Strategi Manajemen Pelayanan Bimbingan Dan Konseling Di Kabupaten Tangerang
Strategi Manajemen Pelayanan Bimbingan Dan Konseling Di Kabupaten Tangerang
diberikan. Selain itu kualifikasi Guru BK juga belum semuanya S-1 Lulusan
Bimbingan dan Konseling. Data dibawah ini menunjukkan rasio antara Guru BK dan
Siswa.
Tidak semua SMA sudah memenuhi rasio, yang mendekati rasio hanya SMA
23 Kab. Tangerang. Data diatas masih sebagian sekolah yang didapat dari MGBK
(Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling) Kab. Tangerang. Ketimpangan rasio
ini tentu memprihatinkan, dimana guru BK yang mampu mengembangkan potensi
anak terkadang disampingkan tugasnya disekolah.
Selain daripada komponen tersebut, perlu dilakukanya peningkatan layanan
bagi para siswa untuk memberikan pandangan positif siswa. Meningkatkan layanan
tidak hanya sebatas masuk ke dalam kelas, lalu berbicara panjang lebar mengenai
4
hal-hal positif. Namun lebih dari itu, harus ada hal yang menyentuh ke dalam lubuk
peserta didik sehingga layanan yang dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling
akan selalu dikenang dan diingat.
Permendikbud No.18.A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum. Pada
lampiran IV. Permen ini menjelaskan secara detail tentang implementasi
penyelenggaraan BK di sekolah seperti jenis pelayanan, format layanan, kewajiban
masuk kelas 2 jam per/minggu/rombongan belajar. Oleh karena itu pemberian
layanan BK di sekolah juga sangat diperhatikan karena diharapkan dengan adanya
layanan yang maksimal dapat meningkatkan kemampuan anak.
Pada tingkat SMA merupakan masa yang tepat untuk mendapatkan layanan
lebih, karena pada tingkat SMA akan dihadapi dengan berbagai permasalahan khas
remaja yang seakan tiada habisnya. Selain itu harus dibekali beberapa persiapan
mental oleh para guru untuk mempersiapkan lulusan yang tangguh dan juga berguna
bagi agama, nusa, dan bangsa.
FAKTOR DETERMINAN
1. Tujuan Program
2. Kurikulum Pendidikan
3. Tenaga Pendidikan
4. Tenaga Pengelola
5. Sumber Belajar
6. Media Belajar
7. Biaya
8. Pengolahan Program
OUTCOME
FAKTOR PENDUKUNG
Strategi Layanan
Keluarga Guru BK
Sekolah
Masyarakat
2. Batasan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka batasan masalah dalam penelitian ini ialah
guru BK yang focus pada perencanaan, pengorganisasian, pelaksaaan, dan
langkah-langkah untuk meningkatkan motivasi belajar siswa baik internal
maupun eksternal dalam layanan bimbingan dan konseling. Maka, penulis
mengemukakan pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana proses perencanaan guru Bimbingan dan Konseling di
Kabupaten Tangerang?
2. Bagaimana proses pengorganisasian guru Bimbingan dan Konseling di
Kabupaten Tangerang?
3. Bagaimana proses pelaksanaan guru Bimbingan dan Konseling di
Kabupaten Tangerang?
4. Bagaimana proses pengawasan guru Bimbingan dan Konseling di
Kabupaten Tangerang?
5. Apa saja program yang mampu mendukung dan menghambat pelaksanaan
Bimbingan dan Konseling dalam meningkatkan layanan konseling pada
tingkat SMA di Kabupaten Tangerang dan cara mengatasi hambatan
tersebut?
b. Tujuan Khusus
i. Untuk mengetahui proses perencanaan guru Bimbingan dan Konseling di
Kabupaten Tangerang
7
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi
terhadap manajemen guru Bimbingan dan Konseling untuk meningkatkan
layanan konseling siswa di tingkat SMA khususnya di Kabupaten Tangerang,
serta memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan
potensi, minat dan bakat peserta didik.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis, manfaat dari penelitian ini adalah:
i. Sebagai bahan masukan bagi pembuat kebijakan pendidikan khususnya
pada program Bimbingan dan Konseling
ii. Sebagai bahan masukan pada tingkat SMA di Kabupaten Tangerang dalam
meningkatkan potensi siswa dan juga mutu pembelajaran peserta didik
iii. Dapat menjadi bahan masukan bagi pihak yang terkait dalam upaya
meningkatkan kegiatan Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
D. Asumsi Penelitian
Asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang
dijadikan pijakan dalam berpikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian. Oleh
karena itu, asumsi dalam penelitian ini ialah mengenai Strategi manajemen
bimbingan konseling, dan juga Pelayanan Bimbingan Konseling.
8
a. Bimbingan Klasikal
Layanan dasar diperuntukkan bagi semua siswa. Hal ini berarti bahwa dalam
peluncuran program yang telah dirancang menuntut konselor untuk melakukan
kontak langsung dengan para siswa di kelas. Secara terjadwal, konselor
memberikan layanan bimbingan kepada para siswa. Kegiatan layanan
dilaksanakan melalui pemberian layanan orientasi dan informasi tentang berbagai
hal yang dipandang bermanfaat bagi siswa. Layanan orientasi pada umumnya
dilaksanakan pada awal pelajaran, yang diperuntukan bagi para siswa baru,
sehingga memiliki pengetahuan yang utuh tentang sekolah yang dimasukinya.
Kepada siswa diperkenalkan tentang berbagai hal yang terkait dengan sekolah,
seperti : kurikulum, personel (pimpinan, para guru, dan staf administrasi), jadwal
pelajaran, perpustakaan, laboratorium, tata-tertib sekolah, jurusan (untuk SLTA),
kegiatan ekstrakurikuler, dan fasilitas sekolah lainnya. Sementara layanan
informasi merupakan proses bantuan yang diberikan kepada para siswa tentang
berbagai aspek kehidupan yang dipandang penting bagi mereka, baik melalui
komunikasi langsung, maupun tidak langsung (melalui media cetak maupun
elektronik, seperti : buku, brosur, leaflet, majalah, dan internet). Layanan
informasi untuk bimbingan klasikal dapat mempergunakan jam pengembangan
diri. Agar semua siswa terlayani kegiatan bimbingan klasikal perlu terjadwalkan
secara pasti untuk semua kelas
b. Bimbingan Kelompok
Konselor memberikan layanan bimbingan kepada siswa melalui kelompok-
kelompok kecil (5 sampai dengan 10 orang). Bimbingan ini ditujukan untuk
10
merespon kebutuhan dan minat para siswa. Topik yang didiskusikan dalam
bimbingan kelompok ini, adalah masalah yang bersifat umum (common problem)
dan tidak rahasia, seperti : cara-cara belajar yang efektif, kiat-kiat menghadapi
ujian, dan mengelola stress. Layanan bimbingan kelompok ditujukan untuk
mengembangkan keterampilan atau perilaku baru yang lebih efektif dan produktif.
E. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan beberapa asumsi, rumusan masalah, dan pembatasan masalah yang
telah penulis kemukakakn, maka penulis mengajukan beberapa pertanyaan sebagai
panduan dalam penelitian ini yaitu:
a. Apa perencanaan program Bimbingan dan Konseling dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa SMA?
b. Bagaimana pengorganisasian program Bimbingan dan Konseling untuk
meningkatkan motivasi belajar?
c. Apa saja kegiatan yang dilaksanakan untuk menunjang pelayanan
Bimbingan dan Konseling kepada siswa dalam meningkatkan motivasi
belajar?
d. Bagaimana proses evaluasi yang digunakan untuk meningkatkan proses
Bimbingan dan Konseling untuk meningkatkan motivasi siswa?
e. Apa saja hambatan-hambatan yang dialami oleh guru Bimbingan dan
konseling untuk meningkatkan motivasi siswa?
F. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan ialah metode studi kasus dengan pendekatan
kualitatif. Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa metode
kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
12
DAFTAR PUSTAKA
Alwasiah, A. Chaedar. 2008. Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan
Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya
Creswell, John W. 1998. Qualitatif Inquiry & Research Design Choosing Among Five
Traditions. London: Sage Publication
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Ridwan. 2008. Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta :
Pustaka Belajar
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABET
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi).
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Yin, Robert K. 2009. Studi Kasus, Desain & Metode. Jakarta. Grafindo Persada
Yusuf, Syamsu LN, dan Juntika, A. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling.
Bandung : Remaja Rosdakarya