Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS CONFULSIF

1. Definisi

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu

tubuh (suhu tubuh rektal > 38 oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstra kranium.

Kejang demam adalah kejang yang berlangsung pada anak antara 3 bulan sampai 5

tahun yang berlangsung kurang dari 15 menit, biasanya merupakan kejang umum

(tonik-klonik). (Lab / UPF ilmu penyakit saraf, 1994). Sedangkan menurut Consensus

Statement On Febrile Seizures (1980) kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi

atau anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan sampai 5 tahun, berhubungan denagn

demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu.

2. Etiologi

Hingga kini belum jelas diketahui.Demam sering disebabkan oleh infeksi

saluran perrnafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan infeksi saluran

kemih.Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.Kadang – kadang demam

yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang.

3. Patofisiologi

Sel neuron dikelilingi oleh suatu membran. Dalam keadaan normal membrane

sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium dan sangat sulit dilalui oleh

ion natrium dan ion lain, kecuali ion clorida. Akibatnya konsentrasi natrium menurun

sedangkan diluar sel neuron terjadi keadaan sebaliknya.

Dengan perbedaan jenis konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka terdapat

perbedaan potensial yang disebut potensial membrane dan ini dapat dirubah dengan

adanya :
a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstra celuler

b. Rangsangan yang datangnya mendadak, misalnya mekanis, kimiawi atau aliran

listrik dari sekitarnya

c. Perubahan patofisiologi dari membrane sendiri karena penyakita atau keturunan

Pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari

membran dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion

natrium melalui membrane tadi dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas

muatan listrik ini demikian besarnya sehingga meluas seluruh sel maupun ke

membrane sel tetangganya sehingga terjadi kejang.

Tiapa anak punya ambang kejang yang berbeda, tergantung tingi rendahnya

mabang kejang tersebut.


4. Pathway

Pathway
Infeksi ekstrakranial : suhu tubuh
5.

Gangguan keseimbangan membran sel neuron

Difusi Na dan Ca berlebih

Depolarisasi membran dan lepas muatan listrik berlebih

kejang

parsial umum

sederhana kompleks absens mioklonik Tonik atonik


klonik

Kesadaran Gg peredaran Aktivitas otot


darah

Resiko Reflek hipoksi Metabolisme


injury menelan

Permeabilitas Keb. O2 Suhu tubuh


aspirasi makin
kapiler
meningkat

Sel neuron asfiksia


otak rusak

5. Gejala klinik

Dikenal 2 bentuk kejang, yaitu :

a. Kejang demam sederhana


b. Kejang demam komplikata

Tanda dan gejala :

Kejang demam
Factor Kejang demam komplikata
sederhana

 Usia 6 bl – 3 tahun Terutama 0 – 3 tahun

 Faktor keturunan +++ Tidak jelas

 Type kejang Tonik klonik Tonik klonik seperti

(modifikasi grandmal atau hemikonvulsi

grandmall)

 Lama kejang Kebanyakan 1 – 3 >10 menit – jam seperti

menit status

 Keadaan klinis Saat panas biasanya Kebanyakan keradangan

yang menyertai karena infeksi SSP, intrakranial venous

kejang (ISPA) trombose, GPDO atau

 Kelainan --- sesudah vaksinasi

patologik Jarang Gambaran keradangan dan

 Kelainan Cepat menjadi perubahan vaskuler

neurologik +++

setelah kejang

 EEG Normal Abnormal selama panas,

abnormal diantara kejang

 Anti konvulsan Tidak perlu Diperlukan terutam untuk

jangka panjang

 prognosa Baik Perlu diawasi, sering terjadi

defek neurologi dan kejang


ulang

6. Faktor resiko

- Demam

- Perkembangan terlambat

- Masalah – masalah pada neonatus

- Anak dalam perawatan khusus

- Kadara natrium rendah

Resiko rekurensi meningkat dengan :

- Usia dini

- Cepatnya anak mendapat kejang setelah demam

- Temperatur rendah saat kejang

- Riwayat keluarga kejang demam

- Riwayat keluarga epilepsi

7. Pemeriksaan penunjang

- Darah lengkap : Glukosa, serum elektrolit, BUN, serum kreatinin

- Funduskopy

- Transluminasi kepala

- Punksi lumbal : terutama pada anak usia < 1 tahun

- EEG

8. Penegakan diagnosa

Diagnosa dapat ditegakkan berdasarkan atas :

- Anamnesa

 Menanyakan keluhan yang dirasakan


 Riwayat kesehatan keluarga

 Riwayat kesehatan dahulu

- Gejala klinik

- Pemeriksaan laboratorium

9. Diagnosa banding

- Meningitis

- Ensephalitis

- Subdural empyema

10. Penatalaksanaan

- Keperawatan

 Letakan klien ditempat yang datar dan lunak dengan posisi berbaring kepala

miring.

 Bebaskan jalan nafas, longgarkan pakaian

 Berikan toung sepatal bila klien tidak sadar

 Lakukan suction bila perlu.

 Berikan terapi cairan intra vena

- Fase akut

 Pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk mencegah aspirasai ludah atau

muntahan.Jalan nafas harus bebas, perhatiukan kesadaran, tensi, nadi, suhu dan

fungsi jantung.

 Obat – obatan yang digunakan :

 Diazepam : 0,3 – 0,5 mg/kg BB per IV, per rektal

 Asam valproat 15 – 40 mg/kg BB/ hari

 Pengobatan penyebab
 Pengobatan suportif :

 Keseimbangan air dan elektrolit

 Bebaskan jalan nafas

 Oksigen dan lain - lain

Terapi pencegahan

a. Kejang demam sederhana

- Diberikan pencegahan intermiten dalam arti memberikan anti konvulsan, bila

timbul panas pada penderita yang pernah mengalami kerjang demam,

dipergunakan diazepam per rectal 0,3 – 0,5 mg/kg BB/ 8 jam bila suhu tubuh

> 38, 5oC

- Diberikan pula anti piretika

b. Kejang demam komplikasi

- Diberikan pencegahan terus menerus dengan pemberian anti konvulsi setiap

hari selama 2 – 3 tahun bebas kejang sampai melampaui batas peka kejang

demam maksimal 5 tahun.

- Pencegahan diberikan bila :

1. Kejang > 15 manit

2. Diikuti kelainan neurologis

3. Adanya riwayat kejang tanpa panas pada keluarga

4. Adanya perkembangan neurologis yang abnormal sebelum kejang demam

yang pertama

5. Kejang demam pada anak usia< 1 tahun

6. Bila ada kelainan EEG

- Digunakan :

1. Valproat acid : 15 – 40 mg/kg BB/ hari


2. Phenobarbital : 5 – 10 mg/kgBB/ hari

3. Phenotoin : 5 – 8 mg/ kg BB/ hari

4. Carbamazepin : 10 – 20 mg/kg BB/hari

Faktor penyulit

1. Epilepsi

2. Kelumpuhan anggota badan

3. Gangguan mental dan belajar

11. Pengkajian

Anamnesia

1. Identitas Pasien

a. Identitas

 Banyak dijumpai pada usia 3 bulan – 5 tahun.

Chan (1968) : Angka tertinggi pada usia 2 tahun dan setelah 4 tahun.

  3 % anak dibawah 5 tahun pernah menderita kejang demam.

 Laki-laki > perempuan.

Perempuan  maturasi serebral yang lebih cepat.

b. Keluhan utama : kejang

c. Riwayat kesehatan sekarang

 Apakah betul ada bangkitan kejang ?

 Apakah disertai demam ?sejak kapan anak menderita demam ?

 Lamanya serangan

 Pola serangan : apakah bersifat umum atau lokal, tonik, klonik.

 Keadaan sebelum, selama, setelah kejang :


- Sebelum  adakah aura yang dapat menimbulkan kejang (rasa lapar / lelah,

muntah, sakit perut, sakit kepala, melihat TV, obat-obatan dll)

- Selama  ditanyakan dimana kejang dimulai dan bagaimana penjalarannya.

- Sesudah  apakah penderita tertidur, ada perasa, sadar, kesadaran menurun.

d. Riwayat kesehatan dahulu

 Frekuensi serangan

- Apakah Px pernah mengalami kejang sebelumnya.

- Umur berapa kejang terjadi untuk pertama kali.

- Berapa frekuensi kejang pertahun.

Nelson (1975) kejang demam yang pertama terjadi kurang 1 Tahun dan

didapatkan faktor keturunan  kemungkinan berulangnya kejang demam akan

lebih besar.

 Apakah pernah trauma kepala

e. Riwayat Imunisasi

Efek samping dari imunisasi DPT

f. Riwayat kesehatan keluarga

 Adakah anggota keluarga yang menderita kejang ( 25 % kejang demam

mempunyai faktor keturunan.)

 Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit saraf / lainnya

g. Riwayat kehamilan dan persalinan

 Penyakit yang pernah diderita ibu selama kehamilan, trauma, pendarahan

pervaginam, obat yang digunakan selama kehamilan.

 Apakah kelahiran sukar, spontan, tindakan (forceps / vakum), perdarahan

antepirtum, aspiksia, dll.

h. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan


 Kelainan motorik  hemiparese permanen berkisar antar 0,1 – 0,2 %.

 Nelsan : apabila kejang berlangsung > 15 menit dan kejang > 1 x 24 jam 

penurunan IQ dan kecerdasan adanya gangguan mental dan belajar.

2. Pemeriksaan fisik

- Keadaan umum : Kesadaran, tensi, nadi, suhu dan pernafasan.

- Kepala : makro/mikrocephali, disproporsi kepala, tanda TIK meningkat,

gangguan nervus kranialis, gangguan gerak bola mata dan lain – lain.

- Apakah didapat test positif untuk rangsangan meningeal

- apakah ada tanda – tanda risus sardonikus epistotonus

- Jantung : kelainan jantung tipe sianotik

- Paru : apakah sesak nafas dan asidosis

- Pada kulit apakah ada hemangioma

3. Pemeriksaan penunjang

- Darah lengkap

- Elektrolit

- Cairan serebro spinal

- X- Ray

- Transluminasi

- EEG

- CT- scan

12. Diagnosa Keperawatan

- Ketidak bersihan jalan nafas sehubungan dengan kerusakan neuro transmiter,

obstruksi tracheobronkial

- Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme


13. Perencanaan

a. Diagnosa No. 1

Tujuan : Mempertahankan efektivitas pola nafas, nafas yang bersih dan mencegah

aspirasi.

Kriteria hasil :

a) RR 30 – 60 x/mnt (Bayi), RR 15 – 30 x/mnt (Anak)

b) Suara nafas tambahan berkurang.

c) Refraksi ototbantu nafas berkurang.

d) Inspirasi dan espirasi adekuat.

Rencana tindakan :

a) Anjurkan Klien untuk mengosongkan mulut bila terjadi aura.

R/ menurunkan resiko aspirasi.

b) Letakkan klien ditempat yang datar dan kepala dalam posisi miring.

R/ meningkatkan aliran sekresi, mencegah lidah menyumbat.

c) Longgarkan pakaian.

R/ mengoptimalkan ekspansi dada.

d) Berikan tounge spotel pada mulut.

R/ menjaga lidah tergigit dan memberi tempat untuk melakukan suction.

e) Berikan O2 sesuai kebutuhan

R/ menurunkan cerebral hypoxia akibat penurunan sirkulasi yang dapat

mengingkatkan kejang.

b. Diagnosa No. 2
Tujuan : Kebutuhan cairan dapat terpenuhi sebagian dalam waktu 2 jam pertama

Kriteria hasil :

- Klien dapat mempertahankan intake

- Turgor kulit baik, lembab

- Mata tidak cowong

- TTV dalam batas normal S : 6,50 C-7,50C, N : 100-120x/mnt, RR : 15-

30x/mnt

Rencana tindakan :

a) Berikan penjelasan pada keluarga klien tentang rencana tindakan keperawatan

R/ keluarga klien diharapkan kooperatif setelah mengerti rencana

b) Longgarkan pakaian dan berikan pakaian yang tipis

R/ proses konduksi akan terhambat oleh pakaian yang ketat dan tidak

menyerap keringat.

c) Anjurkan keluarga untuk mengompres dingin

R/ perpindahan panas secara kondusi.

d) Berikan ekstra caaairan (aair putih, teh, sari buah, atau susu)

R/ pada keadaan demam kebutuhan cairan tubuh akan meningakat.

e) Batasi aktivitas anak selama anak panas.

R/ aktifitas dapat meningkatkan metabolisme sehingga meningkatkan suhu

tubuh. Sedangkan peningkataan suhu tubuh tiap 1 oC akan meningkatkan

kebutuhan cairan.

f) Observasi tanda-tanda vital tiap 1 x 4 jam

R/ indikator keadekuatan sirkulasi ddan penurunan suhu tubuh mengobservasi

keberhasilan asupan cairan

g) Kolaborasi dengan tim medis dalam peberian terapi cairan dan anti piretik
R/ caairan iv menggantikan cairan yang hilang dalam tubuh dan piretik

menurunkan panas padda hypotalamus.

14. Pelaksanaan

Prinsip-prinsip dalam melaksanakan rencana Askep pada anak dengna kejang

demam adalah :

a. Mengontrol aktivitas kejang, menghindari terjadinya trauma.

b. Menurunkan / mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.

c. Mempertahankan kebersihan jalan nafas dan efektivitas fungsi pernafasan.

d. Memberi informasi tentang proses penyakit, prognesis dan tindakan yang harus

dilakukan.

15. Evaluasi

a. Mengukur pencapaian tujuan.

b. Membandingkan data yang terkumpul dengan kriteria hasil / pencapaian tujuan

yag telah ditetapkan.


DAFTAR PUSTAKA

1. Lab / UPF Ilmu Penyakit Saraf (1994), Pedoman Dignosa dan Terapi, RSUD Dr.

Soetomo Surabaya.

2. FKUI (2000), Kapita Selekta Kedokteran edisi III jilid 2, Media Aesculapius Jakarta.

3. Diktat Medis Bedah 2 askep Ilmu Penyakit Anak.

Anda mungkin juga menyukai