e-mail: suja_undiksha@yahoo.co.id
Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah merancang dan memvalidasi model pembelajaran khusus untuk
kimia, yang selanjutnya dilabel sebagai model TripleChem. Perancangan model pembelajaran
TripleChem didasarkan atas kecocokan ketiga level kimia (makroskopis, submikroskopis, dan simbolik)
untuk diajarkan dengan epistemologi Catur Pramana, yang meliputi pratyaksa (observing), anumana
(reasoning), upamana (modelling), dan sabda (explanating). Observing berkaitan dengan pengenalan
level makroskopis, reasoning berhubungan dengan level submikroskopis (molekuler), dan modelling
berkaitan dengan level simbolik. Pengetahuan yang benar tentang ketiga level kimia dan interkoneksinya
juga bisa diperoleh dari buku dan penjelasan orang-orang yang berkompeten (explanating). Validasi draf
model pembelajaran dilakukan dengan Focus Group Discussion (FGD) dengan melibatkan lima orang
ahli. Menurut tim ahli, model pembelajaran tersebut tergolong sangat baik (rerata skor 4,70; skor
maksimal 5) dan layak diterapkan dalam pembelajaran di kelas. Selanjutnya, keterterapan model
pembelajaran tersebut di kelas tergolong sangat tinggi (rerata skor 4,61).
Kata-kata kunci: model pembelajaran TripleChem, tiga level kimia, dan Catur Pramana
Abstract. The purpose of this study was to design and validate a specific learning model for the
chemistry, which then labeled as TripleChem model. Designing of TripleChem learning model is based
on compatibility of three levels of the chemistry (macroscopic, sub-microscopic, and symbolic) to be
taught by Catur Pramana epistemology, which includes pratyaksa (observing), anumana (reasoning),
upamana (modeling), and sabda (explanating). Observing related to the introduction of the macroscopic
level, reasoning associated with sub-microscopic level (molecular), and modeling related to the symbolic
level. Knowledge of the three levels of the chemistry and its interconnection can also be obtained from
references and some one explanation who is competent (explanating). Validating of learning model draft
conducted by Focus Group Discussion (FGD) involving five experts. According experts team, that
learning model is classified as very good (mean score 4.70; maximum score 5) and feasible in the
classroom. Furthermore, the learning model implementing in the classroom is very high (mean score
4.61)
Key words: TripleChem learning model, three levels of chemisty, and Catur Pramana
sederetan kegiatan intelektual yang rumit, Walaupun model siklus belajar tersebut telah
dengan urutan: 1) mengamati fenomena dan memberikan ruang bagi siswa untuk melakukan
mempelajari fakta, 2) memahami model dan pengamatan, penalaran, dan juga verifikasi
teori, 3) mengembangkan keterampilan teoritis, namun tidak memberikan tuntunan yang
penalaran, dan 4) menguji epistemologi kimia. tegas tentang bagaimana mereka mesti
Temuan penelitian Suja et al. (2008) melakukan penalaran pada tingkat sub-
menunjukkan, tahap-tahap pembelajaran mikroskopis.
menurut Tasker & Dalton (2006) serta Achmad Untuk membantu pebelajar
& Baradja (2012) cocok diterapkan untuk mengembangkan model mentalnya dalam
mengajarkan konsep-konsep kimia nyata, namun memahami level-level kimia dan membangun
kurang efektif digunakan untuk mengajarkan interkoneksi ketiga level kimia tersebut, penulis
konsep-konsep kimia abstrak. Konsep-konsep mengembangkan model pembelajaran
kimia abstrak-teoritis, seperti struktur atom, TripleChem. Model pembelajaran tersebut
orbital atom, ikatan kimia, dan stereokimia lebih mengadaptasi empat cara untuk memperoleh
efektif diajarkan mulai dari eksplanasi teoritis pengetahuan yang benar menurut Filsafat Nyaya
sebelum menyampaikan dukungan data (Pendit, 2007). Ke empat cara itu dinamakan
empirisnya. Konsep-konsep tersebut tidak dapat Catur Pramana, meliputi: pratyaksa pramana
diamati, yang bisa diukur atau diamati hanyalah atau pengamatan (observing), anumana
dampaknya. Temuan tersebut sejalan dengan pramana atau penalaran (reasoning), upamana
pandangan Gabel (1999), yang menyatakan pramana atau pemodelan (modelling), dan
pembelajaran konsep-konsep kimia abstrak lebih sabda pramana atau pernyataan dari sumber
efektif dimulai dengan pengenalan level terpercaya (explanating). Keterjalinan dan
submikroskopis, sebelum menghadirkan kimia kesesuaian antara level-level kimia dengan cara
deskriptif pada level makroskopis. untuk mempelajarinya menurut Catur Pramana
Subagia (2006) mengembangkan model dapat dilihat pada Gambar 1 (dikembangkan dari
siklus belajar yang digalinya dari nilai-nilai Jansoon, 2009)
kearifan lokal masyarakat Bali. Model siklus
belajar tersebut berdasarkan Tri Pramana, yang
meliputi pengamatan langsung (pratyaksa/P),
penalaran atas gejala-gejala yang ada
(anumana/A), dan mendengarkan informasi dari
narasumber (guru) atau membaca informasi
yang telah didokumentasikan (sabda/S). Ketiga
cara tersebut dikaitkan dengan pengembangan
ketiga potensi yang melekat pada diri pebelajar,
yakni kemampuan untuk bergerak (bayu),
berbicara (sabda) dan berpikir (idep). Dari Gambar 1. Keterkaitan Konten Kimia
ketiga cara untuk memperoleh pengetahuan dengan Konteks Pedagogi Catur Pramana
tersebut, telah dikembangkan enam model siklus
belajar, yaitu: SPA (sabda-pratyaksa-anumana), Dalam gambar skematis di atas
SAP (sabda-anumana-pratyaksa), PSA (pra- ditampilkan masing-masing level kimia
tyaksa-sabda-anumana), PAS (pratyaksa-anu- memiliki hubungan khusus dengan cara untuk
mana-sabda), ASP (anumana-sabda-pratyaksa), memperoleh pengetahuan menurut Catur
dan APS (anumana-pratyaksa-sabda). Tiap-tiap Pramana. Observing berkaitan dengan
siklus tersebut mempunyai karakteristik pengenalan level makroskopis, reasoning
tersendiri yang ditunjukkan oleh prinsip belajar berhubungan dengan level submikroskopis
mengajar dan sintaks pembelajarannya. (molekuler), dan modelling berkaitan dengan
B - 16
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4Oktober 2015
level simbolik. Pengetahuan yang benar tentang Komponen model yang dimaksudkan
ketiga level kimia tersebut dan juga meliputi sintaks, sistem sosial, prinsip
interkoneksinya juga bisa diperoleh dari buku reaksi, sistem pendukung, serta dampak
dan penjelasan orang-orang yang berkompeten instruksional dan pengiring.
(explanating). Dengan demikian, keempat cara 2. Kepraktisan (practically). Aspek
tersebut cocok digunakan untuk mempelajari kepraktisan terpenuhi jika (1) tim ahli
ketiga level kimia dan interkoneksinya. menyatakan draf model tersebut dapat
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk diterapkan (usable), dan (2) kenyataan
mengembangkan model pembelajaran yang menunjukkan model tersebut memang
cocok digunakan untuk mengajarkan ketiga dapat diterapkan (keterlaksanaannya
level kimia secara komprehensif dan tergolong kategori tinggi).
interkonektif. Secara khusus, kegiatan 3. Keefektivan (effectiveness). Model
penelitian ini bertujuan untuk (1) pembelajaran dikatakan efektif jika
mendeskripsikan karakteristik model memenuhi semua indikator keefektifan
pembelajaran TripleChem, (2) menentukan (Parta, 2009), meliputi: pebelajar
validitas model pembelajaran tersebut, dan (3) menikmati dan menghargai model yang
menentukan tingkat keterterapannya di kelas. diterapkan (appreciate), dan tujuan
Tingginya validitas dan tingkat keterterapan pembelajaran tercapai.
model pembelajaran tersebut memungkinkan Dari ketiga kriteria kualitas model pembelajaran
untuk digunakan sebagai model khusus (specific tersebut, hanya kriteria (1) dan (2) yang dikaji
model) dalam pembelajaran kimia. dalam artikel ini.
B - 19
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4Oktober 2015
dalam kebersamaan, sehingga cocok dengan Selanjutnya, Lembar Diskusi Mahasiswa (LDM)
cooperative learning. Dalam tradisi lokal ada dapat dijadikan pedoman dalam melakukan
petuah yang dijadikan tuntunan dalam belajar, pembelajaran pada tahap Modelling dan
yaitu: “bareng-bareng melajah” dan “melajah Explanating didukung dengan buku ajar dan
bareng-bareng” (bersama-sama belajar dan hand-out. Terakhir, Lembar Tugas Mandiri
belajar bersama-sama). Tuntunan tersebut (LTM) dapat digunakan sebagai alat ukur model
sejalan dengan salah satu pilar pendidikan, mental kimia, serta keterampilan berpikir kritis
learning to life together. Tuntunan tradisi sosial dan kreatif mahasiswa pada tahap Applicating
tersebut juga sejalan dengan pandangan filsafat model mental.
konstruktivisme sosial Vygotsky, yang Dampak instruksional dan pengiring
memandang konstruksi pengetahuan oleh model pembelajaran TripleChem terhadap model
pebelajar akan berlangsung lebih efektif jika ada mental, keterampilan berpikir kritis,
dalam interaksi dengan pebelajar lainnya keterampilan berpikir kreatif mahasiswa, kinerja
(Woolfolk, 2009). mahasiswa selama pembelajaran, sikap sosial
Prinsip reaksi pembelajaran TripleChem dan personal mahasiswa calon guru, serta
terlaksana dengan sangat baik (rerata skor 4,85; keterampilan mahasiswa untuk memecahkan
masing-masing 4,87 untuk tipe “ORME” dan masalah dalam kehidupan sehari-hari tergolong
4,82 untuk tipe “ERMO”). Kondisi itu tinggi (rerata skor 4,03; masing-masing 4,13
menunjukkan bahwa dosen mampu memerankan untuk tipe “ORME” dan 3,93 untuk tipe
dirinya sebagai pendukung “student active “ERMO”). Pembelajaran menurut sintaks
learning.” Selama pembelajaran, mahasiswa “ORME” dan “ERMO” memberikan ruang bagi
bekerja dalam kelompok kecil (beranggotakan 3 mahasiswa untuk melakukan pengamatan,
– 5 mahasiswa), dan dosen berperan sebagai penalaran, visualisasi dan imajinasi model
motivator, fasilitator, dan mediator sesuai molekul, serta memahami wacana berkaitan
dengan keperluan belajar mahasiswa. Pada dengan konten kimia. Langkah-langkah tersebut
kegiatan praktikum, dosen semula berperan merupakan langkah penting dalam membangun
sebagai panutan, memberikan contoh, sesuai model mental kimia (Jansoon, 2009; Johnson-
prinsip “ing arso sung tulodo.” Selanjutnya, Laird, 1983; dan Chittleborough, 2004).
secara bertahap menyerahkan tanggung jawab Menurut Sastrawijaya (dalam Effendy,
belajar kepada mahasiswa, sesuai prinsip “ing 2002), konsep-konsep kimia tergolong konsep-
madyo mangun karso,” dan “tut wuri konsep tingkat tinggi, sehingga pembelajarannya
handayani,” agar mahasiswa mampu juga perlu melibatkan keterampilan berpikir
mengembangkan kreativitasnya sendiri. Kondisi tingkat tinggi, termasuk di antaranya
itu sesuai dengan langkah scaffolding dalam keterampilan berpikir kritis dan kreatif.
teori konstruktivisme sosial oleh Vygotsky Penerapan model TripeChem pada pembelajaran
(Woolfolk, 2009). Kimia Organik melatih keterampilan-
Sistem pendukung model pembelajaran keterampilan berpikir kritis berikut. (1)
TripleChem tersedia dan dapat digunakan Keterampilan berpikir sebab-akibat untuk
dengan sangat baik (rerata skor 4,89). mendeskripsikan hubungan antara struktur
Tingginya keterterapan sistem pendukung model molekul dengan sifat fisika dan kimia senyawa.
pembelajaran TripleChem disebabkan alat-alat, (2) Keterampilan berpikir analisis-sintesis untuk
bahan-bahan kimia, dan media pembelajaran menentukan gugus-gugus atom dalam molekul
yang diperlukan dalam pembelajaran telah organik yang akan terlibat dalam reaksi-reaksi
disiapkan dengan baik. Lembar Kegiatan kimia organik dan menentukan produk yang
Mahasiswa (LKM) yang sudah disiapkan dapat dihasilkan. (3) Keterampilan berpikir prediktif
dijadikan penuntun dalam melakukan praktikum untuk meramalkan mekanisme reaksi senyawa-
pada tahap Observing dan Reasoning. senyawa organik. (4) Keterampilan penalaran
B - 22
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4Oktober 2015
Johnson, E. B., 2002. Contextual Teaching and Pendit, S., 2007. Filsafat Hindu Dharma: Sad-
Learning. California: Corwin Press. Inc. Darśana. Denpasar: Bali Post.
Johnson-Laird, P. N., 1983. Mental Models: Slavin, R. E., 2008. Educational Psychology Theory
Towards a Cognitive Science of Language, and Practice. 8th edition. Boston: Pearson.
Inference, and Consciousness. Cambridge, Suja, I W., Retug, N., & Siregar, M., 2008.
MA: Harvard University Press.Johnstone, A.
Pengembangan Model Pembelajaran Kimia
H., 2006. Chemical education research in Berbasis Siklus Belajar Catur Pramana.
Glasgow in perspective. Chemistry Education Laporan Penelitian Research Grant I-MHERE
and Practice, 7(2): 49 – 63. Undiksha Tidak dipublikasikan. Singaraja:
Joyce, B., & Weil, M., 1996. Models of Teaching. Lembaga Penelitian Undiksha.
Fifth Edition. United State of America: A
Talanquer, V., 2011. Macro, Submicro, and
Simon & Schuster Company. Symbolic: The many faces of the chemistry
Nieveen, N., 1999. Prototyping to Reach Product “triplet.” International Journal of Science
Quality. In Jan Van den Akker, R. M. Branch, Education, 33(2):179–195.
K. Gustafson, N. Nieveen & Tj. Plomp (Eds). Tasker, D., & Dalton, R., 2006. Research into
Design Approaches and Tools in Education
Practice: visualization of the molecular world
and Training (pp 125 – 135). Kluwer
using animations. Chem. Educ. Res. Prac., 7:
Academic Publisher, Dordrech, The
141 – 159.
Nederlands.
Woolfolk, A., 2009. Education Psychology Active
Parta, I N., 2009. Pengembangan Model
Learning Edition (Terjemahan Helly Prajitno
Pembelajaran Inkuiri untuk Penghalusan
Soetjipto & Sri Mulyantini Soetjipto).
Pengetahuan Matematika Mahasiswa Calon
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Guru Melalui Pengajuan Pertanyaan. Disertasi
B - 24