pikirkan besarnya kalori makanan di tempat
kerja yang dianjurkan sebanyak 0,4 dari kebutuhan total kalori perhari yang diperlukan oleh tenaga kerja.
Waktu pemberian makanan di tempat kerja perlu mendapat perhatian khusus. Pemberian makanan di tempat
kerja di berikan dua kali yaitu pemberian makanan selingan dan makan di tempat kerja dengan perbandingan 1
: 4 makanan yang diberikan kepada tenaga kerja harus bersifat ringan mengandung kalori yang diperlukan.
Pedoman untuk penyusun menu berimbang adalah empat sehat lima sempurna. Pekerjaan sangat memerlukan
tenaga atau energi yang digunakan untuk melakukan kegiatan ataupun kerja dan hal ini tergantung dari :
1. Umur
2. Jenis kelamin (lali-laki, dan perempuan)
3. Keadaan khusus (sakit, menyusui, melahirkan, dan lain-lain.)
4. Metabolisme
5. Jenis pekerjaan (ringan, sedang, berat) yang merupakan suatu beban kerja.
6. Keadaan lingkungan sebagai beban tambahan, yang meliputi fisik, kimia, biologi,fisiologi (ergonomi) dan
psikologi.
Selain faktor diatas faktor tenaga kerja, yang meliputi ketidaktahuan, jenis kelamin, umur, hamil,
menyusui,kebiasaan makan yang kurang baik, tingkat kesehatan karena tingginya penyakit parasit dan infeksi
oleh bakteri pada alat pencernaan, kesejahteraan tinggi tanpa perhatian gizi, mengakibatkan terjadinya salah
gizi biasanya dalam bentuk over nutrisi, disiplin, motivasi dan dedikasi.
Beban kerja dan beban tambahan di tempat kerja yaitutekanan panas, bahan-bahan kimia, parasit, dan
mikroorganisme, faktor psikologis, dan kesejahteraan. Manusia memerlukan zat gizi yang bersumber dari
makanan. Bahan makanan yang diperlukan tubuh mengandung unsur-unsur utama seperti karbohidrat, lemak,
protein, vitamin, dan mineral. Fungsi dari zat-zat gizi tersebut adalah sebagai sumber tenaga atau
kalori(karbohidrat, lemak, dan protein), membangun dan memelihara jaringan tubuh (protein, air, dan
mineral) dan mengatur proses tubuh (vitamin, dan mineral). Secara khusus, gizi adalah zat makanan yang
bersumber dari bahan makanan yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan
jenis pekerjaan dan lingkungan kerjanya (Tjipta, 1990). Selanjutnya hal-hal yang perlu diketahui dalam
penyusunan menu bagi tenaga kerja adalah
masyarakat sekitar.
Untuk mempertahankan hidup dan dapat melakukan pekerjaan setiap orangmembutuhkan tenaga. Tenaga
tersebut diperoleh dari pembakaran zat-zat makanan yang dikomsumsi dengan oksigen. Bila banyaknya
makanan yang dikonsumsi setiap hari tidak seimbang dengan tenaga yang dikeluarkan maka tubuh akan
mengalami gangguan kesehatan. Masalah yang timbul akibat ketidak seimbangan antara makanan yang
dikonsumsi dengan tenaga yang dikeluarkan sangat beragam. Jika makanan yang dimakan berlebih dibanding
tenaga yang dikeluarkan maka tubuh akan menjadi gemuk, sebaliknya jika makanan yang dimakan kurang
maka tubuh akan menjadi kurus. Kedua masalah ini akan mempengaruhi derajat kesehatan seseorang dan
akhirnya akan berpengaruh pada efisiensi dan produktivitas kerja. Oleh karena itu sedapat mungkin
diusahakan agar jumlah makanan yang dikonsumsi baik dalam kualitas maupun kuantitas sesuai dengan
kebutuhan khususnya terhadap tenaga yang dikeluarkan. Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan masih
terdapat beberapa pengusaha beranggapan bahwa pemberian makan atau makanan tambahan berupa snack
dan istirahat pendek akan meningkatkan pengeluaran biaya dan merugikan perusahaan. Namun jika dikaji
lebih jauh,sebenarnya banyak keuntungan yang diperoleh dengan pemberian makanan diperusahaan.
Untuk itu, diberikan beberapa saran kepada perusahaan untuk :
1. Menyediakan kantin perusahaan dengan tujuan meningkatkan dan memperbaiki gizi tenaga kerja dan tanpa
disadari memberiakn pengetahuan tentang gizi terhadap pekerja.
Dalam upaya meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja yang setinggi-tingginya pengetahuan dan
penerapan gizi seimbang bagi tenaga kerja merupakan aspek yang mutlak harus dilakukan. Dengan gizi
seimbang maka kesehatan tenaga kerja dapat dipertahankan dan tenaga kerja akan dapat bekerja dengan baik,
tidak mudah lelah, dan mengurangi terjadinya tingkat kesalahan. Hal ini berarti dapat mengurangi pemborosan
terhadap bahan dari perusahaandan akhirnya akan dapat menambah keuntungan yang tinggi bagi perusahaan.
Rendahnya konsumsi pangan atau tidak seimbangnya gizi makanan yang dikonsumsi mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan organ dan jaringan tubuh, lemahnya daya tahan tubuh terhadap serangan
penyakit, serta menurunnya aktivitas dan produktivitas kerja. Pada bayi dan anak balita, kekurangan gizi dapat
mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan spiritual. Bahkan pada bayi,
gangguan tersebut dapat bersifat permanen dan sangat sulit untuk diperbaiki. Kekurangan gizi pada bayi, dan
balita dengan demikian akan mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi tenaga kerja, antara lain:
1. Faktor ekonomi.
2. Faktor pengetahuan tentang gizi.
3. Faktor prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu.
4. Faktor fadhisme, yaitu kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu.
5. Faktor-faktor lingkungan kerja.
Ini menentukan pengaruh-pengaruh yang sangat nyata terhadap keadaan gizi tenaga kerja. Faktor lingkungan
yang penting adalah :
1. Tekanan panas.
2. Pengaruh kronis bahan kimia.
3. Parasit dan mikro organisme.
4. Faktor psikologis.
5. Kesejahteraan tinggi tanpa memperhatikan gizi dan kurang olah raga.
6. Unsur gizi dalam makanan yang dibutuhkan manusia
Ada 6 macam unsur gizi dalam makanan yang dibutuhkan manusia, sedangkan fungsi unsur gizi dalam tubuh
manusia antara lain :
1. Zat makanan pemberi kalori terdiri dari unsur gizi : Karbohidrat, lemak, dan protein.
2. Zat pembangun terdiri dari unsur gizi : Protein, Lemak, Mineral, dan Air.
3. Zat pengatur terdiri dari unsur gizi : Protein, Mineral, Air, dan Vitamin.
1. Perundang-undangan