PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perdarahan pervaginam ringan merupakan hal yang lazim selama persalinan aktif.
Akan tetapi, insidensi kematian ibu hamil akibat perdarahan dan penyulitnya masih tinggi.
Dalam laporan dari Centers for Disease Control and Prevention, terjadi peningkatan angka
kematian akibat perdarahan tiga kali lipat pada wanita Amerika-Afrika dibandingkan dengan
Kaukasia. Dalam sebuah analisis serupa terhadap 3777 kematian akibat kehamilan dari
Negara-negara bagian yang mencakup populasi Hispanik dalam sertifikat kematiannya,
Hopkins dkk. melaporkan bahwa perdarahan merupakan penyebab kematian ibu pada 20
persen kasus. Mereka memperlihatkan adanya perbedaan angka kematian pada wanita
Amerika-Afrika dan Hispanik dibandingkan wanita Kaukasian.
Inversio uteri merupakan salah satu faktor predisposisi yang dapat menyebabkan
terjadinya perdarahan. Invertio uteri adalah suatu keadaan terbaliknya fundus uteri ke dalam
kavum uteri. Pada kasus yang ekstrem, dokter dapat melihat endometrium yang berwarna
keunguan dengan plasenta yang seringkali masih melekat. Pada situasi yang berat pasien
dapat mengalami perdarahan hebat, hipertensi, dan kadang-kadang nadinya tidak teraba.
Insiden yang dilaporkan berkisar dari 1:100.000 hingga 1:5.000 kelahiran. Kadang-kadang
keadaan ini terlihat pada uterus tidak hamil dengan mioma bertangkai.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana konsep dasar teori dan konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien
dengan Inversio Uteri?
C. Tujuan
Untuk mengetahui konsep dasar teori dan konsep dasar asuhan keperawatan pada
pasien dengan penyakit Inversio Uteri.
1
D. Manfaat
Sebagai bahan acuan dan pemahaman konsep mengenai konsep dasar teori dan
konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan Inversio Uteri.
E. Metode Penulisan
Makalah ini ditulis dengan teknik deskriptif kualitatif dimana data-data bersifat
sekunder. Makalah ini ditunjang dari dari data-data studi kepustakaan yaitu dari buku-buku
literattur penunjang masalah yang dibahas.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi/Pengertian
Inversio uteri merupakan keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau
seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri, dapat terjadi secara mendadak atau perlahan.
Uterus dikatakan mengalami inversi jika bagian dalam menjadi di luar saat melahirkan
plasenta. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya nyeri dan pendarahan. (Manuaba,
2001:450)
Inversio Uteri ialah suatu keadaan di mana bagian atas uters (fundus uteri)
memasuki kavum uteri sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke dalam kavum
uteri, bahkan ke dalam vagina atau keluar vagina dengan dinding endometriumnya
sebelah luar. (Prawihardjo Sarwono, Prof. Dr, 2007:442)
Inversio uteri adalah suatu keadaan dimana uterus terbalik dengan fundus uteri
masuk sebagian atau seluruhnya ke dalam kavum uteri, vagina atau keluar dari vulva.
2. Etiologi
Penyebab terjadinya inversio uteri belum dapat diketahui sepenuhnya dengan pasti
dan dianggap ada kaitannya dengan abnormalitas dari miometrium. Inversio uteri
sebagian dapat terjadi apontan dan lebih sering terjadi karena prosedur tindakan
persalinan dan kondisi ini tidak selalu dapat dicegah.
Inversio uteri biasanya dijumpai pada atau sesudah kala III persalinan. Tekanan
pada fundus uteri yang dilakukan ketika uterus tidak berkontraksi baik, tarikan pada talu
pusat, kontraksi uterus yang tidak normal, dapat merupakan permulaan masuknya
fundus uteri ked lam kavum uteri, dan kontraksi uterus berturut-turit mendorong fundus
yang terbalik ke bawah. Korpus uteri terbalik dapat melewati serviks uteri yang terbuka
sampai ke vagina. Jika penderita dapat mengatasi peristiwa ini dengan uterus tidak
direposisi, penyakitnya menjadi menahun.
3
Inversio uteri dapat pula terjadi di luar persalinan. Mioma uteri submukosa yang
sedang dilahirkan secara perlaha-lahan menarik tempat insersinya pada dinding uterus
ke bwah kavum uteri, dan menyebabkan inversio uteri menahun.
Ada beberapa faktor penyebab yang mendukung untuk terjadinya suatu inversio
uteri yaitu:
a. Faktor predisposisi
1) Abnormalitas uterus
a) Plasenta adhesiva
b) Tali pusat pendek
c) Anomali kongenital (uterus bikornus)
d) Kelemahan dinding uterus
e) Implantasi plasenta pada fundus uteri
f) Riwayat inversio uteri sebelumnya
2) Kondisi fungsional uterus
a) Relaksasi miometrium
b) Gangguan mekanisme kontraksi uterus
c) Pemberian MgSO4
d) Atonia uteri
b. Faktor pencetus, antara lain:
1) Pengeluran plasenta secara manual
2) Peningkatan tekanan intrabdominal, seperti batuk-batuk, bersin, mengejan dan
lain-lain.
3) Kesalahan penanganan pada kala uri, yaitu:
a) Penekanan fundus uteri yang kurang tepat
b) Prasat Crede
c) Penarikan tali pusat yang kuat
d) Penggunaan oksitosin yang kurang bijaksana
4
3. Klasifikasi Inversio Uteri
4. Patofisiologi
5
Adanya plasenta akreta memperbesar resiko terjadinya inversio uteri. Meskipun
inversio uteri dapat pula terjadi pada plasenta yang tidak perlekatannya tidak terlalu
kuat. Kondisi ini dapat pula terjadi bila penatalaksanaan kala III aktif tidak tepat. Akibat
adanya tarikan pada tali pusat yang terlalu kuat sementara plasenta belum benar-benar
terpisah dapat menyebabkan uterus ikut tertarik. Selain karena hal tersebut, kondisi
anatomi uterus juga menjadi faktor terjadinya inversio uteri. Dinding uterus yang terlalu
tipis dan lemah dapat ikut tertarik saat plasenta terlepas. Peningkatan tekanan
intraabdominal akibat mengejan dan batuk dapat pula menyebabkan uterus menjadi
terdorong membelok keluar. (Cunningham et al, 2005:709)
5. Pathway
Terlampir
6. Manifestasi Klinis
Inversio uteri sering kali tidak menampakkan gejala yang khas, sehingga
dignosis sering tidak dapat ditegakkan pada saat dini. Syok merupakan gejala yang
sering menyertai suatu inversio uteri. Syok atau gejala-gejala syok terjadi tidak sesuai
dengan jumlah perdarahan yang terjadi, oleh karena itu sangat bijaksana bila syok yang
terjadi setelah persalinan tidak disertai dengan perdarahan yang berarti untuk
memperkirakan suatu inversio uteri. Syok dapat disebabkan karena nyeri hebat, akibat
ligamentum yang terjepit di dalam cincin serviks dan rangsangan serta tarikan pada
peritoneum atau akibat syok kardiovaskuler.
Perdarahan tidak begitu jelas, kadang-kadang sedikit, tetapi dapat pula terjadi
perdarahan yang hebat, menyusul inversio uteri prolaps dimana bila plasenta lepas atau
telah lepas perdarahan tidak berhenti karena tidak ada kontraksi uterus. Perdarahan
tersebut dapat memperberat keadaan syok yang telah ada sebelumnya bahkan dapat
menimbulkan kematian. Dilaporkan 90% kematian terjadi dalam dua jam postpartum
akibat perdarahan atau syok.
6
melekat dengan ostium tuba dan endometrium berwarna merah muda dan kasar serta
berdarah.
Tetapi hal ini dibedakan dengan tumor / mioma uteri submukosa yang terlahir,
pada mioma uteri yang terlahir, fundus uteri masih dapat diraba dan berada pada
tempatnya serta jarang sekali mioma submukosa ditemukan pada kehamilan dan
persalinan yang cukup bulan atau hampir cukup bulan. Pada kasus inversio uteri yang
kronis akan didapatkan gangren dan strangulasi jaringan inversio oleh cincin serviks.
Mengingat kasus ini jarang didapatkan dan kadang-kadang tanpa gejala yang
khas maka perlu ketajaman pemeriksaan dengan cara :
7. Diagnosis
8. Penatalaksanaan
7
Segera lakukan tindakan resusitasi. Bila plasenta masih melekat , jangan dilepas
oleh karena tindakan ini akan memicu perdarahan hebat. Salah satu tehnik reposisi
adalah dengan menempatkan jari tangan pada fornix posterior, dorong uterus kembali
kedalam vagina, dorong fundus kearah umbilikus dan memungkinkan ligamentum
uterus menarik uterus kembali ke posisi semula. Sebagai tehnik alternatif : dengan
menggunakan 3 – 4 jari yang diletakkan pada bagian tengah fundus dilakukan dorongan
kearah umbilkus sampai uterus kembali keposisi normal. Setelah reposisi berhasil,
tangan dalam harus tetap didalam dan menekan fundus uteri. Berikan oksitosin dan
setelah terjadi kontraksi , tangan dalam boleh dikeluarkan perlahan agar inversio uteri
tidak berulang. Bila reposisi per vaginam gagal, maka dilakukan reposisi melalui
laparotomi
9. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul dari inversio uteri yang paling sering adalah
terjadinya perdarahan akut yang dapat mengancam nyawa, dan bila tidak ditangani
segera dapat menyebabkan kematian. (Cunningham et al, 2005: 711)
8
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien: nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record, dll.
b. Keluhan utama: nyeri, perdarahan dari jalan lahir, badan lemah, keluar keringat
dingin, kesulitan nafas, pusing, pandangan berkunang-kunang.
c. Riwayat kehamilan dan persalinan: riwayat hipertensi dalam kehamilan,
multipara, nulipara, anemia, perdarahan saat hamil, persalinan dengan tindakan,
induksi persalinan, manipulasi kala II dan III.
d. Riwayat kesehatan: kelainan darah dan hipertensi.
e. Pengkajian fisik:
1) Tanda vital:
Tekanan darah : Normal/turun
Nadi : Normal/meningkat
Pernafasan : Normal/meningkat
Suhu : Normal/meningkat
Kesadaran : Normal/turun
2) Fundus uteri/abdomen : teraba cekungan mirip kawah.
3) Kulit: dingin, berkeringat, kering, hangat, pucat, CRT memanjang.
4) Pervaginam: pemeriksaan dalam teraba dinding fundus uteri, tampak uterus
pada vagina, ada tidaknya perdarahan, robekan.
5) Kandung kemih : distensi, produksi urin menurun/berkurang.
2. Diagnosa Keperawatan
9
3. Rencana Keperawatan
10
2 Gangguan perfusi Setelah diberikan tindakan 1) Perhatikan Hb/Ht sebelum dan 1) Nilai bandingan membantu
jaringan keperawatan diharapkan sesudah kehilangan darah. Observasi menentukan beratnya kehilangan
berhubungan perfusi jaringan kembali status nutrisi, tinggi, dan berat badan. darah. Status sebelumnya dari
dengan perdarahan normal dengan kriteria kesehatan yang buruk meningkatkan
pervaginam hasil: luasnya cedera karena kekurangan O2.
a. TD, nadi darah arteri, Luasnya keterlibatan hipofise dapat
Hb/Ht dalam batas dihubungkan dengan derajat dan
normal; pengisian durasi hipotensi.
kapiler cepat; fungsi 2) Pantau tanda vital, catat derajat, dan 2) Peningkatan frekuensi pernapasan
hormonal normal durasi episode hipovolemik. dapat menunjukkan upaya untuk
mengatasi asidodis metabolik.
11
suhu kulit dingin.
Kolaborasi Kolaborasi
3. Kekurangan Setelah diberikan tindakan 1) Observasi dan catat jumlah, tipe, dan 1) Perkiraan kehilangan darah, arterial
volume cairan keperawatan selama (..x..), sisi perdarahan. Timbang dan hitung versus vena, dan adanya bekuan
berhubungan diharapkan volume cairan pembalut. Simpan bekuan dan membantu membuat dignosis
12
dengan perdarahan adekuat dengan kreteria jaringan untuk dievaluasi oleh banding serta menentukan kebutuhan
pervaginam hasil : dokter. penggantian (1 gram peningkatan
a. Tanda-tanda vital dalam berat pembalut sama dengan kurang
batas normal lebih 1ml kehilangan darah).
b. Pengisian kapiler cepat 2) Perhatikan hipotensi dan takikardi, 2) Tanda-tanda menunjukkan
(kurang dari 3 detik) perlambatan pengisian kapiler atau hipovolemik dan terjadinya syok.
c. Input dan output cairan sianosis dasar buku, serta membran Perubahan tekanan darah tidak dapat
seimbang mukosa dan bibir. dideteksi sampai volume cairan telah
d. Berat jenis urine dalam menurun hingga 30-50%. Sianosia
batas nornal. adalah tanda akhir dari hipoksia.
3) Monitor intake dan output setiap 5- 3) Bermanfaat dalam memperkirakan
10 menit luas/signifikansi kehilangan cairan.
Volume perfusi/ sirkulasi adekuat
ditunjukkan dengan keluaran 30-
4) Lakukan masase uterus dengan satu 50%.
tangan serta tangan lainnya diletakan 4) Penempatan satu tangan di atas
diatas simpisis. simfisis pubis mencegah
kemungkinan inversi uterus selama
masase.
5) Berikan infus atau cairan intravena 5) Mengganti cairan yang hilang
13
4 Ansietas Setelah diberikan tindakan 1) Anjurkan klilen untuk 1) Mengungkapkan perasaan tentang
berhubungan keperawatan selama mengemukakan hal-hal yang hal-hal yang dicemaskan dapat
dengan perubahan (…x…) diharapkan klien dicemaskan mengurangi beban pikiran klien
keadaan atau tidak cemas dan dapat 2) Beri penjelasan tentang kondisi klien 2) Mengurangi kecemasan klien
ancaman kematian mengerti tentang mengenai kondisinya
keadaannya, dengan kriteria 3) Anjurkan keluarga untuk 3) Dukungan keluarga dapat
hasil : mendampingi dan memberi memberikan rasa aman kepada klien
a. Klien melaporkan cemas dukungan kepada klien dan mengurangi kecemasan klien
berkurang 4) Anjurkan penggunaan teknik 4) Memberikan perasaan rileks sehingga
b. Klien tampak tenang pernapasan dan latihan relaksasi. dapat menurunkan kecemasan klien
dan tidak gelisah
5. Resiko infeksi Setelah diberikan tindakan 1) Kaji TTV 1) Mengetahui perkembangan kondisi
berhubungan keperawatan selama …x… klien.
dengan perdarahan diharapkan tidak terjadi 2) Observasi adanya tanda-tanda 2) Deteksi dini perkembangan infeksi
akibat inversio infeksi dengan kriteria hasil infeksi memungkinkan untuk melakukan
uteri : tindakan dengan segera dan
a. Tidak ada tanda-tanda pencegahan terhadap konflikasi
infeksi selanjutnya
3) Berikakan perawatan aseptik dan
3) Cara pertama untuk menghindari
antiseptik, pertahankan tehnik cuci
terjadinya infeksi nasokomial
tangan yang baik
14
4) Kaji terhadap tanda – tanda infeksi 4) Gejala ISK dapat tampak pada hari
saluran kemih ke-2 sampai ke-3 pascapartum karena
naiknya infeksi traktus dari uretra ke
kandung kemih.
5) Lakukan kolaborasi untuk 5) Antibiotik mencegah infeksi
pemberian antibiotic
15
3. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi
4. Evaluasi
Dx 1 :
Dx 2 :
a. TD, nadi darah arteri, Hb/Ht dalam batas normal; pengisian kapiler cepat;
fungsi hormonal normal
Dx 3 :
Dx 5 :
16
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Inversio uteri merupakan keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau
seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri, dapat terjadi secara mendadak atau perlahan.
Invertio uteri dibedakan menjadi 3 yaitu invertio uteri complete, incomplete dan
prolaps. Penyebab tejadinya invoutio uteri secara umum yaitu:
17
DAFTAR PUSTAKA
18
19