Nama : Ichsannudin
1. Alat Pendeteksi Gas Metan atau Gas Beracun Dari Zaman Dahulu ( Kovensional )
Hingga Sekarang
A. Zaman Konvensional
a. Burung Kenari
Burung Kenari. Bentuk badannya yang kecil mungil ini memiliki suara khas yang
berirama panjang dan tergolong sebagai burung yang tahan dari segala cuaca. Sampai
saat ini masih menjadi burung favorit di arena kontes burung berkicau dan untuk
diternakkan. Tergolong mudah perawatannya yang penting cukup tersedia pakannya
yang berupa biji-bijian, air, kandang yang bersih dan selalu dikerodong saat malam
hari.
Ada hal yang menarik tentang burung kenari ini. Meskipun dipandang di era
teknologi saat ini sangat aneh, ternyata pada jaman dahulu burung kenari umum
digunakan sebagai penanda adanya gas beracun di lokasi penambangan khususnya di
Inggris.
Karbon monoksida, gas metan atau karbondioksida yang sering muncul dari
dalam terowongan Tamban Batubara dapat membunuh Burung Kenari dengan cepat
daripada manusia. Tanda-tanda gas beracun ‘bocor’ terlihat dari burung kenari yang
biasanya asyik bernyanyi menemani pekerja tambang bekerja, kemudian tiba-tiba
perilakunya berubah drastis seperti macet bunyi bahkan grabakan dalam sangkar. Bila
kandungan gas beracun sudah menyebar di atas ambang batas terkadang ditemukan
kenari sudah mati lemas dalam sangkarnya.
Burung Kenari yang bertindak sebagai sistem peringatan dini tersebut jika telah
mati maka semua pekerja tambang harus segera secepatnya melarikan diri keluar dari
lokasi tambang untuk mencari udara segar.
Praktek pemanfaatan burung kenari sebagai alat detektor gas beracun di Amerika
dan Inggris kini telah dihentikan di akhir abad 20. Tetapi konsep ‘Canary In A Coal
Mine’, atau indikasi yang menunjukkan tingkat keamanan peringatan dini datangnya
bahaya yang dilakukan pekerja tambang.
Namun di tahun 1995 saat terjadinya serangan teroris Gas Beracun oleh anggota
Aum Shinrikyo pada jalur kereta bawah tanah di Jepang. Burung Kenari kembali lagi
dipekerjakan untuk mendeteksi adanya gas beracun di dalam terowongan tersebut.
B. Zaman Modern
Keberadaan gas-gas dalam tambang bawah tanah baik yang beracun maupun yang
mudah terbakar berkaitan dengan keselamatan tambang sehingga kadar gas-gas
tersebut harus selalu dikontrol agar tidak membahayakan.
Beberapa macam alat deteksi gas-gas tambang yang biasa digunakan antara lain :
b. Tombol power
c. Tombol display
Contoh Alat
Alat Pengukur Gas CO, H2s, O2 & CH4 4in1 Digital BX615
a. Features Multi Gas Detektor 4 in 1 BX615 :
1. Warning modes: Alarm/Flash/Vibration
2. Power supply: 1800MA.H
3. Battery Life: 10 hours
4. Sensor life: 24 months per sensor
5. Suitable working environment: -10~+50˚C, 15~95%RH
6. Blast grade: EXiaIICT4
7. Net weight: 200 gram
8. Dimensions: 98x65x30 mm
b. Spesifikasi Multi Gas Detektor 4 in 1 BX615 :
1. CO: Range: 0~1000PPM; Resolution: 1PPM; Accuracy: ±5%; Response
time: 40s
2. H2S: Range: 0~100PPM; Resolution: 1PPM; Accuracy: ±5%; Response
time: 60s
3. O2: Range: 0~25%VOL; Resolution:0.1%;Accuracy: ±0.7%; Response
time:30s
4. CH4: Range: 0~100%LEL; Resolution: 0.1%; Accuracy: ±5%; Response
time:40s
2. Gas detektor model alarm
Digunakan untuk mendeteksi gas metan pada tingkat maksimum yang kita
inginkan.
Contoh alat
a. Fitur
1. SMT diadopsi
2. pengolahan MCU
3. Auto reset setelah alarm
4. Mudah instalasi dan pemeliharaan
5. Mendeteksi segala macam gas mudah terbakar, LPG dan LNG
6. Ideal untuk semua dapur dan lingkungan khusus
7. Excellent keandalan & stabilitas tinggi
8. rendah konsumsi daya
9. Self test fungsi
10. Tahan Lama sensor kepala
11. kurang dipengaruhi oleh pelarut organik lainnya
12. akurasi tinggi
13. sinyal suara keras dari 80 dB pada mode alarm
b. Spesifikasi
Gas detector ini untuk mendeteksi gas metan konsentrasi maksimum sampai 10%
sehingga apabila kadar metannya melebihi 10% parameter tidak akan menunjukkan
angka apapun.
Bagian-bagian alat :
a. Tabung penghisap
c. Tombol cahaya
d. Tombol penyetel
Contoh alat
4. Gas detektor < CO2>
a. Tabung penghisap
c. Tombol cahaya
d. Tombol penyetel
Contoh alat
Riken gas detector berguna untuk mendeteksi gas CO2 dan O2 yang terdiri dari 2
perangkat untuk masing-masing detektor dalam kondisi lingkungan hampa metan.
a. Detektor O2
cara kerja :
1. Oksigen dtetktor terdiri dari sensor, display parameter, tombol.
2. Untuk mengaktifkan kerja detector tekan tombol disamping alat.
3. Jika ada gas O2 maka sensor akan menangkap.
4. Persentase O2 dapat dilihat pada display parameter.
b. Detektor CO2
Cara kerja :
1. Selang dimasukkan langsung ke CaCl2.
2. Selang diarahkan keatas.
3. CO2 akan masuk ke CaCl2.
4. Persentase CO2 dapat dilihat pada parameter
Contoh alat
Contoh alat
2. Tambang Bawah Tanah Yang Mengandung Silika
A. Debu Batubara
Batubara dan produk buangannya, berupa abu ringan, abu berat, dan kerak sisa
pembakaran, mengandung berbagai logam berat; seperti arsenik, timbal, merkuri, nikel,
vanadium, berilium, kadmium, barium, cromium, tembaga, molibdenum, seng, selenium,
dan radium, yang sangat berbahaya jika dibuang di lingkungan. Batubara juga
mengandung uranium dalam konsentrasi rendah, torium, dan isotop radioaktif yang
terbentuk secara alami yang jika dibuang akan mengakibatkan kontaminasi radioaktif.
Meskipun senyawa-senyawa ini terkandung dalam konsentrasi rendah, namun akan
memberi dampak signifikan jika dibung ke lingkungan dalam jumlah yang besar.
Pengaruh kadar debu batu bara pada lingkungan kerja harus diwaspadai karena debu
yang ada pada lingkungan tersebut berada di udara dan selalu tehirup oleh tenaga kerja
pada tempat dan tenaga kerja di sekiarnya setiap hari. Menurut Hyatt (2006) dalam
Khumaidah (2009) apabila tenaga kerja yang bekerja pada lingkungan dengan konsentrasi
debu yang tinggi dalam waktu yang lama akan memiliki risiko terkena penyakit gangguan
pernapasan, apalagi dengan tenaga kerja yang sudah bekerja lebih dari 5 tahun pada
ligkungan kerja dengan debu berkonsentrasi tinggi.
B. Mekanisme Keluar Masuk Debu Batubara Dalam Respiratori Manusia
Fungsi utama paru-paru adalah untuk pertukaran udara dari atmosfir ke dalam tubuh
manusia dan sebaliknya, untuk pertukaran udara dalam paru-paru ini harus melalui
alveoli. Ukuran debu sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit pada saluran
pernapasan. Partikel debu yang dapat dihirup berukuran 0,1 sampai kurang dari 10
mikron. Debu yang berukuran antara 5-10 mikron bila terhisap akan tertahan dan
tertimbun pada saluran napas bagian atas; yang berukuran antara 3-5 mikron tertahan dan
tertimbun pada saluran napas tengah. Partikel debu dengan ukuran 1-3 mikron disebut
debu respirabel merupakan yang paling berbahaya karena tertahan dan tertimbun mulai
dari bronkiolus terminalis sampai alveoli. Debu yang ukurannya kurang dari 1 mikron
Debu yang ukurannya kurang dari 1 mikron tidak mudah mengendap di alveoli, debu
yang ukurannya antara 0,1-0,5 mikron berdifusi dengan gerak Brown keluar masuk
alveoli; bila membentur alveoli, debu dapat tertimbun disitu (Yunus, 1997).
Partikel-partikel kecil ini oleh karena gerakan brown, ada kemungkinan membentur
permukaan alveoli dan tertimbun disana. Bila debu masuk di alveoli maka jaringan
alveoli akan mengeras (fibrosis). Bila 10% alveoli mengeras akibatnya mengurangi
elastisitasnya dalam menampung volume udara sehingga kemampuan mengikat oksigen
menurun. (Pudjiastuti, 2002). Debu-debu yang masuk ke dalam saluran pernapasan
menyebabkan timbulnya reaksi pertahanan non-spesifik, antara lain batuk, bersin,
gangguan transport mukosilier dan fagositosis oleh makrofag. Otot polos disekitar jalan
napas dapat terangsang sehingga menimbulkan penyempitan bronkus. Keadaan ini terjadi
bila kadar debu melebihi nilai ambang batas. Sistem mukosilier juga mengalami
gangguan dan menyebabkan produksi lendir bertambah. Bila lendir makin banyak &
mekanisme pengeluaran tidak sempurna, dapat menyebabkan obstruksi saluran napas,
sehingga resistensi jalan napas meningkat. Sedangkan apabila partikel debu masuk ke
dalam alveoli akan membentuk fokus dan berkumpul, lalu dengan sistem limfatika
terjadi proses fagositosis debu oleh makrofag. Debu yang bersifat toksik terhadap
makrofag seperti silika bebas menyebabkan terjadinya autolisis. Makrofag yang lisis
bersama silika bebas merangsang terbentuknya makrofag baru. Makrofag baru
memfagositosis silika bebas lagi terjadi autolisis lagi, keadaan ini terjadi berulang-ulang.
Pembentukan dan destruksi makrofag yang terus menerus berperan penting pada
pembentukan jaringan ikat kolagen dan pengendapan hialin pada jaringan ikat tersebut.
Fibrosis ini terjadi pada parenkim paru, yaitu pada dinding alveoli dan jaringan
interstisial. Akibat fibrosis, paru menjadi kaku sehingga dapat menyebabkan gangguan
pengembangan paru,kelaianan fungsi paru yang restriktif. Beberapa penyakit akibat debu
antara lain adalahasma kerja, bronkitis industri, pneumokoniosis batubara,
silikosis,asbestosis dan kanker paru.
Sumber
1. http://www.mediaronggolawe.com/kenari-alat-detektor-gas-beracun-efektif-di-
tambang-batubara.html
2. https://indo-digital.com/alat-pengukur-gas-co-h2s-o2-ch4-4in1-digital-bx615.html
3. https://www.academia.edu/6126440/PENGENALAN_ALAT_VENTILASI_TAMBA
NG
4. http://docslide.net/documents/bab2ventill1.html
5. http://bdtbt.esdm.go.id/index.php/file/file/dampak.pdf