Anda di halaman 1dari 8

Gizi Masyarakat

Ilmu yang mempelajari atau mengkaji masalah makanan yang dikaitkan dengan kesehatan ini dibuat ilmu gizi.
Batasan klasik mengatakan bahwa ilmu gizi ialah ilmu yang mempelajari nasib makanan sejak ditelan sampai
diubah menjadi bagian tubuh dan energi serta diekskresikan sebagai sisa. (Achmad Djaeni, 1987). Dalam
perkembangan selanjutnya ilmu gizi mulai dari pengadaan, pemeliharaan, pengelolaan, sampai dengan
penyajian makanan tersebut. Dari batasan tersebut, dapat ditarik ksimpulan bahwa ilmu gizi itu mencakup dua
komponen penting yaitu makanan dan kesehatan.

Penyakit-Penyakit Gizi
1. Penyakit kurang kalori dan protein (KKP)
Penyakit ini terjadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi kalori atau karbohidrat dan protein dengan
kebutuhan energi, atau terjadinya defisien atau deficit energi dan protein. Pada umumnya penyakit ini terjadi
pada anak balita, karena pada umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Apabila konsumen
makanan tidak seimbangan dengan kebutuhan kalori, maka akan terjadi defisiensi tersebut (kurang kalori dan
protein). Penyakit ini dibagi dalam tingkat-tingkat yakni :
a. KKP ringan, kalau berat badan anak mencapai antara 84%-95% dari berat badan menurut standar Harvard
b. KKP sedang, kalau berat badan anak hanya mencapai 44%-60% dari berat badan menurut standar Harvard
c. KKP berat (gizi buruk), kalau berat badan anak kurang dari 60% dari berat badan menurut standar
Harvard
Beberapa ahli hanya membedakan adanya dua macam KKP saja yakni KKP ringan atau gizi kurang dan KKP
berat (gizi buruk) atau lebih sering disebut marsmus (kwashiorhor). Anak atau penderita marsmus ini tampak
sangat kurus, berat badan kurang dari 60% dari berat badan ideal menurut umur, muka berkerut seperti orang
tua, apatis terhadap sekitarnya, rambut kepala halus dan jarang berwarna kemerahan.
Penyakit KKP pada orang dewasa memberikan tanda-tanda kimia oedema atau horger oedema (H. O) atau juga
disebut penyakit kurang makan, kelaparan atau busung lapar. Endema pada penderita biasanya tampak pada
daerah kaki.

2. Penyakit kegemukan (Obesitas)


Penyakit ini terjadi ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dan kebutuhan energi, yakni konsumsi kalori
terlalu berlebih dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi. Kelebihan energi didalam tubuh ini
simpan dalam bentuk lemak. Pada keadaan normal, jaringan lemak ini ditimbun di tempat-tempat tertentu
diantaranya dalam jaringan tirai usus. Seorang dikatakan menderita obesitas bila berat badanya pada laki-laki
melebihi 15% dan pada wanita melebihi 20% dari berat badan ideal menurut umurnya.
Pada orang yang menderita obesitas ini organ-organ tubuhnya dipaksa untuk bekerja lebih berat, karena harus
membawa kelebihan berat badan. Oleh sebab itu pada umumnya lebih cepat gerah, capai, dan mempunyai
kecenderungan untuk membuat kekeliruan dalam bekerja. Akibat dari penyakit oesitas ini, para penderitanya
cenderung menderita penyakit-penyakit : kardio-vaskuler, hipertensi dan diabetes malitus berat badan yang
ideal pada orang dewasa menurut rumus dubois ialah :
B (Kg) = (t cm – 10) + 10% dengan
B = Berat badan hasil perkiraan/pengukuran
T = Tinggi badan
Oleh bagian gii fakultas kedokteran universitas Indonesia, dilakukan koreksi sebagai :
B (Kg) = {{Tcm-100)-10%}+10%
3. Anemia (Penyakit kurang darah)
Penyakit terjadi karena konsumsi zat besi (Fe) pada tubuh tidak seimbang atau kurang dari kebutuhan tubuh.
Zat besi merupakan micro elemen yang esensial bagi tubuh, yang sangat diperlukan dalam pembentukan darah,
yakni dalam hemoglobin (hb). Di samping itu Fe juga diperlukan enzim sebagai pengiat. Zat besi (Fe) lebih
mudah diserap oleh usus halus dalam bentuk feero. Penyerapan ini mempunyai mekanisme autoregulasi yang
diatur oleh kadar feritin yang terdapat dalam sel-sel mukosa usus. Dalam kondisi Fe yang baik, hanya sekitar
10% saja dari Fe yang terdapat didalam makanan diserap ke dalam mukosa usus eksresi Fe dilakukan melalui
kulit, di dalam bagian-bagian tubuh yang aus dan dilepaskan oleh permukaan tubuh yang jumlahnya sangat
kecil sekali. Sedangkan pada wanita eksresi Fe lebih banyak melalui menstruasi. Oleh sebab itu, kebutuhan Fe
pada wanita dewasa, lebih banyak dibandingkan dengan pada pria. Pada wanita hamil kebutuhan fe meningkat
karena bayi yang dikandung juga memerlukan fe ini.
Defisiensi Fe atau anemia besi di Indonesia jumlahnya besar sehingga sudah menjadi masalah kesehatan
masyarakat. Program penanggulangan anemi besi, khususnya untuk ibu hamil sudah dilakukan melalui
pemberian fe secara Cuma-Cuma melalui Puskesmas atau Posyandu. Akan tetapi karena masih rendahnya
pengetahuan sebagian besar ibu-ibu hamil masih rendah, maka program ini tampak berjalan lambat.
4. Zeropthalmia
Penyakit ini disebabkan karena kekurangan konsumsi vitamin A di dalam tubuh. Gejala-gejala penyakit ini
adalah kekeringan epitel biji mata dan kornea, karena glandula lacrimalis menurun fungsi mata disebut buta
senja atau buta ayam, tidak sanggup melihat pada cahaya remang-remang pada stadium lanjut maka
mengoreng karena sel-selnya menjadi lunak yang disebut keratomalacia dan dapat menimbulkan kebutaan.
Fungsi vitamin A sebenarnya mencakup 3 fungsi yakni : fungsi dalam proses dalam proses melihat, dalam
proses metabolisme, dan proses reproduksi. Gangguan yang diakibatkan karena kekurangan vitamin A yang
menonjol, khususnya di Indonesia adalah gangguan dalam proses melihat yang disebut zeropthalmin ini.
5. Penyakit Gondok Endemik
Zat iodium merupakan zat gizi enesial bagi tubuh, karena merupakan komponen dari hormone thyroxin. Zat
iodium ini dikonsentrasikan di dalam kelenjar gondok, terkonjugsi dengan protein (globulin), maka disebut
thyroglobulin. Apabila diperlukan thyroglobulin ini dipecah dan terlepas hormone thyroxin yang dikeluarkan
dari folikel kelenjar ke dalam aliran darah.
Kekurangan zat iodium ini berakibat kondisi hypotroiidisme (kekurangan iodium), dan tubuh mencoba untuk
menkonpensasi dengan menambah jaringan kelenjar gondok. Akibatnya terjadi hypertrophy (membesarnya
kelenjar thyroid), yang kemudian disebut penyakit gondok. Apabila kelebihan zat iodium maka akan
mengakibatkan gejala-gejala pada kulit yang disebut iodium dermatitis. Penyakit gondok ini di Indonesia
merupakan endemic terutama di daerah-daerah terpencil di pegunungan, yang air minumnya kekurangan zat
iodium. Oleh sebab itu, penyakit kekurangan iodium ini disebut gondok endemic.
Kekurangan iodium juga dapay menyebabkan gangguan kesehatan lain yakni “cretinisma”, kretinisma adalah
suatu kondisi penderita dengan tinggi badan dibawah normal (cebol). Kondisi ini disertai berbagai tingkat
keterlambatan perkembangan jiwa dan kecerdasan, dari hambatan ringan sampai dengan sangat berat (debil).
Ekspresi muka seorang cretin ini memberikan kesan orang bodah, karena tingkat kecerdasannya sangat
rendah. Pada umumnya seorang crtin ini dilahirkan dari ibu yang sewaktu hamil kekurangan zat iodium.
Therap penyakit ini pada dewasa pada umumnya tidak memuaskan. Oleh sebab itu, penanggulangan yang
paling baik adalah pencegahan, yaitu dengan memberikan dosis iodium kepada para ibu hamil. Untuk
penanggulangan penyakit akibat kekurangan iodium dalam rangka peningkatan kesehatan masyarakat dapat
dilakukan melalui program iodiumunisasi, yaitu dengan penyediaan garam dapur yang diperkaya dengan
oidium. Dalam kaitan ini pemerintah Indonesia melalui departemen perindustrian telah memproduksi khusus
garam oidium unyuk daerah-daerah endemic.

d. Kelompok Rentan Gizi


Kelompok rentan gizi adalah suatu kelompok di dalam masyarakat yang paling mudah menderita gangguan
kesehatannya atau rentan karena kekurangan gizi. Biasanya kelompok umur tertentu dalam siklus kehidupan
manusia. Pada kelompok umur tertentu dalam siklus kehidupan manusia. Pada kelompok perkembangan yang
memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah yang lebih besar dari kelompok umur yang lain. Oleh sebab itu, apabola
kekurangan zat hizi maka akan terjadi gangguan gizi atau kesehatannya. Kelompok-kelompok rentan gizi ini
terdiri dari :
f. Kelompok Bayi umur 0-1 tahun
g. Kelompok dibawah lima tahun (balita) 1-5 tahun
h. Kelompok anak sekolah, umur 6-12 tahun
i. Kelompok remaja, umur 13-20 tahun
j. Kelompok ibu hamil dan menyusui
k. Kelompok usia (usia lanjut)
Kelompok usia lanjut termasuk kelompok rentan gizi, meskipun kelompok ini tidak dalam proses pertumbuhan
dan petkembangan. Hal ini disebabkan karma pada usia lanjut terjadi proses degenerasi yang menyebabkan
kelompok usia ini mengalami kelaianan gizi.

1. Kelompok bayi
Didalam siklus kehidupan manusia, bayi berada di dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang paling
pesat. Bayi yang dilahirkan dengan sehat, pada umur 6 bulan akan mencapai pertumbuhan atau berat badan 2
kali lipat dari berat badan pada waktu dilahirkan. Untuk pertumbuhan bayi dengan baik zat-zat gizi yang sangat
dibutuhkan ialah :
a. Protein, dibutuhkan 3-4 gram/kilogram berat badan
b. Calsium (Cl)
c. Vitamin D, tetapi karena Indonesia berada didaerah tropis, maka hal ini tidak begitu menjadi masalah
d. Vitamin A dan K yang harus diberikan sejak post natal
e. Fe (zat besi) diperlukan, karena didalam proses kelahiran sebagian Fe ikut terbuang
Secara alamiah sebenarnya zat-zat gizi tersebut sudah terkandung didalam ASI (Air Susu Ibu). Oleh sebab itu,
apabila gizi makan ibu cukup baik, dan anak diberi ASI pada umur sampai 4 bulan zat-zat gizi tersebut sudah
dapat mencukupi. Pemberian ASI sja tanpa makanan tambahan lain sampai pada umur 4 bulan ini tersebut
pemberian ASI exlusive. Di samping itu ASI juga mempunyai keunggulan, yakni mengandung immunologlobin
yang memberi daya tahan tubuh pada bayi, yang berasal dari tubu ibu. Immunologlobin ini dapat bertahan
pada anak sampai dengan bayi berumur 6 bulan.
Peralihan ASI kepada makanan tambahan (FMT) harus dilakukan sesuai dengan kondisi anatomi dan
fungsional alat pencernaan bayi. Setelah masa pemberian ASI ekslusif terakhir, maka mulai umur 4 bulan bayi
diberi makanan tambahan itu pun makanan yang sangat tulus. Kemudian mulai umur 9 bulan sudah dapat
diberikan makanan tambahan yang lunak, sampai dengan umur 18 bulan. ASI tetap diteruskan, dan mulai
berumur 18 bulan dapat diberikan makanan tambahan agak keras (semi solid), smpai dengan umur 2 tahun.
Sudah diberi makanan seperti makanan orang dewasa. Mengenai jumlah makanan tambahan pun juga makin
lama makin ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan kalori yang diperlukan bayi/anak untuk berkembang.

TABEL PERALIHAN ASI KE MAKANAN DAN


KEBUTUHAN KALORI
Umur anak PMT Kebutuhan kalori
0-4 bulan ASI saja 300 kalori
4-9 bulan Makanan halus 800 kalori
9-12 bulan Makanan lembut 900 kalori
12-18 bulan Makana lunak 1100 kalori
18-24 bulan Makanan semi keras 1300 kalori
24 bulan (2 tahun) Makan dewasa dan disapih

2. Kelompok anak balita


Beberapa kondisi atau anggapan yang menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain
sebagai berikut :
a. Anak balita baru dalam masa transisi dari makanan bayi ke makanan orang dewasa
b. Biasanya anak balita ini sudah mempunyai adik dan kurangnya perhatiannya ibu.
c. Anak balita lebih terpapar dengan lingkungan kotor yang memungkinkan untuk terinfeksi dengan berbagai
penyakit.
d. Anak balita belum dapat mengurus dirinya sendiri, termasuk dalam memilih makanan. Dan ibu tidak
memperhatikan makanan balita.
Upaya untuk membina kesehatan dan gizi kelompok ini dengan adanya posyandu.
3. Kelompok anak sekolah
Pada umumnya kelompok umur ini mempunyai kegiatan yang lebih baik dibandingkan dengan kesehatan anak
balita. Masalah-masalah yang timbul pada kelompok ini antara lain : berat badan rendah, defisiensi Fe (kurang
darah).
Program UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) adalah sangat tepat untuk membina dan meningkatkan gizi dan
kesehatan kelompok ini.
4. Kelompok remaja
Pertumbuhan anak remaja pada umur ini juga sangat pesat, kemudian juga kegiatan-kegiatan jasmani termasuk
olehraga juga pada kondisi puncaknya. Oleh sebab itu, apabila konsumsi makanan tidak seimbang dengan
kebutuhan kalori untuk pertumbuhan dan kegiatan-kegiatannya, maka akan terjadi defisiensi yang akhirnya
dapat menghambat pertumbuhannya. Pada anak berarti mulai terjadi menarche (awal menstruasi), yang
berarti mulai terjadi pembuangan Fe. Oleh sebab itu, kalau konsumsi makanan, khususnya Fe maka akan
terjadi kekurangan Fe (anemia).
Upaya untuk membina kesehatan dan gizi kelompok ini juga dapat dilakukan melalui sekolah (UKS)
5. Kelompok Ibu Hamil
Ibu hamil sebenarnya juga berhubungan dengan proses pertumbuhan, yaitu pertumbuhan janin yang
dikandungnya dan kehamilan tersebut, misalnya mammae. Untuk mendukung berbagai proses pertumbuhan
ini, maka kebutuhan makanan sebagai sumber energi juga meningkat.
Apabila kebutuhan kalori, protein, vitamin, dan mineral yang meningkat ini tidak dapat dipenuhi melalui
konsumsi makanan oleh ibu jamil, akan terjadi kekurangan gizi. Kekurangan gizi pada hamil dapat berakibat ;
a. Berat Badan Bayi Rendah (BBLR)
b. Kelahiran prematur
c. Lahir dengan berbagai kesulitan dan lahir mati
6. Ibu menyusui
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan utama bayi oleh sebab itu, maka untuk menjamin kecukupan ASI bagi bayi,
makanan ibu yang sedang menyusui harus diperhatikan. Sekresi ASI rata-rata 800-850% ml/hari, dan
mengandung kalori 60-65 kalori, 1.0-1,2 gram dan lemak 2,5-3,5 gram setiap 100 ml. zat-zat ini diambil dari
rubuh ibu, dan harus digantikan suplai makanan ibu sehari-hari. Untuk itu maka ibu yang sedang menyusui
memerlukan tambahan 800 kalori sehari dan tambahan prortein 25 gram sehari, diatas kebutuhan bila ibu
tidak menyusui.
7. Kelompok Usia Lanjut (USILA)
Meskipun USILA ini tidak mengalami penurunan fungsinya maka sering terjadi gangguan gizi. Keperluan energi
pada usila sudah menurun, oleh sebab itu konsumsi makanan untuk usila secara kuantitas tidak sama dengan
pada kelompok rentan yang lain. Yang penting di sini kualitas makanan dalam arti keseimbangan zat gizi harus
dijaga. Kegemukan pada usila sangat merugikan pada usila itu sendiri., karena merupakan resiko untuk
berbagai penyakit seperti: kardio vaskuler, diabetes militus, hipertensi dan sebagainya.

e. Pengukuran Status Gizi Masyarakat


Seperti telah diuraikan sebelumnya, bahwa di antara kelompok umur yang rentan terhadap penyakit-penyakit
kekurangan gizi adalah kelompok bayi dan anak balita. Oleh sebab itu, indikator yang baik untuk mengukur
status gizi masyarakat adalah melalui status gizi balita (bayi dan anak balita).
 Studi-studi telah menguji berbagai pengukuran status gizi dan membuat berbagai rekomendasi.
1. Waterlow (1973) menyarankan, untuk pengukuran status gizi pada saat ini digunakan ukuran berat badan
pertingi badan. Sedangkan ukuran tinggi badan per umur hanya cocok untuk mengukur status gizi pada saat
yang lalu. Ia menyebutkan pula bahwa berat badan per umur berguna bagi pengukuran seri untuk anak di
bawah 1 tahun.
2. Throwbridge, F (1970) dari hasil studinya menyimpulkan bahwa berat badan per umur tidak atau kurang
dapat membedakan antara malnutrisi akut dan malnutrisi kronik. Oleh sebab itu, ia menyarankan bahwa berat
badan per tinggi badan dan lingkar lengan atas adalah indikator yang paling baik untuk mengetahui prelevansi
malnutrisi akut pada anak. Sedangkan untuk prelevansi malnutrisi kronik dipergunakan ukuran tinggi badan
per umur.
3. Zeitlin, M. F. (1973) menyarankan untuk anak berumur kurang dari 2 tahun sebagai indikator pertumbuhan
anak cukup menggunakan ukuran berat badan per umur saja. Dari hasil pengamatan untuk anak berumur 2-5
tahun yang mempunyai berat badan rendah mempunyai berat badan rendah menunjukan adanya malnutrisi
yang berat. Selanjutnya, ia menyarankan bahwa berat badan per umur saja sudah dapat dipergunakan untuk
mengukur status gizi pada anak di bawah 5 tahun. Bahkan anak yang lebih tua pun dapat mempergunakan
ukuran tersebut.
4. Morley, D (1971), membahas bahwa pengukuran berat badan dan tinggi badan mempunyai beberapa
kelemahan, antara lain kurang akuratnya dalam pelaksanaan pengukuran oleh para petugas. Tetapi ia
menyatakan bahwa ukuran lain pun tidak mempunyai nilai yang dinamis untuk pertumbuhan nak. Akhirnya ia
berkesimpulan, bahwa berat badan dan tinggi baan per umur dapat mencerminkan status gizi nak, baik pada
waktu lampau maupun statu pada saat ini.
 4 macam cara pengukuran yang sering dipergunakan di bidang gizi masyarakat serta klasifikasinya :
a. Berat badan per umur
Berdasarkan klasifikasi dari Universitas Harvard, keadaan gizi anak diklasifikasi menjadi 4 tingkat, yakni
 Gizi lebih (over weight)
 Gizi baik (well nourished)
 Gizi kurang (under weight), yang mencakup kekurangan kalori dan protein (KKP) tingkat I dan II
Klasifikasi dari standar Harvard yang menurut dimodifikasi tersebut adalah sebagai berikut
 Gizi baik, adalah apabila berat badan bayi/anak menurut umurnya lebih dari 89% standar Harvard
 Gizi kurang, adalah apabila berat badan bayi/anak menurut umur berada di antara 60,1% -80% standar
Harvard
 Gizi buruk, adalah apabila berat badan bayi/anak menurut umurnya 60% atau kurang dari standar Havard
b. Tinggi badan menurut umur
Pengukuran status gizi bayi dan anak balita berdasarkan tinggi badan menurut umur, juga menggunakan
modifikasi standar Harvard, dengan klasifikasinya adalah seperti berikut :
 Gizi baik, yakni apabila panjang tinggi badan bayi/anak menurut umurnya lebih 80% standar Havard
 Gizi kurang, apabila panjang/tinggi badan bayi/anak menurut umurnya berada di antara 70,1% -80% dari
standar Havard
 Gizi buruk, apabila panjang/tinggi badan bayi/anak menurut umurnya 70% atau kurang dari standar
Harvard
c. Berat badan menurut tinggi
Pengukuran berat badan menurut tinggi badan ini diperoleh dengan mengkombinasikan berat badan dan tinggi
badan per umur menurut standar Havard juga. Klasifikasinya adalah sebagai berikut :
 Gizi baik, apabila berat badan bayi/anak menurut panjang/tingginya lebih dari 90% dari standar Havard
 Gizi kurang, bila berat badan bayi/anak menurut panjang/tingginya berada di antra 70,1%-90% dari standar
Havard
 Gizi buruk, apabila berat badan bayi/anak menurut panjang/tingginya 70% atau kurang dari standar Havard
 Lingkar lengan atas (LLA) menurut umur
Klasifisikasi pengukuran status gizi bayi/anak berdasarkan lingkar lengan atas, yang sering pergunakan adalah
mengacu kepada standar wolanski, klasisifikasinya adalah sebagai berikut :
• Gizi baik, apabila LLA bayi/anak menurut umurnya lebih dari 85% standar wolanski
• Gizi kurang apabila LLA bayi/anak menurut umurnya 70,1%-85% standar wolanski
• Gizi buruk, apabila LLA bayi/anak menurut umurnya 70% atau kurang dari standar wolanski.

GIZI KERJA

1. Gizi Kerja

Gizi Kerja adalah gizi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk melakukan suatu pekerjaan sesuai dengan jenis
pekerjaan dan beban kerjanya atau ilmu gizi yang diterapkankepada masyarakat tenaga kerja dengan tujuan
untuk meningkatkan taraf kesehatan tenaga kerja sehingga tercapai tingkat produktivitas dan efisiensi kerja
yang setinggi-tingginya. Penyakit Gizi Kerja merupakan penyakit gizi sebagai akibat kerja ataupun ada
hubungan dengan kerja. Pengelolaan makan bagi tenaga kerja adalah suatu rangkaian kegiatan
penyediaanmakan bagi tenaga kerja di perusahaan yang dimulai dari rencana perencanaan menu
hingga peyajiannya dengan memperhatikan kecukupan kalori dan zat gizi, pemilihan jenis dan bahan makanan,
santasi tempat pengolahan dan tempat penyajian, waktu dan teknis penyajian bagi tenaga kerja. Produktivitas
merupakan sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari esok harus lebih baik
dari hari ini atau perbandingan antara output (keluaran atau jumlah yang dihasilkan) dengan input (masukan
atau setiap sumber daya yang digunakan).

2. Arti penting gizi kerja

Produktivitas kerja dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya yang mempunyai peranan sangat penting dan
menentukan adalah kecukupan gizi. Faktor ini akan menentukan prestasi kerja tenaga kerja karena adanya
kecukupan dan penyebar kalori yang seimbang selama bekerja. Seseorang yang berstatus gizi kurang tidak
mungkin mampu bekerja dengan hasil yang maksimal karena prestasi kerja dipengaruhi oleh derajat kesehatan
seseorang. Tenaga kerja yangsehat akan bekerja lebih giat, produktif, dan teliti sehingga dapat mencegah
kecelakaan yangmungkin terjadi dalam bekerja. Status gizi mempunyai korelasi positif dengan kualitas fisik
manusia. Makin baik statusgizi seseorang semakin baik kualitas fisiknya. Ketahanan dan kemampuan tubuh
untuk melakukan pekerjaan dengan produktifitas yang memadai akan lebih dipunyai oleh individu dengan
status gizi baik. Selain itu, peranan gizi dengan produktifitas juga ditunjukkan oleh Darwin Karyadi (1984)
dalam penelitiannya dimana dengan penambahan gizi terjadi kenaikan produktifitas kerja. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa para penyadap getah yang tidak menderita anemia memiliki produktifitas 20% lebih
tinggi daripada yang menderita anemia. Pemberian diet yang mengandung kalori sejumlah yang diperlukan
oleh pekerja berat dapat meningkatkan produktifitasnya. Pada dasarnya zat gizi yang dibutuhkan oleh
seseorang sangatditentukan oleh aktifitas yang dilakukannya sehari-hari. Makin berat aktifitas yang
dilakukanmaka kebutuhan zat gizi akan meningkat pula terutama energi. Sebagai contoh, seorang pria dewasa
dengan pekerjaan ringan membutuhkan energi sebesar 2.800 kilokalori. Sedangkan pekerja dengan pekerjaan
yang berat membutuhkan 3.800 kilokalori. Manfaat yang diharapkan dari pemenuhan gizi kerja adalah untuk
mempertahankan danmeningkatkan ketahanan tubuh serta menyeimbangkan kebutuhan gizi dan kalori
terhadap tuntutan tugas pekerja. Gizi kerja erat bertalian dengan tingkat kesehatan tenaga kerja
maupun produktivitas tenaga kerja yang berarti akan meningkatkan produktivitas perusahaan serta
peningkatan produktivitas nasional.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan gizi tenaga kerja

Di dalam tubuh selalu terjadi kegiatan sel yang disebut metabolisme. Metabolisme basal adalah sejumlah
tenaga yang diperlukan oleh tubuh dalam kegiatan istirahat. Kalori yang perlu oleh tubuh diambil dari
makanan, besar kecilnya kebutuhan kalori tersebut tergantung dari aktivitas tubuh. Kalori dihasilkan oleh
pembakaran bahan-bahan makanan yang masuk ke dalam tubuh dengan menggunakan oksigen dari udara.

Bilamana kalori yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan tidak tercukupi dari bahan-bahan makanan
yang masuk maka kebutuhan kalori akan dipenuhi dengan mengambil zat-zat makanan yang ada didalam
tubuh dan ini akan berakibat menurunnya berat badan. Sebaiknya apabila ada kelebihan kalori akan disimpan
sebagai lemak cadangan yang berakibat naiknya berat badan. Kalori intake di dapat dari makanan berimbang
yang terjadi dari karbohidrat, protein, dan lemak. Lemak adalah penghasil kalori terbanyak yaitu menghasilkan
4 kalori (tiap pembakaran 1 gram), kalori intake yang masuk ke dalam tubuh digunakan dalam bentuk :

1. Metabolisme basal
2. Pengaruh makanan atas kegiatan tubuh kira-kira 10 % dari kegiatan metabolisme basal
3. Kerja otot

Pemberian makan untuk tenaga kerja di tempat kerja perlu di pikirkan besarnya kalori makanan di tempat
kerja yang dianjurkan sebanyak 0,4 dari kebutuhan total kalori perhari yang diperlukan oleh tenaga kerja.
Waktu pemberian makanan di tempat kerja perlu mendapat perhatian khusus. Pemberian makanan di tempat
kerja di berikan dua kali yaitu pemberian makanan selingan dan makan di tempat kerja dengan perbandingan 1
: 4 makanan yang diberikan kepada tenaga kerja harus bersifat ringan mengandung kalori yang diperlukan.

Pedoman untuk penyusun menu berimbang adalah empat sehat lima sempurna. Pekerjaan sangat memerlukan
tenaga atau energi yang digunakan untuk melakukan kegiatan ataupun kerja dan hal ini tergantung dari :

1. Umur
2. Jenis kelamin (lali-laki, dan perempuan)
3. Keadaan khusus (sakit, menyusui, melahirkan, dan lain-lain.)
4. Metabolisme
5. Jenis pekerjaan (ringan, sedang, berat) yang merupakan suatu beban kerja.
6. Keadaan lingkungan sebagai beban tambahan, yang meliputi fisik, kimia, biologi,fisiologi (ergonomi) dan
psikologi.

Selain faktor diatas faktor tenaga kerja, yang meliputi ketidaktahuan, jenis kelamin, umur, hamil,
menyusui,kebiasaan makan yang kurang baik, tingkat kesehatan karena tingginya penyakit parasit dan infeksi
oleh bakteri pada alat pencernaan, kesejahteraan tinggi tanpa perhatian gizi, mengakibatkan terjadinya salah
gizi biasanya dalam bentuk over nutrisi, disiplin, motivasi dan dedikasi.

Beban kerja dan beban tambahan di tempat kerja yaitutekanan panas, bahan-bahan kimia, parasit, dan
mikroorganisme, faktor psikologis, dan kesejahteraan. Manusia memerlukan zat gizi yang bersumber dari
makanan. Bahan makanan yang diperlukan tubuh mengandung unsur-unsur utama seperti karbohidrat, lemak,
protein, vitamin, dan mineral. Fungsi dari zat-zat gizi tersebut adalah sebagai sumber tenaga atau
kalori(karbohidrat, lemak, dan protein), membangun dan memelihara jaringan tubuh (protein, air, dan
mineral) dan mengatur proses tubuh (vitamin, dan mineral). Secara khusus, gizi adalah zat makanan yang
bersumber dari bahan makanan yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan
jenis pekerjaan dan lingkungan kerjanya (Tjipta, 1990). Selanjutnya hal-hal yang perlu diketahui dalam
penyusunan menu bagi tenaga kerja adalah

1. Pola makan : kebiasaan makanan pokok.


2. Kepercayaan atau agama : pantang makanan tertentu.
3. Keuangan : ekonomis tetapi tetap bergizi.
4. Daya cerna : makanan yang biasa dimakan

masyarakat sekitar.

1. Praktis : mudah diselenggarakan.


2. Volume : cukup mengenyangkan.
3. Variatif : jenis menu bervariasi.

Untuk mempertahankan hidup dan dapat melakukan pekerjaan setiap orangmembutuhkan tenaga. Tenaga
tersebut diperoleh dari pembakaran zat-zat makanan yang dikomsumsi dengan oksigen. Bila banyaknya
makanan yang dikonsumsi setiap hari tidak seimbang dengan tenaga yang dikeluarkan maka tubuh akan
mengalami gangguan kesehatan. Masalah yang timbul akibat ketidak seimbangan antara makanan yang
dikonsumsi dengan tenaga yang dikeluarkan sangat beragam. Jika makanan yang dimakan berlebih dibanding
tenaga yang dikeluarkan maka tubuh akan menjadi gemuk, sebaliknya jika makanan yang dimakan kurang
maka tubuh akan menjadi kurus. Kedua masalah ini akan mempengaruhi derajat kesehatan seseorang dan
akhirnya akan berpengaruh pada efisiensi dan produktivitas kerja. Oleh karena itu sedapat mungkin
diusahakan agar jumlah makanan yang dikonsumsi baik dalam kualitas maupun kuantitas sesuai dengan
kebutuhan khususnya terhadap tenaga yang dikeluarkan. Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan masih
terdapat beberapa pengusaha beranggapan bahwa pemberian makan atau makanan tambahan berupa snack
dan istirahat pendek akan meningkatkan pengeluaran biaya dan merugikan perusahaan. Namun jika dikaji
lebih jauh,sebenarnya banyak keuntungan yang diperoleh dengan pemberian makanan diperusahaan.
Untuk itu, diberikan beberapa saran kepada perusahaan untuk :

1. Menyediakan kantin perusahaan dengan tujuan meningkatkan dan memperbaiki gizi tenaga kerja dan tanpa
disadari memberiakn pengetahuan tentang gizi terhadap pekerja.

 Tanggung jawab pihak manajemen.


 Lebih dari 50 orang, adalah biaya dari perusahaan.
 Letak terpisah.
 Luas 25 m2 untuk kira-kira 50 orang.
 Pemberian makan ketika waktu istirahat atau kira-kira 4 – 5 jam setelah bekerja.
 Petugas dapat penyuluhan tentang kesehatan, gizi, dan kebersihan.
 Petugas harus dikontrol kesehatannya.
 Pakaian khusus bagi para petugas.
 Sebaiknya dilayani dengan kupon.
1. Pemberian makanan atau snack secara cuma-cuma pada jam-jam tertentu dimana hal ini akan
memperlambat munculnya kelelehan, meningkatkan kecepatan dan ketelitian kerja dan menghindari
waktu istirahat curian.
2. Pemberian makanan tambahan dan adanya kantin di perusahaan dapat mencegah terjadinya penyakit
sehingga kehilangan waktu kerja karena absensi sakit dapat ditekan.
3. Mengadakan penyuluhan tentang kesehatan dan gizi secara teratur sehingga kesehatantenga kerja yang
setinggi-tingginya dapat dicapai dan dipertahankan.
4. Menerapakan hasil penelitian tentang gizi kerja yang telah dilakukan untuk meningkatkan status gizi
tenaga kerja dalam upaya peningkatan efisiensi danproduktivitas kerja yang setinggi-tingginya.

Dalam upaya meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja yang setinggi-tingginya pengetahuan dan
penerapan gizi seimbang bagi tenaga kerja merupakan aspek yang mutlak harus dilakukan. Dengan gizi
seimbang maka kesehatan tenaga kerja dapat dipertahankan dan tenaga kerja akan dapat bekerja dengan baik,
tidak mudah lelah, dan mengurangi terjadinya tingkat kesalahan. Hal ini berarti dapat mengurangi pemborosan
terhadap bahan dari perusahaandan akhirnya akan dapat menambah keuntungan yang tinggi bagi perusahaan.
Rendahnya konsumsi pangan atau tidak seimbangnya gizi makanan yang dikonsumsi mengakibatkan
terganggunya pertumbuhan organ dan jaringan tubuh, lemahnya daya tahan tubuh terhadap serangan
penyakit, serta menurunnya aktivitas dan produktivitas kerja. Pada bayi dan anak balita, kekurangan gizi dapat
mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan spiritual. Bahkan pada bayi,
gangguan tersebut dapat bersifat permanen dan sangat sulit untuk diperbaiki. Kekurangan gizi pada bayi, dan
balita dengan demikian akan mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi tenaga kerja, antara lain:

1. Faktor ekonomi.
2. Faktor pengetahuan tentang gizi.
3. Faktor prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu.
4. Faktor fadhisme, yaitu kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu.
5. Faktor-faktor lingkungan kerja.

Ini menentukan pengaruh-pengaruh yang sangat nyata terhadap keadaan gizi tenaga kerja. Faktor lingkungan
yang penting adalah :

1. Tekanan panas.
2. Pengaruh kronis bahan kimia.
3. Parasit dan mikro organisme.
4. Faktor psikologis.
5. Kesejahteraan tinggi tanpa memperhatikan gizi dan kurang olah raga.
6. Unsur gizi dalam makanan yang dibutuhkan manusia

Ada 6 macam unsur gizi dalam makanan yang dibutuhkan manusia, sedangkan fungsi unsur gizi dalam tubuh
manusia antara lain :

1. Zat makanan pemberi kalori terdiri dari unsur gizi : Karbohidrat, lemak, dan protein.
2. Zat pembangun terdiri dari unsur gizi : Protein, Lemak, Mineral, dan Air.
3. Zat pengatur terdiri dari unsur gizi : Protein, Mineral, Air, dan Vitamin.

1. Perundang-undangan

Perundang-undangan yang mengatur tentang higiene industri adalah :

1. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 712/Menkes/Per/X/1986 tentang Persyaratan Jasa Boga.


2. Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan
Dalam Tempat Kerja (PMP No. 7 Tahun 1964).
3. Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Hubungan Ketenagakerjaan dan Pengawasan Norma Kerja No :
SE.86/BW/1989 tentang Perusahaan Katering Yang Mengelola Makanan Bagi Tenaga Kerja.
4. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.SE.01/Men/1979 tentang Pengadaan Kantin dan
Ruang Makan.
5. Peraturan Menkes RI No. 329/Menkes/Per/XII/1976 tentang Produksi dan Peredaran Makanan.
6. Undang-undang 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
7. Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.

Anda mungkin juga menyukai