Anda di halaman 1dari 16

1

STRATEGI MANAJEMEN PELAYANAN BIMBINGAN


KONSELING DI KAB. TANGERANG

A. Latar Belakang Masalah


Suatu lembaga pendidikan memiliki salah satu komponen penting dalam
memajukan semangat belajar sebuah sekolah, yaitu melalui bimbingan dan
konseling. Umumnya sebuah lembaga pendidikan atau sekolah secara umum dapat
dikatakan berkualitas dengan cara melihat output yang dihasilkan. Dengan kata lain,
sekolah berkualitas akan dilihat dari lulusan siswa atau peserta didik yang diharapkan
oleh masyarakat.
Kualitas lulusan tersebut tidak hanya dilihat dari sisi kognitif, tetapi bisa
dikatakan bahwa kualitas lulusan yang berkualitas apabila sudah memiliki
kematangan secara emosional, sosial, dan mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, serta mampu mengembangkan bakat yang ada dalam dirinya. Selain
itu peserta didik yang berkualitas memiliki moral yang berlandaskan pada
masyarakat sesuai dengan norma masyarakat maupun agama.
Dalam proses pengembangan peserta didik tersebut, diperlukan suatu
pengelolaan manajemen yang digunakan untuk menciptakan suatu penglolaan
pendidikan yang terstruktur melalaui suatu manajemen. Seperti tertuang dalam
Undang-Undang No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan
diartikaan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan Negara.
Proses perkembangan kematangan peserta didik juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor, diantaranya seperti lingkungan peserta didik, dan status social
ekonomi peserta didik. Proses perkembangan itu tentu saja demi mewujudkan
suasana belajar dan juga untuk mengembangkan potensi pada dirinya.
Pengembangan peserta didik tidak hanya diprioritaskan pada aspek kognitif, namun
juga perkembangan individu harus dinilai sebagai suatu pribadi yang unik dan utuh.
2

Setiap satuan pendidikan harus memberikan layanan yang dapat memfasilitasi


perkembangan pribadi siswa secara optimal melalui bimbingan dan konseling.
Layanan bimbingan dan konseling merupakan layanan yang diperuntukkan
untuk semua individu (baik yang mempunyai masalah maupun tidak) yang sedang
berkembang. Pada dasarnya layanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk
mengenal, memahami dirinya dan mengembangkan potensi yang ada dan pada
akhirnya dapat mengaktualisasi-kan dirinya secara utuh.
Selama ini masih berkembang bahwa layanan bimbingan dan konseling hanya
diperuntukkan pada individu yang sedang mempunyai masalah, sehingga citra
(image) seorang konselor adalah tempat mengadunya individu yang bermasalah saja.
Dan, jika konselor di sekolah sebutannya adalah “polisi sekolah”, padahal tugas dan
wewenang konselor di sekolah bukan hanya mengurusi secara administrasi saja
melainkan segala aspek dan seharusnya konselor dapat menangani.
Demi tercapainya kontribusi pada pencapaian visi, misi dan tujuan sekolah
yang berkontibusi, perlu dilakukan optimalisasi proses pelayanan bimbingan dan
konseling. Program pelayanan bimbingan dan konseling tidak mungkin terselenggara
apabila tidak dikelola dengan manajemen yang kualitas. Manajemen yang berkualitas
itu sendiri akan banyak dipengaruhi oleh kemampuan manajerial pendidikan di
sekolah dalam merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan
mengendalikan kekuata yang ada disekolah.
Manajemen bimbingan dan konseling menjadi salah satu komponen yang
diperlukan dalam sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan dari sisi sumber
daya manusia. Pelaksanaanya harus dirumuskan secara matang baik dari segi
program pelayanan bimbingan dan konseling, meneliti hal-hal apa sajakah yang
dibutuhkan oleh para siswa, materi-materi yang harus diajarkan untuk membentuk
kematangan siswa, satuan layanan dan kegiatan dalam bimbingan dan konseling dan
mengevaluasi program yang telah dilaksanakan. Semua komponen ini dilaksanakan
dengan matang agar menghasilkan lulusan yang berkualitas secara efektif dan
efisien.
Undang-Undang no.111 Pasal 10 dan Pasal 11 mengatur tentang rasio Guru
BK dan Konselor, selain itu mengatur juga mengenai kualifikasi konselor. Di Kab.
Tangerang, rasio antara Guru BK dengan peserta didik sangat jauh dari anjuran yang
3

diberikan. Selain itu kualifikasi Guru BK juga belum semuanya S-1 Lulusan
Bimbingan dan Konseling. Data dibawah ini menunjukkan rasio antara Guru BK dan
Siswa.

Tabel 1. Rasio Guru BK dan Siswa di Kab. Tangerang (


Sumber: MGBK Kab. Tangerang)

Tidak semua SMA sudah memenuhi rasio, yang mendekati rasio hanya SMA
23 Kab. Tangerang. Data diatas masih sebagian sekolah yang didapat dari MGBK
(Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling) Kab. Tangerang. Ketimpangan rasio
ini tentu memprihatinkan, dimana guru BK yang mampu mengembangkan potensi
anak terkadang disampingkan tugasnya disekolah.
Selain daripada komponen tersebut, perlu dilakukanya peningkatan layanan
bagi para siswa untuk memberikan pandangan positif siswa. Meningkatkan layanan
tidak hanya sebatas masuk ke dalam kelas, lalu berbicara panjang lebar mengenai
4

hal-hal positif. Namun lebih dari itu, harus ada hal yang menyentuh ke dalam lubuk
peserta didik sehingga layanan yang dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling
akan selalu dikenang dan diingat.
Permendikbud No.18.A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum. Pada
lampiran IV. Permen ini menjelaskan secara detail tentang implementasi
penyelenggaraan BK di sekolah seperti jenis pelayanan, format layanan, kewajiban
masuk kelas 2 jam per/minggu/rombongan belajar. Oleh karena itu pemberian
layanan BK di sekolah juga sangat diperhatikan karena diharapkan dengan adanya
layanan yang maksimal dapat meningkatkan kemampuan anak.
Pada tingkat SMA merupakan masa yang tepat untuk mendapatkan layanan
lebih, karena pada tingkat SMA akan dihadapi dengan berbagai permasalahan khas
remaja yang seakan tiada habisnya. Selain itu harus dibekali beberapa persiapan
mental oleh para guru untuk mempersiapkan lulusan yang tangguh dan juga berguna
bagi agama, nusa, dan bangsa.

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah


1. Perumusan Masalah
Menyikapi kegiatan manajemen guru Bimbingan dan Konseling di
Kabupaten Tangerang untuk meningkatkan layanan siswa, melalui kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan yang dilakukan di
tiap sekolah, menjadikan rumusan masalah ini ada pada kegiatan manajemen
Bimbingan dan Konseling yang dilakukan oleh guru yang bersangkutan.
Terkait dengan masalah-masalah dalam dunia Bimbingan dan konseling,
penulis merumuskan masalah penelitian menjadi bagan di bawah ini:
5

FAKTOR DETERMINAN
1. Tujuan Program
2. Kurikulum Pendidikan
3. Tenaga Pendidikan
4. Tenaga Pengelola
5. Sumber Belajar
6. Media Belajar
7. Biaya
8. Pengolahan Program

FOKUS PROSES OUTPUT


Guru BK Manajemen Layanan BK Kinerja Guru BK
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Penilaian

OUTCOME
FAKTOR PENDUKUNG
Strategi Layanan
Keluarga Guru BK
Sekolah
Masyarakat

BAGAN 1.1 BAGAN PERUMUSAN MASALAH.


Siswa/peserta didik adalah salah satu komponen yang mangisi posisi sentral
dalam proses belajar mengajar, peserta didik sebagai pihak yang ingin meraih cita-
cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Peserta
didik ini akan menjadi faktor yang dapat mempengaruhi segala sesuatu yang
diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya. Proses belajar mengajar yang harus
diperhatikan untuk peserta didik yang menjadi subjek ialah meningkatkan
kemampuaannya.
Dalam proses untuk menemukan diri bagi peserta didik, Guru BK harus
mampu mengorganisasi layanan konselingnya dengan baik secara kelompok
maupun individu. Interaksi antara guru BK dan peserta didik harus lebih banyak
memberikan motivasi agar peserta didik merasa bergairah, memiliki semangat,
potensi dan kemampuan yang dapat meningkatkan harga dirinya. Dengan
demikian, peserta didik diharapkan lebih aktif dalam melakukan kegiatan belajar.
6

2. Batasan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka batasan masalah dalam penelitian ini ialah
guru BK yang focus pada perencanaan, pengorganisasian, pelaksaaan, dan
langkah-langkah untuk meningkatkan motivasi belajar siswa baik internal
maupun eksternal dalam layanan bimbingan dan konseling. Maka, penulis
mengemukakan pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana proses perencanaan guru Bimbingan dan Konseling di
Kabupaten Tangerang?
2. Bagaimana proses pengorganisasian guru Bimbingan dan Konseling di
Kabupaten Tangerang?
3. Bagaimana proses pelaksanaan guru Bimbingan dan Konseling di
Kabupaten Tangerang?
4. Bagaimana proses pengawasan guru Bimbingan dan Konseling di
Kabupaten Tangerang?
5. Apa saja program yang mampu mendukung dan menghambat pelaksanaan
Bimbingan dan Konseling dalam meningkatkan layanan konseling pada
tingkat SMA di Kabupaten Tangerang dan cara mengatasi hambatan
tersebut?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan
manajemen Bimbingan dan Konseling untuk meningkatkan layanan konseling
di tingkat SMA se-Kabupaten Tangerang, serta mengetauhi apa saja faktor
pendukung dan penghambat proses tersebut

b. Tujuan Khusus
i. Untuk mengetahui proses perencanaan guru Bimbingan dan Konseling di
Kabupaten Tangerang
7

ii. Untuk mengetahui proses pengorganisasian guru Bimbingan dan


Konseling di Kabupaten Tangerang
iii. Untuk mengetahui proses pelaksanaan guru Bimbingan dan Konseling di
Kabupaten Tangerang
iv. Untuk mengetahui proses pengawasan guru Bimbingan dan Konseling di
Kabupaten Tangerang
v. Untuk mengetahui apa saja program yang mampu mendukung dan
menghambat pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dalam meningkatkan
layanan konseling pada tingkat SMA di Kabupaten Tangerang dan cara
mengatasi hambatan tersebut

2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi
terhadap manajemen guru Bimbingan dan Konseling untuk meningkatkan
layanan konseling siswa di tingkat SMA khususnya di Kabupaten Tangerang,
serta memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan
potensi, minat dan bakat peserta didik.

b. Manfaat Praktis
Secara praktis, manfaat dari penelitian ini adalah:
i. Sebagai bahan masukan bagi pembuat kebijakan pendidikan khususnya
pada program Bimbingan dan Konseling
ii. Sebagai bahan masukan pada tingkat SMA di Kabupaten Tangerang dalam
meningkatkan potensi siswa dan juga mutu pembelajaran peserta didik
iii. Dapat menjadi bahan masukan bagi pihak yang terkait dalam upaya
meningkatkan kegiatan Bimbingan dan Konseling di Sekolah.

D. Asumsi Penelitian
Asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang
dijadikan pijakan dalam berpikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian. Oleh
karena itu, asumsi dalam penelitian ini ialah mengenai Strategi manajemen
bimbingan konseling, dan juga Pelayanan Bimbingan Konseling.
8

Asumsi penelitian ini adalah:


Dalam Ridwan (2008:187) mengungkapkan bahwa Strategi berarti “kegiatan
memimpin militer dalam menjalankan tugas-tugasnya dilapangan”. Konsep ini yang
semula diterapkan dalam dunia militer dan politik (Bravker, 1980), kemudian banyak
digunakan juga pada bidang manajemen, dunia usaha, pengadilan, dan pendidikan.
dengan meluasnya penerapan strategi, “Mintberg dan Waters” (1983),
mengemukakan bahwa : “strategi adalah pola umum tentang keputusan atau
tindakan. Hardy, Langley, dan Rose dalam Sudjana (1986) mengemukakan, strategi
dapat dipahami sebagai rencana atau kehendak yang mendahului dan mengendalikan
kegiatan. Strategi ialah suatu rencana yang diutamakan untuk mencapai tujuan.
Strategi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling terkait dengan empat
komponen program yaitu: (1) layanan dasar; (2) layanan responsif; (3) perencanaan
individual; dan (4) dukungan sistem.
Menurut (Tohirin, 2007:26) Bimbingan dan konseing merupakan :
“Bimbingan dan Konseling merupakan proses bantuan atau
pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada
individu (konseli) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan
timbal balik antara keduanya, agar konseli memiliki kemampuan
atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta
mampu memecahkan masalahnya sendiri. Atau proses pemberian
bantuan atau pertolongan yang sistematis dari pembimbing
(konselor) kepada konseli (siswa) melalui pertemuan tatap muka
atau hubungan timbal balik antara keduanya untuk mengungkap
masalah konseli sehingga konseli mampu melihat masalah
sendiri, mampu menerima dirinya sendiri sesuai dengan
potensinya, dan mampu memecahkan sendiri masalah yang
dihadapinya.”
Pemberian bantuan dari pembimbing kepada siswa melalui tiap pertemuannya
tentu saja harus memiliki suatu cara yang tepat seperti pengelolaan organisasi
Bimbingan dan Konseling di sekolah agar penyampaian pesan dan pemberian
pemecahan masalah mampu diberikan secara tepat.
9

Layanan dasar bimbingan merupakan layanan bantuan bagi individu melalui


kegiatan-kegiatan yang disajikan sistematis, dalam rangka membantu individu
mengembangkan potensinya secara optimal. Strategi yang dapat digunakan pada
layanan dasar adalah melalui strategi klasikal dan dinamika kelompok. Pada
dasarnya layanan dasar ini untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar pada
individu yang bersangkutan, sehingga nantinya jelas akan memenuhi tugas-tugas
perkembangan setiap individu.

a. Bimbingan Klasikal
Layanan dasar diperuntukkan bagi semua siswa. Hal ini berarti bahwa dalam
peluncuran program yang telah dirancang menuntut konselor untuk melakukan
kontak langsung dengan para siswa di kelas. Secara terjadwal, konselor
memberikan layanan bimbingan kepada para siswa. Kegiatan layanan
dilaksanakan melalui pemberian layanan orientasi dan informasi tentang berbagai
hal yang dipandang bermanfaat bagi siswa. Layanan orientasi pada umumnya
dilaksanakan pada awal pelajaran, yang diperuntukan bagi para siswa baru,
sehingga memiliki pengetahuan yang utuh tentang sekolah yang dimasukinya.
Kepada siswa diperkenalkan tentang berbagai hal yang terkait dengan sekolah,
seperti : kurikulum, personel (pimpinan, para guru, dan staf administrasi), jadwal
pelajaran, perpustakaan, laboratorium, tata-tertib sekolah, jurusan (untuk SLTA),
kegiatan ekstrakurikuler, dan fasilitas sekolah lainnya. Sementara layanan
informasi merupakan proses bantuan yang diberikan kepada para siswa tentang
berbagai aspek kehidupan yang dipandang penting bagi mereka, baik melalui
komunikasi langsung, maupun tidak langsung (melalui media cetak maupun
elektronik, seperti : buku, brosur, leaflet, majalah, dan internet). Layanan
informasi untuk bimbingan klasikal dapat mempergunakan jam pengembangan
diri. Agar semua siswa terlayani kegiatan bimbingan klasikal perlu terjadwalkan
secara pasti untuk semua kelas

b. Bimbingan Kelompok
Konselor memberikan layanan bimbingan kepada siswa melalui kelompok-
kelompok kecil (5 sampai dengan 10 orang). Bimbingan ini ditujukan untuk
10

merespon kebutuhan dan minat para siswa. Topik yang didiskusikan dalam
bimbingan kelompok ini, adalah masalah yang bersifat umum (common problem)
dan tidak rahasia, seperti : cara-cara belajar yang efektif, kiat-kiat menghadapi
ujian, dan mengelola stress. Layanan bimbingan kelompok ditujukan untuk
mengembangkan keterampilan atau perilaku baru yang lebih efektif dan produktif.

c. Berkolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran atau Wali Kelas


Program bimbingan akan berjalan secara efektif apabila didukung oleh
semua pihak, yang dalam hal ini khususnya para guru mata pelajaran atau wali
kelas. Konselor berkolaborasi dengan guru dan wali kelas dalam rangka
memperoleh informasi tentang siswa (seperti prestasi belajar, kehadiran, dan
pribadinya), membantu memecahkan masalah siswa, dan mengidentifikasi aspek-
aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran. Aspek-aspek itu
di antaranya : (a) menciptakan sekolah dengan iklim sosio-emosional kelas yang
kondusif bagi belajar siswa; (b) memahami karakteristik siswa yang unik dan
beragam; (c) menandai siswa yang diduga bermasalah; (d) membantu siswa yang
mengalami kesulitan belajar melalui program remedial teaching; (e) mereferal
(mengalihtangankan) siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling
kepada guru pembimbing; (f) memberikan informasi tentang kaitan mata
pelajaran dengan bidang kerja yang diminati siswa; (g) memahami perkembangan
dunia industri atau perusahaan, sehingga dapat memberikan informasi yang luas
kepada siswa tentang dunia kerja (tuntutan keahlian kerja, suasana kerja,
persyaratan kerja, dan prospek kerja); (h) menampilkan pribadi yang matang, baik
dalam aspek emosional, sosial, maupun moral-spiritual (hal ini penting, karena
guru merupakan “figur central” bagi siswa); dan (i) memberikan informasi tentang
cara-cara mempelajari mata pelajaran yang diberikannya secara efektif.

d. Berkolaborasi dengan Orang Tua


Dalam upaya meningkatkan kualitas peluncuran program bimbingan,
konselor perlu melakukan kerjasama dengan para orang tua siswa. Kerjasama ini
penting agar proses bimbingan terhadap siswa tidak hanya berlangsung di
sekolah, tetapi juga oleh orang tua di rumah. Melalui kerjasama ini
11

memungkinkan terjadinya saling memberikan informasi, pengertian, dan tukar


pikiran antar konselor dan orang tua dalam upaya mengembangkan potensi siswa
atau memecahkan masalah yang mungkin dihadapi siswa. Untuk melakukan
kerjasama dengan orang tua ini, dapat dilakukan beberapa upaya, seperti : (1)
kepala sekolah atau komite sekolah mengundang para orang tua untuk datang ke
sekolah (minimal satu semester satu kali), yang pelaksanaannnya dapat bersamaan
dengan pembagian rapor, (2) sekolah memberikan informasi kepada orang tua
(melalui surat) tentang kemajuan belajar atau masalah siswa, dan (3) orang tua
diminta untuk melaporkan keadaan anaknya di rumah ke sekolah, terutama
menyangkut kegiatan belajar dan perilaku sehari-harinya.

E. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan beberapa asumsi, rumusan masalah, dan pembatasan masalah yang
telah penulis kemukakakn, maka penulis mengajukan beberapa pertanyaan sebagai
panduan dalam penelitian ini yaitu:
a. Apa perencanaan program Bimbingan dan Konseling dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa SMA?
b. Bagaimana pengorganisasian program Bimbingan dan Konseling untuk
meningkatkan motivasi belajar?
c. Apa saja kegiatan yang dilaksanakan untuk menunjang pelayanan
Bimbingan dan Konseling kepada siswa dalam meningkatkan motivasi
belajar?
d. Bagaimana proses evaluasi yang digunakan untuk meningkatkan proses
Bimbingan dan Konseling untuk meningkatkan motivasi siswa?
e. Apa saja hambatan-hambatan yang dialami oleh guru Bimbingan dan
konseling untuk meningkatkan motivasi siswa?

F. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan ialah metode studi kasus dengan pendekatan
kualitatif. Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa metode
kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
12

Penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif, yakni penelitiannya


dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting) (Sugiyono, 2011:14).
Pendekatan deskriptif yang penulis gunakan untuk mencari data sebanyak-
banyaknya, kemudian menganalisis faktor-faktor pendukung dan penyebab terhadap
permasalahan penelitian. Ciri-ciri pokok pada metode penelitian ini adalah:
a. Memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang
dan masalah yang actual;
b. Data yang dikumpulkan pertama disusun, dijelaskan, dan kemudian
dianalisis (karena itu metode ini sering pula disebut metode analitik)

G. Teknik Pengumpulan Data


1. Sumber Data
Yin (2008:103) mengklasifikasikan enam sumber data yang dapat
digunakan dalam penelitian studi kasus, yaitu : dokumen, rekaman arsip,
wawancara, observasi langsung, observasi pemeran serta, dan perangkat fisik.
Peneliti berusaha menelaah sebanyak mungkin informasi dari sumber-sumber
data mengenai manajemen bimbingan konseling untuk meningkatkan motivasi
belajar. Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Observasi
Marshall menyatakan bahwa, “Through observation, the
researchers learn about behavior and the meaning attached to those
behaviors” (Sugiyono, 2007:64). Melalui observasi, peneliti
mempelajari tentang perilaku dan makna yang menempel pada perilaku
tersebut. Observasi itu sendiri akan dilakukan secara terjun langsung
dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Peneliti disana
dapat melakukan interaksi dan mengamati apa yang terjadi agar bisa
memperoleh data tambahan mengenai kegiatan manajemen Bimbingan
dan Konseling..
b. Wawancara
Salah satu sumber informasi studi kasus yang sangat penting ialah
wawancara (Yin, 2008:108). Susan Stainback (dalam Sugiyono,
2007:72) mengemukakan bahwa dengan wawancara, maka peneliti
13

akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam


menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini
tidak bisa ditemukan melalui observasi.
Dalam penelitian ini akan digunakan metode wawancara studi
kasus bertipe open-ended, dimana peneliti dapat bertanya kepada key-
respondent/key-informant tentang fakta-fakta suatu peristiwa
disamping opini mereka mengenai peristiwa yang ada, yang bertujuan
untuk memperoleh bentuk-bentuk tertentu informasi dari semua
narasumber secara spesifik. Apabila wawancara melalui tatap muka
tidak dapat dilakukan, maka wawancara akan dilakukan dengan
mengirimkan pertanyaan kepada narasumber melalui e-mail ataupun
melakukan kontak melalui pesawat telepon narasumber..
c. Dokumen
Untuk penelitian ini, penggunaan dokumen yang paling penting
adalah mendukung dan menambah bukti dari sumber-sumber lain.
Dokumen bisa berasal dari sumber tertulis, laporan penelitian, sumber
dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi. Dokumen resmi
terdiri dari dokumen internal berupa memo, pengumuman, intruksi,
laporan yang dapat menggambarkan tenyang aturan, disiplin, dan
keadaan. Dokumen eksternal berisi bahan informasi yang dihasilkan
oleh lembaga sosial, misalnya majalah, buletin, dan berita yang
disiarkan kepada media massa ini digunakan untuk menelaah konteks
sosial (Meleong, 2002:162-163)

H. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data dari hasil wawancara, telaah dokumen dan arsip, serta hasil
observasi selanjutnya diproses melalui tahapan yang diungkapkan menurut Creswell
(1998:63), yaitu:
a. Desktiptif (description)
Dengan mengumpulkan data yang berasal dari berbagai sumber, antara
lain wawancara mendalam, observasi, dokumen resmi, jurnal, situs
internet, koran, majalah, dan sumber lainnya yang berkaitan dengan
14

manajemen guru Bimbingan dan Konseling dalam meningkatkan motivasi


belajar.
b. Analisis Tema (themes)
Dengan mengelompokkan dan menganalisis tema data yang spesifik
jadi beberapa clusters untuk direduksi agar data yang digunakan lebih
terarah, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan memilih hal-hal yang
pokok.
c. Penonjolan (assertions)
Dengan mengmbangkan hasil eksplorasi kepada fokus penelitian yaitu
identifikasi mengenai manajemen Bimbingan dan Konseling terutama guru
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, serta cara komunikasi yang
terjadi selama meningkatkan motivasi siswa.

I. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data


Penelitian kualitatif tidak seperti penelitian kuantitatif yang dapat diuji
validitas dan reliabilitasnya melalui ukuran statistik. Kebenaran realitas data menurut
penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada
konstruksi manusia.
Karena perbedaan yang cukup signifikan antara kedua penelitian diatas,
penelitian kualitatif tidak bisa menggunakan kriteria validitas dan reliabilitas. Oleh
karena itu, hal yang dibutuhkan untuk keabsahan data menurut Sugiyono (2005:120)
yaitu :
a. Kredibilitas (Validitas Internal)
b. Transverabilitas (Validitas Eksternal)
c. Kehandalan (Reliabilitas)
d. Kepastian (Keobjektifan)
Validitas lebih merupakan tujuan dan bukan hasil. Validitas juga relatif, dalam
pengertian bahwa seyogyanya dinilai dalam kaitannya dengan tujuan dan lingkungan
penelitian itu sendiri, bukan sekedar persoalan metode atau kesimpulan yang terlepas
dari konteksnya. Ancaman terhadap validitas mungkin ditangkis dengan bukti, bukan
dengan metode. Metode hanyalah untuk mendapatkan bukti yang dipakai untuk
menangkis ancaman itu (Maxwell dalam Alwasiah, 2008:169).
15

Secara umum, validitas adalah kebenaran dan kejujuran sebuah deskripsi,


kesimpulan, penjelasan, tafsiran, dan segala jenis laporan (Alwasiah, 2008:169).
Validitas membuktikan bahwa yang diamati oleh peneliti sesuai dengan yang
sebenarnya terjadi. Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil
penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan,
peningkatan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan tema sejawat, analisis kasus
negatif, dan member check (Sugiyono, 2005:121).
Untuk menguji kredibilitas data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan:
1. Triangulasi
Wiliam Wiersman mendefinisikan, :Triangulation is qualtatve cross-
validation. It assesses the sufficiency of the data according to the
convergence of multiple data sources of multiple data collection
procedures”. Kurang lebih artinya bahwa triangulasi adalah pengecekan
tentang validitas dalam penelitian kualitatif. Triangulasi membantu
keabsahan data melalui penggabungan sumber data atau cara pengumpulan
data yang berbeda-beda.
2. Member Check
Cara ini merujuk pada kegiatan meakukan cross check data setelah
pengumpulan data selesai. Draft kasar dari hasil wawancara atau data yang
didapat peneliti di lapangan harus dikonfirmasi ulang kepada key
informant. Tujuan member check adalah agar informasi yang diperoleh dan
akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud
sumber data atau informan.
16

DAFTAR PUSTAKA
Alwasiah, A. Chaedar. 2008. Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan
Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya
Creswell, John W. 1998. Qualitatif Inquiry & Research Design Choosing Among Five
Traditions. London: Sage Publication
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Ridwan. 2008. Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta :
Pustaka Belajar
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABET
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi).
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Yin, Robert K. 2009. Studi Kasus, Desain & Metode. Jakarta. Grafindo Persada
Yusuf, Syamsu LN, dan Juntika, A. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling.
Bandung : Remaja Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai