Anda di halaman 1dari 10

TUGAS VENTILASI TAMBANG

Nama : Ichsannudin

NIM : D 1101 14 1021

Dosen Mata Kuliah : M. Khalid Syafrianto, S.T., M.T.

1. Alat Pendeteksi Gas Metan atau Gas Beracun Dari Zaman Dahulu ( Kovensional )
Hingga Sekarang
A. Zaman Konvensional
a. Burung Kenari

Burung Kenari. Bentuk badannya yang kecil mungil ini memiliki suara khas yang
berirama panjang dan tergolong sebagai burung yang tahan dari segala cuaca. Sampai
saat ini masih menjadi burung favorit di arena kontes burung berkicau dan untuk
diternakkan. Tergolong mudah perawatannya yang penting cukup tersedia pakannya
yang berupa biji-bijian, air, kandang yang bersih dan selalu dikerodong saat malam
hari.

Ada hal yang menarik tentang burung kenari ini. Meskipun dipandang di era
teknologi saat ini sangat aneh, ternyata pada jaman dahulu burung kenari umum
digunakan sebagai penanda adanya gas beracun di lokasi penambangan khususnya di
Inggris.

Survey membuktikan, dari hasil percobaan laboratorium terhadap hewan


mamalia. Dibandingkan dengan Kelinci, Ayam, Anjing, Kucing, Tikus, Burung Pipit
dan Merpati, ternyata Kenari termasuk hewan peliharaan yang sensitif terhadap gas.

Karbon monoksida, gas metan atau karbondioksida yang sering muncul dari
dalam terowongan Tamban Batubara dapat membunuh Burung Kenari dengan cepat
daripada manusia. Tanda-tanda gas beracun ‘bocor’ terlihat dari burung kenari yang
biasanya asyik bernyanyi menemani pekerja tambang bekerja, kemudian tiba-tiba
perilakunya berubah drastis seperti macet bunyi bahkan grabakan dalam sangkar. Bila
kandungan gas beracun sudah menyebar di atas ambang batas terkadang ditemukan
kenari sudah mati lemas dalam sangkarnya.

Burung Kenari yang bertindak sebagai sistem peringatan dini tersebut jika telah
mati maka semua pekerja tambang harus segera secepatnya melarikan diri keluar dari
lokasi tambang untuk mencari udara segar.

Praktek pemanfaatan burung kenari sebagai alat detektor gas beracun di Amerika
dan Inggris kini telah dihentikan di akhir abad 20. Tetapi konsep ‘Canary In A Coal
Mine’, atau indikasi yang menunjukkan tingkat keamanan peringatan dini datangnya
bahaya yang dilakukan pekerja tambang.

Namun di tahun 1995 saat terjadinya serangan teroris Gas Beracun oleh anggota
Aum Shinrikyo pada jalur kereta bawah tanah di Jepang. Burung Kenari kembali lagi
dipekerjakan untuk mendeteksi adanya gas beracun di dalam terowongan tersebut.

B. Zaman Modern
Keberadaan gas-gas dalam tambang bawah tanah baik yang beracun maupun yang
mudah terbakar berkaitan dengan keselamatan tambang sehingga kadar gas-gas
tersebut harus selalu dikontrol agar tidak membahayakan.

Beberapa macam alat deteksi gas-gas tambang yang biasa digunakan antara lain :

1. Handheld gas detektor

Digunakan untuk mengukur konsentrasi gas CO2. H2 dan O2 dengan komponen


sebagi berikut:

a. Sensor H2S, CO2, dan O2

b. Tombol power

c. Tombol display

d. Tombol pengatur ke nilai satndar O2 di udara bebas

Contoh Alat

Alat Pengukur Gas CO, H2s, O2 & CH4 4in1 Digital BX615
a. Features Multi Gas Detektor 4 in 1 BX615 :
1. Warning modes: Alarm/Flash/Vibration
2. Power supply: 1800MA.H
3. Battery Life: 10 hours
4. Sensor life: 24 months per sensor
5. Suitable working environment: -10~+50˚C, 15~95%RH
6. Blast grade: EXiaIICT4
7. Net weight: 200 gram
8. Dimensions: 98x65x30 mm
b. Spesifikasi Multi Gas Detektor 4 in 1 BX615 :
1. CO: Range: 0~1000PPM; Resolution: 1PPM; Accuracy: ±5%; Response
time: 40s
2. H2S: Range: 0~100PPM; Resolution: 1PPM; Accuracy: ±5%; Response
time: 60s
3. O2: Range: 0~25%VOL; Resolution:0.1%;Accuracy: ±0.7%; Response
time:30s
4. CH4: Range: 0~100%LEL; Resolution: 0.1%; Accuracy: ±5%; Response
time:40s
2. Gas detektor model alarm

Digunakan untuk mendeteksi gas metan pada tingkat maksimum yang kita
inginkan.

Contoh alat

a. Fitur
1. SMT diadopsi
2. pengolahan MCU
3. Auto reset setelah alarm
4. Mudah instalasi dan pemeliharaan
5. Mendeteksi segala macam gas mudah terbakar, LPG dan LNG
6. Ideal untuk semua dapur dan lingkungan khusus
7. Excellent keandalan & stabilitas tinggi
8. rendah konsumsi daya
9. Self test fungsi
10. Tahan Lama sensor kepala
11. kurang dipengaruhi oleh pelarut organik lainnya
12. akurasi tinggi
13. sinyal suara keras dari 80 dB pada mode alarm
b. Spesifikasi

Induced Gas gas alam/LPG/LNG


Sumber daya DC12V
statis Saat Ini ≤ 50ma
Alarm Saat Ini ≤ 100ma
Tingkat Buzzer ≥ 80db/m
Sensitivitas 10% LEL (0.5%) (5000PPM)
Suhu operasi - 10 ~ + 50C
Ambient Kelembaban ≤95 % RH
Density Alarm kesalahan ≤ ± LEL
Konsumsi daya ≤5W
Mode Alarm berkedip & suara alarm/alarm jaringan sinyal
Dimensi Φ107 * 35mm

3. Gas detektor <CH4>

Gas detector ini untuk mendeteksi gas metan konsentrasi maksimum sampai 10%
sehingga apabila kadar metannya melebihi 10% parameter tidak akan menunjukkan
angka apapun.

Bagian-bagian alat :

a. Tabung penghisap

b. Katub pembaca ukuran

c. Tombol cahaya

d. Tombol penyetel

e. Tabung filter yang berisi sodalime dan CaCl2

f. Pipa pengambil sampel gas

Contoh alat
4. Gas detektor < CO2>

Bagian-bagiannnya antara lain :

a. Tabung penghisap

b. Katub pembaca ukuran

c. Tombol cahaya

d. Tombol penyetel

e. Tabung filter gas yang berisi CaCl2

f. Pipa pengambilan conto

Contoh alat

5. Gas detector digital type <CO2 dan O2>

Riken gas detector berguna untuk mendeteksi gas CO2 dan O2 yang terdiri dari 2
perangkat untuk masing-masing detektor dalam kondisi lingkungan hampa metan.

a. Detektor O2
cara kerja :
1. Oksigen dtetktor terdiri dari sensor, display parameter, tombol.
2. Untuk mengaktifkan kerja detector tekan tombol disamping alat.
3. Jika ada gas O2 maka sensor akan menangkap.
4. Persentase O2 dapat dilihat pada display parameter.
b. Detektor CO2
Cara kerja :
1. Selang dimasukkan langsung ke CaCl2.
2. Selang diarahkan keatas.
3. CO2 akan masuk ke CaCl2.
4. Persentase CO2 dapat dilihat pada parameter

Contoh alat

6. Gas detektor kitagawa

Dapat digunakan untuk mendeteksi gas CO2,H2, propilen, asetilen dengan


tingkat persentase yang berbeda.

Gas detektor ini terdiri atas :

1. Tabung gelas filter yang berisi material pendeteksi


2. Tabung suntikan penghisap gas
3. Katub penghisap pengatur volume gas

Contoh alat
2. Tambang Bawah Tanah Yang Mengandung Silika
A. Debu Batubara

Debu adalah partikel-partikel yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan alami atau


mekanis seperti pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat,
peledakan dan lain-lain dari bahan-bahan baik organik maupun anorganik misalnya batu,
kayu, bijih logam, arang batu, butir-butir zat-zat dan sebagainya. Debu merupakan salah
satu bahan yang sering disebut sebagai partikel yang melayang di udara (Suspended
Particulate Matter / SPM) dengan ukuran 1 mikron sampai dengan 500 mikron. Partikel
debu akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang-
layang di udara kemudian masuk ke dalam tubuh manusi melalui pernafasan. Selain dapat
membahayakan terhadap kesehatan juga dapat mengganggu daya tembus pandang mata
dan dapat mengadakan berbagai reaksi kimia sehingga komposisi debu di udara menjadi
partikel yang sangat rumit karena merupakan campuran dari berbagai bahan dengan
ukuran dan bentuk yang realtif berbeda-beda (Suma’mur,2009).
Debu batubara adalah material batubara yang terbentuk bubuk (powder), yang berasal
dari hancuran batubara ketika terjadi pemrosesannya (breaking, blending, transporting,
and weathering). Debu batubara yang dapat meledak adalah apabila debu itu
terambangkan di udara sekitarnya. Debu batu bara merupakan salah satu partikel padat
yang terbentuk karena proses pembakaran batu bara. Batu bara merupakan salah satu
bahan bakar fosil yang terbentuk oleh batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari
endapan organik yang berasal dari sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses
pembatubaraan. Unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batu bara
adalah batuan organik yang memiliki sifat fisika dan kimia kompleks yang dapat ditemui
dalam berbagai bentuk (Yulaekah, 2007).

Batubara dan produk buangannya, berupa abu ringan, abu berat, dan kerak sisa
pembakaran, mengandung berbagai logam berat; seperti arsenik, timbal, merkuri, nikel,
vanadium, berilium, kadmium, barium, cromium, tembaga, molibdenum, seng, selenium,
dan radium, yang sangat berbahaya jika dibuang di lingkungan. Batubara juga
mengandung uranium dalam konsentrasi rendah, torium, dan isotop radioaktif yang
terbentuk secara alami yang jika dibuang akan mengakibatkan kontaminasi radioaktif.
Meskipun senyawa-senyawa ini terkandung dalam konsentrasi rendah, namun akan
memberi dampak signifikan jika dibung ke lingkungan dalam jumlah yang besar.

Pengaruh kadar debu batu bara pada lingkungan kerja harus diwaspadai karena debu
yang ada pada lingkungan tersebut berada di udara dan selalu tehirup oleh tenaga kerja
pada tempat dan tenaga kerja di sekiarnya setiap hari. Menurut Hyatt (2006) dalam
Khumaidah (2009) apabila tenaga kerja yang bekerja pada lingkungan dengan konsentrasi
debu yang tinggi dalam waktu yang lama akan memiliki risiko terkena penyakit gangguan
pernapasan, apalagi dengan tenaga kerja yang sudah bekerja lebih dari 5 tahun pada
ligkungan kerja dengan debu berkonsentrasi tinggi.
B. Mekanisme Keluar Masuk Debu Batubara Dalam Respiratori Manusia

Fungsi utama paru-paru adalah untuk pertukaran udara dari atmosfir ke dalam tubuh
manusia dan sebaliknya, untuk pertukaran udara dalam paru-paru ini harus melalui
alveoli. Ukuran debu sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit pada saluran
pernapasan. Partikel debu yang dapat dihirup berukuran 0,1 sampai kurang dari 10
mikron. Debu yang berukuran antara 5-10 mikron bila terhisap akan tertahan dan
tertimbun pada saluran napas bagian atas; yang berukuran antara 3-5 mikron tertahan dan
tertimbun pada saluran napas tengah. Partikel debu dengan ukuran 1-3 mikron disebut
debu respirabel merupakan yang paling berbahaya karena tertahan dan tertimbun mulai
dari bronkiolus terminalis sampai alveoli. Debu yang ukurannya kurang dari 1 mikron
Debu yang ukurannya kurang dari 1 mikron tidak mudah mengendap di alveoli, debu
yang ukurannya antara 0,1-0,5 mikron berdifusi dengan gerak Brown keluar masuk
alveoli; bila membentur alveoli, debu dapat tertimbun disitu (Yunus, 1997).

Partikel-partikel kecil ini oleh karena gerakan brown, ada kemungkinan membentur
permukaan alveoli dan tertimbun disana. Bila debu masuk di alveoli maka jaringan
alveoli akan mengeras (fibrosis). Bila 10% alveoli mengeras akibatnya mengurangi
elastisitasnya dalam menampung volume udara sehingga kemampuan mengikat oksigen
menurun. (Pudjiastuti, 2002). Debu-debu yang masuk ke dalam saluran pernapasan
menyebabkan timbulnya reaksi pertahanan non-spesifik, antara lain batuk, bersin,
gangguan transport mukosilier dan fagositosis oleh makrofag. Otot polos disekitar jalan
napas dapat terangsang sehingga menimbulkan penyempitan bronkus. Keadaan ini terjadi
bila kadar debu melebihi nilai ambang batas. Sistem mukosilier juga mengalami
gangguan dan menyebabkan produksi lendir bertambah. Bila lendir makin banyak &
mekanisme pengeluaran tidak sempurna, dapat menyebabkan obstruksi saluran napas,
sehingga resistensi jalan napas meningkat. Sedangkan apabila partikel debu masuk ke
dalam alveoli akan membentuk fokus dan berkumpul, lalu dengan sistem limfatika
terjadi proses fagositosis debu oleh makrofag. Debu yang bersifat toksik terhadap
makrofag seperti silika bebas menyebabkan terjadinya autolisis. Makrofag yang lisis
bersama silika bebas merangsang terbentuknya makrofag baru. Makrofag baru
memfagositosis silika bebas lagi terjadi autolisis lagi, keadaan ini terjadi berulang-ulang.
Pembentukan dan destruksi makrofag yang terus menerus berperan penting pada
pembentukan jaringan ikat kolagen dan pengendapan hialin pada jaringan ikat tersebut.
Fibrosis ini terjadi pada parenkim paru, yaitu pada dinding alveoli dan jaringan
interstisial. Akibat fibrosis, paru menjadi kaku sehingga dapat menyebabkan gangguan
pengembangan paru,kelaianan fungsi paru yang restriktif. Beberapa penyakit akibat debu
antara lain adalahasma kerja, bronkitis industri, pneumokoniosis batubara,
silikosis,asbestosis dan kanker paru.

Sumber

1. http://www.mediaronggolawe.com/kenari-alat-detektor-gas-beracun-efektif-di-
tambang-batubara.html
2. https://indo-digital.com/alat-pengukur-gas-co-h2s-o2-ch4-4in1-digital-bx615.html
3. https://www.academia.edu/6126440/PENGENALAN_ALAT_VENTILASI_TAMBA
NG
4. http://docslide.net/documents/bab2ventill1.html
5. http://bdtbt.esdm.go.id/index.php/file/file/dampak.pdf

Anda mungkin juga menyukai