MODUL 08
AKTIVITAS BIOKIMIA MIKROORGANISME
Bakteri memperoleh energi melalui dua jalur metabolik (bioksidasi) yaitu respirasi dan
fermentasi. Pada respirasi aerob, molekul organik didegradasi secara sempurna menjadi
karbondioksida dan air dengan oksigen sebagai akseptor electron. Kemampuan bakteri untuk
menggunakan oksigen bebas bergantung pada sistem enzim sitokrom. Sedangkan pada
organisme fermentatif, juga digunakan senyawa organik tanpa sistem sitokrom. Organisme ini
menghasilkan karbondioksida dan air selain produk sampingan seperti alkohol, asam dan
aldehida. Pada organisme ini, oksigen bukan merupakan akseptor elektron dan reaksi terjadi
tanpa kehadiran oksigen. Senyawa organik bertindak baik sebagai akseptor maupun donor
elektron. Kedua reaksi bioksidasi ini dapat terjadi pada bakteri anaerob fakultatif kecuali bakteri
asam laktat dimana fermentasi terjadi sama sekali tanpa oksigen. Beberapa reaksi bioksidasi
misalnya fermentasi karbohidrat, produksi katalase, oksidase dan reduksi nitrat.
a. Glukosa
Glukosa, suatu gula monosakarida, adalah salah satu karbohidrat
terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga bagi hewan dan tumbuhan.
Glukosa merupakan salah satu hasil utama fotosintesis dan awal bagi respirasi.
Bentuk alami (D-glukosa) disebut juga dekstrosa, terutama pada industri pangan.
kebanyakan karbohidrat dalam makanan diserap ke dalam aliran darah sebagai
glukosa, dan gula lain diubahmenjadi glukosa di hati. Glukosa adalah prekursor
untuk sintesis semuakarbohidrat lain di tubuh, termasuk glikogen untuk
penyimpanan; ribosa dandeoksiribosa dalam asam nukleat; galaktosa dalam laktosa
susu, dalam glikolipid, dan sebagai kombinasi dengan protein dalam glikoprotein dan
proteoglikan (Murray, Granner, dan Rodwell, 2006).
b. Sukrosa
Sukrosa, atau sering disebut gula, merupakan disakarida dengan rumus kimia
C12H22O11 (ß-D-fructofuranosyl-α-D-glucopyranoside). Secara komersial sukrosa
umumnya diperoleh dari tebu (Saccharum officinarum) yang merupakan tanaman
daerah tropis dan beet (beta vulgaris) yang merupakan tanaman subtropis. Sukrosa
merupakan senyawa nonionik dalam bentuk bebas dan mempunyai sifat pengemulsi
(emusifying), pembusaan (foaming), deterjensi (detergency) dan pelarutan
(solubizing) yang sangat baik. (Debbi, 2006)
c. Laktosa
Laktosa (gula susu) adalah disakarida yang dapat ditemukan pada susu dari
beberapa jenis mamalia dan produk susu (Linko, 1982). Laktosa terbentuk dari
kondensasi dua monosakarida, yakitu galaktosa dan glukosa, yang membentuk ikatan
kovalen a b-1-4 glycosidic. Nama sistem dari laktosa adalah b-D-galactopyranosyl-(1-
4)-D-glucose. Glukosa pembentuknya dapat berbentuk a-pyranose form or the b-
pyranose form. Sedangkan untuk galaktosa hanya memiliki bentuk b-pyranose. Jadi
laktosa hanya memiliki 2 variasi. A-lactose dan b-lactose. Konsentrasi laktosa dalam
beberapa jenis mamalia antara 4-9%. Susu dari manusia memiliki konsentrasi laktosa
tertinggi yaitu 9%. Sapi sekitar 5 % laktosa dan ditemukan kadar yang sama pada
susu kerbau atau domba (Silanikove et al. 2010).
d. Mannitol
Manitol adalah polialkohol nonmetabolik C-6 dengan berat molekul 182, dan
merupakan agen diuretik tertua serta paling banyak digunakan sebagai osmotik.
Selain menjadi agen hiperosmotik, manitol juga telah terbukti sebagai scavenger
efektif radikal hidroksil bebas dalam berbagai sistem biologis termasuk ekstraselular
(Better dkk, 1997).
Bakteri yang ditumbuhkan dalam media biakan cair karbohidrat, akan mengalami
fermentasi dan menghasilkan asam. Asam yang dihasilkan akan menurunkan pH media biakan.
Untuk mendeteksi ada tidaknya penurunan pH maka digunakan indikator. Indikator yang sering
digunakan ialah merah fenol, brom kresol ungu atau brom timol biru. Bila terjadi penurunan pH
maka akan terjadi perubahan warna menjadi warna kuning. Pada pH diatas 7 merah fenol
berwarna merah dan brom kresol ungu berwarna ungu sedangkan brom timol biru berwarna biru.
Kaldu karbohidrat selain digunakan untuk uji pembentukan asam juga digunakan untuk
uji pembentukan gas. Pembentukan gas dapat ditentukan dengan menggunakan tabung
Smith atau tabung Durham. Tabung Smith digunakan bila jumlah dan macam gas yang
dihasilkan harus ditentukan, sedangkan tabung Durham digunakan bila hanya ingin mengetahui
ada tidaknya gas yang terbentuk tanpa harus mengetahui jumlah gas yang terbentuk dan jenis gas
yang terbentuk. Bila terbentuk gas, maka gas akan masuk ke dalam tabung Durham dan
mendesak cairan dalam tabung Durham. Gas yang terbentuk terlihat sebagai gelembung udara
yang terperangkap dalam tabung Durham. Setelah diinkubasi diamati perubahan warna dan
pembentukan gas dalam tabung Durham. Hal ini dapat menjadi tanda senyawa apa yang
difermentasikan dan dapat menjadi dasar acuan dalam identifikasi bakteri (Lay, 1994).
Reduksi nitrat pada mikroorganisme fakultatif anaerob terjadi pada kondisi tanpa oksigen
atau kondisi anaerob. Pada proses ini, bakteri menggunakan senyawa anorganik seperti nitrat
atau sulfat sebagai akseptor elektron terminal. Enzim nitrat reduktase mengkatalisasi transfer
elektron dari sitokrom b sehingga nitrat tereduksi menjadi nitrit seperti reaksi berikut :
a. Alat
1.Pembakar Bunsen,
2.Jarum Inokulasi,
3. Pipet Tetes
b. Bahan
1. Kultur bakteri Escherichia coli, Pseudomonas aerugiosa, bakteri A dan bakteri B,
2. Kaldu laktosa, kaldu glukosa, kaldu sukrosa dan kaldu mannitol dalam tabung
3. Kaldu Nitrat
4. Reagen A (sulfanilic acid), Reagen B (alphanaphthylamine) dan bubuk zinc,
5. Biakan murni Staphylococcus aureus, Sarcina lutea, dan Bacillus substilis dalam cawan petri
steril
6. Reagen 3% hydrogen peroksida
7. Agar nutrisi miring dalam tabung
8. Cawan petri steril
Tanggal Pengamatan: 1-
11-2016
Nama Bakteri :
Pseudomonas aerugiosa
Tanggal Pengamatan: 1-
11-2016
Nama Bakteri :
Pseudomonas aerugiosa
Tanggal Pengamatan: 1-
11-2016
Nama Bakteri :
Pseudomonas aerugiosa
Tanggal Pengamatan: 1-
11-2016
Nama Bakteri : Bakteri A
Media : Kaldu Glukosa
Suhu : 37oC
Keterangan : Warna
menjadi kuning. Tidak
ada gelembung
Sumber : Kelompok 3
Tanggal Pengamatan: 1-
11-2016
Nama Bakteri : Bakteri A
Media : Kaldu Sukrosa
Suhu : 37oC
Keterangan : Warna
menjadi kuning. Tidak
ada gelembung
Sumber : Kelompok 3
Tanggal Pengamatan: 1-
11-2016
Nama Bakteri : Bakteri A
Media : Kaldu Laktosa
Suhu : 37oC
Keterangan : Warna
tetap Tidak ada
gelembung
Sumber : Kelompok 3
Tanggal Pengamatan: 1-
11-2016
Nama Bakteri : Bakteri A
Media : Kaldu Mannitol
Suhu : 37oC
Keterangan : Warna
tetap Tidak ada
gelembung
Sumber : Kelompok 3
Tanggal Pengamatan: 1-
11-2016
Nama Bakteri :
Escherichia coli
Media : Kaldu Nitrat
Suhu : 37oC
Keterangan : +Reangen
A&B -> Merah
Sumber : Kelompok 1
Tanggal Pengamatan: 1-
11-2016
Nama Bakteri :
Pseudomonas aerugiosa
Tanggal Pengamatan: 1-
11-2016
Nama Bakteri : Bakteri A
Media : Kaldu Nitrat
Suhu : 37oC
Keterangan :
Sumber : Kelompok 3
Tanggal Pengamatan: 1-
11-2016
Nama Bakteri : Bakteri B
Media : Kaldu Nitrat
Suhu : 37oC
Keterangan :
Sumber : Kelompok 4
A3. Katalase
Hasil Pengamatan Keterangan
VII. ANALISIS
a. Fermentasi Karbohidrat
Setiap bakteri diinokulasi pada setiap jenis medium pada dua belas tabung. Sedangkan
empat tabung tersisa yang masing-masing berisi kaldu laktosa, kaldu glukosa dan kaldu manitol
menjadi kontrol percobaan. Diperlukan adanya kontrol untuk membandingkan sebelum dan
sesudah bakteri melakukan reaksi terhadp lingkungannya. Inokulasi dilakukan dengan hati-hati,
jangan sampai tabung terguncang atau terkocok karena dapat menyebabkan terbentuknya gas
yang akan terperangkap pada tabung Durham dan menyebabkan pengamatan tidak sesuai.
Semua tabung diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 370C. Percobaan ini harus diamati
dalam jangka waktu paling lama 48 jam, karena perpanjangan waktu inkubasi dapat
menyembunyikan hasil produksi asam dengan dihasilkannya kondisi basa dari aksi enzim
lainnya pada substrat selain karbohidrat pada medium.
Digunakan 4 medium untuk membandingkan kemampuan dalam melakukan fermentasi.
Dimana laktosa dan mannitol terdiri dari polimer sedang sukrosa dan glukosa adalah monomer.
Kemampuan fermentasi yang lebih tinggi akan dapat memfermentasi keempat medium, dan yang
kemampuannya rendah kemungkinan hanya akan dapat memfermentasi monosakarida. Sehingga
pada pengamatannya nanti akan ditemukan keempat medium ada yang negatif dan positif untuk
bakteri yang sama.
b. Reduksi Nitrat
Setiap bakteri diinokulasi pada medium kaldu nitrat dan tabung terakhir disisakan sebagai
medium kontrol sebagai pembanding sebelum dan sesudah bakteri bereaksi. Tabung kemudian
diinubasi untuk bakteri dapat melakukan reaksi terhadap lingkungannya. Pengamatan dilakukan
dengan menambahkan reagen A dan reagen B. Penambahan kedua reagen ditujukan untuk
menunjukkan keberadaan nitrit yang merupakan hasil reduksi nitrat. Penggunaan reagen A dan B
akan menghasilkan warna merah jika positif. Namun, hasil dari reagen A dan B tersebut bisa
juga menunjukkan bahwa nitrat sudah lebih jauh direduksi oleh organisme menjadi amoniak
bahkan gas nitrogen. Oleh karena itu jika hasilnya negatif dari reagen A dan B ditambah lagi
bubuk zinc yang akan bereaksi mereduksi nitrat dan menyebabkan terbentuknya warna merah,
yang menandakan nitrat belum tereduksi (hasil negatif). Bila warna medium tetap tidak berubah,
menunjukkan nitrat sudah tereduksi melewati nitrit menjadi amoniak atau gas nitrogen ( hasil
positif ). Reagen A dan B yang dapat memberikan warna merah saat bereaksi dengan nitrit
diidentiikasi sebagai alfa-naftilamin dan asam sulfanilat. Bakteri yang melakukan reduksi nitrat
berarti sedang melakukan denitrifikasi pada metabolismenya.
c. Keaksi Katalase
Medium dicairkan dan dituang ke dalam cawan dan dibiarkan membeku. Agar
harus dalam keadaan membeku untuk siap diinokulasi. Secara aseptik tiap medium diinokulasi
dengan dua jenis kultur bakteri. Dilakukan 2 bakteri pada satu cawan petri untuk memudahkan
perbandingan antara yang memiliki enzim katalase dan yang tidak juga menggunakan cawan
petri yang digunakan lebih sedikit. Media diinkubasi selama 24-28 jam dengan suhu 37 oC yang
merupakan suhu optimum untuk bakteri mesofil. Untuk menentukan ada tidaknya enzim
katalase, maka h2O2 sebagai substrat diteteskan. Adanya gelembung menandakan bahwa ada
enzim katalase yang dapar merubah H2O2 menjadi H2O dan O2. H2O2 juga diteteskan ada area
yang tidak ditumbuhi koloni ntuk mengecek ada tidaknya gelembung untuk hasil yang lebih
meyakinkan.
a. Fermentasi Karobohidrat
Hasil positif juga ditunjukkan dari hasil pngamatan bakteri A. Namun, berbeda
dengan Escherichia coli, Yang menunjukkan hasil positif dengan perubahan warna
hanya pada sukrosa dan glukosa, sedangkan mannitol dan laktosanya tetap ungu. Selain
itu untuk gelembung gas tidak dapat teramati pada keempat tabung dan menandakan
produk dari fermentasinya hanya berupa asam. Hal ini menunjukkan kemampuan
bakteri A untuk melakukan fermentasi. Namun kemampuan tersebut hanya bisa
memecah monomer atau monosakaridanya saja, tidak sampai dapat memfermentasi
polimer.Dari pengamatan juga dapat disimpulkan bakteri A adalah Bakteri asam laktat
(BAL) homofermentatif yang hanya mampu menghasilkan asam laktat, dengan hasil
uji berupa warna media berubah menjadi warna kuning atau lebih kuning dari warna
tabung kontrol dan tidak terbentuk gas pada tabung Durham dan diduga sebagai bakteri
Lactobacillus.
Pada pengamatan Pseudomonas aerugiosa dan bakteri B didapatkan hasil yang
negatif untuk keempat tabung. Hal itu ditunjukkan dengan samanya kondisi media
kontrol dan kondisi setelah hasil yaitu berwarna ungu dan tidak ada gelembung udara.
b. reduksi nitrat
Hasil positif juga ditunjukkan dari hasil pngamatan bakteri A dan B. Namun,
berbeda dengan Escherichia coli, Yang menunjukkan hasil positif dengan penambahan
reagen A dan B, bakteri A dinyatakan positif karena pada saat bubuk zinc ditaburkan
warna tidak menjadi merah dan cenderung sama dengan kontrol. Sehingga didapatkan
bahwa bakteri A dapat mereduksi nitrat dan pada saat diamati nitrat sudah menjadi
amoniak atau gas nitrogen.
c. reaksi katalase
Kesalahan yang umum terjadi adalah kesalaan pada inokulasi dan pembuatan agar di
cawan petri. Inokulasi yang tidak benar dapat membuat koloni mati karena terlalu panas. Begitu
juga dengan pembuatan agar di cawan petri, selain menghasilkan streak yang tidak sempurna,
juga bisa didapatkan mikroba mati saat baru mencapai agar yang terlalu panas. Selain itu untuk
penggunaan tabug durham juga bisa terjadi kesalahan karena tabung yang terkocok sehingga
menyebabkan adanya gelembung udara dalam tabung dan hal itu akan membingungkan
pengamatan. Pada reaksi katalase, jika terdapat gelembung di bagian yang tidak ditumbuhi
koloni mikroba, maka bisa jadi itu adala udara dari lingkungan, dan bukan merupakan hasi reaksi
katalase. Namun hal itu akan menyebabkan ambiguitas pada gelembung yang berada di area
yang ditumbuhi koloni. Sehingga pengamatan menjadi diragukan.
VIII. KESIMPULAN
Better, O.S., Rubinstein, I., Winaver, J.M., Knochel, J.P. 1997. Mannitol therapy
Debbi. 2006. Kajian Pengaruh Konsentrasi Sukrosa dan Asam Sitrat terhadap Mutu Sabun
november 2016
Persada
Linko, P., Linko, Y.Y., and Olkku, J. 1982. Extrusion Cooking and Bioconversions.
In : Ronald Jowitt (edt.). Extrusion Cooking Technology. Elsevier Applied
Murray, R. K., Granner, D. K., & Rodwell, V. W. Biokimia harper (27 ed.).Jakarta:
exploiting goat’s milk: quality, safety and production aspects. Small Rum.
Res. 30: 30
Mikroba yang dapat digunakan sebagai indikator keamanan pangan atau sanitasi harus
dapat dideteksi dengan mudah dan cepat serta dapat dibedakan dari mikroba lainnya. Selain
itu keberadaannya pada bahan pangan harus berkorelasi dengan keberadaan patogen, sehingga
mikroba ini dapat digunakan sebagai indikator keamanan pangan. Persyaratan lain yang harus
dipenuhi oleh mikroba yang akan digunakan sebagai indikator keamanan pangan adalah
memiliki kebutuhan nutrisi atau kecepatan pertumbuhan atau laju kematian yang hampir sama
dengan patogen (Dwidjoseputro, 1994)
Bakteri dapat diidentifikasi dengan mengetahui reaksi biokimia dari bakteri tersebut.
Dengan menanamkan bakteri pada medium, maka akan diketahui sifat-sifat suatu koloni
bakteri. Sifat-sifat suatu koloni tersebut ialah sifat-sifat yang ada sangkut pautnya dengan
bentuk, susunan, permukaan, pengkilatan, dan sebagainya. Identifikasi bakteri dapat diketahui
dengan menanamkan sampel bakteri dalam media seperti media gula-gula dan penanaman
dalam IMVIC. Uji IMVIC ini merupakan singkatan dari uji Indol, Metil Red, Voges
Proskauer, dan Citrate (BPOM RI, 2008).
Metil Merah adalah indikator asam-basa yang berubah menjadi merah dalam medium yang
sedikit asam. Jadi, jika metil merah ditambahkan pada medium biakan yang mengandung
glukosa yang di dalamnya organisme telah tumbuh selama 18 sampai 24 jam, warna merah
menunjukkan bahwa asam organik telah terbentuk sebagai akibat fermentasi
glukosa. Escherichia coli membentuk banyak asam dan adalah positif terhadap metil merah.
Metil merah adalah suatu indicator yang akan menunjukan warna merah bila pH ada di bawah 4.
Hasil test positif ditandai dengan terbentuknya warna merah, sedangkan warna kuning
menunjukan hasil negative. Pada uji ini sebelumnya ditambahkan reagen MR (0,4% dalam
alcohol 96%) kedalamnya untuk dapat mengetahui reaksi warna (Sahdan, 2010).
A3. Vogus-Proskaver
Tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu organisme untuk menghasilkan dan
mempertahankan asam stabil dan produk dari fermentasi glukosa, untuk mengatasi dinetralkan
oleh sistem dan untuk menentukan kemampuan beberapa organisme untuk menghasilkan produk
akhir netral dari fermentasi glukosa. VP mendeteksi kemampuan organisme untuk mengubah
produk asam untuk asetoin dan 2,3-butanadiol. organisme yang mampu useing jalur VP
menghasilkan jumlah yang lebih kecil dari asam selama fermentasi glukosa dan karena itu tidak
menghasilkan perubahan warna ketika metil indicator merah ditambahkan., reagen sekunder
ditambahkan, alpha -naphthol, diikuti oleh pottasium hidroksida (KOH) hasil tes positif
ditunjukkan oleh kompleks warna merah. (Tille,2014)
A.4. Sitrat
Tes ini mendeteksi kemampuan organisme untuk memanfaatkan sitrat sebagai satu-
satunya sumber karbon dan energi. Bakteri diinokulasi pada medium yang mengandung
natrium sitrat dan indikator pH biru bromotimol. Medium juga mengandung garam amonium
anorganik, yang digunakan sebagai satu-satunya sumber nitrogen. Pemanfaatan sitrat
melibatkan citritase enzim, yang memecah sitrat untuk oksaloasetat dan asetat. Oksaloasetat
lebih lanjut dipecah menjadi piruvat dan CO2. Produksi Na2CO3 serta NH3 dari pemanfaatan
natrium sitrat dan ammonium garam masing-masing menghasilkan pH basa. Hal ini
menyebabkan perubahan warna medium dari hijau ke biru. (Rao, 2006)
Dengan manggunakan medium sitrat menurut Simmon, merupakan medium padat yang
terdiri dari mono ammonium fosfat, Na citrate, NaCl, air , agar-agar, dan indikator Bromtymol
blue. Pada uji ini medium yang tadinya berwarna hijau kebiruan, bila bereaksi positif maka
akan berubah menjadi berwarna biru terang. Bila rekasi negative, maka akan tetap berwarna
hijau kebiruaan (Hartini, 2011).
B. Uji TSI
Uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar) digunakan untuk membedakan kelompok atau genus
Enterobacter, perbedaan tersebut didasarkan atas perbedaan dalam fermentasi karbohidrat dan
produksi hidrogen sulfida oleh beberapa kelompok bakteri intestinal. (Cappucino, 2001).
Uji TSIA untuk mengetahui kemampuan baktri dalam memfermentasikan glukosa, laktisa,
dan sukrosa, dan untuk mengetahui kemampuan bakteri untuk mendesulfurasi asam amino
sehingga media berubah warna menjadi hitam, serta melihat adanya gas yang terbentuk. Endapan
ini terbentuk karena bakteri mampu mendesulfurasi asam amino dan methion yang akan
menghasilkan H2S, dan H2S akan bereaksi dengan Fe+ yang terdapat pada media dan
menghasilkan endapan hitam. Hasil positif apabila bakteri mampu memfermentasikan sukrosa
dan laktosa yaitu lereng (slant) pada media akan berwarna kuning dalam suasana asam. Lalu bila
bakteri mampu untuk mendesulfurasi asam amino maka media akan berubah warna menjadi
hitam, dan media akan terangkat atau pecah bila terbentuk gas. Sifat metabolisme bakteri dalam
uji biokimia biasanya dilihat dari interaksi metabolit-metabolit yang dihasilkan dengan reagen
reagen kimia. Selain itu dilihat kemampuannya menggunakan senyawa tertentu sebagai sumber
karbon dan energi.(Waluyo, 2004)
a. Alat
1.Pembakar Bunsen,
2.Jarum Inokulasi,
3. Pipet Tetes
b. Bahan
VI. ANALISIS
Media yang digunakan pada percobaan ini berbeda beda tergantung uji yang dilakukan.
Pada saat percobaan, inokulasi dilakukan secara aseptik dengan tujuan memperkecil
kemungkinan kontaminasi yang terjadi, inkubasi dilakukan selama 24-48 jam pada suhu
37oC dengan tujuan agar bakteri tumbuh optimum, karena pada umumnya bakteri memiliki
temperatur optimum pada suhu tersebut.
A1. Uji indol
Uji Indol menggunakan media Tryptophan 1%, Tryptophan adalah asam amino esensial
yang teroksidasi oleh beberapa bakteri yang mengakibatkan pembentukan indol, asam
piruvat, dan amonia. Pada media ini, E. coli membentuk cincin berwarna merah pada
permukaan medium setelah ditetesi Kovac, hal ini menandakan bahwa ketiga bakteri tersebut
positif menghasilkan indol. Hasil percobaan ini sesuai dengan literatur bahwa E.coli dapat
menghasilkan indol. Pada percobaan yang sama dengan medium yang ditambahkan glukosa
1% dilakukan terhadap E.coli. Glukosa ditambahkan bertujuan untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap kerja enzim. Menurut literatur, adanya glukosa akan mengganggu
produksi indol yang dilakukan oleh E.coli dan hal ini tidak sesuai dengan hasil pengamatan
yang diperoleh dari percobaan ini karena pada percobaan media ini terbentuk cincin
berwarna merah.
Sedangkan pada bakteri Bacillus sp., bakteri A dan Bakteri B tidak menghasilkan cincin
berwarna merah sehingga kedua bakteri tersebut negatif menghasilkan indol. Bacillus cereus
menunjukan hasil yang negative sesuai dengan literature.
Pada Uji metil merah didapatkan bahwa tidak menghasilkan cicin merah. Hal ini berbeda
dengan literature bahwa bakteri Escherichia coli tersebut memfermentasikan glukosa
sehingga dapat menghasilkan asam, Asam yang dihasilkan bermacam-macam sehingga
seperti campuran asam, diantaranya asam laktat, asam asetat dan asam format. Dikarenakan
reaksi yang dihasilkan asalah asam merah pada pH sekitar 4 indikator metil akan
menunjukkan terbentuknya cincin merah yang mengindikasikan hasil yang positif. Perbedaan
hasil ini dapat diakibatkan beberapa hal, diantaranya adalah reagen yang kurang ditambahkan
pada media, terlalu lamanya masa inkubasi, atau bakteri tidak diinokulasi secara semburna
sehingga biakan tidak tumbuh pada media MR-VP.
Pada percobaan ini bakteri Proteus vulgaris tidak menghasilkan cicin merah. Hal ini
menunjukan perbedaan dengan literature bahwa Proteus vulgaris seharusnya menunjukan
hasil yang positif dikarenakan proteus memfermentasikan glukosa sehingga dapat
menghasilkan asam. Uji MR dengan hasil positif, terjadi perubahan warna menjadi merah
setelah ditambahkan metil merah. Artinya, bakteri ini mengahasilkan asam campuran
(metilen glikon) dari proses fermentasi glukosa yang terkandung dalam medium MR-VP.
Terbentuknya asam campuran pada media akan menurunkan pH sampai 5,0 atau kurang, oleh
karena itu bila indikator metil ditambahkan pada biakan tersebut dengan pH serendah itu
maka indikator tersebut menjadi merah. Hal ini menandakan bahwa bakteri ini peragi asam
campuran. Perbedaan hasil dengan literature dapat diakibatkan oleh konsentrasi dan jumlah
reagen yang kurang banyak atau dapat diakibatkan oleh biakan bakteri yang tidak tumbuh
dengan baik dan terjadi suatu hal saat inkubasi dilakukan.
Pada percobaan ini bakteri A dan bakteri B tidak menghasilkan cicin merah yang
menunjukan bahwa bakteri tersebut tidak memfermentasikan glukosa sehingga dapat
menghasilkan asam.
Uji sitrat merupakan salah satu pengujian dari kelompok tes IMViC. Pengujian ini
digunakan untuk melihat kemampuan mikroorganisme. menggunakan sitrat sebagai satu-
satunya sumber karbon dan energi. Untuk uji ini digunakan medium sitrat koser (SCA) yang
merupakan medium sintetik dengan Na sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon. NH4 +
sebagai sumber N dan indikator BTB (Brom Timol Blue) yang merupakan indikator pH.
Pada uji penggunaan sitrat dalam medium Simmons bakteri Escherichia coli
memberikan dampak perubahan warna medium dari yang semula berwarna hijau menjadi
berwarna biru. Hal ini menandakan bahwa bakteri Escherichia coli tersebut dapat
mereduksi sitrat dan menghasilkan sodium karbonat. Kemampuan ini didasarkan adanya
enzim sitrat permease yang membantu transport sitrat di dalam sel. Tetapi menurut literature
Escherichia coli tidak mereduksi sitrat. Perbedaan hasil percobaan dengan literatur ini
dapat disebabkan oleh beberapa hal, terkait kontaminasi yang terjadi pada medium atau
beberapa hal yang mempengarusi saat isolasi.
Pada uji penggunaan sitrat dalam medium Simmons bakteri Proteus dan bakteri B tidak
terjadi perubahan warna pada medium setelah dilakukan pengamatan sebanyak 2 kali yaitu
setelah 24 dan 72 jam.. Hal ini menandakan bahwa bakteri tersebut tidak dapat mereduksi
sitrat sesuai dengan literarur.
Pada uji penggunaan sitrat dalam medium Simmons bakteri A memberikan dampak
perubahan warna medium dari yang semula berwarna hijau menjadi berwarna biru pada
pengamatan setelah 72 jam. Hal ini menandakan bahwa bakteri A tersebut dapat mereduksi
sitrat dan menghasilkan sodium karbonat. Kemampuan ini didasarkan adanya enzim sitrat
permease yang membantu transport sitrat di dalam sel.Sitrat bereaksi dengan bantuan enzim
sitrase dan menghasilkan asam oksaloasetat dan asetat. Produk ini secara enzimatik
dikonversi menjadi asam piruvat dan karbondioksida. Selama reaksi ini, medium akan
berubah menjadi basa karena karbondioksida yang dihasilkan dengan sodium dan air akan
membentuk sodium karbonat yang basa. Kehadiran sodium karbonat inilah yang akan
membuat indikator bromtimol biru yang merupakan komponen medium mengubah medium
dari warna hijau menjadi biru keunguan. Bakteri tersebut dapat menggunakan sitrat, maka
asam akan dihilangkan dari medium biakan, sehingga menyebabkan peningkatan pH dan
mengubah warna medium dari hijau menjadi biru.
Pada uji penggunaan sitrat dalam medium Simmons bakteri B tidak terjadi perubahan
warna pada medium setelah dilakukan pengamatan sebanyak 2 kali yaitu setelah 24 dan 72
jam.. Hal ini menandakan bahwa bakteri tersebut tidak dapat mereduksi sitrat.
B. Uji TSI
Pada percobaan ini digunakan medium Triple Sugar Iron. Dimana pada medium ini ada
3 jenis karbohidrat, yaitu laktosa dan sukrosa 1% dan glukosa 1%. Indikator yang digunakan
untuk mengetahui bakteri di dalam media bereaksi positif adalah fenol merah. Dalam
percobaan ini dilakukan dengan dua metode inokulasi, yaitu stab dan streak, digunakannya
kedua metode ini bertujuan untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam transfer bakteri
yang dilakukan dan cara stab menunjukan beberapa bakteri yang menghasilkan gas dengan
tanda media yang distab menjadi retak.
Pada bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Bakteri B setelah inkubasi selama 24 jam
tidak terdapat perubahan pada warna dan area stab pada media. Hal tersebut menunjukan
bahwa tidak terjadi fermentasi karbohidrat sama sekali.
Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa Bakteri Escherichia col terlihat media
mengalami perubahan warna menjadi kuning seluruhnya. Hal tersebut menandakan bahwa
fermentasi laktosa atau sukrosa terjadi. Karena kedua substrat ini tersedia dalam konsentrasi
yang cukup banyak, maka berfungsi sebagai substrat untuk fermentasi lanjutan yang
menghasilkan reaksi asam baik pada permukaan maupun ujung agar.
Pada hasil pengamatan didapatkan bahwa media yang dibiaki bakteri Proteus vulgaris
yang telah diinkubasi selama 24 jam mengalami perubahan warna pada bagian bawah media
sedangkan pada bagian miring atas tidak terdapat perubahan warna. Tetapi hal ini
menunjukan perbedaan dengan literature dikarenakan bakteri ini tidak memfermentasi
karbohidrat tetapi terjadinya perubahan warna menandakan terjadinya fermentasi glukosa.
Hal ini dapat terjadi dikarenakan media yang dipakai tidak steril, jarum inokulasi tidak steril
ataupun hal hal yang diakibatkan saat inkubasi.
Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa bakteri A terlihat media mengalami perubahan
warna pada bagian bawah media sedangkan pada bagian miring atas tidak terdapat
perubahan warna yang menandakan hanya terjadi fermentasi glukosa. Bakteri tersebut lebih
memilih untuk mendegradasi glukosa terlebih dahulu. Karena substrat ini hadir dalam
konsentrasi yang minimal, sejumlah kecil asam yang dihasilkan pada permukaan agar miring
segera dioksidasi. Pepton yang ada di medium juga menghasilkan kondisi basa.
VII. KESIMPULAN
Menurut hasil percobaan, pada reaksi indole bakteri yang menunjukan hasil positif
adalah Escherichia coli. Sedangkan untuk bakteri Bacillus sp, bakteri A dan bakteri B
menunjukan hasil yang negative. Pada uji metil merah dan uji Vogus-Proskaver bakteri
Escherichia coli, Proteus vulgaris, Bakteri A dan Bakteri B menunjukan hasil yang
negative. Untuk uji sitrat yang menghasilkan hasil yang positif adalah bakteri A dan
Escherichia coli, sedangkan yang menghasilkan hasil negative adalah bakteri B dan Proteus
vulgaris.
Hasil yang ditunjukan pada uji TSI bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Bakteri B
menunjukan hasil yang negative, untuk bakteri Escherichia col menunjukan hasil positif
dengan perubahan warna pada seluruh bagian agar, sedangkan bakteri dan bakteri A Proteus
vulgaris menunjukan perubahan warna pada ujung agar yang menunjukan hasil yang positif.
BPOM RI. 2008. InfoPOM Badan Pengawas Obat dan Makanan. Jakarta: Badan POM RI. Vol.
9, No. 2, Maret 2008. ISSN 1829-933.
Cappucino, J.G. and Sherman, N. 2001. Microbiology: A Laboratory Manual.2nd Edition. New
York : The Benjamin 42 Cummings Publishing Company.
Sahdan, Nona .2010. Analisis Bakteri Coliform Pada Jajanan Anak Sekolah SD
Inpres Bontomanai Makassar . Makassar: Tidak diterbitkan,.
Urease adalah enzim yang biasa digunakan untuk mengidentifikasi bakteri Proteus
vulgaris. Reaksi kehadiran urease diketahui pada medium kaldu urea yang berisi indikator pH
fenol merah. Gas H2S adalah hasil dari aktivitas bakteri terhadap asam amino. H2S dari asam
amino disintesis dengan enzim sistein desulfurase. Produksi gas H2S adalah langkah awal proses
deaminasi. H2S hanya dihasilkan oleh bakteri tertentu seperti Proteus vulgaris.
Beberapa bakteru mampu memproduksi enzim yang disebut dengan urease yang akan
“menyerang” ikatan nitrogen dan karbon pada senyawa amida seperti urea dan pada akhirnya
akan menghasilkan ammonia, CO 2, dan air. Aktivitas urea dideteksi pada bakteri yang tumbuh
dan berkembang pada medium yang mengandung urea dan digunakan indikator pH dan fenol
merah. Ketika urea terhidrolisis, ammonia akan terkumpul pada medium dan membentuk alkalin.
pH akan naik dan menyebabkan indikator fenol merah yang ditambahkan pada medium akan
berubah dari kuning menjadi merah kejinggan sampai pink tua ataupun merah cherry jika kultur
bakteri positif dapat melakukan hidrolisis urea. Jika tidak terbentuk warna-warna tersebut berarti
hasil negatif dan menunjukkan bahwa kultur tidak dapat menghidrolisis urea. (Harley and
Prescott, 2002:185) Banyak protein yang memiliki asam amino yang mengandung sulfur seperti
sistein. Ketika protein tersebut dihirolisis oleh bakteri, asam amino akan terlepas dan digunakan
sebagai nutrisi. Sistein dengan kehadiran enzim sistein desulfurase akan kehilangan atom
sulfurnya dari adanya penambahan hidrogen dari air untuk membentuk gas H 2 S. Gas H 2 S
juga akan diproduksi dari reduksi dari senyawa sulfur inoranik seperti thiosulfat (S 2 O 3 ),
sulfat, dan sulfit. (Harley and Prescott, 2002:147) Digunakan medium SIM yang mengandung
pepton dan sodium thiosulfat sebagai substrat dan Fe(NH 4 )SO 4 sebagai indikator H 2 S. Ketika
H 2 S bergabung dengan besi ammonium sulfat akan terbentuk besi sulfida berwarna hitam dan
tidak larut. Jika kultur bakteri yang memiliki enzim sistein desulfurase dapat bergerak, maka
keseluruhan tabung reaksi akan berubah menjadi hitam. Garis hitam yang terbentuk pada tabung
reaksi menunjukkan hasil positif H 2 S. Bila tidak terdapat garis hitam maka hasil negatif dan
tidak terbentuk H 2 S. (Harley and Prescott, 2002:149)
a. Alat
1.Pembakar Bunsen,
2.Jarum Inokulasi,
3. Pipet Tetes
b. Bahan
A. Uji Urease
Kontrol Hasil Pengamatan Keterangan
Tanggal Pengamatan: 1-
11-2016
Nama Bakteri :
Escherichia coli
Media : Kaldu urea
Suhu : 37oC
Keterangan :
Sumber : Kelompok 4
Tanggal Pengamatan: 1-
11-2016
Nama Bakteri :
Pseudomonas aeruginosa
Media : Kaldu urea
Suhu : 37oC
Keterangan : Tidak terjadi
perubahan warna
Sumber : Kelompok 3
Tanggal Pengamatan: 1-
11-2016
Nama Bakteri : Bakteri A
Media : Kaldu urea
Suhu : 37oC
Keterangan :
Sumber : Kelompok 10
Tanggal Pengamatan: 1-
11-2016
Nama Bakteri : Bakteri B
Media : Kaldu urea
Suhu : 37oC
Keterangan : Terdapat
perubahan warna menjadi
ungu
Sumber : Kelompok 1
C. Produksi H2S
Tanggal Pengamatan: 1-
11-2016
Nama Bakteri : Proteus
vulgaris
Media : Agar Tegak H2S
Suhu : 37oC
Keterangan : Tidak
terdapat perubahan
Sumber : Kelompok 10
Tanggal Pengamatan: 1-
11-2016
Nama Bakteri : Bakteri A
Media : Agar Tegak H2S
Suhu : 37oC
Keterangan : Tidak
terdapat warna hitam
Sumber : Kelompok 1
Tanggal Pengamatan: 1-
11-2016
Nama Bakteri : Bakteri B
Media : Agar Tegak H2S
Suhu : 37oC
Keterangan :tidak
terdapat perubahan
Sumber : Kelompok 8
VII. ANALISIS
A.Uji Urease
Pada percobaan untuk mengetahui bakteri memiliki enzim urease atau tidak digunakan
medium urea sebagai sumber urea yang nantinya akan dihidrolisis oleh bakteri yang
diinokulasikan pada bakteri tersebut. Reagen fenol merah digunakan untuk mengetahui pH yang
terbentuk akibat dari hidrolisis urea yang menghasilkan ammonia yang mengubah pH
lingkungan menjadi basa.
Dari hasil pengamatan bakteri Escherichia coli dan bakteri B di inkubasi selama 24 jam
terjadi perubahan warna pada media urea dari warna kuning menjadi warna pink. Perubahan
warna terjadi karena adanya perubahan pH menjadi basa. Hal tersebut terjadi karena ammonia yg
dihasilkan oleh hidrolisis urea. Peran utama enzim urease adalah memecah urea agar nitrogen
yang ada pada urea dapat digunakan sebagai penyedia energi internal dan eksternal bagi
organisme. Sehingga bakteri yang dapat menghidrolisis urea dapat menggunakan nirogen sebagi
salah satu sumber energinya. Sedangkan bakteri yang tidak dapat menghidrolisis urea berarti
menggunakan sumber lain sebagai pemenuh kebutuhan nitrongennya.
Dari hasil pengamatan bakteri Pseudomonas aeruginosa dan bakteri A di inkubasi selama
24 jam tidak terjadi perubahan warna pada media urea. Tidak terjadi warna karena ammonia
tidak dihasilkan pada hidrolisis urea.
B. Uji H2S
Pada percobaan ini, bakteri diinokulasi dengan cara stab pada media agar H2S. Apabila
hasil positif maka akan terbentuk warna hitam di sekitar daerah yang sudah ditusuk oleh kultur
bakteri dan berhasil negatif bila tidak terdapat warna hitam sama sekali. Warna hitam tersebut
merupakan hasil dari ikatan antara H2S dengan besi ammonium sulfat (terkandung pada medium)
yang membentuk besi sulfida.
Dari hasil pengamatan bakteri Escherichia coli yang telah di inkubasi selama 24 jam
pada media SIM terlihat perubahan warna menjadi hitam. Hal tersebut menandakan bahwa
bakteri Escherichia coli menghasilkan gas H2S yang kemudian berikatan dengan Fe membentuk
FeS sehingga medium berwarna hitam. Gas H2S akan diproduksi dari reduksi dari senyawa
sulfur inoranik seperti thiosulfat (S2O3 ), sulfat, dan sulfit. Sistein dengan kehadiran enzim sistein
desulfurase akan kehilangan atom sulfurnya dari adanya penambahan hidrogen dari air untuk
membentuk gas H2S.
Setelah inkubasi selama 24 jam bakteri Proteus vulgaris, bakteri A, dan bakteri B tidak
menunjukan perubahan pada media SIM. Bakteri tersebut tidak menghasilkan H2S maka tidak
terjadi reaksi yang berikatan dengan ammonium sulfat pada media.
C. Analisis Bakteri A dan Bakteri B
Aktivitas
Fermentasi Karbohidrat Uji IMViC
Biokimia Lain
Bakteri Reaksi Reaksi
Uji Penggunaan
Glukosa Sukrosa Laktosa Mannitol Metil Vogus- H2S Urea
Indol Sitrat
Merah Proskaver
A (+) (+) (-) (-) (-) (-) (-) (+) (-) (-)
B (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (-) (+)
VIII. KESIMPULAN
Bakteri yang mampu menghidrolisis urea adalah Escherichia coli dan bakteri B. Hal
tersebut ditunjukan dengan adanya perubahan warna pada media urea dari warna kuning menjadi
warna pink. Perubahan warna terjadi karena adanya perubahan pH menjadi basa, karena bakteri
tersebut menghasilkan ammonia yang dihasilkan pada saat hidrolisis urea.
Bakteri yang menghasilkan gas H2S adalah Escherichia coli. Hal tersebut menandakan
bahwa bakteri Escherichia coli menghasilkan gas H2S yang kemudian berikatan dengan Fe
membentuk FeS sehingga medium berwarna hitam