Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan
penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat,
mengingat dampak yang ditimbulkannya baik jangka pendek maupun jangka
panjang sehingga membutuhkan penanggulangan jangka panjang yang
menyeluruh dan terpadu. Penyakit hipertensi menimbulkan angka morbiditas
(kesakitan) dan mortalitasnya (kematian) yang tinggi. Hipertensi menjadi
salah satu penyakit tidak menular yang menjadi perhatian utama karena angka
kejadian yang tinggi di dunia. World Health Organisation (WHO) tahun 2012
menyatakan bahwa angka kejadian hipertensi mencapai 50% dari total
penduduk dunia. Prevalensi kejadian hipertensi di Indonesia meningkat setiap
tahunnya. Kementerian Kesehatan RI (2013) menyatakan bahwa terjadi
peningkatan prevalensi hipertensi dari 7,6% tahun 2007 menjadi 9,5% pada
tahun 2013.
Penurunan tekanan darah dapat diatasi dengan cara farmakologi
menggunakan obat-obatan dan diatasi dengan cara non farmakologi yaitu
dengan teknik distraksi, salah satunya dengan mendengarkan musik,
khususnya musik klasik. Sekarang ini musik klasik sering digunakan untuk
terapi relaksasi dan meditasi. Terapi musik juga dipercaya dapat berpengaruh
pada kerja jantung dan juga tekanan darah.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Penulis mampu melaporkan dan mendokumentasikan asuhan keperawatan
pada pasien dengan hipertensi dan melakukan aplikasi EBN terapi musik
klasik terhadap penurunan tekanan darah.

1
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian focus secara terstruktur pada
pasien dengan hipertensi
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien
dengan hipertensi
c. Penulis mampu menyusun intervensi keperawatan sesuai dengan
masalah keperawatan yang muncul pada pasien hipertensi
d. Penulis mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan hipertensi
e. Untuk mengetahui apakah mendengarkan musik klasik dapat
menurunkan tekanan darah sistolik pada pasien dengan hipertensi
f. Penulis mampu menganalisa mengenai aplikasi EBN terapi musik
klasik terhadap penurunan tekanan darah yang telah diterapkan
g. Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan hipertensi

2
BAB II
KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN HIPERTENSI
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001).

B. TERAPI MUSIK KLASIK


Terapi musik adalah bentuk terapi yang menggunakan musik secara
sistematis,terkontrol dan terarah untuk: menyembuhkan, merehabilitasi,
mendidik dan melatih anak-anak dan orang dewasa yang menderita gangguan
fisik, mental, atau emosional (Maryunani, 2011). Terapi musik adalah terapi
yang universal dan bisa diterima oleh semua orang karena kita tidak
membutuhkan kerja otak yang berat untuk menginterpretasi alunan musik.
Terapi musik sangat mudah diterima organ pendengaran kita dan kemudian
melalui saraf pendengaran disalurkan ke bagian otak yang memproses emosi
(sistem limbik).
Pencegahan hipertensi, umumnya dilakukan dengan mengubah gaya
hidup seperti pengurangan berat badan pada anak yang obes, pengaturan diet
makanan, olah raga teratur dan mengurangi stres. Rangkaian ini merupakan
tatalaksana non farmakologi. Pengaturan diet makanan dan olahraga teratur
umumnya telah terbukti dapat menurunkan tekanan darah, namun penggunaan
musik klasik sebagai tatalaksana non farmakologik dalam hal menurunkan
tekanan darah masih dalam tahap perkembangan. Menurut Turana (2011),
bahwa rangsangan musik dapat mengaktivasi jalur-jalur spesifik di dalam
beberapa area otak, seperti sistem Limbik yang berhubungan dengan perilaku
emosional. Dengan mendengarkan musik, sistem Limbik ini teraktivasi dan
individu tersebut pun menjadi rileks, saat keadaan rileks inilah tekanan darah
menurun.

3
C. ETIOLOGI

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik


(idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau
peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya hipertensi:
a. Genetik: Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
transport Na.
b. Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan
tekanan darah meningkat.
c. Stress Lingkungan.
d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta
pelebaran pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
a. Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi
seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik,
system rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan
stress.
b. Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal.
Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll. Penyebab
hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan –
perubahan pada :
a) Elastisitas dinding aorta menurun
b) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d) Kehilangan elastisitas pembuluh darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer
untuk oksigenasi Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

4
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-
data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a) Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan
lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah
penderita hipertensi
b) Ciri perseorangan
1) Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
2) Umur (jika umur bertambah maka TD meningkat)
3) Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan)
4) Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
5) Kebiasaan hidup. Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan
timbulnya hipertensi adalah :
a) Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
b) Kegemukan atau makan berlebihan
c) Stress
d) Merokok
e) Minum alcohol
f) Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
1) Ginjal
2) Glomerulonefritis
3) Pielonefritis
4) Nekrosis tubular akut
5) Tumor
6) Vascular
7) Aterosklerosis
8) Hiperplasia
9) Trombosis
10) Aneurisma

5
11) Emboli kolestrol
12) Vaskulitis
13) Kelainan endokrin
14) DM
15) Hipertiroidisme
16) Hipotiroidisme
17) Saraf
18) Stroke
19) Ensepalitis
20) SGB
21) Obat – obatan
22) Kontrasepsi oral
23) Kortikosteroid

D. PATOFISIOLOGI

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah


terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada
titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang
serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi
sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla

6
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan
air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.
Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan
structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab
pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi
palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh
cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang
diteruskan ke sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan
darah. Dan apabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi
pada rennin yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya
perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi
pada pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga
dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium.
Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan

7
peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-
organ seperti jantung. ( Suyono, Slamet. 1996 ).

E. MANIFESTASI KLINIK

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :


a. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan
medis. Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien
yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas,
kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran
menurun.
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
a. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2.
b. Sakit kepala
c. Pusing / migraine
d. Rasa berat ditengkuk
e. Penyempitan pembuluh darah
f. Sukar tidur
g. Lemah dan lelah
h. Nokturia
i. Azotemia
j. Sulit bernafas saat beraktivitas

8
F. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan
penyakit hipertensi meliputi :
1) Terapi tanpa Obat : Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk
hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan
berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :
a. Diet
b. Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
 Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
 Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c. Penurunan berat badan
d. Penurunan asupan etanol
e. Menghentikan merokok
f. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat
prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang
baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut
nadi maksimal yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar
antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan. Frekuensi latihan
sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x per minggu.
g. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a. Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh
yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.

9
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
b. Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan
untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara
melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam
tubuh menjadi rileks Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan).
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan
pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya
dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2) Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan
darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat
hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi
umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli
Hipertensi (Joint National Committee On Detection, Evaluation And
Treatment Of High Blood Pressure, Usa, 1988) menyimpulkan bahwa
obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE
dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan
keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
a. Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE
inhibitor
b. Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
a) Dosis obat pertama dinaikkan
b) Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama

10
c) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta
blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin,
vasodilator.
c. Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
a) Obat ke-2 diganti
b) Ditambah obat ke-3 jenis lain
d. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
a) Ditambah obat ke-3 dan ke-4
b) Re-evaluasi dan konsultasi
c) Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat, dokter )
dengan cara pemberian pendidikan kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan
dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :
1) Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran
tekanan darahnya
2) Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan
darahnya
3) Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun
bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas
4) Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya
tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya
dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter
Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu
Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita
ikut sertakan keluarga penderita dalam proses terapi.
5) Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau
keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah
6) Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x
sehari atau 2 x sehari

11
7) Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek
samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi
8) Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau
mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas
maksimal
9) Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
10) Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
11) Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
12) Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat
diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan
pelaksanaan pengobatan hipertensi.

G. KONSEP HIPERTENSI
1) PENGKAJIAN FOKUS
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner /
katup, penyakit serebrovaskuler
Tanda :
a) Kenaikan TD
b) Nadi : denyutan jelas
c) Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
d) Bunyi jantung : murmur
e) Distensi vena jugularis
f) Ekstermitas
Perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokontriksi perifer), pengisian
kapiler mungkin lambat
c. Integritas Ego

12
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
marah, faktor stress multiple (hubungan, keuangan, pekerjaan)
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue
perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang (khususnya sekitar
mata), Peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (infeksi, obstruksi,
riwayat penyakit ginjal)
e. Makanan / Cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, lemak dan kolesterol, mual, muntah, riwayat penggunaan
diuretik
Tanda : BB normal atau obesitas, odema, kongesti vena, peningkatan
JVP, glikosuria
f. Neurosensori
Gejala : Keluhan pusing / pening, sakit kepala, kelemahan pada satu
sisi tubuh, gangguan penglihatan, episode epistaksis.
Tanda : perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir
atau memori (ingatan), respon motorik : penurunan kekuatan
genggaman, perubahan retinal optik.
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat,
nyeri abdomen
h. Pernapasan
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea,
dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat
merokok.
Tanda : Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan,
bunyi napas tambahan (krekles, mengi), sianosis.
i. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan

13
Tanda : Episode parestesia unilateral transien
j. Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala : Faktor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung, DM, penyakit serebrovaskuler, ginjal
Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
Penggunaan obat / alkohol

2) PATHWAYS KEPERAWATAN

14
3) FOKUS INTERVENSI
Tujuan dan
No Diagnosa Intervensi Rasional
Kiteria Hasil
1 Resiko tinggi Setelah 1. Pantau TD, ukur 1. Untuk
terhadap mendapat pada kedua tangan, mengetahui
penurunan tindakan gunakan manset perkembangan
curah jantung keperawatan dan tehnik yang kondisi pasien
berhubungan diharapkan tepat 2. Untuk
dengan afterload tidak 2. Catat keberadaan, mengetahui
peningkatan meningkat, tidak kualitas denyutan jalannya aliran
afterload, terjadi sentral dan perifer darah
vasokonstriksi, vasokontriksi, 3. Auskultasi tonus 3. Untuk
hipertrofi/rigidit tidak terjadi jantung dan bunyi mengetahui
as ventrikuler, iskemia miokard napas apakah ada suara
iskemia dengan kriteria 4. Amati warna kulit, tambahan atau
miokard hasil: kelembaban, suhu tidak
a. Tanda Vital dan masa pengisian 4. Memonitor
dalam rentang kapiler sirkulasi
normal 5. Catat edema umum 5. Untuk
(Tekanan 6. Berikan mencegah
darah, Nadi, lingkungan tenang, terjadinya
respirasi) nyaman, kurangi komplikasi
b. Dapat aktivitas. 6. Agar pasien
mentoleransi 7. Pertahankan rileks
aktivitas, pembatasan 7. Untuk
tidak ada aktivitas seperti meminimalisir
kelelahan. istirahat ditempat kelemahan
c. Tidak ada tidur/kursi 8. Untuk menjaga
edema paru, 8. Bantu melakukan personal hygiene
perifer, dan aktivitas perawatan
tidak ada diri sesuai

15
asites. kebutuhan 9. Untuk
d. Tidak ada 9. Lakukan tindakan meningkatkan
penurunan yang nyaman relaksasi
kesadaran seperti pijatan
punggung dan
leher
10. Anjurkan tehnik 10. Untuk
relaksasi, panduan mengurangi
imajinasi, aktivitas intensitas dan
pengalihan skala nyeri
11. Pantau respon 11. Untuk
terhadap obat mengetahui
untuk mengontrol efektivitas
tekanan darah farmakologi
12. Berikan 12. Menegah
pembatasan cairan terjadinya
dan diit natrium ketidakseimbangan
sesuai indikasi cairan
13. Kolaborasi untuk 13. Kolaborasi
pemberian obat- untuk menunjang
obatan sesuai kesembuhan
indikasi pasien

2 Nyeri (sakit Setelah 1. Pertahankan tirah 1. Untuk


kepala) dilakukan baring, lingkungan mengurangi rasa
berhubungan tindakan yang tenang, sedikit nyeri
dengan keperawatan penerangan 2. Mencegah
peningkatan diharapkan 2. Minimalkan bertambahnya
tekanan tekanan vaskuler gangguan ketidaknyamanan
vaskuler serebral dengan lingkungan dan yang dirasakan

16
serebral kriteria hasil : rangsangan
pasien 3. Batasi aktivitas 3. Untuk
mengungkapkan 4. Beri obat analgesia mengurangi skala
tidak adanya dan sedasi sesuai nyeri
sakit kepala dan pesanan .4. Kolaborasi
merasa nyaman. 5. Beri tindakan yang dengan tim medis
menyenangkan lain untuk
sesuai indikasi mengurangi nyeri
seperti kompres es, 5. Implementasi
posisi nyaman, tindakan
tehnik relaksasi, keperawatan
bimbingan lainnya untuk
imajinasi, hindari menghilangkan
konstipasi manifestasi klinis
3 Resiko Setelah 1. Pertahankan tirah 1. Untuk
perubahan mendapat baring; tinggikan mencegah sesak
perfusi jaringan: tindakan kepala tempat tidur
serebral, ginjal, keperawatan 2. Kaji tekanan darah 2. Untuk
jantung diharapkan saat masuk pada mengetahui tensi
berhubungan sirkulasi tubuh kedua lengan; berkala pasien
dengan tidak terganggu tidur, duduk
gangguan dengan kriteria dengan pemantau
sirkulasi hasil : tekanan arteri jika
a. Pasien tersedia
mendemonstr 3. Ukur masukan dan 3. Untuk
asikan perfusi pengeluaran mengetahui
jaringan yang 4. Ambulasi sesuai balance cairan
membaik kemampuan; 4. Untuk
seperti hindari kelelahan mencegah
ditunjukkan terjadina hipotensi
dengan : TD dan kekurangan

17
dalam batas cairan.
yang dapat
diterima,
tidak ada
keluhan sakit
kepala,
pusing, nilai-
nilai
laboratorium
dalam batas
normal.
b. Tanda-tanda
vital stabil
4 Intoleransi Setelah diberikan 1. Kaji respon pasien 1. Untuk
aktifitas asuhan terhadap aktivitas, menghindari
keperawatan perhatikan peningkatan nadi
diharapkan frekuensi nadi akibat kelelahan
pasien dapat lebih dari 20 kali
berpartisipasi per menit di atas
dalam aktivitas frekuensi istirahat,
yang peningkatan
diinginkan/diper tekanan darah yang
ukan dengan nyata selama
kriteria hasil : /sesudah aktivitas,
a. Melaporkan dpsnea atau nyeri
peningkatan dada, keletihan dan
dalam kelemahan yang
toleransi berlebihan,
aktivitas yang diaforesis, pusing
dapat diukur atau pingsan
b. Menunjukkan 2. Instruksikan pasien 2. Untuk

18
penurunan tentang teknik menghindari
dalam tanda- penghematan terjadinya
tanda energi , misalnya kekakuan otot
intoleransi menggunakan
fisiologi kursi saat mandi,
duduk saat
menyisir rambut
atau menggosok
gigi, melakukan
aktivitas dengan
perlahan
3. Kaji sejauh mana 3. Agar pasien
aktivitas yang dapat beraktifitas
dapat ditoleransi sesuai dengan
4. Mendorong kemampuannya
kemandirian dalam 4. Agar pasien
melakukan tetap produktif
aktivitas

19
BAB III

RESUME ASKEP

A. PENGKAJIAN FOKUS
1. a. Identitas Pasien
Nama : Ny.T
TTL : Semarang, 04 Januari 1956
Pendidikan : SLTA
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Karang kojo selatan 432 RT 01/RW 04 Kel.
Sarirejo Kec. Semarang Timur Kab. Kota
Semarang, Jawa Tengah.
No.Rm : 47-57-83
Diagnosa Medik : Hipertensi

2. Status Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan pusing muter-muter selama 3 hari kemudian oleh
keluarga Ny.T dibawa ke UGD Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah
Semarang ada tanggal 19 November 2017 pukul 18.00 WIB diperoleh
KU: sedang, GCS: 15, TD: 180/100 mmHg, N: 80 x/menit, RR: 22
x/menit, Suhu: 36,5˚C.
b. Status Kesehatan Masa Lalu
Pasien mengatakan pernah dirawat dengan keluhan yang sama yaitu
pada bulan Mei 2017. Dalam keluarga Ny.E mengatakan mempunyai
riwayat penyakit keturunan DM dan Hipertensi.
c. Aktivitas
Gejala : Pasien memerlukan bantuan dalam merubah posisi, perawatan
diri (mandi, mengenakan pakaian) perlu bantuan dari perawat.

20
B. ANALISA DATA

No. Tgl Data Fokus Etiologi Problem

DS : Pasien mengatakan
pusing berputar putar dan
badanya lemas

19 Nov DO : Gangguan
Peningkatan
1 Pasien tampak lemas perfusi
2017 tekanan darah
TD : 170/100 mmHg jaringan
RR : 22x/menit
S : 36,8˚C
HR : 93x/menit
DS :
Pasien mengatakan
kepalanya cekot-cekot
seperti tertusuk-tusuk yang
dirasa kadang-kadang
P : nyeri saat miring beralih
Peningkatan
20 Nov posisi
tekanan
2 Q : cekot-cekot Nyeri akut
22017 vaskuler
R : nyeri terasa di kepala
cerebral
S : skala nyeri 6
T : nyeri hilang timbul
DO :
ekspresi wajah menahan
sakit
TD : 170/80 mmHg
DS :
21 Nov Intoleransi
Pasien mengatakan lemas
3 Kelemahan
2017 dan badannya terasa sakit aktivitas
semua

21
DO :
Pasien tampak terbaring
lemah ditempat tidur dan
susah untuk pindah posisi
TD : 160/90 mmHg

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan tekanan darah


2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

D. PATHWAYS KEPERAWATAN KASUS

Faktor resiko : merokok, obesitas, gaya hidup, stress

Impuls saraf simpatis

Merangsang serabut saraf ganglion ke pembuluh darah

Norepinerpin dilepaskan

Vasokontriksi pembuluh darah Gangguan sirkulasi

Peningkatan tekanan darah


Otak

Resistensi pembuluh
Gangguan perfusi jaringan darah otak
serebral

Nyeri kepala

22
E. FOKUS INTERVENSI
Diagnosa
No. Keperawatan dan Intervensi Rasional TTD
Kriteria Hasil
1 Gangguan perfusi 1. Monitor tekanan 1. Untuk
jaringan berhubungan darah mengetahui
dengan peningkatan 2. Monitor tanda-tanda tekanan darah
tekanan darah. Setelah vital pasien
dilakukan tindakan 3. Berikan terapi non 2. Untuk
keperawatan selama armakologi mengetahui
3x7 jam diharapkan (relaksasi terapi perkembangan/k
tekanan darah pasien musik klasik) ondisi pasien
normal. 4. Berikan obat sesuai 3. Untuk
dengan advice merelaksasi
dokter pikiran asien
dan agar
tekanan darah
pasien menurun
4. Kolaborasi
pemberian obat,
dapat membantu
menurunkan
tekanan darah
pada pasien

2 Nyeri akut 1. Lakukan pengkajian 1. Untuk


berhubungan dengan nyeri secara mengetahui
peningkatan tekanan komprehensif tingkat skala
vaskuler serebral. 2. Observasi reaksi nyeri pasien
Setelah dilakukan nonverbal dari secara berkala

23
tindakan keperawatan ketidaknyamanan 2. Untuk
selama 3x7 jam 3. Lakukan penanganan mengetahui
diharapkan nyeri nyeri secara ekspresi dari
pasien berkurang farmakologi dan gangguan
dengan rentang skala < nonfarmakologi fisiologis yang
dari 6 4. Monitor TTV dialami pasien
5. Berikan terapi musik 3. Kolaborasi dan
klasik berikan teknik
relaksasi atau
distraksi untuk
mengalihkan
nyeri.
4. Untuk
mengetahui
tanda-tanda
vital pasien
setelah
pemberian
terapi
5. Agar pasien
rileks
3 Intoleransi aktivitas 1. Kaji respon pasien 1. Untuk
berhubungan dengan terhadap aktivitas, menghindari
kelemahan. Setelah perhatikan frekuensi peningkatan nadi
dilakukan tindakan nadi lebih dari 20 akibat kelelahan
keperawatan selama kali per menit di
3x7 jam diharapkan atas frekuensi
pasien dapat istirahat,
melakukan aktivitas peningkatan tekanan
secara mandiri. darah yang nyata
selama /sesudah

24
aktivitas, dpsnea
atau nyeri dada,
keletihan dan
kelemahan yang
berlebihan,
diaforesis, pusing
atau pingsan
2. Instruksikan pasien 2. Untuk
tentang teknik menghindari
penghematan energi, terjadinya kekakuan
duduk saat menyisir otot
rambut atau
menggosok gigi,
melakukan aktivitas
dengan perlahan
3. Kaji sejauh mana 3. Agar pasien
aktivitas yang dapat dapat beraktifitas
ditoleransi sesuai dengan
4. Mendorong kemampuannya
kemandirian dalam 4. Agar pasien tetap
melakukan aktivitas produktif

25
BAB IV
APLIKASI JURNAL EVIDENCE BASED NURSING RESEARCH

A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny.T
TTL : Semarang, 04 Januari 1956
Pendidikan : SLTA
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Karang kojo selatan 432 RT 01/RW 04 Kel. Sarirejo Kec.
Semarang Timur Kab. Kota Semarang, Jawa Tengah.
Diagnosa Medik : Hipertensi

B. DATA FOKUS PASIEN


No. Tgl Data Fokus Etiologi Problem
DS : Pasien mengatakan
pusing berputar putar dan
badanya lemas
19 DO : Gangguan
Peningkatan
1 Nov Pasien tampak lemas perfusi
tekanan darah
2017 TD : 170/100 mmHg jaringan
RR : 22x/menit
S : 36,8˚C
HR : 93x/menit
DS :
Pasien mengatakan kepalanya Peningkatan
20
cekot-cekot seperti tertusuk- tekanan
2 Nov Nyeri akut
tusuk yang dirasa kadang- vaskuler
22017
kadang cerebral
P : nyeri saat miring beralih

26
posisi
Q : cekot-cekot
R : nyeri terasa di kepala
S : skala nyeri 6
T : nyeri hilang timbul
DO :
ekspresi wajah menahan sakit
TD : 170/80 mmHg

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan peningkatan tekanan darah
2. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral

D. EVIDENCE BASED NURSING PRACTICE YANG DITERAPKAN


PADA PASIEN
Aplikasi terapi musik klasik terhadap penurunan tekanan darah pada pasien
hipertensi di ruang Ayyub 2 Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang.

27
E. ANALISA SINTESA JUSTIFIKASI

F. LANDASAN TEORI TERKAIT PENERAPAN EVIDENCE BASED


NURSING
Terapi musik secara umum bertujuan untuk membuat hati dan
perasaan seseorang menjadi senang dan terhibur, membantu mengurangi
beban penderitaan seseorang, dan tempat penyaluran bakat seseorang.
Mendengarkan music diharapkan dapat merangsang dan menarik penderita
untuk mengikuti alur irama yang selanjutnya menciptakan suasana santai,
gembira yang pada akhirnya adanya perubahan yang positif (Pillie & Chair,
2002, dalam Musayaroh, 2011). Terapi musik diketahui bahwa rangsangan
musik ternyata mampu mengaktivasi sistem limbik yang berhubungan dengan
emosi. Saat sistem limbik teraktivasi, otak menjadi rileks, kondisi inilah yang
memicu tekanan darah menurun.
Hipertensi terjadi karena adanya perubahan struktural dan
fungsional pada sistem pembuluh perifer yang bertanggung jawab pada

28
perubahan tekanan darah. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan
daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya aorta dan arteri besar kurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung, mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan
perifer (Smeltzer & Bare, 2002).
Dalam hal penurunan tekanan darah dan stres diduga bahwa
konsentrasi katekolamin plasma mempengaruhi aktivasi simptoadrenergik dan
juga menyebabkan terjadinya pelepasan stress-released hormones. Pemberian
musik klasik dengan irama lambat akan mempengaruhi pelepasan katekolamin
kedalam pembuluh darah, sehingga konsentrasi katekolamin dalam plasma
menjadi rendah. Hal ini mengakibatkan tubuh mengalami relaksasi, denyut
jantung berkurang dan tekanan darah menjadi turun (Schein, 2001).
Pasien hipertensi disebabkan salah satunya oleh faktor usia, hal ini
sesuai dengan teori yang dikemukakan (Mecky Stanley, 2006) bahwa dengan
meningkatnya usia, jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan baik
struktural maupun fungsional. Perubahan yang disebabkan oleh penuaan
berlangsung lambat dan dengan awitan yang tidak disadari. Serta dari data
yang didapatkan salah satu faktor pencetus terjadinya hipertensi yaitu karna
keturunan (gen).
Musik selain memiliki aspek estetika, juga memiliki aspek
terapetik, yang banyak digunakan untuk membantu menenangkan,
menyembuhan, dan memulihkan kondisi fisiologis pasien maupun tenaga
medis. Terlepas dari berbagai pendapat pro dan kontra mengenai kebenaran
penggunaan music sebagai salah satu terapi, studi-studi tentang musik sebagai
salah satu bentuk terapi sudah banyak dilakukan dan hasilnyacukup signifikan.
Irama musik juga berperan mengurangi rasa cemas dan khawatir pada pasien
yang akan menjalani tindakan invasif seperti pemeriksaan bronkoskopi,
operasi minor dengan anastesi lokal, operasi matadan biopsi jaringan (Triller,
2006).

29
BAB V
PEMBAHASAN

A. JUSTIFIKASI PEMILIHAN TINDAKAN


Hipertensi adalah tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan
140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih atau sama dengan 90 mmHg.
Penanganan pasien hipertensi terdiri dari farmakologi dan nonfarmakologi.
Penanganan non farmakologi seperti penurunan berat badan, pembatasan
alkohol, natrium, tembakau, latihan dan relaksasi. Relaksasi dapat diberikan
salah satunya dengan menggunakan music klasik. Tujuan penelitian aplikasi
jurnal ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi musik klasik terhadap
penurunan tekanan darah tinggi pada penderita hipertensi.
Terapi musik merupakan teknik nonfarmakologi yang sangat
mudah dilakukan dan terjangkau. Tetapi efeknya menunjukan bahwa musik
dapat mempengaruhi ketegangan atau kondisi rileks pada diri seseorang,
karena dapat merangsang pengeluaran endorphine dan serotonim. Endorphine
dan Serotonin merupakan sejenis morfin alami tubuh dan juga metanonin
sehingga tubuh merasa lebih rileks.

B. MEKANISME PENERAPAN
Proses pelaksanaan aplikasi jurnal ini yaitu dengan cara memilih
satu orang pasien dengan diagnosa medis hipertensi, kemudian setelah kontrak
waktu kepada yang bersangkutan yaitu Ny.T dan perawat menyiapkan music
klasik yaitu lagu Kenny G yang berjudul Heart dan Soul dalam format mp3.
Setelah mendatangi Ny.T sesuai dengan waktu yang telah disepakati, perawat
mulai menjelaskan alur dan tata cara teknik distraksi ini yaitu untuk
merileksasi Ny.E yang sebelumnya akan diukur tekanan darahnya sebelum
dan sesudah mendengarkan musik klasik yang telah disiapkan oleh perawat.
1. SOP penerapan EBN
a. Fase Orientasi

30
Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, menjelaskan maksud dan
tujuan tindakan, kontrak waktu terhadap pasien, dan menanyakan
kembali kesediaan pasien.
b. Fase Kerja
Menyiapkan alat (tensi, kursi, HP, headphone, mp3 musik klasik),
memposisikan pasien senyaman mungkin. Sebelum didengarkan music
klasik Ny.T diukur tekanan darahnya terlebih dahulu setelah itu
pasangkan headphone ke telinga pasien dan putar mp3 hingga selesai
kemudian tekanan darah Ny.T diukur kembali.
c. Fase Terminasi
Mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan, menanyakan perasaan
pasien setelah diperdengarkan musik klasik, kontrak waktu untuk
pertemuan selanjutnya. Berpamitan mengucapkan salam dan terima
kasih kepada pasien.
2. GEP saat aplikasi EBN
Pemberian terapi musik klasik yang dilakukan pada tanggal 23
sampai 24 November 2017. Aplikasi ini dilakukan pada salah satu pasien
yang mempunyai diagnosa hipertensi di ruang Ayyub 2 Rumah Sakit
Roemani Muhammadiyah Semarang. Pasien diberi perlakukan relaksasi
dengan musik klasik selama 14 menit. Adapun perbedaan antara jurnal
aplikasi yang dibuat oleh Siti Romadoni dkk, 2013 yaitu menggunakan 34
sampel yang digunakan sedangkan yang dilakukan oleh perawat hanya
menggunakan satu sampel. Selain itu dalam jurnal, pasien diperdengarkan
musik klasik selama 10 menit, yang dilakukan pasien diperdengarkan
musik klasik yang diputar 2 kali dengan durasi masing-masing 7 menit.

31
C. HASIL YANG DICAPAI
Sebelum terapi musik Sesudah terapi musik
Tanggal
klasik klasik
23 November 2017 165/93 mmHg 158/90 mmHg
24 November 2017 170/80 mmHg 160/75 mmHg

D. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ATAU HAMBATAN YANG


DITEMUI
d. Kelebihan
Pemberian terapi nonfarmakologi musik klasik ini dapat diakukan dimana
saja sebagai bentuk aplikasi tindakan keperawatan pada pasien dengan
diagnosa medis hipertensi.
e. Kekurangan
Sampel yang digunakan daam aplikasi jurnal ini sangat kurang yaitu hanya
dengan satu pasien dan dilakukan selama dua hari saja karena saat akan
dilakukan terapi musik pada hari berikutnya pasien sudah pulang atau
diperbolehkan untuk menjalani rawat jalan.

32
BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil aplikasi pada tanggal 23 November 2017 di
ruang Ayyub 2 Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang, tekanan
darah sebelum dilakukan tindakan terapi musik klasik 165/93 mmHg dan
tekanan darah setelah dilakukan tindakan terapi musik klasik menjadi 158/90
mmHg kemudian hari kedua pada tanggal 24 November 2017 tekanan darah
sebelum 170/80 mmHg dan tekanan setelah mendapat terapi musik klasik
menjadi 160/75 mmHg. Dari data tersebut menunjukkan bahwa terjadi
penurunan tekanan darah dari sebelum dilakukan dan sesudah dilakukan
tindakan terapi musik klasik.

B. SARAN

Berdasarkan hasil aplikasi menunjukkan bahwa ada penurunan


tekanan darah terutama tekanan darah sistolik pada pasien dengan hipertensi.
Sehingga ini dapat dijadikan sebagai acuan atau upaya yang dilakukan petugas
kesehatan maupun masyarakat untuk dapat menurunkan tekanan darah yang
mudah dilakukan kapan saja dan dimana saja oleh penderita hipertensi.

33
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2,
Jakarta, EGC,
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran, EGC,
Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In: Webb NJA,
Postlethwaite RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3rd edition.
Oxford: Oxford University Press
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Soeparman dkk,2007 Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta
Smeljer,s.c Bare, B.G ,2002 Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah,

Imam, S Dkk.2005. Asuhan Keperawatan Keluarga.Buntara Media:malang

Djohan. (2006). Terapi Musik (teori dan aplikasi). Yogyakarta: Galang Press.
Amsila, N (2011). Pengaruh Terapi Musik Klasik Dan Pop Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Spasial Ditinjau Dari Dimensi Kepribadian Ekstrovert Dan
Introvert. (Skripsi). Universitas Sumatra Utara.
Aizid, Rizem. (2011). Sehat dan Cerdas dengan Terapi Musik. Yogyakarta :
Laksana,.

34
APLIKASI EVIDENCE BASED NURSING
PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN
TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI RUANG AYYUB 2
RUMAH SAKIT ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG

DISUSUN OLEH :
RANI ARINTI
G3A017102

PROGRAM STUDI NERS ( TAHAP PROFESI )


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2017

35

Anda mungkin juga menyukai