PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi sekarang ini yang banyak menimbulkan kematian adalah saluran
pernafasan baik itu pernafasan atas maupun bawah, yang bersifat akut atau kronis salah
satunya penyakit bronchitis. Bronchitis pada anak berbeda dengan bronchitis yang terjadi
pada orang dewasa. Pada anak bronchitis merupakan bagian dari berbagai penyakit
saluran nafas lain, namun dapat juga merupakan penyakit tersendiri (Ngastiyah, 2006).
Saat ini penyakit bronchitis diderita oleh sekitar 64 juta orang di dunia. Penggunaan
tembakau, populasi udara dalam ruangan/luar ruangan dan debu serta bahan kimia adalah
factor resiko utama (WHO 2015). Di Indonesia angka kejadian bronchitis sampai saat ini
belum diketahui secara pasti. Namun, bronchitis merupakan salah satu bagian dari
penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) yang terdiri dari bronchitis kronik dan emfisema
atau gabungan dari keduanya (PDPI,2013). Bronkitis pada anak dapat merupakan bagian
dari banyak penyakit pernafasan lainya. Namun bronkitis dapat juga merupakan penyakit
tersendiri.sebagai penyakit tersendiri, bronkitis merupakan topik yang masih kontroversi
dan ketidak-jelasan di antara para klinikus dan para penyidik.bronkitis sering merupakan
dignosa yang di tegakkan,baik di luar maupun di dalam negeri,walaupun dengan patokan
diagnosis yang tidak sama.bahkan stern (1983) meragukan adanya bronkitis kronik pada
anak sebagai penyakit tersendiri.Mengapa hal ini sampai terjadi kesimpang siuran karena
masih belum ada konsensus tentang bronkitis pada anak ini
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep teoritis dari Bronkitis
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan bronchitis
b. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
bronchitis
1
c. Mahasiswa mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan
bronchitis
d. Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan pada pasien dengan
bronchitis
e. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap tindakan keperawatan pada
pasien dengan bronchitis
BAB II
KONSEP TEORI
1. Defenisi
Bronkitis adalah sebuah inflmasi pada bronkus.bronkitis akut merupakan kejadian
terpisah, biasanya merupakan infeksi primer virus sebagai komplikasi dari penyakit selesma,
influenza, batuk rejan, campak atau rubela.infeksi skunder merupakan akibat bakteri, yang
umumnya bakteri haemophilus influezae atau streptococcus pnemoniae.pada bronkitis
kronik, kelenjar mukus bronkial mengalami hipertrofi akibat asap rokok dan polutan
atmosfer yang membuat iritasi,dan keluhan pasien satu-satunya adalah batuk pruduktif serta
2
sputum mukoid yang terjadi sepanjang hari selama tiga bulan berturut-turut selama dua
tahun berturut-turut. (kamus keperawatan: Hinchliff, sue 1999).
Bronkitis adalah infeksi pada saluran pernapasan utama dari paru-paru atau bronkus
yang menyebabkan terjadinya peradangan atau inflamasi pada saluran tersebut. Kondisi ini
termasuk sebagai salah satu penyakit pernapasan.
2. Etilogi
Penyebab bronchitis akut yang paling sering adalah virus seperti Rhinovirus,
respiratori sicytial virus (RSV), virus influenza, virus parainfluenza dan coxsackie virus.
Bronkitis akut sering terjadi pada anak yang yang menderita morbili, pertusis, dan infeksi
mycoplasma pneumonia. Infeksi sekunder oleh bakteri dapat terjadi , namun ini jarang di
lingkungan sosial ekonomi yang baik. Faktor predisposisi terjadi bronchitis akut adalah
allergi, perubahan cuaca, polusi udara, dan infeksi saluran napas atas kronik, memudahkan
terjadinya bronchitis. Sedangkan pada bronchitis kronik yang menyebabkan adalah asma,
Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronkitis),infeksi, penyakit paru yang
pernah ada, sindrom aspirasi, penekanan pada saluran pernapasan, benda asing, kelainan
jantung bawaan, psikis, dll
3. Klasifikasi
a. Bronchitis akut
Proses keradangan pada bronkus dengan manifestasi utama berupa batuk yang produktif
yang berlangsung < 3 minggu.
b. Bronchitis kronik
Bronkitis kronik pada orang dewasa didefinisikan sebagai batuk produktif selama 3 bulan
atau lebih dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut atau lebih, namun tidak ada
standar demikian yang dapat diterima pada anak
3
4. Patofisiologi
Temuan utama pada bronkitis adalah hipertropi kelenjar mukosa bronkus dan
peningkatan jumlah sel goblet dengan infiltrasi sel-sel radang dan oedema pada mukosa sel
bronkus. Pembentukan mukosa yang meningkat mengakibatkan gejala khas yaitu batuk
produktif. Produksi mukus yang terus menerus mengakibatkan melemahnya aktifitas silia
dan faktor fagositosis dan melemahkan mekanisme pertahanannya sendiri. Faktor etiologi
utama adalah virus dan zat polutan. Pada penyempitan bronkial lebih lanjut terjadi akibat
perubahan fibrotik yang terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya mungkin terjadi
perubahan paru yang menetap yang mengakibatkan empisema dan bronkhietaksis.
5. Manifestasi Klinis
Tanda dan Gejala pada bronchitis akut
a. Batuk
b. Terdengar ronki
c. Suara yang berat dan kasar
d. Wheezing
e. Menghilang dalam 10-14 hari
f. Demam
g. Produksi sputum
6. Pemeriksaan Penunjang
Foto rontgen thoraks
Analisa sputum
Tes fungsi paru
Analisa gas darah
7. Komplikasi
a. Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik
b. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi kurang
dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia
c. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi
d. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau Bronkietaksis
e. Gagal jantung kongestif
4
f. Pneumonia
8. Pentalaksanaan
a. Tindakan suportif
b. Pendidikan bagi pasien dan keluarganya tentang:
1. Menghindari merokok
2. Menghindari iritan lainnya yang dapat terhirup
3. Mengontrol suhu dan kelembapan lingkungan
4. Nutrisi yang baik
5. Hidrasi yang adekuat
c. Terapi khusus (pengobatan)
1. Bronkodilator
2. Antimikroba
3. Kortikosteroid
4. Terapi pernapasan
5. Terapi aerosol
6. Terapi oksigen
7. Penyesuaian fisik
8. Terapi relaksasi
9. Discharge Planning
a. Membatasi aktivitas
b. Berhenti merokok dan hindari asap tembakau
c. Lakukan vaksin untuk influenza dan S. pneumonia
d. Hindari makanan yang merangsang
e. Jangan memandikan terlalu pagi atau terlalu sore
f. Tidak tidur dikamar yang ber AC atau gunakan baju dingin
g. Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan
h. Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi
i. Jangan mengkonsumsi makanan seperti telur ayam, karena bisa menambah produksi
lendirnya, begitu juga minuman bersoda bisa jadi pencetus karena saat diminum maka
sodanya akan naik ke hidung dan merangsang di saluran pernapasan.
j. Cobalah untuk menjalani terapi uap hangat untuk membantu menghilangkan sumbatan
dan mengencerkan lender/dahak
k. Minum banyak air agar lendir/dahak tetap encer dan mudah di keluarkan
10. Pathway
5
BAB III
A. Pengkajian
a. Identitas klien
(nama, umur, tanggal lahir, alamat, agama, pendidikan, diagnose medis,dll)
6
b. Identitas penanggung jawab
(nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, hubungan dengan klien)
c. Riwayat kesehatan
Keluhan utama: sesak napas, batuk berdahak
Riwayat kesehatan sekarang: berisi latar belakang penyakit (mulai dirasakan pasien)
Riwayat kesehatan terdahulu: kaji riwayat pernapasan lainnya
Riwayat kesehatan keluarga: kaji apakah di dalam keluarga ada yang memiliki
penyakit yang sama dengan klien
d. Pemeriksaan fisik
1. B1 (Beat)
Adanya retraksi dan pernapasan cuping hidung, warna kulit dan membrane mukosa
pucat dan cyanosis, adanya suara serak, stridor dan batuk. Pada anak yang menderita
bronchitis biasanya disertai dengan demam ringan, secara bertahap mengalami
peningkatan distress pernapasan, dispnea, batuk non produktif paroksimal, takipnea
dengan pernapasan cuping hidung dan retraksi, emfisema.
Gejala:
Takipnea (barat saat aktivitas)
Warna sputum dapat hijau, putih, atau kuning dan dapat banyak sekali
Tanda:
Lebih memilih posisi fowler/semi fowler untuk bernafas
Cuping hidung
7
2. B2 (Blood)
Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah
Tanda : Peningkatan TD, Takikardi, Distensi vena jugularis, Bunyi jantung redup
(karena cairan di paru-paru), Warna kulit normal atau sianosis
3. B3 (Brain)
Klien tampak gelisah, peka terhadap rangsang, ketakutan, nyeri dada.
4. B4 (Bladder)
Tidak ditemukan masalah, tidak ditemukan adanya kelainan
5. B5 (Bowel)
Gejala:
Mual/muntah
Nyeri abdomen
Tanda
Turgor kulit buruk
Edema
Berkeringat
6. B6 (Bone)
Gejala
Keletihan, kelelahan
8
Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas karena sulit bernafas
Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan
Tanda:
Keletihan
Gelisah
Insomnia
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d bronkokontriksi,peningkatan produksi
lender,batuk tidak efektif,dan infeksi bronkopulmonal
2. Ketidakefektifan pola napas b.d keletihan otot pernapasan,hiperventilasi paru,deformitas
dinding dada
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d laju metabolic, anoreksia,
mual/muntah, disphea, kelemahan
4. Hipertermi b.d pemajanan lingkungan yang panas, proses penyakit peradangan
5. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan
Bersihan jalan nafas NOC: NIC:
1
tidak efektif Respiratory status: Airway suction:
Batasan karakteristik: ventilation o Pastikan kebutuhan
Tidak ada batuk oral/teacheal suctioning
Respiratory: airway
Suara napas tambahan patency o Auskultasi suara napas sebelum
dan sesudah suctioning
Perubahan frekuensi Kriteria hasil:
Mendemontrasikan
9
napas batuk efektif dan o Minta klien napas dalam
suara napas yang sebelum suction dilakukan
Perubahan irama napas
bersih, tidak ada
o Berikan O2 dengan
Sianosis sianosis dan dipsneu
menggunakan nasal untuk
(mampu
Kesulitan bicara atau menfasilitasi suksion
mengeluarkan
mengeluarkan suara nasotrakeal
sputum, mampu
Penurunan bunyi napas bernapas dengan o Gunakan alat streril setiap
mudah, tidak ada melakukan tindakan
Dipsneu
pursed lips)
o Anjurkan pasien untuk istirahat
Sputum dalam jumlah
Menunjukkan jalan dan napas dalam setelah kateter
yang berlebihan
napas yang paten dikeluarkan dari nasotrakeal
Batuk yang tidak efektif (klien tidak merasa
o Monitor status oksigen pasien
Orthopneu tercekik, irama
napas, frekuensi o Ajarkan keluarga bagaimana
Gelisah cara melakukan suction
pernapasan dalam
Mata terbuka lebar rentang normal, o Hentikan suction dan berikan
tidak ada suara
oksigen apabila pasien
Factor yang berhubungan : napas abnormal)
menunjukkan bradikardi,
Lingkungan Mampu peningkatan saturasi O2, dll
10
alveoli buatan
- Disfungsi
neuromuskular
11
Mendemontrasikan o Identifikasi pasien perlunya
pernapasan
batuk efektif dan pemasangan alat jalan napas
Perubahan ekskursi
suara napas yang buatan
dada
bersih, tidak ada
Mengambil posisi tiga o Pasang mayo bila perlu
sianosis dan dipsneu
titik (mampu o Lakukan fisioterapi dada jika
Bradipneu mengeluarkan perlu
Penurunan tekanan sputum, mampu
o Keluarkan secret dengan batuk
ekspirasi bernapas dengan
atau suction
Penurunan ventilasi mudah, tidak ada
pursed lips) o Auskultasi suara napas, catat
semenit
adanya suara tambahan
Penurunan kapasitas Menunjukkan jalan
vital napas yang paten o Lakukan suction pada mayo
Dispneu (klien tidak merasa o Berikan bronkodilator bila perlu
Peningkatan diameter tercekik, irama
anterior-posterior napas, frekuensi o Berikan pelembab udara kassa
pernapasan dalam basah NaCl lembab
Pernapasan cuping
hidung rentang normal, o Atur intake untuk cairan
tidak ada suara mengoptimalkan keseimbangan
Ortopneu
napas abnormal)
Factor ekspirasi o Monitoring respirasi dan status
memanjang Tanda-tanda vital O2
Pernapasan bibir dalam rentang
13
abnormal
Ketidakseimbangan NOC NIC
3
nutrisi kurang dari Setelah dilakukan o Kaji motivasi klien untuk
kebutuhan tindakan keperawatan merubah pola makan
Berhubungan dengan: 2x24 jam pasien akan
o Pantau nilai laboratorium
Dypsnue menunjukkan
khusunya transferin, albumin,
peningkatan status gizi
Ketidakadekuat intake dan elektrolit
dengan kriteria hasil:
nutrisi
Peningkatan berat o Kaji kemampuan pasien untuk
badan atau tetap memenuhi kebutuhan nutrisi
DS/DO
Komponen gizi
Penurunan berat badan o Ajarkan metode untuk
adekuat
perencanaan makan
Menoleransi diet
yang dianjurkan o Ajarkan pasien dan keluarga
14
Dehidrasi normal dengan kriteria o Monitor WBC,Hb, dan Hct
hasil: o Berikan anti piretik
DS/DO Suhu 36-37 C o Kelola anti biotic
Kenaikan suhu tubuh di Nadi dan RR dalam o Selimuti pasien
atas rentang normal rentang normal o Berikan cairan intravena
15
terhadap aktivitas secara mandiri merencanakan program terapi
Perubahan ECG: Keseimbangan
yang tepat
aritmia, iskemia aktivitas dan o Bantu klien untuk
istirahat mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
o Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai denga
kemampuan fisik, psikologi,
dan social
o Bantu untuk mengidentifikasi
dan mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
o Bantu untuk mendapatkan alat
bantu aktivitas seperti kursi
roda, krek
o Bantu untuk
mengidentifikasikan aktivitas
yang sesuai
o Bantu klien untuk membuat
latihan diwaktu luang
o Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasikan
kekurangan dalam beraktivitas
o Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
o Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri
dari penguatan
o Monitor respon,fisik, emosi,
sosisal, dan spiritual
16
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Bronkitis adalah infeksi pada saluran pernapasan utama dari paru-paru atau bronkus
yang menyebabkan terjadinya peradangan atau inflamasi pada saluran tersebut. Kondisi ini
termasuk sebagai salah satu penyakit pernapasan. Bronchitis di klasifikasi menjadi 2 yaitu:
bronchitis akut dan kronik, penyebab bronchitis akut yang paling sering adalah virus seperti
Rhinovirus, respiratori sicytial virus (RSV), virus influenza, virus parainfluenza dan
coxsackie virus sedangkan pada bronchitis kronik yang menyebabkan adalah asma, Infeksi
kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronkitis),infeksi, penyakit paru yang pernah
ada, sindrom aspirasi, penekanan pada saluran pernapasan, benda asing, kelainan jantung
bawaan, psikis, dll. Tanda dan gelaja pada pada penyakit ini adalah batuk berdahak, demam,
sesak napas,mudah lelah, sakit kepala, dll.
2. Saran
Bagi tenaga kesehatan supaya lebih memahami tanda dan gejala bronchitis pada bayi/anak
sehingga tidak terjadi kesalahan dalam memberikan pelayanan kesehatan.
17