Anda di halaman 1dari 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Asfiksia neonatorum dapat
menyebabkan hipoksemia, hiperkapnia, dan asidosis (Rusepno H, 1995). Ada beberapa faktor
pencetus terjadinya asfiksia neonatorum yaitu faktor ibu (hipoksia, eklampsi, toksemia,
hipotensi karena perdarahan, diabetes melitus, kelainan jantung, atau penyakit ginjal), faktor
plasenta (gangguan pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi
plasenta, misalnya solusio plasenta atau plasenta previa), faktor fetus (janin terlilit tali pusat,
tali pusat menumbung, dll), dan faktor persalinan (partus lama, kelahiran sungsang, kembar,
seksio sesarea, dan proses persalinan abnormal lainnya) (Markum AH, 2002). Asfiksia
merupakan salah satu penyebab mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir dan akan membawa
berbagai dampak pada periode neonatal baik di negara berkembang maupun di negara maju.
Di negara maju angka kejadian asfiksia berkisar antara 1-1,5% dan berhubungan dengan
masa gestasi dan berat lahir. Di negara berkembang angka kejadian bayi asfiksia lebih tinggi
dibandingkan di negara maju karena pelayanan antenatal yang masih kurang memadai.
Sebagian besar bayi asfiksia tersebut tidak memperoleh penanganan yang adekuat sehingga
banyak diantaranya meninggal (Vera MM, 2003). 1 2 Menurut WHO deperkirakan sekitar
900.000 kematian bayi baru lahir setiap tahun diakibatkan oleh asfiksia neonatorum. Laporan
dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa sejak tahun 2000-2003
asfiksia menempati urutan ke-6, yaitu sebanyak 8%, sebagai penyebab kematian anak
diseluruh dunia setelah pneumonia, malaria, sepsis neonatorum dan kelahiran prematur
(WHO, 2005). Menurut National Center for Health Statistics (NCHS) pada tahun 2002,
asfiksia neonatorum mengakibatkan 14 kematian per 100.000 kelahiran hidup di Amerika
Serikat (Adhie NR, 2012). Di Indonesia mempunyai 200 juta penduduk dengan angka
kelahiran 2,5% tahun sehingga diperkirakan terdapat 5 juta kelahiran per tahun. Jika angka
kejadian asfiksia 3-5% dari seluruh kelahiran, diperkirakan 250 ribu bayi asfiksia lahir
pertahun. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, tiga penyebab utama kematian
perinatal di Indonesia adalah gangguan pernapasan/ respiratory disorders (35,9%),
prematuritas (32,4%) dan sepsis neonatorum (12.0%) (Kemenkes RI, 2014). Di Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FKUI-RSCM pada tahun 2000 didapatkan 6,3% bayi asfiksia dari seluruh
kelahiran, 2,1% diantaranya lahir dengan asfiksia berat (Vera MM , 2003). Di RS Dr Kariadi
Semarang selama tahun 2007, angka kelahiran bayi hidup mencapai 1600 jiwa setahun
dengan angka kejadian bayi lahir dengan asfiksia berjumlah 187 kelahiran (Adhie NR, 2012).
Hasil penelitian sebelumnya di RSUD dr. M. Soewandhie Surabaya periode Januari 2010
Juni 2011 didapatkan sebanyak 73,0% dari jenis persalinan tindakan bayi mengalami asfiksia
neonatorum, sedangkan 66,9% dari jenis persalinan normal 3 bayi tidak mengalami asfiksia
neonatorum. Artinya jenis persalinan tindakan mempunyai resiko 5,471 kali lebih besar
terhadap kejadian asfiksia neonatorum dibandingkan dengan persalinan normal (Neneng
YBS, 2009). Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh peneliti di Puskesmas Labuhan
Batu Utara angka kejadian asfiksia mencapai 49,4 persen. Kejadian asfiksia yang terjadi
dengan rata-rata dengan jenis persalinan buatan. Berdasarkan wawancara kepada 10 orang
diperoleh bahwa sebanyak 6 (60,0%) ibu dengan persalinan buatan dan 4 orang (40,0%)
dengan persalinan spontan. Kejadian asfiksia terkait dengan jenis persalinan. Berdasarkan
latar belakang diatas maka penulis tertarik ingin meneliti dengan judul “Hubungan jenis
persalinan dengan kejadian asfiksia di Puskesmas Labuhan Batu Utara”. 1.2. Rumusan
Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana hubungan jenis persalinan dengan kejadian asfiksia di
Puskesmas Labuhan Batu Utara. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. TujuanUmum Untuk melihat
secara umum hubungan jenis persalinan dengan kejadian asfiksia di Puskesmas Labuhan
Batu Utara. 4 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui jenis persalinan di Puskesmas
Labuhan Batu Utara. 2. Untuk mengetahui kejadian asfiksia di Puskesmas Labuhan Batu
Utara 3. Untuk mengetahui hubungan jenis persalinan dengan kejadian asfiksia di Puskesmas
Labuhan Batu Utara 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Responden Untuk meningkatkan
pengetahuan dan sikap ibu tentang kejadian asfiksia. 1.4.2. Bagi Akademi Kebidanan Audi
Husada Medan Memberikan informasi terhadap hasil penelitian yang diperoleh sehingga
dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebagai bahan penelitian selanjutnya.
1.4.3. Bagi Peneliti Selanjutnya Dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk melakukan
penelitian selanjutnya terutama yang berhubungan dengan kejadian asfik

Anda mungkin juga menyukai