Tujuan :
1. Persiapan alat
b. Pinset anatomis
c. Pinset chirurgis
d. Gunting debridemand
e. Kassa steril
f. Kom: 3 buah
h. Spuit 5 cc atau 10 cc
i. Sarung tangan
j. Gunting plester
l. Desinfektant
m. NaCl 0,9%
o. Verband
2. Persiapan pasien
b. Memcuci tangan
4. Persiapan lingkungan
B. Tahap orientasi
C. Tahap kerja
1. Menjaga privacy
3. Membuka peralatan
5. Membuka balutan dengan hati-hati, bila sulit basahi dengan NaCl 0,9%
7. Melakukan debridemand bila terdapat jaringan nekrotik. (Bila ada bula jangan dipecah, tapi
dihisap dengan spuit steril setelah hari ke-3)
11. Menutup luka dengan kassa steril, kemudian dipasang verband dan diplester
4. Mencuci tangan
E. Dokumentasi
DUNIA KESEHATAN
Semoga blog ini,dapat menambah wawasan kawan-kawan sekalian...aminn
Home ▼
Home ▼
PERAWATAN LUKA
I. DEFINISI LUKA
Kulit merupakan bagian tubuh paling luar yang berguna dalam melindungi diri dari trauma
luar dan masuknya benda asing. Trauma dapat menyebabkan luka pada kulit, yaitusuatu keadaan
terputusnya kontinuitas jaringan tubuh karena gesekan, tekanan, suhu, infeksi, dan yang lainnya
yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi tubuh sehingga mengganggu aktivitas sehari-
hari. Dalam bahasa indonesia dikenal dengan kata luka, borok, koreng, dekubitus, dan lain-lain.
Absorbsi drainase.
Menekan dan imobilisasi luka.
2. Luka tidak disengaja misalnya luka terkena trauma. Luka yang tidak disengaja bisa dibagi
menjadi luka tertutup (jika tidak terjadi robekan) dan luka terbuka (jika terjadi robekan dan
kelihatan. Seperti luka abrasi (akibat gesekan), puncture (akibat tusukan), hautration (akibat
alat-alat yang digunakan dalam perawatan luka). Didalam kebidanan yang sering terjadi
adalah luka episiotomi, luka bedah seksio caesarea atau luka saat persalinan.
B. Luka Berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi luka mekanik dan non mekanik.
a. Vulnus scissum, luka sayat benda tajam. Pinggir lukanya terihat rapi.
b. Vulnus contusum, luka memar akibat cedera pada jaringan bawah kulit akibat benturan
benda tumpul.
c. Vulnus laceratum, luka robek akibat terkena mesin atau benda lainnya yang
menyebabkan robeknya jaringan rusak dalam.
d. Vulnus punture, luka tusuk yang kecil dibagian luar (dibagian mulut lukanya) tetapi besar
dibagian dalam luka.
f. Vulnus morsum, luka gigitan yang tidak jelas bentuknya pada bagianluka.
g. Vulnus abrasio, luka terkikis yang terjadi pada bagian luka dan tidak sampai ke pembuluh
darah.
c. Radiasi
d. Serangan listrik.
C. Luka berdasarkan lamanya proses penyembuhan luka dibagi menjadi luka akut dan luka kronis
1. Luka akut adalah luka yang sembuh sesuai dengan waktu proses penyembuhan luka,
diantaranya luka operasi, luka kecelakaan, dan luka bakar. Jika penanganan betul dan luka
menutup dalam 21 hari maka dikatakan luka akut, jika tidak maka akan jatuh pada luka
kronis.
2. Luka kronis adalah luka yang sulit sembuh dan fase penyembuhan lukanya mengalami
pemanjangan. Misalkan pada luka dengan dasar luka merah sudah 1 bulan (>21 hari) tidak
mau menutup. Diantaranya luka tekan (dekubitus), luka karena diabetes, luka karena
pembuluh darah vena maupun arteri, luka kanker, luka dehiscene dan abses. salah satu ciri
yang khas yaitu adanya jaringan nekroris (jaringan mati) baik yang berwarna kuning maupun
berwarna hitam.
Pada tahun 1962 prof. Dr. George D. Winter melakukan penelitian tentang efektifitas
perawatan luka antara perawatan secara terbuka (kering) dengan perawatan secara tertutup
(lembab). Hasilnya menunjukan bahwa perawatan luka dengan menggunakan konsep tertutup
(lembab) dua kali lebih cepat sembuh dibandingkan dengan perawatan luka terbuka (kering).
Lembab yang harus diciptakan adalah lembab yang seimbang (moisture balance). Hal ini
disebabkan jika lembab yang seimbang tidak tercipta, maka akan terlalu lembab (basah) yang
membuat kulit sekitar luka maserasi atau bahkan kurang lembab (kering) sehingga proses
penyembuhan luka tidak terjadi dengan optimal.
menurunkan nyeri
mudah digunakan.
V. PROSES PENYEMBUHAN LUKA
Secara fisiologis luka akan sembuh dengan sendirinya karena tubuh dapat melakukan
penyembuhan sendiri yang dikenal dengan istilah wound healing process atau proses
penyembuhan luka. Proses penyembuhan luka terdiri dari beberapa tahap yang terjadi secara
tumpang tindih, artinya sebelum selesai fase pertama sudah masuk fase berikutnya.Proses
penyembuhan luka yaitu:
A. Tahap inflamasi akut terhadap cedera, berlangsung selama 0-5 hari Dimulai saat terjadinya luka
dan terjadi proses hemostatis yang ditandai dengan pelepasan histamin dan mediator lain
lebih dari sel-sel yang rusak, disertai proses peradangan dan migrasi sel darah putih ke daerah
yang rusak.tanda-tanda inflamasi disekitar luka antara lain : kemerahan, hangat, bengkak,dan
nyeri.
C. Tahap poliferatif yaitu pembuluh darah baru diperkuat oleh jaringan ikat dan menginfiltrasi
luka. Berlangsung selama 5-21 hari, penampilan klinisnya antara lain dasar luka merah cerah
(granulasi dengan vaskularisasi baik), kadang ditemukan bekuan darah, adanya kulit baru
(epitelisasi) bewarna merah muda pada tepi luka.
D. Tahap maturasi yaitu terjadi repetelisasi, kontruksi luka, dan organisasi jaringan ikat. fase ini
berlangsung selama 21 hari - 2 tahun dimana luka sudah menutup sempurna pada hari ke-21
dan akan muncul bekas luka (scar) atau keloid (scar yang menebal) selama proses maturasi
berlangsung.
3. Usia, kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan dengan pertumbuhan atau kematangan
usia seseorang. Namun selanjutnya proses penuaan dapat menurunkan sistem perbaikan sel
sehingga dapat memperlambat proses penyembuhan luka.
4. Penyakit lain, mempengaruhi proses penyembuhan luka. Seperti diabetes dan ginjal dapat
memperlambat proses penyembuhan luka.
5. Nutrisi, merupakan unsur pertama dalam membantu perbaikan sel, terutama karena
kandungan zat gizi yang terdapat didalamnya, sebagai contoh vitamin A untuk membantu
proses epitelisasi/penutupan luka dan sintesis kolagen, vitamin B kompleks sebagai kofaktor
pada sistem enzim yang mengatur metabolisme protein, karbohidrat dan lainnya.
2. Rasa sakit
7. Pemakaian obat-obatan
Merupakan tindakan untuk merawat luka dan melakukan pembalutan, hal ini bertujuan
untuk mencegah infeksi silang ( masuk melalui luka) dan mempercepat proses penyembuhan luka.
B. Prosedur kerja :
1. Persiapan pasien
Perkenalkan diri
Jelaskan tujuan
Persetujuan pasien
2. Persiapan alat
5. Memasang perlak dan pengalasnya dibawah daerah yang akan dilakukan perawatan
6. Mengoleskan bagian plester perban dengan baby oil /minyak kayu putih
7. Mencuci tangan
8. Menggunakan handscoon
9. Buka perban dengan pinset dan buang pada tempatnya serta kajilah luka bercubitus yang
ada
10. Bersihkan plester dengan alkohol (bila tidak ada kontra indikasi) arah dari luar ke dalam.
13. Olesi luka / kompres luka dengan betadine 2% (sesuai advis dokter) dan tutup dengan
kassa steril
16. Alat bereskan rendam peralatan bekas pakai dalam larut klorin 0.5% selama 10 menit
17. Cuci tangan
VIII. DOKUMENTASI
D. Respon klien
A. Definisi
Balutan basah kering adalah tindakan pilihan untuk luka yang memerlukan debridemen
(pengangkatan benda asing atau jaringan yang mati atau berdekatan dengan lesi akibat
trauma atau infeksi sampai sekeliling jaringan yang sehat)
B. Indikasi : luka bersih yang terkontaminasi dan luka infeksi yang memerlukan debridement
C. Tujuan :
D. Persiapan alat :
3. Bengkok 2 buah
E. Prosedur :
4. Bantu klien pada posisi nyaman. Buka pakaian hanya pada bagian luka dan instruksikan pada
klien supaya tidak menyentuh daerah luka atau peralatan
5. Cuci tangan
7. Pakai sarung tangan bersih, lepaskan plester dengan was bensin menggunakan lidi kapas,
ikatan atau balutan. Lepaskan plester dengan melepaskan ujung dan menariknya dengan
perlahan sejajar kulit dan mengarah pada balutan. Jika masih terdapat bekas plester di kulit
bersihkan dengan kayu putih
8. Angkat balutan kotor perlahan-lahan dengan menggunakan pinset atau sarung tangan,
pertahankan permukaan kotor jauh dari penglihatan klien. Bila terdapat drain angkat
balutan lapis demi lapis
9. Bila balutan lengket pada luka lepaskan dengan menggunakan normal salin ( NaCl 0,9 % )
12. Buka bak steril, tuangkan larutan normal salin steril ke dalam mangkok kecil. Tambahkan
kassa ke dalam normal salin
14. Inspeksi keadaan luka, perhatikan kondisinya, letak drain, integritas jahitan atau penutup
kulit dan karakter drainase ( palpasi luka bila perlu dengan bagian tangan yang
nondominan yang tidak akan menyentuh bahan steril )
15. Bersihkan luka dengan kapas atau kassa lembab yang telah dibasahi normal salin. Pegang
kassa atau kapas yang telah dibasahi dengan pinset. Gunakan kassa atau kapas terpisah
untuk setiap usapan membersihkan. Bersihkan dari area yang kurang terkontaminasi ke
area terkontaminasi
16. Pasang kassa yang lembab tepat pada permukaan kulit yang luka. Bila luka dalam maka
dengan perlahan buat kemasan dengan menekuk tepi kasa dengan pinset. Secara
perlahan masukan kassa ke dalam luka sehingga semua permukaan luka kontak dengan
kassa lembab
17. Luka ditutup dengan kassa kering. Usahakan serat kassa jangan melekat pada luka.
Pasang kassa lapisan kedua sebagai lapisan penerap dan tambahkan lapisan ketiga
19. Lepaskan sarung tangan dan buang ke tempat yang telah disediakan, dan simpan pisnet
yang telah digunakan pada bengkok perendam
20. Bereskan semua peralatan dan bantu pasien merapikan pakaian, dan atur kembali posisi
yang nyaman
22. Dokumentasikan hasil, observasi luka, balutan dan drainase, termasuk respon klien
F. Perhatian :
1. Pengangkatan balutan dan pemasangan kembali balutan basah kering dapat menimbulkan
rasa nyeri pada klien
2. Perawat harus memberikan analgesi dan waktu penggantian balutan sesuai dengan puncak efek
obat
3. Pelindung mata harus digunakan jika terdapat resiko adanya kontaminasi ocular seperti
percikan dari luka
PERAWATAN LUKA KERING
A. Definisi
Balutan kering melindungi luka dengan drainase minimal dari kontaminasi mikroorganisme.
Balutan dapat hanya berupa bantalan kasa yang tidak melekat kejaringan luka dan
menyebabkan iritasi yang sangat kecil. Atau dapat menjadi bantalan telfa yang juga tidak
melekat pada insisi atau lubang luka tetapi memungkinkan drainase melalui permukaan yang
tidak melekat dibawah kasa lembut.
( Perry.Peterson.Potter, 2003 )
B. PRINSIP TINDAKAN
Selama insisi atau luka tetap teerbuka, pemasangan balutan kering memerlukan teknik steril.
C. TUJUAN
Adapun beberapa tujuan dari prosedur perawatan luka kering, sebagai berikut :
1. Menurunkan nyeri
9. Pengendalian perdarahan
( Perry.Peterson.Potter. 2003 )
10. Pasien mendapatka terapi fisik dengan mendemonstrasikan penggunaan alat bantu yang
nyaman setelah post operasi
D. KONSEP TEORI
Balutan yang ideal harus mudah digunakan, dapat mengikuti kontur tubuh, tahan lama tetspi
fleksibel, efektif-biaya, dapat mengabsorpsi atau menampung eksudat, mudah dilepaskan
tanpa merusak permukaan yang sedang proses penyembuhan, dan dapat diterima dalam hal
penampilan.
( Perry,Peterson,Potter, 2003 )
Dilakukan pada pasien yang mengalami luka insisi atau luka tetap terbuka.luka bersih ataupun
luka tak terkontaminasi.
Teknik pembalutan dilakukan bila klien mengalami perawatan luka secara tertutup.
F. PERSIAPAN ALAT
3. Gunting steril
4. Plester
3. Ambil kantung sekali pakai dan buat Mencegah kontaminasi tak disengaja
lipatan diatasnya. Letakan kantung pada bagian atas luar permukaan
dalam jangkauan area kerja anda. kantung. Jangan menyeberangi area
steril untuk membuang balutan kotor.
4. Tutup ruangan atau tirai tempat tidur Memberikan klien privasi dan
atau atur partisi disekitar tempat tidur. mengurangi udara yang dapat
Tutup semua jendela yang terbuka. mentransmisikan mikroorganisme.
5. Bantu klien pada posisi nyaman dan Gerakan tiba-tiba dari klien selama
selimut pasien mandi hanya untuk penggantian balutan dapat
memanjankan tempat luka. menyebabkan kontaminasi luka atau
Instruksikan klien untuk tidak peralatan. Penutupan memberikan jalan
menyentuh area luka peralatan steril. masuk pada luka dan meminimalkan
pemanjaan yang tidak perlu.
6. Cuci tangan secara menyeluruh. Menghilangkan mikroorganisme yang
tinggal dipermukaan kulit dan
mengurangi transmisi pathogen pada
jaringan yang terpajan.
10. Bila balutan lengket pada luka, lepaskan Mencegah kerusakan permukaan
dengan memberikan larutan steri atau epidermal.
air.
13. Buka nampan balutan steril atau secara Balutan steril dan perapatan tetap steril
individual tertutup bahan steril. saat dalam permukaan steril. Persiapan
Tempatkan pada meja tempat tidur semua bahan mencegah merusak teknik
atau disamping pasien. Balutan, gunting selama mengganti balutan actual.
dan forsep harus tetap pad nampan
steril atau dapat ditempatkan pada
penutup steril yang terbuka digunakan
sebagai area steril. Buka botol atau
bungkusan larutan anti septic dan
tuangkan kedalam basin steril atau
diatas kasa steril.
14. Bila penutup atau kemasan kasa steril Cairan bergerak melalui bahan dengan
menjadi basah akibat larutan antiseptic, aksi kapiler. Mikroorganisme menjalar
ulangi persiapan bahan. dari lingkungan tidak steril diatas meja
atau linen tempat tidur menembus
kemasan balutan kebalutan itu sendiri.
18. Gunakan kasa baru untuk mengerika Mengurangi kelembapan pada tempat
luka atau insisi. Usap dengan cara luka, yang akhirnya dapat menjadi
seperti digambarkan pada langkah 17. tempat tumbuh mikroorganisme.
19. Berikan salep antiseptic bila Pengolesan yang diarahkan langsung
dipesankan, gunakan tekinik seperti pada balutan atau drainase dapat
pada pembersihan, jangan dioleskan menghambat drainase.
diatas tempat drainase.
21. Gunakan plaster diata balutan atau Memberikan dukungan pada luka dan
amankan dengan ikatan Montgomery, menjamin penutupan lengkap dengan
balutan atau penikat. pemajanan minimal pada
mikroorganisme.
1. Saat melepaskan atau memasang balutan , perhatikan untuk tidak mengubah posisi
atau menarik drain. Bila luka kering dan utuh, penyembuhan mungkin optimal dengan
memanjankannya pada udara. Hubungi dokter untuk pesanan penghentian penggantian
balutan luka.
2. Alat pelindung mata harus dipakai bila terdapat risiko kontaminasi ocular, seperti
cipratan dari luka.
<metaname="propeller" content="995fe959ddd2eecfcc298d3d728044e0
No comments:
Post a Comment
‹
›
Home
nurdin fikes
View my complete profile
Powered by Blogger.