Pada ayat ke 157 surah al-An'am disebutkan bahwa Allah Swt berfirman demikian, َْربِّ ُكم مِّ نْ بَيِّنَةْ جا َء ُكمْ فَقَد "Sesungguhnya telah datang kepadamu keterangan yang nyata, petunjuk, dan rahmat dari Tuhanmu," kemungkinan, realitas luar dari "bayyinah" yang terdapat pada ayat ke 57 surah al-An'am dan ayat ke 17 surah Hud, begitu juga yang terdapat pada ayat ke 133 surah Thaha dan ayat ke 14 surah Muhammad (saw), serta yang dimaksud dengan "al-bayyinah" pada ayat pertama dan ayat keempat surah al-Bayyinah adalah al-Quran. Allah Swt pada ayat ke 187 surah al-Baqarah tentang penyifatan al-Quran berfirman demikian, ْال ُه َدى ِّمنَْ َوبَيِّنَات " ... bulan yang di dalamnya al-Quran diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia," dan secara lahiriah yang dimaksud dengan "al-bayyinah" pada ayat-ayat berikut ini pun adalah al- Quran: al-Baqarah ayat 209 dan 253, Ali Imran ayat 86, al-Mukmin ayat 66, dan sebagaimana yang telah dikatakan sebelumnya bahwa pada beberapa tempat, ayat-ayat al-Quran diperkenalkan juga dengan kata "bayyinât". "Bayân" adalah mashdar (kata dasar) dari fi'il lazim (kata kerja yang tidak membutuhkan obyek) dengan makna "jelas" dan "telah jelas", dan digunakan pula dengan makna mashdar dan ism fâ'il muta'addi (kata benda pelaku yang memerlukan obyek) dengan makna "menjelaskan" dan "penjelas". "Bayyinah" merupakan sifat musyabbahah dari fi'il muta'addi yaitu "penjelas". "Mubîn" pun yang akan dibahas selanjutnya pada sifat-sifat yang mengikuti al-Quran, berasal dari kata dasar yang sama yaitu ism fâ'il dari kata "abân" dan digunakan dalam makna lazim (jelas, terang) dan muta'addi (penerang). Penggunaan kata "bayân" dan "tibyân" untuk al-Quran adalah dengan alasan karena kitab ini menjelaskan seluruh hakikat yang harus diketahui oleh manusia, dan tanpa adanya pengetahuan terhadapnya, mereka tidak akan bisa melintasi jalan kebahagiaan, dan secara lahiriah yang dimaksud dengan "tibyânân likulli syai" adalah juga menjelaskan persoalan-persoalan dimana penjelasannya berada dalam tingkatan al-Quran. Kata "syai" secara istilah adalah muqayyad (terbatas) dan batasannya bisa dipahami dari konteks- konteks tingkatan dan kesesuaiannya dengan hukum dan tema yang tengah dibicarakan , sebagimana pada ayat ke 23 surah an-Naml yang berfirman, ل مِّ نْ أُوتِّيَتْ َْو ِّْ ْ…( شَيءْ ُكdan dia dianugerahiْsegalaْsesuatuْ…)ْyangْdimaksudْdenganْ"kulliْsyai"ْ(segalaْsesuatu)ْdiْsiniْadalahْ seluruh fasilitas kerajaan, bukan seluruh benda yang ada di dunia keberadaan.