Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINJAUAN PUSTAKA
membran terhadap ion natrium (Na+) akibat depolarisasi ringan pada membran. Proses
inilah yang dihambat oleh anestetikum lokal, hal ini terjadi akibat adanya interaksi
langsung antara zat anestesi lokal dengan kanal Na + yang peka terhadap adanya
perubahan voltase muatan listrik. Dengan semakin bertambahnya efek anestesi lokal di
dalam saraf, maka ambang rangsang membran akan meningkat secara bertahap,
kecepatan peningkatan potensial aksi menurun, konduksi impuls melambat dan faktor
pengaman konduksi saraf juga berkurang. Faktor-faktor ini akan mengakibatkan
penurunan kemungkinan menjalarnya potensial aksi, dan dengan demikian
mengakibatkan kegagalan konduksi saraf.
+
Anestetikum lokal juga mengurangi permeabilitas membran bagi (kalium) K dan
Na+ dalam keadaan istirahat, sehingga hambatan hantaran tidak disertai banyak
perubahan pada potensial istirahat. Menurut Sunaryo, bahwa anestesi lokal menghambat
hantaran saraf tanpa menimbulkan depolarisasi saraf, bahkan ditemukan hiperpolarisasi
ringan. Pengurangan permeabilitas membran oleh anestesi lokal juga timbul pada otot
rangka, baik waktu istirahat maupun waktu terjadinya potensial aksi.
Potensi berbagai anestetikum lokal sama dengan kemampuannya untuk
meninggikan tegangan permukaan selaput lipid monomolekuler. Mungkin sekali anestesi
lokal dapat meningkatkan tegangan permukaan lapisan lipid yang merupakan membran
sel saraf, dengan demikian pori dalam membran menutup sehingga menghambat gerak
ion melalui membran. Hal ini akan menyebabkan penurunan permeabilitas membran
+
dalam keadaan istiharat sehingga akan membatasi peningkatan permeabilitas Na . Dapat
disimpulkan bahwa cara kerja utama bahan anestetikum lokal adalah dengan bergabung
dengan reseptor spesifik yang terdapat pada kanal Na, sehingga mengakibatkan
terjadinya blokade pada kanal tersebut, dan hal ini akan mengakibatkan hambatan
Perbedaan klinis yang signifikan antara golongan ester dan golongan amida
adalah ikatan kimiawi golongan ester lebih mudah rusak dibandingkan ikatan kimiawi
golongan amida sehingga golongan ester kurang stabil dalam larutan dan tidak dapat
disimpan lama. Bahan anestetikum golongan amida stabil terhadap panas, oleh karena
itu bahan golongan amida dapat dimasukkan kedalam autoklaf, sedangkan golongan
ester tidak bisa. Hasil metabolisme golongan ester dapat memproduksi para-
aminobenzoate (PABA), yaitu zat yang dapat memicu reaksi alergi, sehingga golongan
Tabel 1. Mula dan masa kerja penggunaan anestetikum lokal dengan dan tanpa
3,13,20,21
vasokonstriktor
tetrakain.4,13,22
ropivakain.4,13,20
spinal.11,13,18
3. Prilokain
Anestetikum lokal golongan amida ini efek farmakologiknya mirip lidokain,
tetapi mula kerja dan masa kerjanya lebih lama. Efek vasodilatasinya lebih kecil
daripada lidokain, sehingga tidak memerlukan vasokonstriktor. Toksisitas terhadap
sistem saraf pusat (SSP) lebih ringan, penggunaan intravena blok regional lebih aman.
Sifat toksik yang unik dari prilokain yaitu dapat menimbulkan methemoglobinemia, hal
ini disebabkan oleh adanya metabolit prilokain yaitu orto-toluidin dan nitroso-toluidin
yang mempengaruhi masa kerja prilokain. Efek anestesi prilokain kurang kuat
dibandingkan lidokain. Prilokain dipasarkan sebagai solusi 4% dengan dan tanpa
1:200.000 epinefrin. Efek toksisitas sistemik prilokain kurang dibandingkan lidokain.
11,13,15
Biasanya digunakan untuk mendapatkan anestesi infiltrasi dan blok.
4. Artikain
Struktur amida dari artikain mirip dengan anestetikum lokal lainnya, tetapi
struktur molekulnya berbeda melalui kehadiran cincin thiophene bukan cincin benzena.
Artikain mengandung gugus ester tambahan yang dimetabolisme oleh estearases dalam
darah dan jaringan. Artikain dapat digunakan pada konsentrasi yang lebih tinggi, yaitu
artikain 4% dengan epinefrin 1:100 000 atau 1:200 000. Ada beberapa kekhawatiran,
bahwa anestetikum lokal ini apabila digunakan pada konsentrasi tinggi dapat
meningkatkan toksisitas lokal yang dapat menyebabkan kerja anestesia menjadi lama,
parestesia atau dysaesthesia ketika digunakan untuk blok regional. Ada beberapa bukti
bahwa infiltrasi bukal menggunakan artikain 4% seefektif anestesi lokal alveolar inferior
dengan lidokain 2% pada gigi mandibular orang dewasa. Artikain digunakan baik untuk
anestesi infiltrasi maupun blok, dengan teknik blok dapat menghasilkan masa kerja yang
lebih lama.13,18,19
5. Bupivakain
Bupivakain merupakan anestetikum lokal yang termasuk dalam golongan amida
amino. Bupivakain mempunyai masa kerja panjang. Ketika digunakan sebagai injeksi
intraoral, bahan ini telah terbukti mengurangi jumlah analgesik yang dibutuhkan untuk
mengontrol rasa nyeri pasca operasi setelah pembedahan. Formulasi bupivakain sekitar
atas.11,23
9. Prokain
Prokain disintesis dan diperkenalkan pada tahun 1905 dengan nama dagang
novokain. Selama lebih dari 50 tahun obat ini merupakan bahan terpilih untuk anestesi
lokal, namun kegunaannya tergantikan oleh anestetikum lain, lidokain yang ternyata
lebih kuat dan lebih aman dibanding dengan prokain. Larutan polos 2% prokain tidak
memberikan efek anestesi pada pulpa dan efek anestesi pada jaringan lunak 15 sampai
30 menit. Hasilnya didapatkan sifat vasodilatasi yang mendalam. Prokain menghasilkan
spinal.11,13
10. Tetrakain
Tetrakain merupakan anestetikum lokal golongan ester yang mempunyai masa
kerja yang lama. Tetrakain adalah derivat asam para-aminobenzoat. Anestetikum lokal
ini 10 kali lebih kuat dan lebih toksik daripada prokain. Tetrakain tidak lagi tersedia
dalam bentuk injeksi di kedokteran gigi tetapi digunakan untuk anestesi topikal yang
paling umum dipasarkan dalam 2% garam hidroklorida berkombinasi dengan 14%
benzokain dan 2% butamben dalam larutan semprotan aerosol, gel, dan salep. Tetrakain
menjadi salah satu anestesi topikal yang paling efektif. Tetrakain mempunyai mula kerja
yang lambat untuk anestesi topikal dan masa kerjanya adalah sekitar 45 menit setelah
anestesi topikal.13,22
11. Levobupivakain
Levobupivakain merupakan isomer tunggal bupivakain dan memiliki keuntungan
hanya sedikit efek kardiotoksiknya. Telah terbukti bahwa bahan ini seefektif bupivakain
dan anestetikum lain. Penggunaannya sebagai injeksi intraoral pada saat anestesi umum
dapat mengurangi kebutuhan analgesik pasca operasi setelah pembedahan mulut.
3. Artikain
Untuk orang dewasa sehat, dosis maksimum artikain HCl diadministrasikan pada
submukosa atau blok saraf tidak boleh melebihi 7mg/kg (0,175 mL / kg) atau 3,2 mg / lb
(0,0795 mL / lb) berat badan untuk pasien 150 pon.13,25,27
Untuk anak-anak di bawah 10 tahun yang memiliki massa tubuh normal, dosis
maksimum tidak boleh melebihi setara dengan 7 mg / kg (0,175 mL / kg) atau 3,2 mg /
lb (0,0795 mL / lb) berat badan. Pasien yang berumur antara 65-75 tahun, dosis
maksimumnya sekitar 0,43-4,76 mg / kg (0,9-11,9 mL) untuk prosedur sederhana, dan
dosis sekitar 1,05-4,27 mg / kg (1,3-6,8 mL) diberikan kepada pasien untuk prosedur
yang kompleks. Di antara pasien 75 tahun atau lebih tua, dosis 0,78-4,76 mg / kg (1,3-
11,9 mL) diberikan kepada pasien untuk prosedur sederhana, dan dosis 1,12-2,17 mg /
27
kg yang aman diberikan kepada pasien untuk prosedur yang kompleks.
4. Bupivakain
Dosis maksimum bupivakain yang direkomendasikan adalah 90 mg. Tidak ada
dosis yang disarankan untuk bupivakain berdasarkan berat badan di Amerika Serikat tapi
di Kanada, dosis maksimum adalah berdasarkan 2,0 mg / kg (0,9 mg / lb). Bupivakain
tidak dianjurkan pada pasien yang berusia muda atau mereka yang berisiko mencedera
6. Etidokain
Menurut Malamad, dosis maksimum yang direkomendasikan untuk pasien dewasa
adalah 3,6 mg/lb atau 8,0 mg/kg berat badan, dengan dosis maksimum absolut tidak
langsung.17
Anestetikum lokal dipasarkan dalam bentuk garam yang mudah larut dalam air,
biasanya garam hidroklorid dan merupakan basa lemah. Larutan garam bahan ini bersifat
agak asam, hal ini menguntungkan karena menambah stabilitas bahan anestetikum lokal
tersebut. Bahan anestetikum lokal yang biasa digunakan mempunyai pKa antara 8-9,
sehingga pada pH jaringan hanya didapati 5-20% dalam bentuk basa bebas. Bagian ini
walaupun kecil sangat penting, karena untuk mencapai tempat kerjanya bahan harus
berdifusi melalui jaringan penyambung dan membran sel lain, dan hal ini hanya
2. Morfologi Saraf
Mula kerja berhubungan dengan kecepatan difusi anestetikum lokal melalui
perineurium. Urutan lapisan pembungkus serabut saraf dari dalam keluar adalah
endoneurium, perineurium, dan epineurium. Lapisan ini terdiri dari jaringan pengikat
kolagen dan elastis. Bahan anestetikum lokal harus menembus jaringan pengikat yang
bukan jaringan saraf. Ada perbedaan kecepatan menembus jaringan yang bukan saraf.
Sebagai contoh, prokain dan kloroprokain mempunyai pKa yang sama dan mula kerja
yang sama pada saraf yang diisolasi, tetapi mula kerja kloroprokain lebih pendek
daripada prokain, ini menunjukkan bahwa kloroprokain lebih cepat menembus jaringan
13,17
yang bukan jaringan saraf.
3. Lipid solubility
Kelarutan dalam lemak menggambarkan potensi intrinsik anestetikum lokal
tersebut. Makin tinggi kelarutannya dalam lemak, semakin poten bahan tersebut. Lipid
solubility prokain kurang dari satu, dan bahan ini paling kecil potensinya. Sebaliknya
koefisien partisi/kelarutan bupivakain, tetrakain dan etidokain bervariasi dari 30-140,
menunjukkan lipid solubility yang tinggi. Bahan ini menunjukkan blokade konduksi
pada konsentrasi yang sangat rendah karena potensi intrinsik anestesinya 30 kali lebih
besar dari prokain. Hubungan antara lipid solubility dan potensi intrinsik anestesi selalu
konsisten dengan komposisi lipoprotein dari membran saraf (ada 3 lapisan membran
9,13,22
Tabel 3. pKa bahan anestetikum lokal
Gambaran pengetahuan
mahasiswa kepaniteraan klinik
Bedah Mulut RSGMP FKG USU