Anda di halaman 1dari 21

DINAMIKA POLITIK MENUJU INDONESIA

BARU 2019
(Studi tentang kriteria pemimpin dan peta politik menjelang
tahun politik 2019)
FAUZAN AHMAT RAHMAWAN
XI MIA 2
SMAN 35 JAKARTA
JALAN MUTIARA II KARET TENGSIN,JAKARTA PUSAT

1
LEMBAR PENGESAHAN

Karya ilmiah yang berjudul”Dinamika Politik Menuju Indonesia Baru 2019” telah disahkan
dan disetujui pada:

Hari : Senin

Tanggal : 26 Februari 2018

Disetujui oleh:

Pembimbing Penulis

Dra.Musmawita,M.Pd Fauzan Ahmat Rahmawan

NIP.196209151989032003 NIS.13484

Mengetahui

Kepala SMAN 35 Jakarta

Dra. Atik Siti Atikah

NIP.196408021989032008

2
Kata Pengantar

Puji syukur marilah kita ucapkan kepada Tuhan YME karena atas karunia dan izinnya
karya tulis ilmiah ini dapat saya selesaikan dengan baik. Karya tulis ilmiah ini dapat selesai
tentunya atas kerjasama yang baik dari semua pihak yang terlibat.

Oleh karena itu saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah
terlibat dan membantu terlibat dalam pembuatan karya ilmiah ini. Tentunya karya ilmiah ini
tidak terlepas dari berbagai kekurangan.

Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan agar penulis dapat
memperbaiki karya ilmiahnya dimasa mendatang. Semoga hasil karya ilmiah yang saya buat
dapat bermanfaat buat kita semua.

Jakarta,25 Februari 2018

Fauzan Ahmat R.

3
Abstrak

Karya ilmiah dengan judul”Dinamika Politik Menuju Indonesia Baru 2019’’ merupakan
suatu hasil penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kriteria pemimpin yang diinginkan
rakyat dan mengetahui peta politik menuju pesta demokrasi 2019. Karya ilmiah ini dibuat
dengan mengedepankan fakta dan data yang ditemui oleh sang penulis tanpa ada kepentingan
pribadi dan sang penulis. Berbagai data akan dipaparkan secara jelas dalam karya ilmiah ini
mulai dari kriteria pemimpin sampai bakal calon pasangan pemimpin yang diinginkan rakyat.
Diakhir karya ilmiah ini akan disimpulkan berbagai fakta dan data yang menarik seputar peta
politik di Indonesia yang akan memberikan edukasi lebih jauh kepada bakal calon pemilih
terutama para pemilih muda dan pemula pada pesta demokrasi 2019 mendatang.

4
Daftar Isi

Lembar penngesahan .......................................................... 2

Kata Pengantar .................................................................... 3

Abstrak ................................................................................ 4

Bab 1 Pendahuluan

Latar Belakang .............................................................. 6

Perumusan Masalah ...................................................... .7

Tujuan .......................................................................... .7

Manfaat ........................................................................ .7

Bab 2 Kerangka Teoritis

Landasan Teori.............................................................. 8

Hipotesis ...................................................................... 10

Bab 3 Metodologi Penelitian .............................................. 11

Bab 4 Pembahasan ............................................................. 12

Bab 5 Kesimpulan ............................................................... 20

Bab 6 Daftar Pustaka ......................................................... 21

5
Bab 1 Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pemilihan umum (pemilu) merupakan salah satu sarana demokrasi. Pesta demokrasi yang
merupakan perwujudan tatanan kehidupan negara dan masyarakat yang berkedaulatan rakyat,
pemerintahan dari dan untuk rakyat. Melalui pemilu, setidaknya dapat dicapai tiga hal.
Pertama, lewat pemilu kita dapat menguji hak – hak politik rakyat secara masif dan
serempak. Kedua, melalui pemilu kita dapat berharap terjadinya proses rekrutmen politik
secara adil, terbuka, dan kompetitif. Ketiga, dari pemilihan umum kita menginginkan adanya
pola pergiliran kekuasaan yang damai.
Pemilu di Indonesia pada awalnya ditujukan untuk memilih anggota lembaga perwakilan,
yaitu DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota. Namun, setelah amandemen keempat
UUD 1945 pada 2002, pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres), yang semula
dilakukan oleh MPR, disepakati untuk dilakukan langsung oleh rakyat sehingga pilpres pun
dimasukkan ke dalam rezim pemilu. Pilpres sebagai bagian dari pemilu diadakan pertama
kali pada Pemilu 2004. Pada 2007, berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007,
pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah (pilkada) juga dimasukkan sebagai bagian
dari rezim pemilu.

6
B. Perumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dan disajikan dalam karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:

 Bagaimana kriteria pemimpin harapan masyarakat Indonesia?


 Apa yang menjadi faktor utama pemilih dalam menentukan pilihannya dalam pemilu?
 Bagaimana tingkat kepuasan masyarakat terhadap pemerintahan saat ini?
 Bagaimana tingkat elektabilitas para bakal calon pemimpin Indonesia?
 Siapa saja pasangan bakal calon presiden dan wakil presiden yang diharapkan
masyarakat?

C. Tujuan

Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk:

 Mengetahui tingkat kepuasan rakyat terhadap pemerintahan saat ini.


 Mengetahui tingkat elektabilitas bakal calon presiden dan wakil presiden.
 Mengetahui kriteria dan faktor masyarakat dalam memilih pemimpin Indonesia.
 Memberikan edukasi politik kepada para pemilih terutama pemilih pemula pada
pemilu 2019.

D. Manfaat

Penulisan karya ilmiah ini memiliki manfaat sebagai berikut:

 Sebagai bahan refrensi peta politik Indonesia 2019.


 Sebagai bahan prediksi bakal calon pemimpin masa depan Indonesia.
 Bentuk kepedulian dan partisipasi positif menuju Pemilu 2019.
 Meningkatkan semangat masyarakat menuju pesta demokrasi 2019.

7
Bab 2 Kerangka Teoritis

A. Landasan Teori

Peta merujuk pada gambaran umum tentang keadaan tempat, wilayah dan atau medan
tertentu yang dapat dijadikan dasar dalam menentukan arah yang hendak dituju. Kalau itu
menyangkut peta politik akan meliputi antara lain gambaran wilayah, medan, situasi dan
kondisi politik dalam suatu mendan tertentu. Nasional dan lokal merujuk pada wilayah
dimana politik itu beroperasi. Berbeda dengan peta dalam artian leksikal, peta politik
berlangsung sangat dinamis, mengalami pasang surut sesuai dengan situasi dan kondisi
politik yang ada dan terjadi pada wilayah medan politik.

Politik sebagai sebuah terminologi mengadung arti sangat luas, batasan-batasan politik
sebagaimana dirumuskan oleh para teoritisi politik lazim diartikan sebagai upaya mengatur
negara dan melaksanakan pemerintahan melalui proses perebutan kekuasaan yang
konstitusional dengan menggunakan kekuasaan yang diraih dan kekuatan yang dimiliki bagi
kesejahteraan rakyat. Agar pola kerja politik dapat terarah, dibuatkan karangka sistemik
sebagai jalinan sub-sub sistem yang meliputi infra (pemerintahan) dan supra struktur (partai
politik, kelompok kepentingan, kelompok penekan dan kelompok anomi) politik. Sub-sub
sistem politik bergerak secara dinamis bagai pendulum berayunan kekiri dan kekanan atau
sebaliknya. Ada kalanya bandul itu ada pada ekstrim kiri, ada kalanya ada pada ekstrim
kanan, ada kalanya berhenti di tengah-tengah. Pergerakan bandul politik ini dikendalikan dan
diformat dalam suatu kerangka sistem yang diarahkan pada sistem politik yang demokratis.

Dinamika politik nasional Indonesia mulai terasa ketika gerakan demokratisasi digulirkan
pada tahun 1997 oleh kalangan mahasiswa, kemudian melahirkan suksesi kepemimpinan
pada tahun 1998 yang dikatakan sebagai tonggak awal gerakan demokrasi di Indonesia
(Philpott, 2003: 1). Tuntutan reformasi menghendaki adanya perubahan yang mendasar
terhadap tatanan kehidupan sosial-politik yang demokratis dengan menempatkan kedaulatan
ada ditangan rakyat. Upaya ini diantaranya dilakukan melalui perubahan sitem demokrasi
perwakilan dengan model pemilihan tidak langsung menjadi demokrasi langsung.

Gambaran kontemporer terhadap peta politik nasoional pintu masuknya dapat dinalisis
melalui hasil pemilu legislatif maupun presiden dan wakil presiden. Pendekatan historis
memberikan gambaran bahwa peta politik nasional mengalami dinamika pasang surut
berfluktuatif. Pada masa orde baru, Golkar sebagai kekuatan politik dominan mengendalikan
hampir keseluruhan aspek politik. Reformasi telah menjungkalkan domiminasi politik
Golkar, dengan munculnya kekuatan politik “rakyat” yang dipresentasikan oleh PDI-P (1999-
2004). Ketika itu PDI-P keluar sebagai pemenang pemilu disusul oleh Golkar. Walaupun
keluar sebagai pemenang pemilu ternyata calon presiden dari PDI-P tidak memenangkan
proses pemilihan ketika itu. Justru yang menjadi presiden adalah Abdulrahman Wahid yang
nota benana berbasis pada PKB, disokong kekuatan politik poros tengah dengan Amin Rais
sebagai aktor intelektualnya, berhasil “menjegal” gerakan PDI-P dan harus puas pada posisi
wakil presiden. Jatuhnya Gus dur mengangkat Megawati menjadi Presiden. Pemilu 2004,
kekuatan Golkar bangkit kembali dengan memenangkan pemilu legislatif menggeser PDI-P
ke posisi runer up. Pada saat itu pula telah lahir satu partai politik baru yakni Partai Demokrat
yang dibidani oleh SBY.

8
Sebagai partai “baru” Partai Demokrat ternyata hasilnya mengejutkan, Demokrat yang dalam
pemilu 2004 memperoleh hanya 7%, mengalami lompatan yang luarbiasa, dengan merahi
20,85% suara. Pesona kekuasaan yang dimainkan SBY mampu menjadi magnetude menarik
simpati rakyat. Ini merupakan modal yang luarbiasa bagi pencitraan partai Demokrat
sehingga tampil sebagai pemenang dengan komposisi sebagai berikut; Dari 38 partai politik
nasional, hanya 9 partai yang memenuhi ambang batas perolehan suara 2,5 persen.Sementara
29 partai lainnya harus tersingkir.

Ditingkat operasional, kekuatan-kekuatan internal masing-masing parpol akan membawa


gerbong masing-masing untuk memasukkan kepentingan politiknya kedalam program kerja
kabinet. Bisa jadi, gorbong berikutnya akan bergerak ke tataran birokrasi walaupun secara
normatif birokrasi itu mesti netral. Disinilah menjadi titik krusial dari koalisi besar itu.
Pancaran sinarnya akan menyeruak sampai ke tingkat lokal.

9
B. Hipotesis

Sebelum kita merujuk pada data dan fakta dari hasil survey dan riset yang akan dilakukan.
Saya akan memuat berbagai hipotesis tentang peta politik Indonesia yang saya amati dari
kehidupan masyarakat pada umumnya.

Berikut ini hipotesis yang saya buat:

 Kriteria pemimpin yang diharapkan masyarakat ialah pemimpin yang tegas dan jujur.
 Pemilih Indonesia ialah pemilih rasional yang lebih mengedepankan visi dan misi saat
menentukan pilihannya.
 Pemilih identitas yang mengedepankan agama dan suku masih cukup besar
jumlahnya, namun masih dibawah pemilih rasional.
 Elektabilitas petahana sangat riskan untuk terpilih kembali karena berada dibawah
50%
 Pertarungan Jokowi dan Prabowo akan kembali tersaji dalam PILPRES 2019, namun
bukan tidak mungkin Prabowo tidak akan maju dalam PILPRES 2019.

10
Bab 3 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian yang dilakukan dalam pembuatan karya ilmiah ini ada 2 yaitu:

 Metode deskriptif yaitu metodo penelitian yang bertujuan untuk mengambarkan fakta
dan data yang terjadi dilapangan yang disajikan dalam bentuk stastika dan tanpa ada
pengurangan data apa pun.
 Metode eksperimen yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk memperoleh
gambaran atas suatu gejala yang ada di masyarakat.

Adapun sistematika jadwal penelitian yang saya buat sebagai berikut:

NO KEGIATAN TANGGAL
1 Penyusunan Survei 22-23 Februari 2018
2 Penyebaran Survei 23-25 Februari 2018
3 Pengolahan Data 25 Februari 2018
4. Penulisan Laporan 25 Februari 2018

11
Bab 4 Pembahasan

A. Hasil Survey “Kriteria Pemimpin Harapan Rakyat”

 JENIS KELAMIN

JENIS KELAMIN

Pria
Wanita

 KRITERIA PEMIMPIN

KRITERIA PEMIMPIN

TEGAS
JUJUR
SEDERHANA
RELIGIUS

12
 KALANGAN YANG TEPAT MEMIMPIN INDONESIA

KALANGAN YANG TEPAT MEMIMPIN


INDONESIA

MILITER
SIPIL
AKADEMISI
AHLI AGAMA
POLITISI

 FAKTOR UTAMA MASYRAKAT DALAM MENNENTUKAN PILIHANNYA

FAKTOR UTAMA MASYRAKAT DALAM


MENNENTUKAN PILIHANNYA

VISI-MISI
AGAMA
PERJALANAN KARIR
PENDIDIKAN
PARTAI PENDUKUNG
ASAL DAERAH

13
B. HASIL SURVEY “PETA POLITIK MENUJU INDONESIA BARU 2019”

 JENIS KELAMIN

JENIS KELAMIN

PRIA
WANITA

 UMUR

UMUR

17-25
41-60
26-40

14
 TINGKAT PENDIDIKAN

PENDIDIKAN

SMA
D1/D2/D3
S1/S2/S3

 LOKASI TEMPAT TINGGAL

LOKASI TEMPAT TINGGAL

P.JAWA
P.SUMATERA
P.PAPUA
P.SULAWESI
P.KALIMANTAN

15
 TINGKAT KEPUASAN TERHADAP PEMERINTAHAN SAAT INI

TINGKAT KEPUASAN

PUAS
TIDAK PUAS
BIASA SAJA

 BIDANG YANG MENJADI KELEBIHAN PEMERINTAH SAAT INI

BIDANG YANG MENJADI KELEBIHAN


PEMERINTAH SAAT INI

AGRARIA DAN KELAUTAN


SDA
POLITIK
KEAMANAN
HUKUM
AGAMA
LAINNYA
HAM

16
 BIDANG YANG MENJADI KEKURANGAN PEMERINTAH SAAT INI

KEKURANGAN PEMERINTAH SAAT INI

AGRARIA DAN KELAUTAN


SDA
POLITIK
KEAMANAN
HUKUM
AGAMA
LAINNYA
HAM

 SOSOK CAPRES PILIHAN MASYARAKAT (1)

CAPRES(1)

JOKOWI
PRABOWO
GATOT NURMANTYO
ANIS MATA
ANIES BASWEDAN
AHY
LAINNYA

17
 SOSOK CAPRES PILIHAN MASYARAKAT (2)

CAPRES (2)

JOKOWI
TGB ZAINUL MAJDI
GATOT N.
HARRY TANOESODIBJO
AHY
LAINNYA

 SOSOK CAWAPRES PILIHAN MASYARAKAT (1)

CAWAPRES(1)

AHOK
TGB ZAINUL MAJDI
MUHAIMIN ISKANDAR
ANIS MATA
FADLI ZON
AHMAD HERIAWAN
LAINNYA

18
 SOSOK CAWAPRES PILIHAN MASYARAKAT

CAWAPRES(2)

ANIES BASWEDAN
AHOK
AHMAD HERIAWAN
FAHRI HAMZAH
ANIS MATA
MUHAIMIN ISKANDAR
LAINNYA

 PASLON MENUJU INDONESIA BARU 2019

PASLON MENUJU INDONESIA BARU 2019


JOKOWI-BASUKI
PRABOWO-GATOT
PRABOWO-TGB ZAINUL MAJDI
PRABOWO-ANIES BASWEDAN
GATOT-TGB ZAINUL MAJDI
JOKOWI-MUHAIMIN
JOKOWI-GATOT
PRABOWO-ANIS MATA
AHY-MUHAIMIN
TGB-GATOT
TGB-ANIES

19
BAB 5 KESIMPULAN

Dari berbagai data yang sudah dipaparkan pada bagian pembahasan, maka diperoleh
beberapa point kesimpulan sebagai berikut:

 Masyarakat Indonesia lebih menginginkan pemimpin yang tegas dan jujur.


 Pemilih Indonesia merupakan pemilih rasional yang lebih mengedpankan visi dan
misi, namun jumlah pemilih identitas terutama yang memilih berdasarkan agama
semakin besar tingkatnya dan menjadi mayoritas kedua setelah pemilih rasional.
 Tingkat kepuasan masyrakat terhadap pemerintahan saat ini sangat rendah karena
dibawah 50% daan mengakibatkan elektabilitas presiden saat ini juga sangat
rendah.
 Partai pengusung presiden petahana harus mulai memikirkan bakal cawapres
pendamping yang bisa merangkul pemilih identitas agama dan pemilih rational
untuk meningkatkan elektabilitas presiden petahana.
 Nama Prabowo Subianto masih menjadi pesaing yang cukup serius untuk
mengagalkan calon petahana yang saat ini elektabilitasnya sudah semakin turun.
 Nama Anies Baswedan dan TGB Zainul Majdi menjadi nama cawapres terkuat
untuk berpasangan dengan Prabowo.
 Nama Basuki Tjahaja Purnama dan Muhaimin Iskandar menjadi nama terkuat
untuk mendampingi Jokowi.
 Jika Prabowo tidak maju pada Pilpres 2019 maka pasangaan Gatot Nurmantyo
dan TGB Zainul Majdi bisa menjadi kuda hitam untuk mengagalkan langkah
petahana di Pilpres 2019.

20
BAB 6 DAFTAR PUSTAKA
 https://docs.google.com/forms/d/1SAEFTFDTMllC5naWrD1FDUaBSYbC0O481
rZupq1eZDg/edit#responses
 https://docs.google.com/forms/d/1JzaHKygNwEpswRHJfxAZNua-
CEIaW4dfVezO3N0gmWE/edit#responses
 https://www.yayasankorpribali.org/index.php/artikel/22-peta-politik-nasional-dan-
lokal
 https://mershaly.wordpress.com/2010/01/05/makalah-pemilu/

21

Anda mungkin juga menyukai