Anda di halaman 1dari 9

TUGAS RESUME JURNAL TENTANG

BAKTERIOLOGI
MIKROBIOLOGI TERNAK

KELOMPOK IV (EMPAT)

NAMA : 1. SUNARTI 60700116009

2. RATNAWATI 60700116016

3. ALIFHA AULIA 60700116001

4. AINUN YAKIN 60700115072

5. HARI ISWANDI 60700115036

KELAS : A

JURUSAN ILMU PETERNAKAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2018
Pengaruh pupuk kandang dan NPK terhadap populasi bakteri
Azotobacter dan Azospirillum dalam tanah pada budidaya cabai
(Capsicum annum)

Tanah merupakan faktor lingkungan yang penting, sebab mempunyai


hubungan timbal balik yang erat dengan tanaman yang tumbuh di atasnya dan
mikroba tanah yang ada di dalamnya. Tanah umumnya mengandung berbagai
unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Pengambilan hara oleh tanaman dari
dalam tanah secara terus-menerus mengakibatkan tanah miskin akan hara, yang
mengakibatkan terjadinya degradasi kesuburan tanah, sehingga pertumbuhan
dan produktivitas tanaman akan terganggu. Untuk mengatasi keadaan tersebut
perlu dilakukan penambahan hara dari luar melalui pemupukan.
Jenis pupuk yang dapat diberikan untuk menambah unsur hara ada dua
macam, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Penggunaan pupuk anorganik
secara terus-menerus dan berlebihan, tidak diimbangi dengan penggunaan pupuk
organik menyebabkan tanah menjadi tandus dan produktivitasnya menurun.
Pupuk kandang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah melalui
perannya sebagai sumber makanan mikroba di dalam tanah dan meningkatkan
jenis dan populasi mikroba sehingga aktivitas mikroba dalam tanah terus
meningkat.
Tanah berperanan penting dalam siklus mineral terutama yang terdiri
siklus nitrogen, fosfor, sulfur dan siklus karbon. Bakteri yang berperanan dalam
siklus nitrogen antara lain Azotobacter, dan Azospirillum. Bakteri tersebut bersifat
non simbiosis yang mampu mengikat N2 bebas. Bakteri Azotobacter misalnya
merupakan bakteri yang hidup di daerah rizhospere yang bersifat heterotrofik.
Bakteri ini berfungsi sebagai pengikat N2 bebas yang mempunyai pengaruh
terhadap sifat fisik dan kimia tanah sehingga mampu meningkatkan kesuburan
tanah. Populasi bakteri nitrifikasi dalam tanah akan mempengaruhi rasio
konsentrasi nitrogen dalam tanah, sehingga populasi mikroba merupakan indikator
tingkat kesuburan tanah. Penggunaan pupuk kandang mampu meningkatkan
kesuburan tanah jangka waktu yang panjang.
Jenis penelitian adalah eksperimen dengan menggunakan rancangan acak
kelompok lengkap (RAKL). Variabel bebas perlakuan adalah pupuk yaitu: macam
pupuk (pupuk kandang dan pupuk NPK). Variabel terikat terdiri atas: Populasi
bakteri Azotobacter dan Azospirillum; Karakter kimia tanah (nitrogen total,
Kapasitas Tukar Kation (KTK), karbon organik, bahan organik).
Dari hasil pengamatan populasi Azotobacter, dengan berbagai perlakuan
pupuk, populasi Azotobacter, tanpa adanya perlakuan didapatkan perata 4333,33
cfu/mg, dengan perlakuan pupuk kandang didapatkan perata 4466,66 cfu/mg,
sedangkan populasi Azotobacter, dengan perlakuan pupuk NPK didapatkan perata
6666,67 cfu/mg. Dari hasil pengamatan tersebut dapat diketahui pemberian pupuk
NPK meningkatkan populasi Azotobacter paling tinggi apabila dibandingkan
dengan perlakuan pupuk kandang dan kontrol. Pupuk kandang juga meningkatkan
populasi Azotobacter, jika dibandingkan dengan control. Pemberian pupuk
kandang tidak berpengaruh nyata terhadap populasi Azotobacter, sedangkan
pemberian pupuk buatan secara nyata meningkatkan Azotobacter. Populasi
Azotobacter, dengan perlakuan pupuk kandang lebih besar dibandingkan dengan
kontrol dan pupuk NPK yaitu 6666,67 (cfu/mg). Populasi Azotobacter pada
kontrol dan perlakuan pupuk NPK masing-masing adalah 4333,33 (cfu/mg) dan
4466,66 (cfu/mg). Bakteri pengikat nitrogen, apabila ditambahkan substrat khusus
maka jumlah bakteri akan meningkat dan berangsur-angsur menurun apabila
substrat tambahannya makin habis. Faktor lain yang mempengaruhi populasi
bakteri dalam tanah adalah pH, praktik pertanian, pemupukan dan pemakaian
pestisida juga penambahan bahan organik. Azotobacter merupakan bakteri
pemfiksasi nitrogen heterotrof yang hidup bebas dan banyak ditemukan pada
tanah yang asam menuju netral. Pemupukan dengan NPK dapat meningkatkan
Azotobacter, tetapi apabila dilakukan pemupukan dengan pupuk anorganik secara
terus-menerus akan menurunkan tingkat kesuburan tanah, karena unsur K
merupakan salah satu unsur hara yang mudah tercuci, sehingga tanah akan
kekurangan unsur K yang dapat menurunkan kesuburan tanah. Azotobacter
mempunyai pengaruh yang menguntungkan dalam tingkat perkembangan biji,
pertumbuhan tanaman, tegakan tanaman dan pertumbuhan vegetatif. Sehingga
dengan peningkatan Azotobacter, dapat meningkatkan hasil tanaman budidaya.
Pupuk NPK juga meningkatkan populasi Azospirillum, jika dibandingkan dengan
kontrol. Dari hasil analisis sidik ragam dapat diketahui ada pengaruh perlakuan
terhadap populasi Azospirillum.
Pemberian pupuk kandang meningkatkan populasi Azospirillum,
sedangkan pupuk NPK tidak berpengaruh terhadap populasi Azospirillum.
Populasi Azospirillum dengan perlakuan pupuk kandang lebih besar dibandingkan
dengan kontrol dan pupuk NPK yaitu 221666,66 (cfu/mg)(b). Sedangkan populasi
Azospirillum kontrol dan perlakuan pupuk NPK masing-masing adalah 52666,66
(cfu/mg) dan 52833,33 (cfu/mg). Azospirillum merupakan bakteri yang bersifat
simbiosis asosiatif untuk menyebutkan adanya pemfiksasi nitrogen dalam
tanaman. Bakteri Azospirillum membutuhkan kondisi oksigen rendah, dan dapat
tumbuh cepat pada lingkungan yang mengandung amonium tanpa memfiksasi
nitrogen. Azospirillum merupakan bakteri yang dapat mendorong pertumbuhan
berbagai jenis tanaman, dimana kemampuan yang menguntungkan ini karena
kemampuannya menghasilkan fitohormon, termasuk giberelin. Hal ini
membuktikan bahwa pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan populasi
bakteri dalam tanah.
Hasil analisis tanah diperoleh perbedaan kandungan nitrogen total dari
berbagai perlakuan pupuk. Perlakuan pupuk NPK kandungan nitrogen total paling
tinggi yaitu 0,41%. Perlakuan dengan pupuk kandang dihasilkan kandungan
nitrogen total 0,36%. Sedangkan tanpa perlakuan (kontrol) kandungan nitrogen
total 0,225%. Kandungan nitrogen total dengan pemberian pupuk NPK paling
tinggi dapat dipahami karena pupuk NPK memberikan penyediaan nitrogen secara
langsung. Perlakuan pupuk kandang paling tinggi yaitu 24,11%. Perlakuan dengan
pupuk NPK dihasilkan KTK 21,625%. Sedangkan tanpa perlakuan (kontrol) KTK
19,795%.
Hasil analisis tanah diperoleh perbedaan karbon organik dari berbagai
perlakuan pupuk. Perlakuan pupuk Kandang paling tinggi yaitu 2,47%. Perlakuan
dengan pupuk NPK dihasilkan karbon organik 2,43%, sedangkan tanpa perlakuan
(kontrol) karbon organik 1,575%
Dari hasil pengamatan produksi cabai dengan berbagai perlakuan pupuk,
produksi cabai tanpa adanya perlakuan didapatkan perata 0,850 kg/tanaman,
dengan perlakuan pupuk kandang didapatkan perata 0,973 kg/tanaman, sedangkan
produksi cabai dengan perlakuan pupuk NPK didapatkan perata 1,060
kg/tanaman. Bakteri Azospirillum, dapat membantu dalam mengefisiensi
penggunaan pupuk nitrogen. Selain itu Azotobacter dan Azospirillum juga
mempunyai kemampuan memproduksi hormon tumbuh yang berguna untuk
pertumbuhan akar sehingga meningkatkan pertumbuhan. Jumlah bakteri paling
banyak adalah perlakukan dengan pupuk kandang.
Nitrogen merupakan unsur yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang
tinggi setelah unsur hidrogen, karbon dan oksigen sebagai bahan penyusun tubuh
tumbuhan. Dengan pupuk NPK meningkatkan nitrogen dalam tanah akan
mempengaruhi tanah dalam menyediaan unsur hara yang akan dibutuhkan oleh
tanaman. Sedangkan kandungan nitrogen total perlakuan dengan pupuk NPK
mempunyai kadar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan nitrogen
total dengan pupuk kandang. Perlakuan pemberian pupuk kandang dapat
meningkatkan KTK sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah jangka
panjang, karena ketersediaan hara dalam tanah dapat mencukupi tanaman jangka
panjang. Keterkaitan dengan populasi mikroba dengan perlakuan pupuk kandang
dapat meningkatkan populasi bakteri.
Peran Azotobacter-Like dan Azospirillum- Like untuk mengurangi
dosis pupuk Nitrogen Anorganik pada padi Sawah
Pada artikel ini hanya menjelaskan tentang Peran Azotobacter-Like dan
Azospirillum- Like untuk mengurangi dosis pupuk Nitrogen Anorganik pada padi
Sawah.Tanaman padi membutuhkan nitrogen dalam jumlah yang cukup pada awal
pertumbuhan sampai pembungaan untuk memaksimalkan jumlah malai produktif
dan pada tahap pematangan biji (Suriadikarta dan Miharja 2001). Ketersediaan
unsur hara nitrogen di dalam tanah merupakan salah satu faktor penting untuk
menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi. Udara mengandung
sekitar 78% nitrogen, tetapi tanaman tidak dapat menggunakan secara langsung
karena berbentuk gas, sehingga setiap saat para petani harus menambahkan
sumber nitrogen ke dalam tanah dalam bentuk pupuk yang mengandung nitrogen
seperti Urea, ZA, dan NPK (Ristiati et al. 2008). Petani selama ini telah terbiasa
memupuk tanaman padi sesuai dengan rekomendasi pemupukan yang berlaku
umum. Petani di daerah tertentu bahkan menggunakan pupuk dengan takaran yang
tinggi. Penggunaan pupuk nitrogen secara berlebihan tidak hanya berdampak
terhadap peningkatan biaya produksi dan subsidi pemerintah untuk pupuk, tetapi
juga menyebabkan tanah menjadi lebih masam dan keras akibat kerusakan
kerusakan struktur dan tidak berkembangnya mikroorganisme tanah. Tanah pada
kondisi tersebut tidak responsif lagi terhadap pemupukan, sehingga produksi
pertanian sulit ditingkatkan (leveling off) (Suwardi 2004). Pemupukan berlebih
juga menyebabkan tercemarnya lingkungan oleh unsur nitrat, nitrit, dan gas N2O,
tanaman mudah terserang hama dan penyakit, mudah rebah, perkembangan gulma
lebih cepat (Puslitbangtan 2006).
Sejak tahun 1800-an diketahui terdapat sekelompok bakteri tanah baik
yang bersimbiosis ataupun hidup bebas yang mempunyai kemampuan memfiksasi
nitrogen dari udara. Pilihan penyedia nitrogen secara hayati adalah dengan
memanfaatkan bakteri penambat nitrogen bebas seperti Azotobacter dan
Azospirillum (Ekawati 2005). Bakteri tersebut hidup bebas pada daerah perakaran
dan jaringan tanaman. Bakteri penambat nitrogen sering disebut bakteri diazotrof
yang mampu menggunakan nitrogen dari udara sebagai sumber nitrogen untuk
pertumbuhannya. Peranan bakteri dalam memfiksasi nitrogen udara besar
pengaruhnya terhadap nilai ekonomi tanah pertanian (Ristiati et al. 2008).
Penggunaan bakteri ini berpotensi mengurangi kebutuhan nitrogen sintetik,
meningkatkan produksi dan pendapatan usaha tani dengan masukan yang lebih
murah.
Azotobacter adalah bakteri penambat nitrogen aerobik yang mampu
menambat nitrogen dalam jumlah yang cukup tinggi, bervariasi ±2-15 mg
nitrogen g-1 sumber karbon yang digunakan, meskipun hasil yang lebih tinggi
seringkali dilaporkan (Subba Rao 1982). Pada medium yang sesuai, Azotobacter
mampu menambat 10-20 mg nitrogen g-1 gula (Allison 1973). Waksman (1952)
juga menyatakan bahwa kemampuan ini tergantung kepada sumber energinya,
keberadaan nitrogen yang terpakai, mineral, reaksi tanah dan faktor lingkungan
yang lain, serta kehadiran bakteri tertentu. Faktor-faktor eksternal yang
mempengaruhi penambatan nitrogen antara lain suhu, kelembaban tanah, pH
tanah, sumber karbon, cahaya dan penambahan nitrogen. Di samping itu jumlah
bakteri penambat nitrogen pada perakaran, potensial redoks dan konsentrasi
oksigen juga dapat mempengaruhi aktivitas penambatan nitrogen.
Inokulasi Azotobacter efektif dalam meningkatkan hasil panen tanaman
budidaya pada tanah yang dipupuk dengan bahan organik yang cukup. Sediaan
bakteri yang mengandung sel-sel Azotobacter yang diberi nama Azotobacterin
yang diproduksi dan digunakan di Rusia dan negara-negara Eropa Timur terbukti
menguntungkan dalam meningkatkan hasil panen tanaman budidaya seperti
gandum, barley, jagung, gula bit, wortel, kubis dan kentang sebesar 12%
dibandingkan dengan tanaman kontrol. Walaupun demikian, efisiensi penambatan
nitrogen oleh Azotobacter relatif rendah dibandingkan dengan jasad simbiotik.
Rata-rata nitrogen yang dapat diikat sebesar 1 kg ha-1 per tahun. Hal ini
disebabkan oleh adanya faktor pembatas berupa ketersediaan karbon organik
dalam tanah (Wedhastri 2002).
Selnya bervariasi dalam bentuk batang hingga bulat, polimorfik, tidak
beraturan dan terkadang membentuk rantai berbagai panjang dengan diameter 1,5-
4 mm. Dalam kultur murni, Azotobacter diketahui pula mampu mensintesis
substansi yang secara biologis aktif dapat meningkatkan perkecambahan biji,
tegakan dan pertumbuhan tanaman seperti vitamin B, asam indol asetat, giberelin,
dan sitokinin. Senyawa-senyawa ini juga diketahui dapat merangsang proses-
proses enzimatik pada akar dan mempercepat sintesis senyawa-senyawa yang
mengandung nitrogen organik. Efek Azotobacter dalam meningkatkan biomassa
akar disebabkan oleh kemampuan menghasilkan asam indol asetat di daerah
perakaran. Hal ini didukung bukti bahwa eksudat akar mengandung triptophan
atau senyawa serupa yang dapat digunakan oleh mikroorganisme tanah untuk
memproduksi asam indol asetat (Wedhastri 2002).
Azospirillum merupakan bakteri tanah penambat nitrogen nonsimbiotik.
Bakteri ini hidup bebas di dalam tanah, baik di sekitar maupun dekat dengan
perakaran. Azospirillum memiliki sifat khas yaitu sifat mikroaerofilik, pada
medium semi padat yang mengandung malat membentuk lapisan berwarna putih,
padat, dan berombak (pelikel). Azospirillum bersifat aerob dengan bentuk sel
vibroid, koma, atau batang lurus dengan lebar sel 0,9-1,2 mm (Anas 1989).
Potensi Azospirillum telah diketahui oleh peneliti memiliki banyak
manfaat baik dalam tanah maupun pada tanaman, sehingga banyak diaplikasikan
sebagai biofertilizer. Azospirillum memiliki kontribusi yang besar dalam
meningkatkan cadangan N untuk tanaman tebu (Urquiaga et al. 1992; Mirza et al.
2001) dan mangrove (Bashan et al. 1998). Eckert et al. (2001) melaporkan bahwa
Azospirillum digunakan sebagai biofertilizer karena mampu menambat nitrogen
(N2) 40-80% dari total nitrogen dalam rotan, dan 30% nitrogen dalam tanaman
jagung. Jenis bakteri ini mampu memfiksasi 10-20 kg N/ha dalam setiap musim
tanam (Yasari et al. 2008). Akbari et al. (2007)`menyatakan bahwa bakteri
tersebut juga menghasilkan hormon pertumbuhan hingga 285,51 mg L-1 dari total
medium kultur, sehingga dapat meningkatkan efisiensi pemupukan. Azospirillum
selain mampu menambat nitrogen dan menghasilkan hormon pertumbuhan juga
mampu merombak bahan organik di dalam tanah. Bahan organik yang dimaksud
adalah bahan organik yang berasal dari kelompok karbohidrat, seperti selulosa,
amilosa, dan bahan organik yang mengandung sejumlah lemak dan protein
(Nurosid et al. 2008).
Teknologi pupuk mikroba untuk meningkatkan efisiensi pemupukan
dan keberlanjutan sistem produksi padi sawah
Sedangkan pada Artikel kedua hanya menjelaskan tentang teknologi
pupuk mikroba untuk meningkatkan efisiensi pemupukan dan keberlanjutan
sistem produksi padi sawah. Dan diartikel ini hanya menjelaskan tentang peranan
bakteri Azospirillum.
Pengembangan pertanian padi sawah berwawasan lingkungan dengan
pendekatan produksi dan pendapatan petani. Seyogianya dilakukan berdasarkan
peningkatan efisiensi pemupukan, keberlanjutan produktivitas tanah dan sistem
produksi pertanian.
Teknologi yang mampu meningkatkan efisiensi pemupukan dan
keberlanjutan sistem produksi pertanian adalah “ teknologi pupuk mikroba”.
Peran dan fungsi mikroba tanah sangata menentukan keberhasilan keberlanjutan
sistem produksi tanah. Mikroba tanah bertanggungjawab pada berbagai
transformasi hara dalam tanah yang berhubungan dengan kesuburan dan kesehatn
tanah.
Berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan mikroba yaitu
menyediakan sumber hara bagai tanaman, melindungi akar dari gangguan hama
dan penyakit, menstimulir perakaran agar berkambang sempurna dan
memperpanjang usia akar, memacu jaringan meristem pada tumbuh pucuk dan
kuncup, sebagai bioktivator perombak bahan organik sehingga disebut
bioregulator pengatur biologis tanah.
Bakteri penambat N yang bersifat aerob dan anaerob fakultatif, heterotrof
dan fototrof pada tanah sawah turut berkontribusi terhadap ketersidiaan N bagi
tanaman. Bakteri heterotrof dominan pada zona perakaran dan bagian dalam
jaringan tanaman padi yaitu bakteri Azotobacter dan Azospirillum telah terbukti
mampu meningkatkan penambatan N.
Azospirillum merupakan bakteri penambat N dan pemacu tumbuh tanaman
yang hidup bebas berkolonisasi permukaan luar dan dalam akar tanaman padi,
jagung, tebu dan rumput lainnya. Konsentrasi asam indol asetat dan asam indol
butirat, respirasi, aktivitas enzim metabolisme di daerah perakaran menyebabkan
meninkatnya serapan hara dalam tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Peran Azotobacter-Like dan Azospirillum- Like untuk mengurangi


dosis pupuk Nitrogen Anorganik pada padi Sawah
Teknologi pupuk mikroba untuk meningkatkan efisiensi pemupukan
dan keberlanjutan sistem produksi padi sawah

Anda mungkin juga menyukai