Anda di halaman 1dari 86

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi yang memungkinkan

perkembangan fisik, intelektual, emosional yang optimal dari seseorang, dan

perkembangan itu selaras dengan perkembangan orang lain (Suliswati

2005). Kondisi sehat emosional, psikologis dan sosial terlihat dari hubungan

interpersonal yang memuaskan, prilaku dan koping yang efektif, kondisi diri

yang positif, serta kestabilan emosional (Direja 2011).

World Health Organization (WHO) menyebutkan masalah utama

gangguan jiwa didunia adalah skizofrenia (stuart & Laraia 2005). Gejala

skizofrenia sendiri adalah gangguan fungsi sosial atau isolasi sosial, menarik

diri .Isolasi sosial merupakan keadaan ketika seorang individu mangalami

penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang

lain di sekitarnya (keliat, 2010).

American Psychiatric Assosiation (APA) menyebutkan 1%

penduduk dunia akan mengidap skizofrenia. Jumlah tiap tahun makin

bertambah dan akan berdampak bagi keluarga dan masyarakat (Kaplan &

Saddock 2005).

Menurut data WHO pada tahun 2012 angka penderita gangguan jiwa

menghawatirkan secara global, sekitar 450 juta orang yang menderita

gangguan mental dari 7 miliar jiwa di seluruh dunia. Orang yang mengalami

gangguan jiwa sepertiganya tinggal di Negara berkembang, sebanyak 8 dari

10 penderita gangguan mental itu tidak mendapat perawatan (Kemenkes RI

1
2012). WHO tahun 2006, jumlah penduduk indonesia yaitu 227,7 juta dan

terdapat 26 juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa.

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa angka gangguan jiwa

diindonesia mencapai 12%-16% dari populasi penduduk (Maramis 2006).

Vb

Isolasi sosial dengan kata lain adalah kegagalan individu dalam

melakukan interaksi dengan orang lain yang disebabkan oleh pikiran negatif

atau mengancam. Isolasi social bila tidak ditangani dengan baik atau tidak

diberikan asuhan keperawatan dapat menurunkan produktifitas individu

dalam menjadikan beban bagi keluarga ataupun masyarakat (Otong 2007).

Prilaku isolasi menarik diri dapat disebabkan karena seseorang menilai

dirinya rendah sehingga timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan

orang lain (Fitria 2009).

Dari data tersebut bahwa isolasi sosial: menarik diri dapat

disebabkan oleh beberapa faktor antara lain yang terdiri dari faktor

predisposisi dan faktor presipitasi. Faktor predisposisi yang dapat

menyebabkan seseorang mengalami isolasi sosial: menarik diri adalah

adanya tahap pertumbuhan dan perkembangan yang belum dapat dilalui

dengan baik, adanya gangguan komunikasi didalam keluarga, selain itu juga

adanya norma-norma yang salah yang dianut dalam keluarga serta faktor

biologis berupa gen yang diturunkan dari keluarga yang menyebabkan klien

menderita gangguan jiwa. Selain faktor predisposisi ada juga faktor

presipitasi yang menjadi penyebab antara lain adanya stressor sosial budaya

serta stressor psikologis yang dapat menyebabkan klien mengalami

2
kecemasan. Masalah kejiwaan pada pasien dengan isolasi sosial: menarik

diri jika tidak dapat diatasi dengan baik oleh perawat yang ditunjang dengan

ketidakadekuatan dukungan dan peran serta keluarga maka tidak menutup

kemungkinan akan dapat menyebabkan terjadinya masalah-masalah yang

diantaranya seperti defisit perawatan diri, resiko halusinasi dan dapat juga

menyebabkan perilaku pengungkapan masalah yang tidak asertif yang dapat

menuju kearah perilaku kekerasan. Jika ini sudah terjadi maka akan dapat

berdampak pada lingkungan keluarga dan lingkungan sekitar (Iskandar,

2012).

Kita ketahui isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang

mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi

dengan orang lain, jika seseorang tidak mampu berinteraksi dengan orang

lain maka kebutuhan dasarnyapun tidak terpenuhi, klien dengan isolasi

sosial adalah seorang manusia yang merupakan makhluk sosial yang tidak

dapat hidup sendiri dan masih tergantung dengan orang lain. Maka dampak

dari isolasi sosial itu sendiri yaitu defisit perawatan diri dimana klien tidak

mampu dalam merawat dirinya sendiri termasuk kebutuhan sandang dan

pangan, jika kebutuhan pangannya terganggu maka akan berdampak buruk

pada dirinya sendiri seperti gangguan metabolisme, gangguan pencernaan,

gangguan eliminasi, resiko tinggi infeksi akibat nutrisi dalam tubuh tidak

terpenuhi untuk melawan mikro organisme dari luar termasuk bakteri, virus

dan jamur, jika maslah ini tidak diatasi dengan serius maka akan

menyebabkan kematian pada klien itu sendiri. Dan itulah salah satu alasan

saya mengapa saya mengambil studi kasus isolasi sosial.

3
Adapun peran perawat jiwa yang harus dilakukan meliputi : peran

perawat promotif dan preventif adalah meningkatkan kesehatan dan

kesejahteraan/menurunkan angka kesakitan dengan cara memberikan

penyuluhan tentang kesehatan, peran perawat kuratif adalah dengan

mengikut sertakan klien dalam aktifitas kelompok sosialisasi dan juga

kontrol rutin sesuai waktu yang ditentukan, peran perawat rehabilitatif

adalah mendorong tanggung jawab klien terhadap lingkungan dan melatih

keterampilan klien untuk persiapan klien dirumah serta health education

kepada masyarakat sekitar tentang gangguan jiwa (keliat, 2007).

B. Rumusan Masalah

Batasan penulisan pada karya tulis ilmiah ini pada pemberian asuhan

keperawatan jiwa pada klien dengan gangguan isolasi sosial di rumah sakit

khusus jiwa Soeprapto Bengkulu meliputi tahap pengkajian, penegakan

diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui asuhan keperawatan secara komprehensif pada klien

dengan isolasi sosial menarik diri di rumah sakit khusus jiwa Soeprapto

Bengkulu.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui pengkajian pada klien dengan masalah isolasi sosial

menarik diri di rumah sakit khusus jiwa Soeprapto Bengkulu.

b. Mengetahui diagnosa keperawatan pada klien dengan masalah isolasi

sosial menarik diri di rumah sakit khusus jiwa Soeprapto Bengkulu.

4
c. Mengetahui rencana asuhan keperawatan pada klien dengan masalah

isolasi sosial menarik diri di rumah sakit khusus jiwa Soeprapto

Bengkulu.

d. Mengetahui implementasi asuhan keperawatan pada klien dengan

masalah isolasi sosial menarik diri di rumah sakit khusus jiwa

Soeprapto Bengkulu.

e. Mengetahui evaluasi pada klien dengan masalah isolasi sosial

menarik diri di rumah sakit khusus jiwa Soeprapto Bengkulu.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis

a. Dapat memahami dan menerapkan asuhan keperawatan jiwa pada

pasien dengan gangguan konsep diri: isolasi sosial menarik diri.

b. Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan asuhan

keperawatan jiwa.

c. Menambah keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan

jiwa.

2. Bagi institusi pendidikan

Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas

pendidikan keperawtan, khususnya pada klien dengan isolasi sosial

dan menambah pengetahuan bagi para pembaca.

3. Bagi rumah sakit

Bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di rumah

sakit dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan jiwa,

khususnya pada klien dengan isolasi sosial.

5
4. Bagi klien dan keluarga

a. Bahan masukan bagi klien dalam menghadapi permasalahannya.

b. Diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan pada keluarga

tentang perawtan pada anggota keluarga yang mengalami isolasi

sosial.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ISOLASI SOSIAL

1. Pengertian

Isolasi sosial adalah kondisi ketika individu atau kelompok

mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk lebih terlibat

dalam aktivitas bersama orang lain tetapi tidak mampu mewujudkannya.

Isolasi sosial merupakan kondisi yang subjektif seluruh kesimpulan yang

dibuat berkaitan dengan perasaan sunyi yang dirasakan individu harus

divalidasi karena penyebabnya bisa bermacam-macam dan cara individu

menunjukannya beragam (Carpenito, 2009). Isolasi sosial adalah keadaan

dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali

tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya (Damayanti,

2008).

Isolasi sosial merupakan upaya menghindari komunikasi dengan

orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak

mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran, dan kegagalan. Pasien

mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan orang lain

yang dimanifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian dan

tidak sanggup berbagi pengalaman (Yosep, 2007).

Seseorang dengan isolasi sosial akan menghindari interaksi dengan

orang lain, Ia mengalami kesulitan untuk berhubungan akrab dan tidak

mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi

atau kegagalan, ia mengalami kesulitan untuk berhubungan secara spontan

7
dengan orang lain, yang dimanifastasikan dengan sikap memisahkan diri,

tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang

lain. Isolasi sosial adalah mekanisme perilaku seseorang yang apabila

menghadapi konflik frustasi, ia menarik diri dari pergaulan lingkungannya

(Sunaryo, 2004). Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu

mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi

dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, diterima,

kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang

lain (Keliat, 2010).

Jadi penulis menarik kesimpulan bahwa isolasi sosial adalah

dimana suatu keadaan seseorang tidak mampu untuk berinteraksi dengan

orang lain, dan lebih cendrung untuk menarik diri serta tidak mau untuk

mengenal orang lain.

2. Etiologi

Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang mal-adaptif.

Menurut Stuart dan Sundeen (2007), belum ada suatu kesimpulan yang

spesifik tentang penyebab gangguan yang mempengaruhi hubungan

interpersonal. Faktor yang mungkin mempengaruhi isolasi sosial adalah

faktor predisposisi dan faktor presipitasi

a. Faktor Predisposisi

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial.

1) Faktor perkembangan

Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus

didahului individu dengan sukses, karena apabila tugas

8
perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, akan menghambat masa

perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama yang

memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan

dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian

dan kehangatan dari ibu atau pengasuh pada bayi akan

memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat

terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut

dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain

maupun lingkungan di kemudian hari.

2) Faktor komunikasi dalam keluarga

Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor

pendukung untuk terjadinya gangguan hubungan sosial, seperti

adanya komunikasi yang tidak jelas (double bind) yaitu suatu

keadaan dimana individu menerima pesan yang saling

bertentangan dalam waktu bersamaan, dan ekspresi emosi yang

tinggi di setiap berkomunikasi.

3) Faktor sosial budaya

Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan

merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan.

Dapat juga disebabkan oleh karena norma-norma yang salah yang

dianut oleh satu keluarga, seperti anggota tidak produktif

diasingkan dari lingkungan sosial.

9
4) Faktor biologis

Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan

jiwa. Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang

anggota keluarganya ada yang menderita skizofrenia. Berdasarkan

hasil penelitian pada kembar monozigot apabila salah diantaranya

menderita skizofrenia adalah 58%, sedangkan bagi kembar

dizigot persentasenya 8%.

b. Faktor Presipitasi

Stressor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan

oleh faktor internal maupun eksternal.

1) Stressor sosial budaya

Stressor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam

berhubungan, terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti

perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan pasangan

pada usia tua, dipenjara, Semua ini dapat menimbulkan isolasi sosial.

2) Stressor biokimia

a) Teori dopamine

kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik

serta tractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya

skizofrenia yang mengarah ke gangguan isolasi sosial.

b) Faktor endokrin

Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada klien

skizofrenia. Demikian pula prolactin mengalami penurunan

karena dihambat.

10
3. Manifestasi klinis

Observasi yang dilakukan pada klien dengan isolasi sosial akan

ditemukan data obyektif yaitu kurang spontan terhadap masalah yang ada,

apatis (acuh terhadap lingkungan), ekspresi wajah kurang berseri (ekspresi

bersedih), efek tumpul, menghindar dari orang lain, tidak ada kontak mata

atau kontak mata kurang, klien lebih sering menunduk, berdiam diri dalam

kamar, tidak mampu merawat dan memperhatikan kebersihan diri

(Dalami, suliswati dan rochima, 2009).

Perilaku ini biasanya disebabkan karena seseorang menilai dirinya

rendah, sehingga timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang

lain. Bila tidak diberikan intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan

perubahan persepsi sensori: halusinasi dan resiko tinggi menciderai diri

sendiri, orang lain bahkan lingkungan. Perilaku yang tertutup dengan

orang lain juga bisa menyebabkan intoleransi aktivitas yang akhirnya bisa

berpengaruh terhadap ketidakmampuan untuk melakukan perawatan

secara mandiri. Seseorang yang mempunyai harga diri rendah awalnya

disebabkan oleh ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah dalam

hidupnya, sehingga orang tersebut berperilaku tidak normal (koping

individu tidak aktif).

4. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

 Menyendiri  Kesepian  Manipulasi


 Otonomi  Menarik diri  Impulsif
 Kebersamaan  ketergantungan  Narkisisme
 Saling
ketergantungan

11
Bagan 1.1 Rentang respon klien isolasi sosial (Stuart, 2007).

Berdasarkan bagan 1.1 dapat dilihat rentang respon sosial dari respon

adaptif sampai dengan maladaptif menurut, Stuart (2007):

a. Menyendiri (Solitude) merupakan respon yang dibutuhkan seseorang

untuk merenungkan apa yang telah dilakukan dilingkungan sosialnya

dan cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya.

b. Otonomi merupakan kemampuan individu menentukan dan

menyampaikan ide-ide pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.

c. Bekerjasama (mutualisme), suatu kondisi dalam hubungan

interpersonal dimana individu mampu untuk saling memberi dan

menerima pengalaman.

d. Saling ketergantungan (interdependen), suatu kondisi saling

tergantungan antara individu dengan orang lain dalam membina

hubungan interpersonal.

e. Kesepian kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing.

f. Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan

kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.

g. Ketergantung (depanden), terjadi bila seseorang gagal

mengembangkan rasa percaya diri atau kemampuan untuk berfungsi

secara sukses.

h. Manipulasi merupakan gangguan hubungan sosial terdapat pada

individu yang menganggap orang lain sebagai objek dan individu

tersebut tidak dapat membina hubungan sosial secara mendalam.

12
i. Impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar

dari pengalaman, tidak dapat diandalkan, dan penilaian yang buruk.

j. Narkisisme merupakan harga diri yang rapuh, secara terus menerus

berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosentrik,

pencemburu, marah jika orang lain tidak mendukung.

5. Mekanisme Koping

Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi

kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam

dirinya. Kecemasan koping yang sering digunakan adalah regresi, represi

dan isolasi. Sedangkan contoh sumber koping yang dapat digunakan

misalnya keterlibatan dalam hubungan yang luas dalam keluarga dan

teman, hubungan dengan hewan peliharaan, menggunakan kreativitas

untuk mengekspresikan stress interpersonal seperti kesenian, musik, atau

tulisan, (Stuart and sundeen, 2007)

6. penatalaksanaan

a. Terapi Psikofarmaka

Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam

kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat

norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-

fungsi mental: faham, halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku

yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan

sehari-hari, tidak mampu bekerja, berhubungan sosial dan melakukan

kegiatan rutin. Mempunyai efek samping gangguan otonomi

(hypotensi). Antikolinergik /parasimpatik, mulut kering, kesulitan

13
dalam miksi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler

meninggi, gangguan irama jantung. Gangguan ekstra pyramidal

(distonia akut, akathsia sindrom parkinson). Gangguan endoktrin

(amenorhe). Metabolic (Soundie). Hematologik, agranulosis. Biasanya

untuk pemakaian jangka panjang. Kontraindikasi terhadap penyakit

hati, penyakit darah, epilepsy, kelainan jantung (Andrey, 2010).

b. Terapi Individu

Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat

diberikan strategi pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan

masing-masing strategi pertemuan yang berbeda-beda. Pada SP satu,

perawat mengidentifikasi penyebab isolasi sosial, berdiskusi dengan

pasien mengenai keuntungan dan kerugian apabila berinteraksi dan

tidak berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan cara berkenalan,

dan memasukkan kegiatan latihan berbiincang-bincang dengan orang

lain ke dalam kegiatan harian. Pada SP dua, perawat mengevaluasi

jadwal kegiatan harian pasien, memberi kesempatan pada pasien

mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang, dan membantu

pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain

sebagai salah satu kegiatan harian. Pada SP tiga, perawat

mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, memberi kesempatan

untuk berkenalan dengan dua orang atau lebih dan menganjurkan

pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan hariannya (Purba, dkk.

2008).

14
c. Terapi kelompok

Menurut (Purba, 2009), aktivitas pasien yang mengalami

ketidakmampuan bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan

menjadi 2 yaitu:

1) Activity Daily Living (ADL)

Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan

kebutuhan sehari-hari yang meliputi:

a) Bangun tidur yaitu semua tingkah laku/perbuatan pasien

sewaktu bangun tidur.

b) Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK), yaitu

semua bentuk tingkah laku/perbuatan yang berhubungan

dengan BAB dan BAK.

c) Waktu mandi, yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam

kegiatan mandi dan sesudah mandi.

d) Ganti pakaian, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan

keperluan berganti pakaian.

e) Makan dan minum, yaitu tingkah laku yang dilakukan pada

waktu, sedang dan setelah makan dan minum.

f) Menjaga kebersihan diri, yaitu perbuatan yang berhubungan

dengan kebutuhan kebersihan diri, baik yang berhubungan

dengan kebersihan pakaian, badan, rambut, kuku dan lain-lain.

g) Menjaga keselamatan diri, yaitu sejauhmana pasien mengerti

dan dapat menjaga keselamatan dirinya sendiri, seperti, tidak

menggunakan/menaruh benda tajam sembarangan, tidak

15
merokok sambil tiduran, memanjat ditempat yang berbahaya

tanpa tujuan yang positif.

h) Pergi tidur, yaitu perbuatan yang mengiringi seorang pasien

untuk pergi tidur. Pada pasien gangguan jiwa tingkah laku

pergi tidur ini perlu diperhatikan karena sering merupakan

gejala primer yang muncul pada gangguan jiwa. Dalam hal ini

yang dinilai bukan gejala insomnia (gangguan tidur) tetapi

bagaimana pasien mau mengawali tidurnya.

2) Tingkah laku sosial

Tingkah laku sosial adalah tingkah laku yang berhubungan

dengan kebutuhan sosial pasien dalam kehidupan

bermasyarakat yang meliputi:

a) Kontak sosial terhadap teman, yaitu tingkah laku pasien

untuk melakukan hubungan sosial dengan sesama pasien,

misalnya menegur kawannya, berbicara dengan kawannya

dan sebagainya.

b) Kontak sosial terhadap petugas, yaitu tingkah laku pasien

untuk melakukan hubungan sosial dengan petugas seperti

tegur sapa, menjawab pertanyaan waktu ditanya, bertanya

jika ada kesulitan dan sebagainya.

c) Kontak mata waktu berbicara, yaitu sikap pasien sewaktu

berbicara dengan orang lain seperti memperhatikan dan

saling menatap sebagai tanda adanya kesungguhan dalam

berkomunikasi.

16
d) Bergaul, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan

kemampuan bergaul dengan orang lain secara kelompok

(lebih dari dua orang).

e) Mematuhi tata tertib, yaitu tingkah laku yang berhubungan

dengan ketertiban yang harus dipatuhi dalam perawatan

rumah sakit.

f) Sopan santun, yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan

tata krama atau sopan santun terhadap kawannya dan petugas

maupun orang lain.

g) Menjaga kebersihan lingkungan, yaitu tingkah laku pasien

yang bersifat mengendalikan diri untuk tidak mengotori

lingkungannya, seperti tidak meludah sembarangan, tidak

membuang puntung rokok sembarangan dan sebagainya.

B. Konsep asuhan keperawatan jiwa

1. Pengkajian

Adapun ruang lingkup pengkajian klien dengan masalah utama

gangguan Isolasi Sosial pada kasus Menarik Diri meliputi pegumpulan

data, perumusan masalah keperawatan, pohon masalah dan analisa data.

a. Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial

dan spiritual. Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa

dapat pula berupa faktor predisposisi, penilaian terhadap stresor,

sumber koping dan kemampuan koping yang dimiliki klien (Stuart and

Sundeen, 2007)

17
Adapun data yang dapat dikumpulkan pada klien dengan gangguan

Isolasi Sosial pada kasus Menarik Diri adalah sebagai berikut:

1). Identitas klien

Pada umumnya idetitas klien yang dikaji pada klien dengan

masalah utama Kerusakan Interaksi Sosial Menarik Diri adalah :

biodata yang meliputi nama, umur, terjadi pada umur atara 15 – 40

tahun, bisa terjadi pada semua jenis kelamin, status perkawinan,

tangggal MRS, informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan

alamat klien. dan agama pendidikan serta pekerjaan dapat menjadi

faktor untuk terjadinya penyakit Kerusakan Interaksi Sosial pada

kasus Menarik Diri.

2). Alasan masuk rumah sakit

Keluhan biasanya adalah kontak mata kurang, duduk sendiri lalu

menunduk, menjawab pertanyaan dengan singkat, menyediri

(menghindar dari orang lain) komunikasi kurang atau tidak ada,

berdiam diri dikamar, menolak interaksi dengan orang lain, tidak

melakukan kegiatan sehari – hari, dependen.

3). Faktor predisposisi

Biologis: Pernah atau tidaknya mengalami gangguan jiwa.

Psikologis: bagi klien yang telah mengalami gangguan jiwa trauma

psikis seperti penganiayaan, penolakan, kekerasan dalam keluarga dan

keturunan yang mengalami, dicerai suami, putus sekolah, PHK,

perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan, di

tuduh KKN, dipenjara tiba – tiba) perlakuan orang lain yang tidak

18
menghargai klien/perasaan negatif terhadap diri sendiri yang

berlangsung lama.

Sosial: . Kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua, harapan orang

tua yang tidak realistis, kegagalan/frustrasi berulang, tekanan dari

kelompok sebaya, perubahan struktur sosial,

Pengobatan: gangguan jiwa serta pengalaman yang tidak

menyenangkan bagi klien sebelum mengalami gangguan jiwaTerjadi

trauma yang tiba-tiba misalnya harus dioperasi kecelakaan.

4). Aspek fisik / biologis

Hasil pengukuran tanda vital (TD: cenderung meningkat, Nadi:

cenderung meningkat, suhu meningkat, Pernapasan bertambah, TB,

BB menurun).

5) Keluhan fisik

Biasanya mengalami gangguan pola makan dan tidur sehingga

bisa terjadi penurunan berat badan, klien biasanya tidak menghiraukan

kebersihan dirinya.

6). Aspeks psikososial

Genogram yang menggambarkan 3 generasi adakah riwayat

keluarga yang pernah mengalami gangguan jiwa tersusun dari kakek,

nenek, ayah, ibu dan anak .

7). Konsep diri

Konsep diri merupakan satu kesatuan dari kepercayaan,

pemahaman dan keyakinan seseorang terhadap dirinya yang

memperngaruhi hubungannya dengan orang lain. Pada umumnya klien

19
dengan gangguan Isolasi Sosial pada kasus Menarik Diri mengalami

gangguan konsep diri seperti:

a) Citra tubuh: tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi

atau yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh,

persepsi negatip tentang tubuh. Preokupasi dengan bagian tubuh

yang hilang, mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan

ketakutan.

b) Identitas diri: Ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan

keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan.

c) Peran: Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan

penyakit, proses menua, putus sekolah, PHK.

d) Ideal diri: Mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya;

mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.

e) Harga diri: Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah

terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan

martabat, mencederai diri, dan kurang percaya diri. Klien

mempunyai gangguan/hambatan dalam melakukan hubungan

social dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok

yang diikuti dalam masyarakat. Keyakinan klien terhadap Tuhan

dan kegiatan untuk ibadah (Spritual).

f) Hubungan sosial merupakan kebutuhan bagi setiap manusia,

karena manusia tidak mampu hidup secara normal tanpa bantuan

orang lain. Pada umumnya klien dengan gangguan Isolasi Sosial

pada kasus Menarik Diri mengalami gangguan seperti tidak

20
merasa memiliki teman dekat, tidak pernah melakukan kegiatan

kelompok atau masyarakat dan mengalami hambatan dalam

pergaulan.

8). Status mental

a) Penampilan: Pada klien dengan Kerusakan interaksi sosial,

menarik diri berpenampilan tidak rapi, rambut acak-acakan,

kulit kotor, gigi kuning, tetapi penggunaan pakaian sesuai

dengan keadaan serta klien tidak mengetahui kapan dan

dimana harus mandi.

b) Pembicaraan: Pembicaraan klien dengan Kerusakan

interaksisosial Menarik Diripada umumnya tidak mampu

memulai pembicaraan, bila berbicara topik yang dibicarakan

tidak jelas atau kadang menolak diajak bicara.

c) Aktivitas motorik: Klien tampak lesu, tidak bergairah dalam

beraktifitas, kadang gelisah dan mondar-mandir.

d) Alam perasaan: Alam perasaan pada klien dengan isolasi

sosial biasanya tampak putus asa dimanifestasikan dengan

sering melamun.

e) Afek: Afek klien biasanya datar, yaitu tidak bereaksi terhadap

rangsang yang normal.

f) Interaksi selama wawancara: Klien menunjukkan kurang

kontak mata dan kadang-kadang menolak untuk bicara

dengan orang lain.

21
g) Persepsi: Klien dengan gangguan isolasi sosial pada

umumnya mengalami gangguan persepsi terutama halusinasi

pendengaran, klien biasanya mendengar suara-suara yang

megancam, sehingga klien cenderung sering menyendiri dan

melamun.

h) Isi pikir: klien dengan gangguan isolasi sosial pada umumnya

mengalami gangguan isi pikir biasanya klien merasa tidak

mampu melakukan sesuatu.

i) Proses pikir: Proses pikir pada klien dengan gangguan isolasi

sosial akan kehilangan asosiasi, tiba-tiba terhambat atau

blocking serta intoleransi dalam proses pikir.

j) Kesadaran: Klien dengan gangguan isolasi sosial tidak

mengalami gangguan kesadaran.

k) Memori: Klien tidak mengalami gangguan memori, dimana

klien mampu mengingat hal-hal yang telah terjadi.

l) Konsentrasi dan berhitung: Klien dengan masalah isolasi

sosial menarik diri pada umumnya tidak mengalami

gangguan dalam konsentrasi dan berhitung.

m) Daya tilik diri: Klien mengalami masalah daya tilik diri

karena klien akan mengingkari penyakit yang dideritanya.

22
Analisa Data

No Analisa Data Masalah Keperawatan


1. DS: Defisit perawatan diri
 klien mengatakan jarang mandi, jarang ganti
pakaian
DO:
 Biasanya mengalami gangguan pola makan dan
tidur sehingga bisa terjadi penurunan berat
badan
 klien biasanya tidak menghiraukan kebersihan
dirinya.
 berpenampilan tidak rapi, rambut acak-acakan,
kulit kotor, gigi kuning, jarang mengganti
pakaian
2. DS: Isolasi sosial
 Klien hanya menjawab pertanyaan “ya” dan
“tidak”
 klien merasa tidak memiliki teman dekat.
 mengatakan bingung dalam memulai
pembicaraan
DO:
 Kontak mata kurang dan kadang-kadang
menolak untuk diajak bicara
 Sering menyendiri dan melamun
 Afek tumpul
 Tidak mau menatap lawan bicaranya
 Sering menundukkan kepala
3. DS: Harga diri rendah
 klien biasanya mengatakan malu terhadap diri
sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri
 klien merasa tidak mampu melakukan sesuatu.
 Klien mengatkan takut berbicara banyak karena
takut menyakiti hati orang lain.
 Klien mengeluh dirinya tidak berguna
DO:
 kurang percaya diri
 Klien tampak lesu
 tampak putus asa
 sering melamun
 Klien tidak mau menatap wajah lawan bicara

4. DS: Resiko mencidrai diri


 klien merasa kesal dan gelisah ketika sendiri/ orang lain
mendengar suara-suara yang mengancam
DO:
 kadang gelisah dan mondar-mandir.
 mencederai diri
5. DS: Halusinasi pendengaran
 klien biasanya mendengar suara-suara yang
megancam

23
DO:
 klien gelisah dan mondar mandir
 Klien sering melamun

Tabel 1.1 Analisa Data Isolasi Sosial

2. Pohon Masalah

Resiko halusinasi

Isolasi sosial : Menarik Diri Defisit perawatan diri

Gangguan Konsep diri:Harga diri rendah

Bagan 1.2 Pohon masalah klien isolasi sosial (Stuart, 2007).

3. Diagnosa keperawatan

a. Isolasi sosial : Menarik Diri

b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

c. Defisit perawatan diri

d. Gangguan persepsi sensori:Halusinasi pendengaran

24
4. Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Isolasi sosial : TUM : klien dapat Setelah 1-3 x pertemuan 1.Bina hubunga saling Dengan membina
menarik diri berinteraksi dengan klien menunjukan tanda- percaya dengan hubungan saling
orang lain tanda percaya kepada menggunakan prinsip percaya terhadap
TUK : perawat : komunikasi terapeutik klien merupakan
1. Klien dapat 1. Ekspresi wajah a. Sapa klien dengan langkah awal
membina bersahabat ramah baik verbal dalam
hubungan 2. Menunjukan rasa maupun nonverbal melaksanakan
saling percaya senang b. Perkenalkan nama, intervensi yang
3. Ada kontak mata nama panggilan dilaksanakan
4. Mau berjabat tangan perawat dan tujuan
5. Mau menyebutkan berinteraksi
nama c. Tanyakan nama
6. Mau menjawab salam lengkap dan nama
7. Mau duduk panggilan yang disukai
berdampingan dengan klien
perawat d. Buat kontrak jelas
8. Bersedia e. Tunjukan sikap jujur
mengungkapkan dan menepati janji
masalah yang setiap kali berinteraksi
dihadapi f. Tunjkan sikap empati
dan menerima apa
adanya
g. Tanyakan perasaan dan
masalah yang dihadapi
klien

25
h. Dengarkan dengan
penuh perhatian
ekspresi perasaan klien

2. Klien mampu Setelah 4 x pertemuan 1. Tanyakan pada klien Dengan


menyebutkan klien dapat menyebutkan tentang : mengetahui
penyebab minimal satu penyebab a. Orang yang tinggal penyebab klien
menarik diri menarik diri : serumah menarik diri dapat
b. Orang yang paling ditemukan
a. Diri sendiri dekat dengan klien mekanisme
b. Orang lain 2. Diskusikan dengan klien koping klien
c. Lingkungan penyebab menari diri/ dalam
tidak mau bergaul berinteraksi
social, serta
3. Beri pujian terhadap strategi apa yang
kemampuan klien akan diterapkan
mengungkapkan perasaan kepada klien.

3. Klien mampu Setelah 5 x pertemuan 1. Diskusikan dan tanyakan Dengan


menyebutkan klien menyebutkan pada klien tentang : mengetahui
keuntungan keuntungan hubungan a. Manfaat hubungan manfaat
berhubungan sosial, misalnya : sosial berhubungan
social dan a. Banyak teman, tidak b. Kerugian menari diri social dan
kerugian kesepian kerugian menarik
menarik diri b. Bisa diskusi 2. Beri pujian terhadap diri, maka klien
c. Saling menolong kemampuan klien akan termotivasi
Kerugian : mengungkapkan berinteraksi
a. Sendiri perasannya dengan orang
b. Kesepian lain.

26
c. Tidak bisa diskusi

4. Klien dapat Setelah 6x pertemuan 1. Observasi prilaku klien Melibatkan pasien


melakukan klien dapat melaksanakan selama hubungan social dalam interaksi
hubungan sosial hubungan sosial secara social akan
secara bertahap bertahap dengan: 2. Beri motivasi dan bantu mendorong pasien
a.perawat klien untuk berkenalan untuk melihat dan
b.perawat lain dengan perawat dan klien merasakan secara
c.pasien lain lain langsung manfaat
d.kelompok dari berhubungan
3. Libatkan klien dalam social serta
TAK meningkatkan
konsep diri
4. Diskusikan dengan klien pasein.
jadwal harian yang dapat
dilakukan.

5. Beri pujian terhadap


kemampuan klien
memperluas pergaulan

5. Klien mampu Setelah 7x pertemuan 1. Diskusikan dengan klien Untuk


menjelaskan klien dapat menjelaskan tentang perasaannya mengetahui
perasaannya perasaannya setelah setelah berhubungan kemampuan
setelah berhubungan dengan dengan orang lain pasien dalam
berhubungan orang lain dan kelompok berinteraksi dan
sosial 2. Beri pujian terhadap menilai
kemampuan klien keberhasilan
mengungkapkan dalam strategi

27
perasaannya pelaksanaan
6. Klien mendapat Setelah 8 x pertemuan 1. Diskusikan pentingnya Keluarga
dukungan dari keluarga menyebutkan : peran serta keluarga merupakan sistem
keluarga dalam 1. Pengertian, tanda dan sebagai pendukung bagi pendukung utama
mengatasi isolasi gejala isolasi sosial : klien untuk mengatasi bagi pasien untuk
sosial : menarik menarik diri dan cara prilaku menarik diri meningkatkan
diri merawat pasien yang percaya diri agar
menarik diri 2. Jelaskan pengertian, mampu
2. Keluarga setuju untuk tanda dan gejala isolasi berinteraksi
mengikuti pertemuan sosial yang dialami klien social.
dengan dengan dan cara merawat klien
perawat
3. Jelaskan dan latih
keluarga cara-cara
merawat klien

4. Beri motivasi kepada


keluarga agar membantu
pasien untuk
bersosialisasi

5. Beri pujian kepada


keluarga atas
keterlibatannya merawat
pasien di rumah sakit

28
2. Gangguan konsep Tum : klien Setelah 1-3 x pertemuan 1. Membina hubungan saling Dengan adanya
diri : Harga diri memiliki konsep klien menunjukan tanda- percaya dengan kepercayaan klien
rendah diri yang positif. tanda percaya kepada menggunakan prinsip dengan perawat
Tuk : perawat : komunikasi terapeutik: akan membuat
1. Klien dapat a. Klien menunjukkan a. Sapa klien dengan klien merasa
membina ekspresi wajah ramah baik verbal nyaman
hubungan saling bersahabat, maupun non verbal
percaya dengan menunjukkan rasa b. Perkenalkan diri
perawat senang, ada kontak dengan sopan
mata dan mau berjabat c. Tanyakan nama
tangan, mau lengkap dan nama
menyebutkan nama, panggilan yang
mau menjawab salam disukai
dan mengutarakan d. Jelaskan tujuan
masalah yang dihadapi. pertemuan
e. Jujur dan menepati
janji
f. Tunjukan sikap
empati
g. Beri perhatian dan
perhatikan kebutuhan
dasar klien.
2. Klien dapat 1. Setelah berinteraksi 1. Diskusikan dengan klien Dengan
mengidentifik klien menyebutkan : tentang : mengetahui
asi a. Aspek positif diri a. aspek positif yang kemampuan yang
kemempuan b. Aspek positif dimiliki klien, dimiliki klien
dan aspek lingkungan klien keluarga dan merupakan
posistif yang lingkungan langkah awal
dimiliki. b. kemampuan yang untuk mengatasi
dimiliki klien harga diri rendah

29
2. Bersama klien buat daftar klien
tentang :
a. aspek positif yang
dimiliki klien,
keluarga dan
lingkungan
b. kemampuan yang
dimiliki klien

3. Beri pujian yang relistik


dan hindarkan penilaian
yang negatif.

3. Klien dapat Setelah berinteraksi Klien 1. Diskusikan dengan klien Dengan


menilai mampu menyebutkan kemampuan yang dapat mengetahui
kemampuan kemampuan yang dapat dilaksanakan kemampuan yang
yang dapat dilaksanakan 2. Bantu pasien dimiliki klien
digunakan menyebutkan dan beri maka akan
penguatan terhadap mengetahui
kemampuan diri yang tindakan
diungkapkan pasien selanjutnya untuk
3. Perlihatkan respon yang menunjang
kondusif dan upayakan kesembuhan klien
menjadi pendengar yang
aktif
4. Klien dapat Setelah berinteraksi klien 1. Diskusikan dengan klien Dengan
memilih mampu membuat rencana kegiatan yang akan memberikan
kegiatan sesuai kegiatan harian dipilih sebagai kegiatan kesempatan klien
dengan yang akan pasien lakukan memilih kegiatan
kemampuan sehari-hari sesuai dengan

30
2. Bantu pasien untuk kemampuan maka
memilih kegiatan yang tidak ada sikap
dapat pasien lakukan memaksa dalam
dengan mandiri atau kegiatan yang
dengan bantuan minimal. akan dilaksanakan

5. Klien dapat Setelah berinteraksi klien 1. Diskusikan dengan Dengan melatih


melatih kegiatan dapat melakukan kegiatan pasien langkah-langkah kegiatan sesuai
yang dipilih sesuai jadwal yang dibuat. pelaksanaan kegiatan dengan
sesuai dengan 2. Bersama pasien, kemampuan klien
kemampuan peragakan kegiatan yang akan memberikan
ditetapkan motivasi dan
3. Berikan dukungan dan harga diri pasein
pujian pada setiap meningkat
kegiatan yang dapat
dilakukan pasien.

6. Klien dapat Setelah berinteraksi klien 1. Beri pendidikan Keluarga


memanfaatkan mampu memanfaatkan kesehatan kepada merupakan sistem
sistem sistem pendukung yang keluarga tentang cara pendukung utama
pendukung yang ada dikeluarga merawat klien dengan bagi klien untuk
ada harga diri rendah. meningkatkan
2. Bantu keluarga percaya diri klien
memberikan dukungan
selama klien dirawat
3. Bantu klien menyiapkan
lingkungan dirumah
3. Defisit Tum : Klien dapat 1. Ekspresi wajah 1. Bina hubungan saling Dengan membina
perawatan memelihara bersahabat, percaya dengan prinsi hubungan saling
diri kebersihan diri menunjukan rasa komunikasi terapeutik. percaya terhadap

31
secara mandiri: senang, klien bersedia a. Sapa klien dengan klien merupakan
berjabat tangan, klien ramah baik verbal langkah awal
Tuk : bersedia menyebutkan maupun nonverbal. dalam
1. Klien dapat nama, ada kontak mata, b. Perkenalkan diri dengan melaksanakan
membina klien bersedia duduk sopan. intervensi yang
hubungan saling berdampingan dengan c. Tanyakan nama lengkap dilaksanakan
percaya. perawat, klien bersedia klien dan nama
mengutarakan masalah panggilan.
yang dihadapinya. d. Jelaskan tujuan
pertemuan.
e. Jujur dan menempati
janji.
f. Tunjukan sikap empati
dan menerima klien apa
adanya.
g. Beri perhatian pada
pemenuhan kebutuhan
dasar klien.
2. Mengidentifikasi Setelah berinteraksi Klien 1. Kaji pengetahuan klien Klien dapat
kebersihan diri dapat menyebutkan tentang kebersihan diri mengetahui
klien. kebersihan dirinya dan tandanya. tentang
a. Beri kesempatan klien kebersihan diri
untuk menjawab
pertanyaan.

b. Berikan pujian
terhadap jawaban.
3. Menjelaskan Setelah berinteraksi Klien 1. Menjelaskan pentingnya Klien dapat
pentingya dapat memahami kebersihan diri engetahui
kebersihan diri. pentingnya kebersihan a. Meminta klien pentingnya

32
diri. menjelaskan kembali kebersihan diri
pentingnya kebersihan
diri.
b. Diskusikan dengan
klien tentang
kebersihandiri.
c. Beri penguatan positif
atas jawabannya.
4. Menjelaskan Setelah berinteraksi Klien 1. Menjelaskan alat yang Klien dapat
peralatan yang dapat menyebutkan dan dibutuhkan dan cara mengetahui
digunakan untuk mendemonstrasikan membersihkan diri peralatan yg dapat
menjaga dengan alat kebersihan a. Memperagakan cara digunakan dalam
kebersihan diri membersihkan diri dan membersihkan
dan cara mempergunakan alat diri
melakukan untuk membersihkan
kebersihan diri. diri.
b. Meminta klien untuk
memperagakan ulang
alat dan cara
kebersihan diri.
c. Beri pujian positif
terhadap klien
5. Menjelaskan Setelah berinteraksi Klien 1. Menjelaskan cara makan Klien dapat
cara makan yang dapat mengerti cara yang benar. menunjukkan cara
benar makan yang benar a. Beri kesempatan klien makan yang benar
untuk bertanya dan
mendemonstrasikan
cara yang benar.
b. Memberi pujian
positif terhadap klien

33
6. Menjelaskan Setelah berinteraksi Klien 1. Menjelaskan cara mandi Klien mengetahui
cara mandi yang dapat mengerti cara yang benar. cara mandi yang
benar. mandi yang benar dan a. Beri kesempatan klien benar
klien dapat mengerti cara untuk bertanya dan
berdandan yang benar. mendemonstrasikan cara
yang benar.
b. Memberi pujian positif
terhadap klien.
c. Menjelaskan cara
berdandan yang benar.
d. Beri kesempatan klien
untuk bertanya dan
mendemonstrasikan cara
yang benar.
e. Memberi pujian positif
terhadap klien.
7. Menjelaskan Setelah berinteraksi Klien 1. Menjelaskan cara toileting Klien mengetahui
cara toileting dapat mengerti cara yang benar. cara BAB/BAK
yang benar. toileting yang benar a. Beri kesempatan klien yang benar
untuk bertanya dan
mendemonstrasikan
cara yang benar.
b. Memberi pujian positif
terhadap klien.

34
8. Mendiskusikan Setelah berinteraksi 1. Menjelaskan kepada Keluarga
masalah yang Keluarga dapat mengerti keluarga tentang merupakan sistem
dirasakan tentang merawat klien pengertian tanda dan pendukung utama
keluarga dalam gejala defisit perawatan bagi pasien untuk
merawat klien. diri, dan jenis defisit meningkatkan
perawatan diri yang percaya diri agar
dialami klien beserta cara klien dalam
merawat klien mengatasi
a. Menjelaskan kepada kebersihan diri
keluarga cara – cara klien
merawat klien defisit
perawatan diri.
b. Beri kesempatan
keluaraga untuk
bertanya.
c. Beri pujian positif
terhadap keluarga
Tabel 1.2 Intervensi Keperawatan (Damaiyanti, 2010 dan keliat , 2016)

35
5. Strategi Pelaksanaan (SP) Intervensi Keperawatan
Diagnosa 1 : Isolasi Sosial
a. Strategi pelaksanaan pada klien
SP 1 klien :
a) Membina hubungan saling percaya
b) Mengidentifikai penyebab isolasi sosial klien
c) Mengidentifikasi keuntungan kerugian berinteraksi dengan orang
lain.
d) Mengidentifikasi kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.
e) Melatih klien berkenalan dengan satu orang.
f) Membimbing klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan
harian.
SP 2 klien :
a) Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.
b) Melatih klien berkenalan dengan dua orang atau lebih.
c) Membimbing klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan
harian.
SP 3 klien :
a) Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.
b) Melatih klien berinteraksi dalam kelompok.
c) Membimbing klien memasukkan kedalam jadwal kegiatan
harian.
b. Strategi pelaksanaan pada Keluarga
SP 1 keluarga :
a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
klien.
b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang
dialami klien beserta proses terjadinya.
c) Menjelaskan cara–cara merawat klien isolasi sosial.

36
SP 2 keluarga :
a) Melatih keluarga mempraktikan cara merawat klien dengan
isolasi sosial.
b) Melatih keluarga mempraktikan cara merawat langsung kepada
klien isolasi sosial.
SP 3 keluarga :
a) Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah
termasuk meminum obat.
b) Menjelaskan follow up klien setelah pulang.
6. Implementasi

Menurut Keliat (2009), implementasi keperawatan disesuaikan dengan

rencana tindakan keperawatan dengan memperhatikan dan mengutamakan

masalah utama yang aktual dan mengancam integritas klien beserta

lingkungannya. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah

direncanakan, perawat perlu memvalidasi apakah rencana tindakan

keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien pada saat ini

(here and now). Hubungan saling percaya antara perawat dengan klien

merupakan dasar utama dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.

7. Evaluasi

Evaluasi menurut Keliat (2009) adalah proses yang berkelanjutan

untuk menilai efek dari tindakan keperawatan kepada klien. Evaluasi

dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan

yang dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu evaluasi

proses atau formatif yang dilakukan tiap selesai melakukan tindakan

37
keperawatan dan evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan

membandingkan respons klien dengan tujuan yang telah ditentukan.

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP

dengan penjelasan sebagai berikut :

S: Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan.

Dapat diukur dengan menanyakan pertanyaan sederhana terkait dengan

tindakan keperawatan seperti “coba bapak sebutkan apa akibat dan

dampak dari bapak menarik diri ?

O:Respon objektif dari klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

diberikan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku klien pada saat

tindakan dilakukan.

A:Analisis ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan

apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data

yang kontradiksi dengan masalah yang ada. Dapat pula membandingkan

hasil dengan tujuan.

P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien

yang terdiri dari tindak lanjut klien dan tindak lanjut perawat.

38
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

1. Identitas klien

Nama Tn.A umur klien 31 tahun jenis kelamin laki-laki agama islam

pendidikan terakhir klien tidak tamat SD pekerjaan klien sebagai tani alamat klien

di desa palak siring curup, penanggung jawab klien dirumah sakit Tn.Ab jenis

kelamin laki-laki,agama Islam, hubungan keluarga sebagai paman, alamat palak

siring curup.

2. Alasan masuk

Klien masuk RSKJ Soeprapto Bengkulu Hari Rabu tanggal 18 januari 2017

pukul 09.00 WIB diantar oleh pamannya dengan alasan susah tidur dan sering

mengamuk.

Pada saat dilakukan pengkajian hari rabu tanggal 20 febuari 2017 pukul 14.30

WIB klien tampak sering menyendiri, hanya duduk dan tiduran ditempat tidur dan

tidak pernah berkomunikasi dengan teman disekitarnya, dan pada saat

berbincang-bincang kontak mata klien kurang, klien sering menundukkan kepala,

pembicaraan klien pelan dan lambat.

Masalah keperawatan: Isolasi Sosial : Menarik Diri

3. Faktor predisposisi

klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya, pasien juga pernah

mengalami penolakan dari lingkungan karena kondisinya dimasa lalu, tidak ada

anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, pengalaman masa lalu yang

39
tidak menyenangkan bagi pasien adalah klien tidak tamat SD dan sampai sekarang

belum menikah dan kedua orang tua klien sudah bercerai, sekarang klien tinggal

bersama ayahnya.

4. Fisik

a. Tanda vital :

Tekanan darah : 120/90 mmHg

Nadi : 87 x / menit

Pernapasan : 20 x / menit

Suhu : 36,6 °C

Tinggi Badan :167 Cm

Berat Badan :55Kg

b. Keluhan fisik : klien tidak memiliki keluhan fisik

5. Psikososial

a. Genogram

Keterangan : = Perempuan

= Laki-laki

= Perempuan meningggal

40
= Laki-laki meninggal

= pasien

= orang yang tinggal serumah

Bagan 2.1 Genogram klien Isolasi Sosial

Klien merupakan anak pertama dari empat bersaudara, klien tinggal satu

rumah bersama ayah karena ibunya sudah bercerai, klien dirumah membantu ayah

bekerja sebagai tani, keputusan permasalahan semua diambil oleh ayah.

b. Konsep diri

1) Gambaran diri: klien menyenangi semua bagian tubuhnya

2) Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat adalah bekerja

sebagai tani, klien merasa puas sebagai laki-laki

3) Peran: tugas dan peran klien dalam keluarga adalah membantu ayahnya

mencari nafkah dengan bekerja sebagai tani.

4) Ideal diri: klien ingin cepat sembuh dan pulang kerumah dan bisa bekerja

lagi membantu ayahnya, harapan klien terhadap lingkungan adalah agar

lebih peduli dengan dirinya dan keluarganya.

5) Harga diri: klien merasa dirinya tidak berguna karena telah membuat

keluarganya malu dan klien mengatakan tidak percaya diri dan malu

karena tidak tamat SD dan cita-cita tidak tercapai.

c. Hubungan sosial

1) Orang yang paling berarti bagi klien adalah ayahnya, ayahnya adalah

tempat mengadu, minta bantuan dan dukungan.

41
2) Ketika masih dirumah klien tidak pernah menggikuti kelompok/ kegiatan

masnyarakat.

d. Spiritual

1) Nilai dan Keyakinan

Klien mengatakan dia beragama Islam dan dia percaya adanya Tuhan.

2) kegiatan ibadah

dirumah klien mengatakan tidak pernah beribadah.

6) Status mental

a. Penampilan

Klien berpakaian kurang rapi, gigi dan kuku tampak kotor, klien

mengatakan jarang menggosok gigi, memotong kuku dan mengganti pakaian.

Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri

b. Pembicaraan

Klien berbicara lambat, suaranya pelan, sambil menunduk saat bicara, dan

kontak mata kurang.

Masalah Keperawatan: Isolasi Sosial : Menarik Diri

c. Aktivitas motorik

Klien tampak lesu dan hanya duduk dan tiduran ditempat tidur.

Masalah keperawatan : isolasi sosial : Menarik Diri

d. Alam perasaan

Klien tampak putus asa karena klien belum menikah dan cita-cita klien

tidak tercapai

42
e. Afek

Afek klien tumpul, hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang kuat.

f. Interaksi selama wawancara

Selama wawancara klien banyak menunduk dan diam, kontak mata

kurang tidak mau menatap perawat.

g. Persepsi

Jenis halusinasi pendengaran,isi halusinasi ada suara yang sering

mengejeknya karena tidak berguna, halusinasi timbul kadang-kadang pada

sore hari, gejala yang tampak klien sering menutup telinganya.

h. Proses berpikir

Klien mampu menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh perawat

tetapi lama dalam menjawab.

i. Isi pikir

Depersonalisasi, perasaan pasien yang asing terhadap diri sendiri, orang

lain dan lingkungan.

j. Tingkat kesadaran

Tingkat kesadaran klien sadar penuh (composmentis) .

k. Memori

Klien masih dapat mengingat sedikit kejadian masa lalu.

Memori Jangka Pendek : Klien sering lupa.

l. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Klien tidak dapat berkonsntrasi dan berhitung.

43
m. Kemampuan penilaian

Klien mampu membuat kesimpulan sederhana. Contoh : apabila klien

disuruh mandi klien mandi, apabila klien disuruh menyapu klien menyapu, dan

apabila klien ditanya sudah makan klien menjawab sudah.

n. Daya Tilik Diri

klien sring menyalahkan orang lain/lingkungan yang menyebabkan

kondisinya saat ini.

7) Kebutuhan persiapan pulang

1. Makan

Klien, makan 3x sehari dengan makanan yang bervariasi, klien makan

menggunakan piring dan minum mengguanakan cangkir, cara makan klien

menggunakan tangan.

2. Bab / Bak

pasien ketika Bab/Bak selalu ke kamar mandi menggunakan closet dan selalu

mencuci setelah melakukan Bab/Bak.

3. Kebersihan Diri

Pasien mandi 2x sehari, klien mandi dikamar mandi, ketika saat mandi klien

menggunkan gayung, dan sabun, klien jarang menggosok gigi dan memotong

kuku.

4. Berhias/berdandan

Pasien dapat memilih dan memakai pakaian sesuai dengan tempat, klien jarang

mengganti pakaian, penampilan klien berdandan kurang rapi.

44
5. Istirahat dan tidur

pasien tidak memiliki masalah dengan tidur dan merasa segar setelah

bangun tidur, pasien suka tidur siang ± 2 jam, jam klien tidur malam pukul

21.00 wib dan bangun pukul 06.00 wib.

6. Penggunaan obat

Pasien teratur minum obat selama di rumah sakit, sesudah makan pagi dan

makan sore, pasien minum obat Cpz 2x 50 mg dan Hld 2x 0,75 mg.

7. Pemeliharaan kesehatan

Pasien masih kurang dalam hal pemeliharaan kesehatan, pasien masih

perlu mendapatkan pemeliharaan kesehatan dengan bantuan minimal, sistem

pendukung yang dimiliki klien adalah perawat dan dokter diRSKJ soeprapto.

8. Kegiatan di dalam rumah

Mempersiapkan makanan, menjaga kerapian, mencuci pakaian dalam hal

ini masih perlu mendapatkan bantuan yang minimal, pengaturan keuangan tidak

dianjurkan.

9. Kegiatan diluar rumah

Pasien tidak dianjurkan belanja di luar rumah sakit jiwa, transportasi tidak

dianjurkan dan lain-lain masih belum dianjurkan

8) Mekanisme koping

Pasien mengatasi masalahnya dengan melamun, menyendiri dan tidur.

Masalah keperawatan : Menakisme Koping tidak efektif

45
9) Masalah psikososial dan lingkungan

a. Masalah dan dukungan kelompok (spesifik)

Pasien merasa dirinya tidak berguna karena telah membuat malu

keluarganya.

Masalah keperawatan: Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

b. Masalah berhubungan dengan lingkungan rumah (spesifik)

Pasien mengatakan jarang melakukan kegiatan kelompok masyarakat.

c. Masalah berhubungan dengan lingkungan sekitar rumah

Klien jarang berinteraksi dengan warga sekitar rumah.

10) Pengetahuan

Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang penyebab ia mengalami

gangguan jiwa, klien kurang memahami cara mekanisme koping yang tepat

dalam menyelesaikan masalah.

11) Aspek medik/terapi medik

a. Chlorpromazine 100 Mg( 2x 50mg)

1) Indikasi: Mengendalikan mania, terapi Shcizofrenia

2) Kontraindikasi : Depresi Sistem syaraf pusat dan Koma

3) Fungsi: obat penenang fikiran

b. Haloferidol 1,5 Mg (2x 0,75mg)

1) Indikasi: Meredakan gejala Skizofrenia dan prilaku, atau emosional

serta masalah kejiwaan lainnya

2) Kontraindikasi: Wanita hamil, menyusui, gangguan jantung, hati, ginjal,

penyakit pembuluh darah, prostat, tumor, glaukoma, epilepsi.

46
3) Fungsi: Mengatasi masalah kejiwaan, menenangkan fikiran

B. Analisa data

No Data senjang Masalah


1 Data subjektif Isolasi sosial
- Pasien mengatakan senang menyendiri : menarik diri
- Klien mengatakan orang disekitarnya tidak peduli dengan
dirinya.
- Pasien mengatakan tidak terbuka dengan keluarganya selalu
diam dengan keluarga.
- Klien mengatakan Klien jarang berinteraksi dengan warga
sekitar rumah.

Data objektif
- Kontak mata kurang
- Pasien tampak sering menyendiri.
- Pasien tampak banyak berdiam diri.
- Pasien tampak tidak mau berbicara dengan orang di
sekitarnya.
- Pasien tampak tidur terus di atas tempat tidurnya.
- pasien tampak menyendiri tidak mau berinteraksi dengan
teman didekatnya.
- Klien berbicara lambat, suaranya pelan, sambil menunduk
saat bicara.
- Klien sering melamun

2 Data subjektif Gangguan


- Klien mengatakan malu karena tidak tamat SD konsep diri :
- Klien mengatakan tidak percaya diri. harga diri
- klien merasa dirinya tidak berguna karena telah rendah
membuat keluarganya malu

Data objektif
- Pasien tampak lebih sering menyendiri
- Pasien tampak sering menundukkan kepala
- Pasien jarang dan hampir tidak pernah berbicara dengan
orang lain atau teman terdekatnya kecuali perawat yang
mengajaknya berbicara.

3 Data subjektif Gangguan


- Klien mengatakan mendengarkan suara yang sering persepsi
mengejeknya sensori:
- Klien mengatakan suara-suara tersebut sering timbul halusinasi
pendengaran
disore hari

47
Data objektif
- Klien tampak menutup telinganya
- Klien sering melamun
- Klien sering menyendiri

4 Data Subjektif: Defisit


- Klien mengatakan jarang menggosok gigi Perawatan
- Klien mengatakan jarang mengganti pakaian Diri

Data Objektif:
- Penampilan klien kurang rapi
- Gigi tampak kotor
- Kuku tampak kotor

5 Data Subjektif: Mekanisme


- Klien mengatakan jika ada masalah klien lebih suka koping tidak
menyendiri dan melamun efektif
- Klien mengatakan suka tidur untuk menghilangkan
masalah.
Data Objektif:
- Klien tampak sering menyendiri
- Klien tampak banyak diam
- Klien tampak sering melamun

Tabel 2.1 Analisa Data

C. Daftar Masalah

1. Isolasi Sosial : Menarik Diri

2. Gangguan Konsep Diri : Harga diri Rendah

3. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran

4. Defisit perawatan diri

5. Mekanisme koping tidak efektif

48
D. Pohon masalah

Gangguan Persepsi Sensori:


Halusinasi Pendengaran

Defisit
Isolasi sosial : menarik diri
perawatan diri

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

Mekanisme koping
tidak efektif

Bagan 2.2 Pohon Masalah Isolasi Sosial

E. Diagnosa Keperawatan

a. Isolasi Sosial : Menarik Diri

b. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran

c. Gangguan Konsep Diri : Harga diri Rendah

d. Defisit Perawatan Diri

e. Mekanisme Koping Tidak Efektif

49
F. PERENCANAAN
Tabel 2.2 Perencanaan
Perencanaan
No Diagnosa Intervensi
Tujuan Kriteria hasil
Isolasi social : 1. Klien dapat membina 1. Eksperisi wajah bersahabat menunjukan 1. Bina hubungan saling
Menarik Diri hubungan saling percaya rasa senang serta kontak mata, mau percaya dengan
berjabat tangan, mau menjawab salam, mengungkapkan prinsip
klien mau duduk berdampingan dengan komunikasi terapeutik
perawat, mau mengutarakan masalah a. Sapa klien dengan
yang di hadapi ramah baik verbal
maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan
sopan
c. Tanyakan nama lengkap
klien dan nama
1
panggilan yang disukai
klien
d. Jelaskan tujuan
pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukan sifat empati
dari menerima klien apa
adanya.
g. Beri perhatian kepada
klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat menyebutkan 1. Klien dapat menyebutkan penyebab 1. Kaji pengetahuan klien
penyebab menarik diri menarik diri yang berasal dari : tentang prilaku menarik
a. Diri sendiri diri dan tanda-tandanya

50
b. Orang lain 2. Beri kesempatan kepada
c. Lingkungan klien untuk
mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau
tidak mau bergaul
3. Diskusikan bersama klien
tentang perilaku menarik
diri tanda-tanda serta
penyebab yang muncul
4. Beri pujian terhadap
kemampuan klien dalam
menggunakan perasaannya.
3. klien dapat menyebutkan 1. klien dapat menyebutkan keuntungan 1. kaji pengetahuan klien
keutungan berhubungan berhubungan dengan orang lain tentang manfaat dan
dengan orang lain dan 2. klien dapat menyebutkan kerugian tidak keutungan berhubungan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain dengan orang lain
berhubungan dengan 2. beri kesempatan dengan
orang lain klien untuk
mengungkapkan persaan
tentang keutungan
3. diskusikan bersamas klien
tentang keutungan
berhubungan dengan orang
lain
4. beri reinfarcement positif
terhadap kemampuan
pengungkapan perasaan
tentang keuntungan
berhubungan dengan orang
lain

51
5. kaji tentang pengetahuan
klien tentang manfaat dan
kerugian tidalk
berhubungan dengan orang
lain
6. beri kesempatan kepada
klien untuk
mengungkapkan
perasaannya tentang
kerugian tidak
berhubungan dengan orang
lain
7. diskusikan bersama klien
tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang
lain.
4. klien dapat melaksanakan 1. klien dapat mendemonstrasikan hubungan 1. Kaji kemampuan klien
hubungan sosial secara sosial secara bertahap antara : membina hubungan dengan
bertahap K-P orang lain.
K-P-P 2. Dorong dan bantu klien
K-P-K untuk berhubungan dengan
orang lain melalui tahap:
K-P
K-P-P
K-P-K
3. Beri reinforcement
terhadap keberhasilan yang
telah di capai
4. Bantu klien untuk
mengevaluasi manfaat

52
berhubungan
5. Diskusikan jadwal harian
yang dapat dilakukan
bersama klien dalam
mengisi waktu
6. Motivasi klien untuk
mengikuti kegiatan
ruangan
7. Beri reinformen atas
kegiatan klien dalam
ruangan
5. Klien dapat 1. Klien dapat mengungkapkan perasaannya 1. Dorong klien untuk
mengungkapkan bila berhubungan dengan orang lain : Diri mengungkapkan perasaan
persaannya setelah sendiri, orng lain. bila berhubungan dengan
berhubungan dengan orang lain
orang lain 2. Diskusikan dengan klien
tentang perasaan manfaat
berhubungan dengan orang
lain
3. Beri reinfocement positif
atas kemampuan klien
mengungkapkan klien
manfaat berhubungan
dengan orang lain.
2 Gangguan 1. klien dapat membina 1. ekspresi wajah bersahabat menunjukkan 1. Bina hubungan saling
Konsep Diri : hubungan saling percaya rasa senang, ada kontak mata, mau percaya dengan
Harga diri berjabat tangan, mau menjawab salam, menggukapkan prinsip
rendah. klien mau duduk berdampingan dengan komunikasi theraputik:
perawat, mau mengutarakan masalah a. Sapa klien dengan
yang di hadapi ramah baik verbal

53
maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan
sopan
c. Tanyakan nama lengkap
klien dan nama
panggilan yang di sukai
klien
d. Jelaskan tujuan
pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati
dari menerima klien apa
adanya.
g. Beri perhatian kepada
klien dan perhatikan
kebutuhan dasar klien
h. Diskusikan kemampuan
dan aspek positif yang
dimiliki klien
2. Klien dapat 1. klien mengidentifikasi kemampuan dan 1. diskusikan kemampuan
mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki: dan aspek positif yang
kemampuan dan aspek a. Kemampuan yang dimiliki klien. dimiliki klien.
positif yang dimiliki b. Aspek posotif keluarga. 2. setiap bertemu klien
c. Aspek positif lingkungan yang hindarkan dari member
dimiliki klien nilai negative
3. utamakan memberi pujian
yang realistik
3. klien dapat menilai 1. klien menilai kemampuan yang dapat 1. diskusikan dengan klien
kemampuan yang digunakan kemampuan yang masih
dapat digunakan selama

54
digunakan sakit
2. diskusikan kemampuan
yang dapat dilanjutkan
penggunaan
4. klien dapat 1. klien membuat rencana kegiatan harian 1. rencanakan bersama klien
(menetapakan) kegiatan aktivitas yang dapat
sesuai dengan dilakukan setiap hari
kemampuan yang sesuai kemampuan:
dimiliki. a. Kegiatan mandiri
b. Kegiatan dengan
bantuan sebagian
c. kegiatan yang
membutuhkan bantuan
total
5. klien dapat melakukan 1. klien melakukan kegiatan sesuai kondisi 1. beri kesempatan pada
kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuanya klien untuk mencoba
sakit. kegiatan yang telah
direncanakan
2. beri pujian atas
keberhasilan klien
3. diskusikan kemungkinan
pelaksaan di rumah
6. klien dapat 1. klien memamfaatkan sistem pendukung 1. beri pendidikan kesehatan
memamfaatkan sistem yang ada dikelurga pada keluarga tentang cara
pendukung yang ada merawat klien dengan
harga diri rendah kronik.
2. bantu klien memberi
dukungan selama klien
dirawat
3. bantu keluarga menyiapkan

55
lingkungan rumah
3 Gangguan 1. Klien dapat 1. Ekspresi wajah bersahabat menunjukan 1. Bina hubungan saling
persepsi membina hubungan rasa senang,ada kontak mata,mau berjabat percaya dengan
sensori: saling percaya tangan, mau menyebutkan nama,mau mengungkapkan prinsip
Halusinasi menjawab salam, klien mau duduk komunikasi theraupeutik :
berdampingan dengan perawat, mau a. sapa klien dengan
mengungkapkan masalah yang dihadapi ramah baik verbal
maupun nonverbal
b. perkenalkan diri dengan
sopan
c. tanyakan nama lengkap
pasien dan nama
panggilan yang disukai
d. jelaskan tujuan
pertemuan
e. jujur dan menepati janji
f. tunjukan sikap empati
dan menerima klien apa
adanya
g. beri perhatian terhadap
klien dan perhatian
kebutuhan dasar klien

2. Pasien dapat mengenali 1. Klien dapat menyebutkan waktu, 1. adakah kontak sering dan
halusinasinya frekuensi, isi halusinasinya singkat secara betahap
2. Klien dapat mengungkapkan perasaan 2. observasi tingkah laku
terhadap halusinasi klien terhadap
halusinasinya biacara dan
tertawa tanpa stimulus,
memandang ke kiri ke
kanan seolah-olah ada
lawan biacara
3. bantu klien mengenali
halusinasinya

56
a. tanyakan ada suara yang
terdengar
b. jika klien mengatan ada,
lanjutkan: apa yang
dikatakan
c. katakana bahawa
perwatan percaya klien
mendengar suara itu,
namun perawat sendiri
tak
mendengarnya(dengan
nada bersahabat tanpa
menuduh dan
menghakimi)
d. katakana bahwa ada
juga yang seperti klien
4. diskusikan dengan klie
a. situasi yang
menimbulkan atau tidak
menimbulkan halusinasi
b. waktu dan frekuensi
terjadinya halusinasi
5. beri kesempatan
mengungkapkan
perasaannya.

3. Pasien dapat mengontrol 1. Klien dapat menyebutkan tindakan yang 1. identifikasi bersama klien
halusinasinya biasa dilakukan untuk mengendalikan cara tindakan yang
halusinasinya dilakukan jika terjadi
2. Klien dapat menyebutkan cara baru halusinasi
3. Klien dapat memilih cara mengetasi (Tidur,marah,menyibukan
halusinasi seperti yang telah diri dll)
didiskusikan dengan klien 2. diskusikan mamfaat cara
yang dilakukan klien, jika

57
bermanfaat beri pujian
3. diskusikan cara baru
untuk memutus atau
mengontrol halusinasi:
a. Katakana” saya tidak
mau dengar kamu”
b. Menemui orang lain
untuk bercakap-
cakap atau
mengatakan
halusinasi yang
terdengar.
c. Membuat jadwal
kegitan sehari-hari
agar halusinasi tidak
muncul
d. Minta
keluarga/teman/pera
wat jika Nampak
bicara sendiri
4. bantu klien memilih dan
metaih cara memutus
halusinasi secara bertahap

4. Klien dapat 1. Klien dapat membina hubungan saling 1. anjurkan klien untuk
dukungan dari percaya dengan perawat member tahu keluarga
keluarga dalam 2. Keluarga dapat menyebutkan jika mengalami halusinasi
mengontrol pengertian, tanda dan kegiatan untuk 2. diskusikan dengan
halusinasi mengendalikan halusinasi keluarga:
a. Gejala halusinasi yang
di alami klien
b. Cara yang dapat
dilakukan klien dan
keluarga untuk

58
memutus halusinasi
c. Cara merawat anggota
keluarga untuk
memutus halusinasi di
rumah, beri kegiatan ,
jangan biarkan sendiri,
makan bersama,
berpergian bersama
d. Beri informasi waktu
follow up atau kapan
perlu mendapat
bantuan : halusinasi
terkontrol dan resiko
mencedrai orang lain

5. Klien dapat 1. Klien dan keluarga dapat menyebutkan 1. diskusikan dengan klien
memamfaatkan obat mamfaat, dosis dan efek samping obat dan keluarga tentang
dengan baik 2. Klien dapat mendemostrasikan dosis frekuensi mamfaat
penggunaan pbat secara benar obat.
3. Klien dapat informasi tentang efek 2. anjurkan klien minta
samping obat sendiri obat pada
4. Klien dapat memahami akibat berhenti perawat dan merasakan
minum oat mamfaatnya
5. Klien dapat menyebutkan prinsip 5 3. anjurkan klien biacara
benar penggunaan obat dengan dokter tentang
maamfaat obat dan efek
samping obat yang
dirasakan
4. disusikan akibat
berhenti minum obat
tanpa konsultasi
5. bantu klien mengunakan
obat dengan prinsip
benar

59
G. IMPLEMENTASI

Nama : Tn. A Diagnosa Medis : ----

Ruangan : Murai B MR : 00 93 60

No/Tanggal/ Diagnosa Implementasi Keperawatan Evaluasi SOAP Paraf


Jam Keperawatan
1 Belum 1. Bina hubungan saling percaya dengan : S: Memet
Diketahui a. Beri salam setiap berinteraksi a. Klien mengatakan “siang”. Kurniadi
Senin, 20 b. Perkenalkan nama, nama b. Klien mengatakan “baik”.
Februari panggilan, dan tujuan perawat c. Klien mengatakan “senang
2017 berkenalan dipanggil bapak A”.
c. Tanyakan dan panggil nama O:
14.30 WIB kesukaan klien a. Klien mampu menyebutkan
d. Tunjukkan sikap jujur dan namanya
menepati janji, setiap kali b. Ekspresi wajah klien belum
berinteraksi terlalu bersahabat
e. Tanyakan perasaan klien dan c. Klien belum menunjukkan
masalah yang dihadapi klien rasa percaya pada perawat
f. Buat kontrak interaksi yang jelas d. Belum ada kontak mata pada
g. Dengarkan dengan penuh perhatian klien
e. Klien tidak menjawab
perasaan dan masalah yang
dihadapinya
f. Klien bersedia menerima
kontrak waktu dengan perawat
A:
Hubungan saling percaya belum
terbina semuanya

60
P:
SP BHSP Terlampir
Lampiran I
a. Pertahankan hubungan saling
percaya yang sudah dibina
b. Lanjutkan bina hubungan
saling percaya

2 Isolasi Sosial : 1. Bina hubungan saling percaya dengan : S: Memet


Menarik Diri a. Beri salam setiap berinteraksi a. klien mengatatakan “siang”. Kurniadi
Selasa, 21 b. Perkenalkan nama, nama b. Klien mengatakan “namanya
Februari panggilan, dan tujuan perawat bapak A”.
2017 berkenalan c. Klien mengatakan “baik”.
c. Tanyakan dan panggil nama d. Klien mengatakan “7 menit”.
14.30 WIB kesukaan klien O:
d. Tunjukkan sikap jujur dan a. Klien mampu menyebutkan
menepati janji, setiap kali namanya
berinteraksi b. Ekspresi wajah klien belum
e. Tanyakan perasaan klien dan terlalu bersahabat
masalah yang dihadapi klien c. Klien belum menunjukkan
f. Buat kontrak interaksi yang jelas rasa percaya pada perawat
g. Dengarkan dengan penuh perhatian d. Belum ada kontak mata pada
klien
e. Klien bersedia menerima
kontrak waktu dengan perawat
A:
Hubungan saling percaya belum
terbina semuanya

61
P:
SP BHSP Terlampir
Lampiran II
a. Pertahankan hubungan saling
percaya yang sudah dibina
b. Lanjutkan SP1P

3 Isolasi Sosial : Melakukan SP1P Isolasi Sosial : S : “Siang. Masih, namanya bapak M. Memet
Menarik Diri 1. Mengidentifikasi penyebab isolasi “baik. Setuju pak.” 15 menit, Kurniadi
Rabu, sosial diruangan saya.”
22 Februari 2. Berdiskusi dengan klien tentang “saya senang aja sendiri, karena
2017 keuntungan bila berhubungan dengan lebih enak sendiri.
orang lain Keuntungannnya banyak teman dan
14.00 WIB 3. Berdiskusi dengan klien tentang ada teman ngobrol, kerugiannya
kerugian bila tidak berhubungan terasa sepi tidak ada teman”
dengan orang lain “bersalaman, ucapkan salam,
4. Mengajarkan klien cara berkenalan sebutkan nama, nama panggilan,
5. Menganjurkan klien memasukkan alamat, dan hobi.
kegiatan, latihan berkenalan ke dalam “masukkan dijadwal ya pak.”
kegiatan harian. O:
a. Klien mampu menyebutkan
apa yang ia alami
b. Klien mampu menyebutkan
kerugian dan keuntungan
c. Klien menyebutkan dan
mendemontrasi cara
berkenalan
d. Mata sekali-sekali menghadap
kebawah
e. Bicara lambat

62
A : SP1P tercapai
P:
SP1P Isolasi Sosial : Menarik Diri
Terlampir, Lampiran III
Perawat : lanjutkan SP2P Isolasi
Sosial pada pertemuan ke 4 pada
hari rabu, 22 februari 2017 pukul
17.00 Wib di ruang tengah.

Klien : memotivasi klien latihan


berkenalan dengan sesuai jadwal
yang dibuat

4 Isolasi Sosial : Melakukan SP2P Isolasi Sosial : S :“Siang, pak. “baik. Setuju pak.” Memet
Menarik Diri 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 10menit, Kurniadi
Rabu, pasien “assalamualaikum, kenalkan nama
22 Februari 2. Memberikan kesempatan pada klien saya A, saya dari curup, nama
2017 mempraktekkan cara berkenalan panggilan A, hobi memancing.
3. Mengajarkan klien berkenalan dengan Nama bapak siapa ? senang
17.00 WIB orang pertama (seorang perawat) dipanggil apa?
4. Menganjurkan klien memasukkan Asalnya darimana ?
kedalam jadwal kegiatan harian. “Senang. Iya pak,”
O:
a. Klien menyebutkan cara
berkenalan
b. Klien mempraktekkan
berkenalan dengan perawat
c. Kontak mata sesekali
menghadap kebawah
d. Bicara lambat

63
e. Afek tumpul
A : SP2P tercapai
P:
SP2P Isolasi Sosial: Menarik Diri
Terlampir, Lampian IV
Perawat : Lanjutkan SP3P Isolasi
Sosial pada pertemuan ke 5 pada
hari kamis 23 februari 2017 pukul
14.00 Wib di ruang tengah.

Klien : memotivasi klien latihan


berkenalan dengan klien lain sesuai
jadwal yang dibuat

5 Isolasi Sosial : Melakukan SP3P Isolasi Sosial : S : “Siang, pak.“baik. Setuju pak.” 10 Memet
Menarik Diri 1. Mengevaluasi kegiatan jadwal harian menit.” Kurniadi
kamis klien “selamat siang, kenalkan nama
23 Februari 2. Memberikan kesempatan pada klien saya A, saya dari curup, nama
2017 mempraktekkan cara berkenalan panggilan A, hobbi memancing.
dengan orang pertama Nama bapak bapak siapa ? senang
14.00 WIB 3. Melatih klien berinteraksi secara dipanggil apa?
bertahap (berkenalan dengan oranggg Asalnya darimana ?
kedua-seorang klien) O:
4. Menganjurkan klien memasukkan ke a. Klien mempraktekkan
dalam jadwal kegiatan harian. berkenalan dengan klien lain
b. Terdapat kontak mata
c. Bicara lambat
d. Afek tumpul
A : SP3P tercapai

64
P:
SP3P Isolasi Sosial : Menarik Diri
Terlampir, Lampiran V
Perawat : Lanjutkan Diagnosa
kedua Gangguan persepsi sensori:
halusinasi Pendengaran Hari jum’at
23 febuari 2017 pukul 14.00 WIB
Klien : Mengevaluasi pengalaman
dan perasaan setelah berkenalan
dengan perawat lain dan klien lain.
6 gangguan Melakukan SP1P gangguan persepsi S : “waalaikumsalam. Pagi, pak.” Memet
persepsi sensori sensori : halusinasi “sore bapak M, baik. 15 menit, pak. Kurniadi
Jum’at, 24 : Halusinasi a. mengidentifikasi jenis halusinasi klien Disini aja, pak. “
februari b. mengidentifikasi isi halusinasi klien “ saya mendengar suara yang
2017 c. mengidentifikasi waktu halusinasi sering mengejek saya pak. 1 kali
klien sehari saya mendengarnya, pak.
14.00 WIB d. mengidentifikasi frekuensi halusinasi Pada sore hari, Cuma menutup
klien telinga, pak.”
e. mengidentifikasi situasi yang dapat “pergi-pergi. Saya tidak mau
menimbulkan halusinasi klien mendengar kamu, kamu suara
f. mengidentifikasi respon klien palsu.”
terhadap halusinasi “senang pak, pukul 17.00 aja pak
g. mengajarkan klien menghardik ya pak, di ruang ini aja,pak.”
halusinasi O:
h. menganjurkan klien memasukkan ke a. klien mampu menyebutkan
dalam kegiatan harian. apa yang dia alami
b. kontak mata ada
c. klien dapat melakukan cara
mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik
d. klien dapat memasukkan
latihan menghardik ke dalam
jadwal hariannya yaitu pada

65
pukul 14.00 wib
A : SP1P Tercapai
P:
SP1P gangguan persepsi sensori:
halusinasi Penglihatan Terlampir,
Lampiran VI
Perawat :lanjutkan SP2P gangguan
persepsi sensori : halusinasi
pendengaran hari jum’at tanggl 24
februari 2017 pukul 17.00 WIB
Klien : memotivasi klien
mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap
7 gangguan Melakukan SP2P gangguan persepsi S : “waalaikumsalam.” Siang pak. Memet
persepsi sensori sensori : halusinasi pendengaran : Bapak M. Kurniadi
Jum’at, 24 : Halusinasi a. mengevaluasi kegiatan jadwal harian Baik, pak. Saya bangun jam 6 pagi,
februari Pendengaran pasien mandi, merapikan tempat tidur,
2017 b. melatih klien mengendalikan menyapu dan mengepel, latihan
halusinasi dengan cara bercakap- menghardik jam 14.00.”
17.00 WIB cakap dengan orang lain “pak perawat tolong ajak saya
c. menganjurkan klien memasukkan ke ngobrol supaya halusinasi saya
dalam kegiatan harian klien hilang.”
‘senang, pak. Ada dua pak.”
“masukkan jam 10.00 pagi
aja,pak.”
O:
a. klien mampu menyebutkan
kegiatan hariannya
b. terdapat kontak mata
c. klien kooperatif
d. klien dapat melakukan cara
mengontrol halusinasi dengan
cara menghardik
e. klien dapat melakukan cara

66
mengontrol halusinasi dengan
cara bercakap
f. klien dapat memasukkan
latihan menghardik dalam
jadwal latihan hariannya yaitu
pada pukul 10.00
A : SP2P tercapai
P:
SP2P gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran terlampir,
Lampiran VII
Perawat : lanjutkan SP3P
halusinasi penglihatan hari jum’at
24 februaru 2017 pukul 19.00 WIB

Klien : memotivasi klien


mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap sesuai jadwal
kegitan harian
8 gangguan Melakukan SP3P gangguan persepsi S : “waalaikumsalam.” Siang pak. Memet
Jum’at, 24 persepsi sensori sensori : halusinasi pendengaran : Bapak M. Kurniadi
februari : Halusinasi a. mengevaluasi jadwal kegiatan harian Baik, pak. Saya bangun jam 6 pagi,
2017 Pendengaran klien mandi, merapikan tempat tidur,
b. melatih klien mengontrol halusinasi menyapu dan mengepel, latihan
19.00 WIB dengan cara melakukan kegiatan menghardik jam 14.00.” kemarin
c. menganjurkan klien memasukkan ke sudah saya lakukan pak.latihan
dalam jadwal kegiatan harian bercakap-cakap jam 10 pak.”
“masukkan jam 16.00 sore aja
pak.”
O:
a. klien mampu menyebutkan
kegiatan hariannya
b. Terdapat kontak mata
c. klien dapat memasukkan

67
latihan menghardik dalam
jadwal latihan hariannya yaitu
pada pukul 10.00
A : SP3P tercapai
P:
SP3P gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran terlampir,
Lampiran VIII
Perawat : lanjutkan SP4P
halusinasi pendengaran hari sabtu
tanggal 25 februaru 2017 pukul
14.00 WIB

Klien : memotivasi klien


mengontrol halusinasi dengan cara
melakukan kegiatan sesuai jadwal
kegitan harian
9 gangguan Melakukan SP4P gangguan persepsi S : “waalaikumsalam.” Sore pak. Memet
sabtu, 25 persepsi sensori sensori : halusinasi pendengaran : Bapak M. Kurniadi
februari : Halusinasi a. mengevaluasi jadwal kegiatan harian Baik, pak. Saya bangun jam 6 pagi,
2017 Pendengaran klien mandi, merapikan tempat tidur,
b. memberikan pendidikan kesehatan menyapu dan mengepel, latihan
14.00 WIB tentang penggunaan obat secara menghardik jam 14.00.” kemarin
teratur sudah saya lakukan pak.latihan
c. menganjurkan klien memasukkan ke bercakap-cakap jam 10 pak.”
dalam jadwal kegiatan harian “masukkan jam 16.00 sore aja
pak.”
“masukkan jam 8 pagi dan jam 7
malam aja pak.”
“ untuk mengontrol halusinasi saya,
pak.”
“ saya minum obat CPZ dan haldol,
pak.”
Warna orange namanya CPZ

68
minumnya 2 kali sehari yaitu pada
pagi dan malam hari dan warna
putih namanya Halopridol
minumnya 2 kali sehari juga pak,
yaitu pagi dan malam.
O:
a. klien mampu melakukan
jadwal harian yang sudah
dibuat
b. terdapat kontak mata
c. klien memasukkan minum
obat kedalam jadwal harian
klien pada pukul 08.00 dan
19.00
d. klien mampu menunjukkan
dan menyebutkan jenis obat
e. klien kooperatif
A : SP4P tercapai
P:
SP4P Gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran terlampir,
Lampiran IX
Klien : memotivasi klien
mengontrol halusinasi dengan cara
minum obat.
10 Ganguan Melakukan SP1P harga diri rendah : S: Memet
minggu, Konsep Diri : 1. mengidentifikasi kemampuan dan “ Waalaikukmsalam.” Kurniadi
26 Februari Harga Diri aspek positif yang dimiliki klien “masih, namanya bapak M.,Baik.”
2017 Rendah 2. membantu klien menilai kemampuan “saya bisa menyapu, merapikan
klien yang masih dapat digunakan tempat tidur,dan mengepel, pak.”
14.00 Wib 3. membantu klien memilih/menetapkan “sekarang saya ingin melakukan
kegiatann yang akan dilatih sesuai latihan merapikan tempat tidur.”
dengan kemampuan klien “pertama, pindahkan dulu bantal dan

69
selimutnya lalu angkat sprai dan
kasurnya dibalik, lalu pasang sprei
kemudian rapikan spreinya kiri,
kanan, atas, dan bawah, lalu ambil
bantal dan lipat selimutnya.”
“ saya ingin latihan merapikan
tempat tidur setiap hari ketika
bangunn tidur, pak.”
O:
a. klien melakukan latihan
menyapu
b. klien kooperatif
c. terdapat kontak mata
A : SP1P tercapai
P:
SP1P Gangguan Kosep Diri :
Harga Diri Rendah Terlampir,
Lampiran X
Perawat : lanjutkan SP2P harga diri
rendah pada pukul 17.00 di ruang
makan

Klien : motivasi klien untuk


melakukan latihan merapikan
tempat tidur sesuai jadwal kegiatan
setiap bangun tidur.

11 Gangguan Melakukan SP2P harga diri rendah : S: Memet


minggu,26 konsep diri : 1. mengevaluasi kegiatan harian “Waalaikumsalam, pak, masih, Kurniadi
Februari Harga diri 2. melatih pasien melakukan kegiatan namanya bapak M. Baik, pak.”

70
2017 rendah lain yang sesuai dengan kemampuan “saya selalu menyapu setiap pagi.”
klien “sekarang saya ingin melakukan
17.00 WIB 3. menganjurknan klien memasukkan ke latihan menyapu.”
dalam jadwal kegiatan harian “pertama, siapkan alatnya, sapu,
serokan, dan kotak sampah, ambil
sapunya lalu kita sapu kemudian kita
masukkan ke dalam serokan dan
dibuang ke kotak sampah.”
“saya ingin latihan menyapu setiap
hari, jam 12.00 dan 18.00 pak.”

O:
a. klien melakukan latihan menyapu
b. klien kooperatif
c. terdapat kontak mata
A : SP2P tercapai
P:
SP2P Gangguan Kosep Diri :
Harga Diri Rendah Terlampir,
Lampiran XI
Klien : motivasi klien untuk
melakukan kegiatan lain setiap
bangun tidur sesudah makan dan
sebelum tidur.
Tabel 2.3 implementasi

71
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan teori dan tindakan

proses keperawatan pada Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada tanggal 20

sampai dengan 26 februari 2017 di Rumah Sakit Khusus Jiwa Soeprapto

Bengkulu. Dalam pembahasan ini menggunakan langkah kerja proses

keperawatan yang terdiri dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dasar utama proses keperawatan

berupa pengumpulan data dan perumusan kebutuhan masalah klien.

Pengumpulan dan pengkajian yang penulis kaji meliputi identitas klien,

alasan masuk, faktor predisposisi, pemeriksaan fisik, psikososial, spiritual,

status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah

psikososial dan lingkungan, pengetahuan klien dan aspek medik. Data yang

diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu data objektif dan

subjektif (Keliat, 2006). Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan

metode auto anamnesa melakukan pengkajian secara langsung dan data

dibedakan menjadi dua yaitu data subjectif dan objektif, sama seperti

pengumpulan data pada teori keliat 2006. Selain dari data klien, yang sangat

mendukung dalam memberikan asuhan keperawatan pada Tn. A dan melihat

status pasien. Namun saat pengkajian tidak ada satu orangpun keluarga Tn. A

yang menjenguk. Sehingga penulis tidak memperoleh data dari keluarga Tn.A

67
dan tidak dapat memberikan asuhan keperawatan pada Tn.A untuk merawat

Tn.A jika sudah diperbolehkan pulang setelah menjalani perawatan di rumah

sakit ini. (Potter, 2006).

Adapun data yang dapat dikumpulkan pada klien dengan gangguan

Isolasi Sosial: Menarik Diri pada Tn. A adalah sebagai berikut:

Pada umumnya identitas klien yang dikaji pada klien dengan masalah

utama Isolasi Sosial : Menarik Diri adalah : biodata yang meliputi nama, umur,

terjadi pada umur atara 15 – 40 tahun, bisa terjadi pada semua jenis kelamin,

status perkawinan, tangggal MRS, informan, tangggal pengkajian, No Rumah

klien dan alamat klien. dan agama pendidikan serta pekerjaan dapat menjadi

faktor untuk terjadinya penyakit Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik

Diri. Pada kasus nama pasien Tn. A umur 31 tahun, jenis kelamin laki-laki,

pekerjaan tani, pendidikan tidak tamat SD.

Keluhan biasanya adalah kontak mata kurang, duduk sendiri lalu

menunduk, menjawab pertanyaan dengan singkat, menyediri (menghindar dari

orang lain) komunikasi kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar, menolak

interaksi dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari – hari, dependen.

Pada kasus pasien tampak sering menyendiri dan banyak diam, kontak mata

kurang, sering menundukkan kepala, dan klien tampak tidak mau berbicara

dengan orang disekitarnya, sering tidur dan sering melamun.

Biologis: Pernah atau tidaknya mengalami gangguan jiwa, psikologis:

bagi klien yang telah mengalami gangguan jiwa trauma psikis seperti

penganiayaan, penolakan, kekerasan dalam keluarga. dan keturunan yang

68
mengalami, dicerai suami, putus sekolah, PHK, perasaan malu karena sesuatu

yang terjadi ( korban perkosaan, di tuduh KKN, dipenjara tiba – tiba) perlakuan

orang lain yang tidak menghargai klien/perasaan negatif terhadap diri sendiri

yang berlangsung lama. Pada kasus klien pernah mengalami gangguan jiwa di

masa lalu.

Hasil pengukuran tanda vital (TD: cenderung meningkat, Nadi:

cenderung meningkat, suhu meningkat, Pernapasan bertambah, TB, BB

menurun). Pada kasus Tanda vital TD :120/90 mmHg, N : 87 x / menit, RR : 20 x

/ menit, S : 36,6 °C. Biasanya mengalami gangguan pola makan dan tidur

sehingga bisa terjadi penurunan berat badan, klien biasanya tidak menghiraukan

kebersihan dirinya. Pada kasus ditemukan klien tidak memiliki keluhan fisik

hanya klien jarang mengganti pakaiannya.

Genogram yang menggambarkan 3 generasi adakah riwayat keluarga

yang pernah mengalami gangguan jiwa tersusun dari kakek, nenek, ayah, ibu dan

anak . pada kasus didapatkan Klien Tinggal satu rumah bersama Ayahnya di

palak siring curup.

Hubungan sosial merupakan kebutuhan bagi setiap manusia, karena

manusia tidak mampu hidup secara normal tanpa bantuan orang lain. Pada

umumnya klien dengan gangguan Isolasi Sosial pada kasus Menarik Diri

mengalami gangguan seperti tidak merasa memiliki teman dekat, tidak pernah

melakukan kegiatan kelompok atau masyarakat dan mengalami hambatan dalam

pergaulan. Pada kasus klien tampak menyendiri tidak mau berinteraksi dengan

teman didekatnya.

69
Pembicaraan: Pembicaraan klien dengan Kerusakan interaksi sosial

Menarik Diri pada umumnya tidak mampu memulai pembicaraan, bila berbicara

topik yang dibicarakan tidak jelas atau kadang menolak diajak bicara. Pada kasus

Klien berbicara lambat, suaranya pelan, sambil menunduk saat bicara, kontak

mata kurang.

Aktivitas motorik: Klien tampak lesu, tidak bergairah dalam beraktifitas,

kadang gelisah dan mondar-mandir. Pada kasus Klien tampak lesu, kurang mau

beraktivitas, hanya tiduran di atas tempat tidurnya.

Alam perasaan: Alam perasaan pada klien dengan isolasi sosial biasanya

tampak putus asa dimanifestasikan dengan sering melamun. Pada kasus klien

tampak sering melamun.

Interaksi selama wawancara: Klien menunjukkan kurang kontak mata dan

kadang-kadang menolak untuk bicara dengan orang lain. Pada kasus Selama

wawancara klien banyak menunduk dan diam, kontak mata tidak ada.

Persepsi: Klien dengan gangguan isolasi sosial pada umumnya

mengalami gangguan persepsi terutama halusinasi pendengaran, klien biasanya

mendengar suara-suara yang megancam, sehingga klien cenderung sering

menyendiri dan melamun. Pada kasus Klien mengatakan tidak mendengar suara-

suara.

Isi pikir: klien dengan gangguan isolasi sosial pada umumnya mengalami

gangguan isi pikir biasanya klien merasa tidak mampu melakukan sesuatu. Pada

kasus Klien tampak mampu menjawab pertanyaan tetapi lama dan lambat dalam

menjawab.

70
Proses pikir: Proses pikir pada klien dengan gangguan isolasi sosial akan

kehilangan asosiasi, tiba-tiba terhambat atau blocking serta intoleransi dalam

proses pikir. Pada kasus Klien hanya diam saat belum dimulai pembicaraan dan

hanya menjawab sebatas apa yang ditanyakan.

Memori: Klien tidak mengalami gangguan memori, dimana klien mampu

mengingat hal-hal yang telah terjadi. Pada kasus terdapat Klien masih dapat

mengingat sedikit kejadian masa lalu. Memori jangka panjang, klien masih

ingat.Contoh : saat ditanya perawat tentang keluarga, klien bisa menjawab.

Memori Jangka Pendek : Klien sering lupa. Contohnya : Ketika ditanya perawat

“tanggal berapa hari ini dan kegiatan klien kemarin”, klien hanya bisa diam dan

tidak mengingatnya.

Masalah dan dukungan kelompok (spesifik); Pasien merasa dirinya tidak

berguna karena telah membuat malu keluarganya. Masalah berhubungan dengan

lingkungan rumah (spesifik);klien jarang melakukan kegiatan masyarakat.

Masalah berhubungan dengan lingkungan sekitar rumah;klien jarang berinteraksi

dengan orang lain. Masalah dengan pelayanan kesehatan (spesifik); pasien

mengikti pengobatan dengan baik. Pengetahuan; Pasien mengatakan tidak

mengetahui tentang penyebab ia mengalami gangguan jiwa.. Adapun Terapi

medik Chlorpromazine 100 Mg ( 2x 50 mg) dan Haloferidol (2x 0,75 mg).

Adapun hasil dari observasi penulis pada pengkajian Tn.A tidak ada

mengalami perubahan yang terlalu segnifikat, akan tetapi pada pemeriksaan fisik

berbeda dari konsep teori yang menunjukkan adanya masalah pada fisik karena

71
kurang nafsu makan tetapi pada kasus Tn.A tidak ditemukan masalah fisik

karena Tn.A nafsu makannya baik dan habis pada setiap porsi yang diberikan.

B. Diagnosa Keperawatan

Menurut keliat (2006) masalah keperawatan pada isolasi sosial

diantaranya, isolasi sosial, gangguan konsep diri: harga diri rendah, dan

gangguan persepsi sensori : halusinasi. Sementara pada kasus kelolaan penulis

menemukan diagnosa keperawatan Tn.A isolasi sosial, gangguan konsep diri:

harga diri rendah, resiko perilaku kekerasan.

Diagnosa keperawatan isolasi social : menarik Diri pada Tn. A didukung

dengan data subjektif Tn.A merupakan orang pendiam, suka menyendiri, malas

berhubungan dengan orang lain dan tidak aktif mengikuti kegiatan baik di

masyarakat maupun di RSKJ. Tn.A mengatakan “tidak memiliki teman dekat dan

merasa malu dengan teman dan keluarganya”. Data objektif yang diperoleh dari

observasi perawat selama berinteraksi dengan klien didapatkan data klien tampak

menyendiri, melamun, kontak mata kurang, tidak mau menatap perawat,sering

menunduk, tampak sering tidur, dan jarang berkomunikasi dengan orang lain.

Perumusan pohon masalah terjadi perbedaan antara teori dengan kondisi

yang didapatkan dilapangan. Menurut stuart (2007), pada pohon masalah di

jelaskan bahwa gangguan persepsi sensori : halusinasi merupakan akibat

sedangkan yang menjadi core problem adalah isolasi sosial dan penyebabnya

gangguan konsep diri : harga diri rendah. Sedangkan hasil observasi yang didapat

Resiko perilaku kekerasan merupakan akibat dan core problemnya tetap sama

yaitu isolasi sosial dan penyebabnya gangguan konsep diri; harga diri rendah.

72
C. Perencanaan Keperawatan

Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang

dapat mencapai setiap tujuan perncanaan keperawatan meliputi perumusan

tujuan, tindakan, dan penelitian rangkaian asuhan keperawatan pada klien

berdasarkan analisis pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan klien

dapat diatasi. Rencana keperawatan penulis lakukan pada Tn.A sama dengan

landasan teori, karena rencana tindakan keperawatan tersebut telah sesuai dengan

SOP (standar operasional Prosedur) yang telah ditetapkan (Nurjanah, 2005).

Menurut Kudunawati & Yudi (2010) tujuan merupakan rumusan

kemampuan klien yang perlu dicapai. Tujuan pertama klien dapat membina

hubungan saling percaya, yang bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan

hubungan antara klien dan perawat. Tujuan Kedua klien dapat mengenal

perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri, untuk mengetahui sejauh

mana pengetahuan klien tentang isolasi sosial sehingga perawat dapat

merumuskan rencana tindakan selanjutnya, selain itu untuk mengetahui alsasan

klien menarik diri dan mencari pemecahan bersama tentang masalah klien.

Tujuan ketiga diharapakan klien dapat mengetahui keuntungan berhubungan

dengan orang lain, yang bertujuan meningkatkam pengetahuan klien tentang

perlunya berhubungan dengan orang lain. Tujuan keempat diharapkan klien

dapat berhubungan dengan orang lain secara bertahap, bertujuan untuk melatih

secara bertahap berhubungan dengan orang lain dan membantu klien

mempertahankan hubungan interpersonal. Tujuan kelima diharapkan klien

mendapat dukungan dari keluarga dalam behubungan dengan orang laim (

73
Rasmun, 2009). Penulis menggunakan rencana keperawatan pada klien isolasi

sosial sesuai dengan teori diatas.

D. Implementasi Keperawatan

Menurut (Nurjanah,2005) implemntasi adalah pengelolaan perwujudan

dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Jenis

tindakan pada implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri (independent),saling

ketergantungan atau kolaborasi (interdependent) ,dan tindakan rujukan atau

ketergantungan (dependent). Penulis dalam melakukan implementasi

menggunakan jenis tindakan mandiri dan saling ketergantungan (keliat, 2006).

Strategi pelaksanaan pada klien dengan isolasi sosial yang pertama untuk

klien antara lain mengidentifikasi penyebab isolasi social klien, mendiskusikan

dengan klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain. Mengajarkan

klien cara berkenalan dengan orang lain (Keliat, 2006) .Strategi pelaksanaan

kedua klien meliputi mengevaluasi jadwal kegiatan harian, memberi kesempatan

pada klien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang. Strategi

pelaksanaan ketiga mengevalusi jadwal kegiatan harian klien, member

kesempatan kepada klien berkenalan dengan dua orang atau lebih (keliat, 2006).

Strategi pelaksanaan pada klien dengan isolasi sosial yang pertama

membina hubungan saling percaya pada klien antara lain mengidentifikasi

penyebab isolasi social klien, mendiskusikan dengan klien tentang manfaat

berhubungan dengan orang lain, dilaksanakan pada hari senin-selasa, tanggal 20 -

21 Februari 2017. Strategi pelaksanaan kedua klien mengidentifikasi penyebab

isolasi sosial, dilaksanakan pada hari kamis, tanggal 22 februari 2017. Startegi

74
pelaksanana ketiga adalah mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien,

memberikan kesempatan kepada klien mempraktikan cara berkenalan dengan

satu orang, dilaksanakan pada hari rabu, tanggal 22 februari 2017. Strategi

pelaksanaan keempat adalah mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien dan

memberikan kesempatan kepada klien mempraktikan cara berkenalan dengan

dua orang atau lebih, dilaksanakan pada hari kamis, 23 februari 2017.

Strategi pelaksanaan pertama pada keluarga mendiskusikan masalah yang

dialami keluarga dalam merawat klien isolasi sosial, menjelaskan pengertian

tanda dan gejala isola sisosial yang dialami klien, menjelaskan cara merawat

klien dengan isolasi sosial. Strategi pelaksanaan kedua keluarga, melatih

keluarga mempraktikan cara merawat klien dengan isolasi sosial (Keliat, 2006).

Strategi pelaksanaan pada keluarga tidak dapat dilaksankan karena pada

saat penelitian di RSKJ soeprapto Bengkulu tidak ada satu orang pun keluarga

klien yang menjenguk klien. Penulis memberikan reinforcement positif kepada

Tn.A apabila Tn.A berhasil mempraktikan strategi pelaksanaan yang telah

diberikan dengan baik. Respon Tn.A yaitu mampu menggunakan cara-cara

berkenalan dengan baik walaupun dengan bantuan perawat.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari

tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dibagi dua yaitu, yaitu evaluasi

proses dan evaluasi formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan

tindakan, evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan

75
antara respon klien dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan

(Nurjannah, 2005).

Dalam kasus ini penulis menggunakan evaluasi sumatif serta

menggunakan system penulisan SOAP karena evaluasi hasil sumatif dilakukan

pada akhir tindakan keperawatan klien dan SOAP terdiri dari data subjektif, data

objektif, analisis dan perencanaan. Evaluasi dilakukan setiap hari sesudah

dilakukan interaksi terhadap klien. Hasil evaluasi yang penulis dapat sesuai

dengan kriteria evaluai yang penulis jabarkan pada BAB III. Namun ada

beberapa yang kurang sesuai yaitu pada tujuan strategi pelaksanaan pada

keluarga tidak dapat dilaksanakan karena pada saat praktek kerja klinik di

RSKJ soeprapto Bengkulu tidak ada satu orang pun keluarga yang menjenguk

klien.

76
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan Laporan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan

Jiwa Pada Tn.A Dengan Isolasi Sosial : Menari Diri DiRSKJ Soeprapto

Bengkulu” yang telah penulis lakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengkajian

Pengkajian dapat dilakukan dan diperoleh data subjektif dari Tn.A

mengatakan “suka menyendiri, dan jarang berinteraksi dengan orang

disekitarnya”. Sedangkan data objektif Tn.A tampak sering melamun dan

menyendiri,kontak mata kurang, sering menundukkan kepala, tampak banyak

diam dan koping maladaptif dimana klien suka menyendiri.

2. Diagnosa keperawatan

Prioritas diagnosa keperawatan yang muncul saat dilakukan pengkajian pada

Tn.A adalah isolasi sosial : Menarik diri.

3. Rencana keperawatan

Rencana keperawatan yang dilakukan penulis pada Tn.A adalah dengan

tujuan umum supaya Tn.A dapat berhubungan dengan sosial dengan orang

lain. Intervensi juga dilakukan dengan tiga tujuan khusus, diantaranya klien

mampu melaksanakan strategi pelaksanaan dengan gangguan isolasi sosial

yang pertama membina hubungan sling percaya, mengidentifikasi penyebab

isolasi sosial, mampu menyebutkan manfaat berhubungan dengan orang lain.

Strategi pelaksannaan kedua klien dapat mempraktekkan cara berkenalan

77
dengan satu orang. Strategi Pelaksanaan ketiga mengevaluasi jadwal kegiatan

harian klien, memberi kesempatan pada klien berkenalan dengan dua orang atau

lebih.

4. Implementasi keperawatan

Tindakan keperawatan dilakukan penulis selama 7 hari kepada Tn.A dan

mampu melaksanakan strategi pelaksanaan pada klien dengan gangguan isolasi

sosial yang pertama membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi

penyebab isolasi sosial, mampu menyebutkan manfaat berhubungan dengan

orang lain. Strategi pelaksannaan kedua klien dapat mempraktekkan cara

berkenalan dengan satu orang. Strategi Pelaksanaan ketiga mengevaluasi jadwal

kegiatan harian klien, memberi kesempatan pada klien berkenalan dengan dua

orang atau lebih.

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi tindakan yang dilakukan penulis sampai pada strategi pelaksanaan

1 sampai 3 Tn.A yang pertama berhasil membina hubungan sling percaya,

mengidentifikasi penyebab isolasi sosial, mampu menyebutkan manfaat

berhubungan dengan orang lain. Strategi pelaksannaan kedua klien dapat

mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang. Strategi Pelaksanaan ketiga

mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, memberi kesempatan pada klien

berkenalan dengan dua orang atau lebih. Selama penulis melakukan perawatan

dalam seminggu klien mengalami perubahan dalam berinteraksi, klien mau untuk

diajak berbicara dan juga klien mau diajak bermain bersama teman ruangannya.

78
Evaluasi sudah dilakukan penulis sesuai keadaan klien dan kekurangan penulis

tidak bisa melakukan tindakan keperawatan pada keluarga klien.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, saran yang dapat diberikan untuk

perbaikan dan peningkatan mutu asuhan keperawatan khususnya keperawatan

jiwa adalah :

1. Bagi institusi

a. Menambah referensi tentang masalah keperawatan jiwa khususnya

pada masalah gangguan isolasi sosial

b. Memberikan informasi kepada mahasiswa mengenai perumusan

diagnosa pada asuhan keperawatan jiwa dengan gangguan isolasi

sosial.

2. Bagi perawat

a. Meningkatkan kemampuan dan kualitas dalam memberikan asuhan

keperawatan jiwa pada klien khususnya pada masalah ganguan isolasi

sosial.

b. Melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan

keperawatan sesuai dengan standar operasional perawatan yang

ditetapkan.

3. Bagi rumah sakit

a. Meningkatkan mutu dalam memberikan pelayanan keperawatan

khususnya pada klien dengan gangguan isolasi sosial

79
b. Memfasilitasi pelayanan keperawatan sesuai standar operasional

perawatan pada klien dengan gangguan isolasi sosial.

4. Bagi klien

Klien diharapkan mengikuti program terapi yang telah direncanakan

oleh dokter dan perawat untuk mempercepat proses pemulihan klien.

80
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2009. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 6. Alih
Bahasa: Yasmin Asih. Jakarta: EGC.

Damayanti, M. 2008. Buku Kesehatan Jiwa Dan Psikiatri Edisi 10. Jakarta :EGC

Direja, Ade Herman Surya. 2011.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha
Medika: Yogyakarta.

Keliat, Budi Anna Dkk.2009 . Model Praktik Kesehatan Profesional. Jakarta : EGC.

Keliat, B.A. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan Sosial Menarik Diri,
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Keliat,B.A.2009. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta:EGC.

Maramis. 2000. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press:


Surabaya.

Stuart, G.W. & Michele T. Laraia. 2000. Principsles And Practice Of Psychiatric
Nursing. 6nd Edition. Mosby Company, St. Lous.

Stuart & Laraia. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Stuar & Laraia. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Towsend, Mary C. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Psikiatri Untuk


Pembuatan Rencana Keperawatan. Alih Bahasa: Novy Helen C.D. Edisi 3.
Jakarta : EGC.

Videbeck. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

81

Anda mungkin juga menyukai