TAHUN 2016
Disusun Oleh :
BEKASI
2016
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
Disusun Oleh:
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
periode yang paling kritis dalam fase pertumbuhan dan perkembangan bayi
(Nanny, Vivian.2010:12)
Untuk mewujudkan hal ini, salah satu upaya dalam penurunan AKB
adalah dengan memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
baik dan sesuai dengan manajemen asuhan kebidanan, serta memberikan
suatu pengetahuan informasi kepada ibu maupun keluarga mengenai
pentingnnya melakukan perawatan pada bayi baru lahir agar tidak terjadi
sesuatu yang tidak di inginkan. (Chapter. 2015)
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk menyusun
Laporan Kasus dengan judul Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
terhadap By.Ny.D di Puskesmas Bojong Rawalumbu, Bekasi.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan manajemen
SOAP dengan pola piker varney yang tepat pada bayi baru lahir dan
sesuai dengan standar pelayanan kebidanan.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian dan pengumpulan data secara subjektif
dan objectif pada bayi baru lahir.
b. Mampu menginterprestasikan data yang terkumpul baik dalam bentuk
diagnosa serta masalah dan kebutuhan terhadap bayi baru ahir
c. Mampu mengindentifikasi masalah secara potensial
d. Mampu mengidentifikasi kebutuhan dan melakukan intervensi dan
kolaborasi
e. Mampu membuat rencana, pelaksanaan, dan evaluasi asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir.
3
C. Manfaat
1. Bagi penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan untuk penulis dalam
menangani asuhan kebidanan pada bayi baru lahir sehingga dapat
meninggkatkan pelayanan kesehatan, serta melakukan asuhan kebidanan
sesuai dengan standar yang ditetapkan.
2. Bagi Pendidikan Akbid Gema Nusantara
Sebagai dokumentasi sehingga mahasiswa dapat menambah
wawasan dan penggetahuan dalam praktek asuhan kebidanan pada bayi
baru lahir
4. Bagi klien
Menambah pengetahuan dan meningkatkan kesadaran pasien akan
pentingnya perawatan pada bayi baru lahir.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
C. APGAR Score
Penilaian keadaan umum bayi dinilai 1 menit setelah bayi lahir dengan
penggunaan nilai APGAR. Penilaian ini perlu untuk menilai apakah bayi
menderita asfiksia atau tidak. Bila nilai APGAR dalam 2 menit tidak
mencapai 7, maka harus dilakukan tindakan resusitasi lebih lanjut karena
kalau bayi menderita asfiksia lebih dari 5 menit kemungkinan terjadi gejala-
gejala neurologic lanjutan dikemudian hari akan lebih besar, maka penilaian
APGAR selain dilakukan pada menit pertama juga dilakukan pada menit ke-5
setelah bayi lahir.
6
Tabel 2.1 Perhitungan APGAR
Penilaian Nilai = 0 Nilai = 1 Nilai = 2 Jumlah
NA
Appearance Pucat Badan merah, Seluruh tubuh
(warna kulit) ekstremitas kemerah-
biru merahan
Pulse rate Tidak ada < 100 > 100
(Frekuensi
Nadi)
Grimace Tidak ada Sedikit Batuk/bersin
(reaksi gerakan
rangsangan) mimic
(grimace)
Activity Tidak ada Ekstremitas Gerakan aktif
(tonus otot) dalam sedikit
fleksi
Respiration Tidak ada Lemah/tidak Baik/menangis
(pernapasan) teratur
(Tando, Naomy Marie. 2015 : 145-146)
Setelah bayi lahir, BBL harus mampu beradaptasi dari keadaan yang
sangat tergantung (plasenta) mebjadi mandiri secara fisiologis. Setelah lahir,
bayi harus mendapatkan oksigen melalui system sirkulasi pernapasannya
sendiri, mendapatkan nutrisi per oral untuk mempertahankan kadar gula
darah yang cukup, mengatur suhu tubuh, dan melawan setiap
penyakit/infeksi.
Periode adaptasi ini disebut sebagai periode transisi yaitu dari kehidupan
di dalam rahim ke kehidupan diluar rahim. Periode ini berlangsung sampai 1
bulan atau lebih.
7
1. Adaptasi Pernapasan
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas
melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-
paru.
a. Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx
yang bercabang, dan kemudian bercabang kembali membentuk
struktur percabangan bronkus proses ini terus berlanjut sampai usia
sekitar 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveoulus sepenuhnya
berkembang, walaupun jannin memperlihatkan adanya gerakan napas
sepanjang trimester II dan III.
Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan
hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena
keterlambatan permukaan alveolus, ketidakmatangan system kapiler
paru-paru, dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.
8
gerakan pernapasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan
menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.
d) Perubahan suhu
Keadaan dingin akann merangsang pernapasan.
9
cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi
sirkulai luar rahim
3. Adaptasi suhu
Empat kemungkinan mekanisme yang dapat menyebabkan bayi baru
lahir kehilangan panas tubuhya.
a. Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak
langsung dengan tubuhh bayi (pemindahan panas dari tubuh bayi ke
objek lain melalui kontak langsung). Sebagai contoh, konduksi bias
10
terjadi ketika meninmbang bayi tanpa alas timbangan, memegang bayi
saat tangan dingin, dan menggunakan stetoskop dingin untuk
pemeriksaan BBL.
b. Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak
(jumlah panas yang hilang bergantung pada kecepatan dan suhu
udara). Sebgaai contoh, konveksi dapat terjadi ketika membiarkan atau
menempatkan BBL dekat jendela, atau membiarkan BBL diruangan
yang terpasang kipas angin.
c. Radiasi
Panas dipancarkan dari BBL keluar tubuhnya ke lingkungan yang
lebih dingin (pemindahan panas antara 2 objek yang mempunyai suhu
berbeda). Sebgai contoh, membiarkan BBL dalam ruangan AC tanpa
diberikan pemanas (radiant warmer), membiarkan BBL dalam
keadaan telanjang, atau menidurkan BBL berdekatan dengan ruangan
dingin (dekat tembok).
d. Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan yang bergantung pada
kecepatan dan kelembapan udara (perpindahan panas dengan cara
mengubah cairan menjadi uap). Evaporasi ini dipengaruhi oleh jumlah
panas yang dipakai, tingkat kelembapan udara, dan aliran udara yang
melewati. Apabila BBL dibiarkan dalam suhu kamar 250C, maka bayi
akan kehilangan panas melalui konveksi, radiasi, dan evaporasi yang
1
besarnya 200 kg/BB, sedangkan yang dibentuk hanya nya saja.
10
11
a) Keringkan bayi secara seksama
b) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih yang kering dan
hangat
c) Tutup bagian kepala bayi
d) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
e) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahr.
f) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.
(Nanny, Vivian.2010:13-14)
12
b) Merangsang pengeluaran kolostrum dan meningkatkan produksi
ASI.
c) Membantu ibu mengatasi stress sehingga ibu merasa lebih tenang
dan tidak nnyeri pada saat plasenta lahir dan prosedur pasca
persalinan lainnya.
2. Pengaruh prolaktin :
a) Meningkatkan produksi ASI.
b) Menunda ovulasi
F. Rawat gabung
Rawat gabung adalah suatu cara perawatan yang menyatukan ibu beserta
bayinya dalam satu ruangan, kamar, atau suatu tempat secara bersama-sama
dan tidak dipisahkan selama 24 jam penuh dalam seharinya. (Nanny, Vivian.
2013 : 18).
Ibu dan bayi harus tidur dalam satu ruangan selama 24 jam. Idealnya
BBL ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya. Ini adalahcara
13
yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat, mendorong ibu
segera menyusui bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi.
(Kemenkes. 2010 : 9)
Tujuan dilakukannya rawat gabung adalah:
1. Ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin dan setiap saat atau kapan
saja saat dibutuhkan.
2. Ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang benar seperti
yang dilakukan oleh petugas.
3. Ibu mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam merawat bayinya.
4. Suami dan keluarga dapat dilibatkan secara aktif untuk mendukung dan
membantu ibu dalam menyusui dan merawat bayinya secara baik dan
benar
5. Ibu dan bayi mendapat kehangatan dan emosional.
(Nanny Vivian. 2013 : 18)
b. fisiologis
Bila ibu dekat dengan bayinya akan segera di susui dan frekuensinya
lebih sering. Proses ini merupakan proses fisiologi yang alami, dimana
bayi mendapat nutrisi alami yang paling sesuai dan baik. Bagi ibu yang
14
menyusui akan timbul reflek oksitosin yang dapat membantu proses
fisiologi involusi rahim. (Nanny Vivian. 2013 : 19)
c. Psikologis
Dari segi psikologis akan segera terjadi proses lekat akibat sentuhan
badan antara ibu dan bayi. Hal tersebut akan berpengaruh besar terhadap
pertumbuhan psikologi bayi. Selain itu, kehangatan tubuh ibu merupakan
stimulus mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi. (Nanny Vivian. 2013
: 19)
d. Edukatif
Ibu akan mempunyai pengalaman yang berguna sehingga mampu
menyusui serta merawat bayinya bila pulang dari rumah sakit. Selama
di RS ibu akan melihat, belajar, dan mendapat bimbingan mengenai cara
menyusui secara benar, cara merawat payudara, tali pusat, memandikan
bayi, dan sebagainya. Keterampilan ini di harapkan dapat menjadi modal
bagi ibu untuk merawat bayi dan dirinyasendiri setelah pulang dari RS.
(Nanny Vivian. 2013 : 19)
e. Ekonomi
Pemberian ASI dapat dilakukan sedini mungkin. Bagi rumah sakit,
terutama rumah sakit pemerintah terhadap anggaran pengeluaran untuk
pembelian susu formula, botol susu, dot, serta peralatan lain yang di
butuhkan. Beban perawat menjadi lebih ringan karena ibu berperan
besar dalam merawat bayinya sendiri sehingga waktu luang dapat di
manfaatkan untuk kegiatan lain. (Nanny Vivian. 2013 : 19)
f. Medis
Secara medis pelaksanaan rawat gabung dapat menurunkan
terjadinya infeksi nosokomial pada bayi, serta menurunkan angka
morbiditasdan mortalitas ibu maupun bayi. (Nanny Vivian. 2013 : 19)
15
G. Tahap-tahap Bounding Attachment
16
c. Rujuk ke kamar bayi atau tempat pelayanan yang men- support
kondisi bayi.
d. Tetap menjaga kehangatan bayi.
17
4) Infeksi berat;
5) Rentan hipotermi;
6) Segera rujuk jika bayi mengalami kondisi-kondisi tersebut
e. Letargi
Tonus otot rendah dan tidak ada gerakan sehingga sangat mungkin
bayi sedang sakit berat. Jika ditemukan kondisi demikian, maka segera
rujuk.
f. Hipotermi ( suhu < 36 ˚C )
Bayi mengalami hipotermi barat jika suhu aksila < 35 ˚C. untuk
mengatasi kondisi tersebut, lakukan hal berikut :
1) Gunakan alat yang ada incubator, radian heater, kamar hangat,
atau tempat tidur hangat.
2) Rujuk ke pelayanan kesehatan yang memiliki Neonatal Intensif
Care Unit ( NICU )
3) Jika bayi sianosis, sukar bernapas, atau ada tarikan dinding dada
dan merintih, segera berikan oksigen.
g. Kejang
h. Diare
Bayi dikatakan mengalami diare jika terjadi pengeluaran feses yang
tidak normal, baik dalam jumlah maupun bentuk (frekuensi lebih dari
normal dan bentuknya cair). Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari
3 kali buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah
lebih dari 4 kali buang air besar.
i. Obstipasi
Obsipasi adalah penimbunan feses yang keras akibat adanya
penyakit atau adanya obstruksi pada saluran cerna, atau bisa
didefinisikan sebagai tidak adanya pengeluaran feses selama 3 hari
atau lebih. Lebih dari 90 % bayi baru lahir akan mengeluarkan
mekonium dalam 24 jam pertama, sedangkan sisanya akan
18
mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama kelahiran. Jika hal ini
tidak terjadi maka harus dipikirkan adanya obstipasi.
Namun, harus di ingat bahwa ketidakteraturan defekasi bukanlah
suatu obstipasi pada bayi yang menyusu, karena pada bayi bayi yang
mengkonsumsi ASI umumnya sering tidak mengalami defekasi selama
5-7 hari dan kondisi tersebut tidak menunjukkan adanya gangguan
karena nantinya bayi akan mengeluarkan feses dalam jumlah yang
banyak sewaktu defekasi.
Seiring dengan bertambahnya usia dan variasi dalam dietnya,
lambat laun defekasi akan menjadi lebih jarang dan feses yang
dikeluarkan menjadi lebih keras.
j. Infeksi
Infeksi perinatal adalah infeksi pada neonates yang terjadi pada masa
antenatal, intranatal, dan postnatal.
k. Sindrom kematian bayi mendadak (Sudden Infant Death Syndrome/
SIDS).
Sudden Infant Death Syndrome/ SIDS terjadi pada bayi sehat
secaramendadak, ketika sedang ditidurkan tiba-tiba ditemukan
meninggal beberapa jam kemudian. Angka kejadian SIDS sekitar 4
dari 1.000 kelahiran hidup. Insiden puncak dari SIDS terjadi pada bayi
usia 2 minggu dan 1 tahun. ( Nanny, Vivian. 2013 : 6-8)
19
spasme (gerakan involuter dan tidak terkendali pada otot, gerakan
tersebut diluar kontrol otak). Pada laring dan tenggorokan bayi.
Bayi normal akan segera menangis segera setelah lahir. Apabila
tidak langsung menangis maka lakukan:
1) Letakkan bayi pada posisi telentang di tempat yang keras dan
hangat.
2) Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang.
3) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari
tangan yang dibungkus kassa steril.
4) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2 – 3 kali atau gosok
kulit bayi dengan kain kering dan kasar agar bayi segera
menangis.
d. Pemberian vitamin K
Kejadian perdarahan karena defisiensi Vitamin K pada bayi baru
lahir dilaporkan cukup tinggi, sekitar 0,25 – 0,5 %. Untuk mencegah
20
terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir normal dan
cukup bulan perlu diberi Vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari,
sedangkan bayi resiko tinggi diberi Vitamin K perenteral dengan dosis
0,5-1 mg IM.
21
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. DATA SUBJEKTIF
A. Identitas / Biodata
Nama Bayi : By.Ny.D Nama Ibu : Ny.D
Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 29 thn
Tgl.Lahir : 10-06-2016 Agama : Islam
Anak Ke : 3 (TIGA) Pekerjaan : IRT
Alamat : Rawalumbu Alamat : Rawalumbu
B. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kehamilan Sekarang
Trimester I : ANC I kali di puskesmas dengan keluhan mual muntah
Trimester II : ANC II kali di puskesmas
Trimester III : ANC III kali di puskesmas
b. Riwayat Persalinan Sekarang
Lama Persalinan : 19 Jam 30 Menit Kala II : 25 Menit
Kala I : 17 Jam Kala IV : 2 Jam
Kala III : 5 Menit
Keadaan Air Ketuban : Jernih Waktu Pecah : 23:15 WIB
Jenis Persalinan : Spontan Lilitan Tali Pusat : Tidak Ada
Episiotomi : Tidak Dilakukan
II. DATA OBJEKTIF
Kajian Fisik
Tanda Vital
Temp : 36,70c, BB : 3.000 gram, Rr : 56 x/m
Pols : 138 x/menit, PB : 48 cm, Reflek : (+) positif
Apgar Score : A : 2 P:2 G:2 A:2 R:2
Kepala
UUB : Normal UUK : Normal
Moulage : 0 Caput Succudenum : Tidak Ada
Bentuk Kepala : Normal, Bulat Keadaan Tubuh : Bersih
Mata
Bentuk Mata : Simetris, Normal Strabismus : Tidak Ada
Pupil Mata : Nomal Sklera : An Ikterik
Keadaan : Bersih Bulu Mata : Tidak Ada Kelainan
Hidung
Bentuk : Normal Lubang Hidung : Terdapat Septum
Pernafasan Cuping Hidung : Tidak Ada Keadaan : Baik
Mulut
Bentuk : Normal Palatum : Ada Gusi : Normal
Reflek Hisap : (+) Positif Bibir : Normal
Telinga
Posisi : Sejajar Keadaan : Normal
Leher
Pembesaran Vena/Kelenjar : Tidak Ada Pergerakan Leher : Baik
Dada
Posisi : Simetris
Mamae : Simetris, Ada, Normal Suara Nafas : Normal
Perut
Bentuk : Normal, Tidak Ada Perdarahan Tali Pusat
Punggung-bokong
Bentuk : Normal
23
Ekstremitas
Jari Tangan : Lengkap Jari Kaki : Lengkap
Posisi dan Bentuk : Normal Pergerakan : Aktif
Genetalia
Jenis Kelamin : Perempuan
BAK Pertama : 30 Menit Pertama
BAB Pertama : 60 Menit Pertama
Reflek
Menghisap (Sucking) : (+) Positif
Menggenggam (graping) : (+) Positif
Reflek kaki (Staping) : (+) Positif
Reflek Moro : (+) Positif
Ukuran Antropometri
Berat Badan : 3.000 gram, Tinggi Badan : 48 cm
Lingkar Kepala : 31 cm, Lingkar Dada : 32 cm
LILA : 9 cm
24
3. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on demand, kapan saja
tanpa dijadwal. Ibu mengerti dan ibu bersedia untuk menyusui bayinya
secara on demand.
4. Menganjurkan ibu untuk mengganti kassa pada bayi yaitu ketika kassa
basah atau setiap bayi mandi. Cara mengganti kassa yaitu dengan melipat
segitiga lalu tali pusat dibungkus tanpa dibubuhi dengan apapun. Ibu
bersedia mengganti kassa dan kassa sudah diganti.
5. Memberikan penjelasan pada ibu dan keluarga tanda bahaya bayi baru
lahir yaitu bayi tidak mau menetek, suhu tubuh bayi tinggi sampai
menggigil, tali pusat berdarah dan belum BAB 24 jam terakhir. Bila
mendapati salah satu tanda tersebut maka ibu diharapkan melapor
kepetugas kesehatan. Ibu mengerti tentang tanda bahaya bayi baru lahir
dan bersedia untuk melapor kepetugas kesehatan bila mendapati salah
satu tanda tersebut terhadap bayinya.
6. Menganjurkan ibu untuk menjaga kehangatan bayinya seperti jangan
menempatkan bayi didekat jendela, jangan menempatkan bayi ditempat
yang dingin atau terpapar langsung dengan udara sekitar. Ibu mengerti
tentang penjeasan bidan dan akan menjaga kehangatan bayinya.
7. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene bayi dan mengganti
popo bayi pada saat bayi BAB dan bayi BAK. Ibu bersedia untuk
menjaga personal hygiene bayinya.
8. Memberitahu ibu bahwa bayinya kan diberikan vit K untuk mencegah
perdarahan pada bayiyang akan disuntikkan di paha luar sebelah kiri
secara IM dengan dois 0,1 mg. vit K sudah diberikan.
9. Memberikan salep mata oxy tetracycline 1% untuk mencegah infeksi
dengan cara oleskan salep mata dari mata bagian dalam kearah bagian
luar secara bergantian antara mata kanan dan kiri. Salep mata telah
diberikan.
25
V. CATATAN PERKEMBANGAN
26
setiap kassa sudah basah
dan setiap bayi mandi.
Ibu bersedia mengganti
kassa bayi dan kassa
telah diganti.
5. Mengingatkan kembali
kepada ibu untuk tetap
menjaga kebersihan
bayinya. Ibu bersedia
untuk menjaga kebersihan
bayinya.
27
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
By.Ny.D yang berjenis kelamin laki-aki lahir pada tanggal 10 juni 2016
pukul 23.25 WIB anak ketiga dari pasangan Ny.D dan Tn.I. Riwayat
antenatal care Ny.D yaitu 6 x selama masa kehamilan dilakukan di puskesmas
dan melakukan imunisasi TT selama 2 kali , ibu tidak mempunyai masalah
dalam kehamilannya ibu tidak mempunyai penyakit selama masa kehamilan
tidak ada komplikasi terhadap janin dan ibu.
Adapun riwayat intanatal nya By.Ny.D lahir pada tanggal 10 Juni 2016
pada pukul 23.25 WIB , jenis persalinan spontan ditolong oleh bidan di
puskesmas bojong rawaumbu. Lama persalinan pada kala 1 adalah 17 jam
dan pada kala 2 selama 5 menit tidak ada komplikasi yang terjadi selama
masa persalinan.
By.Ny.D lahir dengan Berat Badan 3000 Gram, panjang badan 48 cm,
Lingkar Kepala 32 cm, Lingkar Dada 31 cm, dengan nilai APGAR score nya
9/10 tidak ada caput succedaneum dan caput hematoma dan tidak ada cacat
bawaaan pada By.Ny.D, keadaan nya baik mempunyai reflek yang baik.
Eliminasi bayi juga baik yaitu pada 30 m3nit pertama bayi sudah dapat Buang
Air Kecil (BAK), dan pada 60 menit pertama bayi sudah dapat Buang Air
Besar (BAB).
Rencana asuhan terhadap By.Ny.D yaitu beritahu ibu tentang hasil
pemeriksaan, anjurkan ibu untuk menyusui bayinya selama 6 bulan, anjurkan
ibu untuk menyusui bayinya secara on demand, anjurkan ibu untuk
mengganti kassa bayi ketika basah atau lembab dan ketika mandi,beritahu ibu
tentang tanda bahaya bayi baru lahir, anjurkan ibu untuk menjaga kehangatan
bayinya, anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene bayi, beritahu ibu
bahwa bayinya akan disuntikkan vit K, dan beritahu ibu bahwa bayinya akan
diberikan salep mata.
Implementasi (pelaksanaan) dari rencana asuhan bayi baru lahir yaitu
memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan, menganjurkan ibu untuk
menyusui bayinya selama 6 bulan tanpa tambahan makanan atau minuman
apapun, menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on demand (kapan
saja) tanpa dijadwal, menganjurkan ibu untuk mengganti kassa bayi ketika
kassa basah atau lembab dan ketika mandi, memberitahu ibu tanda bahaya
bayi baru lahir seperti bayi tidak mau menetek, suhu bayi tinggi hingga
menggigil, tali pusat berdarah, dan belum BAB 24 terakhir, menganjurkan
ibu untuk menjaga kehangatan bayinya, memberitahu ibu bahwa bayinya kan
diberikan vit K pada paha bagian luar sebelah kiri secara IM dengan dosis 0,1
mg, dan memberitahu ibu bahwa bayinya akan diberikan salep mata Oxy
Tetracyline 1 %.
Evaluasi dari asuhan kebidanan pada bayi baru lahir yaitu ibu mengerti
tentang hasil pemeriksaan, ibu mengerti tentang semua penjelasan bidan dan
bersedia mengikuti anjuran bidan.
Dalam praktek asuhan kebidanan pada bayi baru lahir tidak ada
kesenjangan praktek dan teori yang didapat dari pendidikan.
B. Saran
29
3. Bagi Penulis
Diharapkan mampu meningkatkan kemampuan dalam memberikan asuhan
terhadap bayi baru lahir yang didapat dari lahan praktik.
4. Bagi klien
Diharapkan ibu mampu melakukan perawatan bayi baru lahir secara
mandiri sesuai dengan yang telah diajarkan oleh bidan dan setelah
diperbolehkan pulang sesuai dengan anjuran bidan.
30
DAFTAR PUSTAKA
Nanny, Vivian, 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika
Maryunani, Anik. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita & Anak Pra-sekolah.
Jakarta : IN MEDIA
Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan NeonAtus Bayi dan Balita. Yogyakarta :
Fitramaya
31
KEMENKES RI. 2016. 3 Maret HariI Kelainan Bawaan Sedunia Cegah Bayi
Lahir Cacat dengan Pola Hidup Sehat. http://www.depkes.go.id
/pdf.php?id=16030300001, diakses pada tanggal 14 Aguatus 2016
Liana, Merry. 2015. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir Fisiologis. http://merry-
creations.blogspot.co.id/2015/01/konsep-dasar-bayi-baru-lahir-fisiologis.htm
l, diakses pada tanggal 13 Agustus 2016
Budiman, Asep. 2016. Penurunan Kematian Ibu dan Bayi di Jabar tidak
Signifikan. http://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2015/08/21/33922
2/penurunan-kematian-ibu-dan-bayi-di-jabar-tidak-signifikan
32