Anda di halaman 1dari 5

BAB 4

PEMBAHASAN

4.1. Pengaruh konsentrasi Na2SO3 Terhadap Hold Up Gas


Dari hasil percobaan diperoleh data-data yang dapat menggambarkan hubungan
antara konsentrasi Na2SO3 terhadap hold-up gas seperti pada gambar 4.1 berikut ini.
20
18
16
14
Hold Up Gas

12
10 ɛ
8 ɛr
6
4 ɛd
2
0
0.024 0.03 0.036
Konsentrasi Na2SO3 (N)

Gambar 4.1 Pengaruh konsentrasi Na2SO3 Terhadap Hold Up Gas


Dari gambar 4.1 Hubungan Konsentrasi Na2So3 dengan Hold-Up Gas di atas, dapat
dilihat bahwa semakin besar konsentrasi Na2So3 yang digunakan dalam reaktor, maka
holdup gas yang diperoleh semakin kecil. Hal ini karena semakin besar konsentrasi Na2So3
maka kekentalan (viskositas) larutan semakin meningkat. Dimana, semakin viskous suatu
zat cair akan mengakibatkan zat tersebut sulit ditembus oleh udara, karena daya yang akan
diperlukan untuk menembus cairan semakin besar sebagai akibat dari semakin kuatnya gaya
gesek antara lapisan gas dan cairannya. Jadi daya yang ada pada gas juga harus digunakan
untuk melawan gaya gesek antara lapisan gas dan cairannya. Hal ini menyebabkan fraksi
udara dalam cairan berkurang dengan demikian hold-up gas menurun (Haryani & Widayat,
2011).
Besarnya hold up gas total sebanding dengan hold up gas riser maupun downcomer.
Dari data percobaan juga didapatkan ɛ riser selalu lebih besar dari ɛ downcomer. Hal
tersebut dikarenakan Δh riser lebih besar dari pada Δh pada downcomer akibat dari
masuknya gas melalui bagian riser. Gas masuk melalui nozzle yang ada pada bagian riser,
nozzle tersebut menghamburkan gelembung udara ke dalam cairan sehingga ketinggian air
meningkat dan ketika gelembung mencapai permukaan cairan gelembung tersebut akan
terlepas ke udara tanpa melalui bagian downcomer (Haryani & Widayat, 2011).

(1)

(2)
(3)
Berdasarkan hasil yang diperoleh, rumus diatas menjelaskan besaran hold up gas ɛ
riser maupun ɛ downcomer akan mengalami penurunan disebabkan berkurangnya densitas
udara dalam cairan berkurang (𝜌g). Semakin meningkat konsentrasi Na2SO3 densitas cairan
(𝜌L) akan meningkat maka cairan akan semakin viskous, dimanan udara/gas akan semakin
sulit untuk masuk ke cairan sehingga daya yang digunakan gas untuk menembus cairan
akan semakin besar karena besarnya gaya gesek antara lapisan gas dan cairannya. Hal ini
menyebabkan fraksi udara dalam cairan berkurang, dan densitas udara (𝜌g) juga berkurang.
Dari persamaan hold up gas ɛ riser dan ɛ downcomer diatas, semakin kecil densitas udara
(𝜌g) maka akan meningkatkan nilai (𝜌L- 𝜌g) , hal itu akan meningkatkan nilai penyebut dan
nilai hold up gas ɛ riser dan ɛ downcomer akan semakin kecil seiring dengan meningkatnya
konsentrasi Na2SO3. Sedangkan besarnya hold up gas total sebanding dengan hold up gas
riser maupun downcomer. (Haryani & Widayat, 2011).

4.2. Pengaruh Konsentrasi Na2So3 terhadap Laju Sirkulasi


Dari hasil percobaan diperoleh data-data yang dapat menggambarkan hubungan antara
konsentrasi Na2SO3 terhadap laju sirkulasi seperti pada gambar 4.2 berikut ini.
16

14

12
Laju Sikulasi (cm/s)

10

8
Laju Sirkulasi Riser
6
Laju Sirkulasi Downcomer
4

0
0.024 0.03 0.036
Konsentrasi Na2SO3 (N)

Gambar 4.2 Hubungan Konsentrasi Na2SO3 dengan Laju Sirkulasi


Gambar 4.2 menunjukkan bahwa kenaikan viskositas akan menyebabkan menurunnya
laju sirkulasi cairan dan penurunannya merupakan penurunan yang linier. Hal ini bisa
dijelaskan dengan naiknya viskositas akan menaikkan hambatan terhadap aliran fluida. Gaya
gesek antara lapisan gas dan cairan yang semakin besar menyebabkan penurunan laju
sirkulasi cairan (Haryani & Widayat, 2011).

(4)

(5)
Berdasarkan persamaan laju sirkulasi cairan pada downcomer (cm/s), diatas semakin
lama waktu untuk cairan melewati panjang lintasan reactor (Lc) maka laju sirkulasi cairan
pada downcomer (ULd) akan menurun. Dari persamaan (5) juga dapat dilihat bahwa laju
sirkulasi downcomer lebih besar dari laju sirkulasi riser. Hal ini karena laju sirkulasi
berbanding terbalik dengan luas area, luas area downcomer lebih kecil daripada luas area
riser hal itu menyebabkan laju sirkulasi downcomer lebih besar daripada riser (Haryani &
Widayat, 2011).
Berdasarkan hasil yang diperoleh, semakin besar konsentrasi Na2SO3 laju sirkulasi
cairan downcomer dan riser akan menurun. Hal itu dapat dijelaskan berdasarkan persamaan
(4), yaitu lamanya waktu (tc) yang digunakan cairan untuk melintasi panjang lintasan reactor
(Lc). Semakin meningkat konsentrasi Na2SO3 maka akan meningkatkan vikositas cairan. Hal
itu akan menyebabkan gaya gesek cairan akan meningkat. Menurut persamaan (4), waktu
yang digunakan untuk melintasi reaktor akan semakin lama, dan nilai laju sirkulasi yang
didapat akan semakin menurun (Haryani & Widayat, 2011).

4.3 Pengaruh konsentrasi Na2SO3 terhadap nilai KLa

600

500

400
KLa

300

200

100

0
0.024 0.03 0.036

Konsentrasi Na2SO3 (N)

Gambar 4.3 Hubungan konsentrasi Na2SO3 terhadap nilai Kla

Dari Gambar 4.3, dapat diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi Na2SO3, maka

semakin tinggi pula nilai koefisien transfer massa gas-cair (kLa). Hal ini disebabkan karena

dengan bertambahnya konsentrasi Na2SO3, laju alir udara berkurang, konsentrasi oksigen

dalam medium bertambah, yang menyebabkan perpindahan massa oksigen menjadi cepat dan
perbedaan konsentrasi oksigen besar. Akibatnya, oksigen yang masuk ke reaktor berada pada

jumlah yang relatif besar, maka persediaan O2 untuk bereaksi dengan Na2SO3 makin besar.

Reaksi yang terjadi :


Na2SO3 + 0,5 O2 Na2SO4 + Na2SO3(sisa) (1)
Pada reaksi (1), Na2SO3 akan bereaksi dengan gas O2 didalam reaktor, dan akan menghasilkan
Na2SO4 dan juga Na2SO3(sisa). Selanjutnya mencari mol Na2SO3(sisa) dari hasil reaksi tersebut
Na2SO3(sisa) + KI + KIO3Na2SO4 + 2KIO2 + I2(sisa) (2)
Pada reaksi (2), Na2SO3(sisa) direaksikan dengan larutan KI dan KIO3 untuk mengubah
Na2SO3(sisa) seluruhnya menjadi Na2SO4
I2 (sisa) + 2 Na2S2O3Na2S4O6 + 2NaI (3)
Pada reaksi (3), I2 yang tersisa dari hasil reaksi (2) akan direaksikan dengan Na2S2O3 (titran) untuk
dapat diketahui mol nya

Dengan konsentrasi Na2SO3 yang semakin besar sesuai variabel yaitu (0.024N, 0.03N,

0.036N) maka mol Na2SO3 awal juga semakin besar, untuk mencari mol Na2SO3 sisa = mol I2

excess – 0.5(mol Na2SO3 awal). Dengan demikian, semakin besar mol Na2SO3 awal maka mol

Na2SO3 sisa akan semakin kecil.

Jumlah gas oksigen yang masuk dihitung dari jumlah O2 yang bereaksi pada reaksi

diatas dengan rumus :

Mol O2 yang bereaksi = 0,5 (mol Na2SO3 awal - mol Na2SO3 sisa)

𝑚𝑜𝑙 O2 yang berekasi x BM O2


Mol O2 yang masuk reaktor =
𝑡 𝑋 60

Dengan mol Na2SO3 sisa yang kecil, maka mol O2 yang bereaksi dan masuk ke reaktor akan

semakin besar.

Nilai KLa sangat ditentukan oleh jumlah O2 yang ada dalam reaktor, seperti yang

ditunjukkan persamaan berikut:

KLa = 𝑚𝑜𝑙 O2 yang berekasi



𝐶 𝑞
x BM O2

Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa semakin besar O2 yang ada di dalam reaktor

maka KLa juga semakin besar. Akibatnya laju perpindahan O2 dalam reaktor semakin besar

sehingga nilai koefisien perpindahan massa gas-cair (KLa) juga semakin besar. Dengan

demikian semakin besar konsentrasi Na2SO3 maka nila KLa juga semakin besar.

(Haryani dan Widayat, 2011)


4.4 Hubungan waktu tinggal Na2SO3 terhadap KLa

1400

1200

1000

800
KLa

Na2SO3 0,024 N
600
Na2SO3 0,03 N

400 Na2SO3 0,036 N

200

0
0 5 10 15 20 25
Waktu (s)

Gambar 4.4 Hubungan waktu tinggal dengan KLa

Dari gambar 4.4, dapat dilihat bahwa semakin lama waktu, maka kLa semakin menurun.

Reaksi yang terjadi adalah :

Na2SO3 + 0,5 O2 Na2SO4 + Na2SO3(sisa)

Na2SO3(sisa) + KI + KIO3 Na2SO4 + 2KIO2 + I2(sisa)

I2 (sisa) + 2 Na2S2O3 Na2S4O6 + 2NaI

Dari reaksi tersebut, semakin lama waktu tinggal maka Na2SO3 yang bereaksi
dengan O2 makin berkurang sehingga reaktan akan semakin jenuh oleh gas. Jenuh ditandai
dengan perpindahan massa gas-cair yang menurun. Dengan demikian, harga kLa akan
semakin kecil seiring bertambahnya waktu.
Dengan waktu yang sama dari grafik di atas menunjukkan harga kLa untuk masing
– masing variabel berbeda.Pada waktu yang sama (t = 5 menit) diperoleh nilai kLa sebagai
berikut: Variabel I (Na2SO3 0,024N) sebesar 803,6875 ml/s ; Variabel II (Na2SO3 0,03N)
sebesar 10004,1ml/s ; Variabel III (Na2SO3 0,036 N) sebesar 1205,625 ml/s.
Semakin besar konsentrasi Na2SO3 maka semakin besar pula nilai kLa. Hal ini
dikarenakan semakin besar konsentrasi Na2SO3 maka semakin besar mol Na2SO3 awal dan
mol Na2SO3 sisa akan semakin kecil. Dengan mol Na2SO3 sisa yang kecil maka mol O2
yang bereaksi dan masuk reaktor akan semakin besar dan nilai k La pun juga akan semakin
besar.
(Haryani dan Widayat, 2011)

Anda mungkin juga menyukai