BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ikatan kimia kovalen maupun interaksi non kovalen, dan memiliki massa molekul
relative (Mr) yang besar. Struktur polimer tidak hanya yang linier (rantai lurus),
ada juga yang bercabang dan membentuk jaringan ikat silang (network)
(Muthoharoh, 2012).
polimer tiga dimensi dengan ikatan silang ringan yang membawa disosiasi gugus
fungsi ionik seperti asam karboksilat, karbokamida, hidroksil, amina, imida, dan
gugus lainnya. SAP ini memiliki sifat dasar dapat menyerap fluida lebih dari 15
entropi jaringan polimer dan fluida yang telah diserap sukar untuk lepas. SAP
tersebut tidak larut oleh solvasi molekul-molekul air melalui ikatan hidrogen
karena adanya gugus ionik alami dan struktur yang saling bersambungan
mengabsorpsi sejumlah besar air, larutan garam, dan cairan dengan daya serap
banyak dipakai secara luas seperti dalam bidang agrikultur, holtikultur, sanitary
pengkondisi tanah. Pada tahap preparasi, salah satu cara untuk mensintesa
terdiri dari gugus asam karboksil (-COOH) yang mudah menyerap air. Ketika
polimer superabsorbent dimasukkan dalam air atau pelarut akan terjadi interaksi
antara polimer dengan molekul air. Interaksi yang terjadi adalah hidrasi.
Mekanisme hidrasi yang terjadi adalah ion dari zat terlarut dalam polimer seperti
COO- dan Na+ akan tertarik dengan molekul polar air seperti gambar di bawah ini.
Gambar 2.2 Ilustrasi dari jenis material SAP ionik berbasis akrilat (a)
Perbandingan visual dari SAP kering (kanan) dan pada keadaan menggembung
(kiri), sampel ini dipreparasi dari teknik polimerisasi inverse-suspension (b)
Skema dari penggembungan SAP (Zohuriaan- Mehr, et al., 2008).
larut dalam air atau pelarut. Dalam proses pembuatan polimer superabsorbent,
hidrofilik, tidak larut dalam air dan mempunyai gugus fungsi yang bersifat ionik
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kapasitas dan laju absorbsi
serta kekuatan swelling dari SAP, antara lain adalah konsentrasi agen pengikat
silang (crosslinker), inisiator, monomer, suhu reaksi, ukuran pori dan tautan silang
Menurut sumbernya SAP dibagi menjadi dua kelas utama, yaitu : sintetik
(petrokimia-based) dan alami. SAP alami dapat dibagi menjadi dua kelompok
(protein). SAP yang berbasis alami biasanya dibuat melalui penambahan beberapa
1. non-ionik
fungsi yang bersifat ionik. Asam poliakrilat dan poliakrilamida merupakan bahan
Banyak jenis SAP yang beredar dipasaran, sebagian besar berupa kopolimer
terikat silang akrilat dan asam akrilat, dan polimer cangkok pati-asam akrilat yang
a. Polimerisasi Bulk
tinggi dengan kemurnian yang tinggi. SAP poliakrilat disintesis dengan teknis
tersebut.
oligomer, agen pengikat silang, inisiator, polimer yang larut dan terekstrak,
d. Polimerisasi iradiasi
Radiasi pengion energi tinggi, seperti sinar gamma, dan sinar elektron, telah
polimer terikat silang dengan metode radiasi yaitu poli (vinil alkohol), poli
(etilen glikol) dan poli (asam akrilat). Keuntungan utama dari inisiasi radiasi
dibandingkan inisiasi secara kimia adalah produk relatif murni dan SAP
2.2 Selulosa
sel tumbuhan, umumnya digunakan sebagai bahan pakaian, serat, kertas dan
bahan bangunan serta merupakan material polimer alam yang dapat diperbaharui.
Selulosa merupakan polimer hidrofilik dengan tiga gugus hidroksil reaktif pada
yang panjang dan linier. Gugus hidroksil ini telah dimanfaatkan untuk
elastisitas, daya absorbsi terhadap zat warna dan air, kemampuan sebagai penukar
ion dan ketahanan terhadap panas (Suka, 2010). Struktur dari selulosa ditunjukan
penyerap karena gugus –OH yang terikat dapat berinteraksi dengan komponen
polaritas pada polimer tersebut. Dengan demikian selulosa dan hemiselulosa akan
menyerap senyawa yang bersifat polar dari pada yang kurang polar.
500.000 sampai 1.500.000 dan jumlah segmennya antara 300 sampai 9000. Ikatan
dengan susunan rantai yang teratur, selulosa juga memiliki bagian yang kurang
teratur yang disebut fasa amorf. Selain itu, walaupun tidak dapat larut dalam air,
yang digunakan dan sifat alami selulosa. Jenis penggembungan yang terjadi dapat
selulosa itu sendiri. Gugus-gugus hidroksil yang terdapat dalam daerah amorf
sangat mudah dicapai dan mudah bereaksi, sementara gugus hidroksil yang berada
dalam daerah kristalin sulit bereaksi dengan pelarut karena adanya ikatan antar
dari tumbuhan dan selulosa bakterial memiliki struktur kimia yang sama namun
berbeda dalam sifat fisika dan kimia. Keunggulan selulosa bakterial dibandingkan
selulosa tumbuhan adalah bersifat lebih murni, bebas hemiselulosa atau lignin,
memiliki derajat polimerisasi dan derajat kristalinitas yang tinggi (> 60 %), dapat
ditumbuhkan dalam berbagai variasi substrat, serta memilki sifat fisik dan
mekanik yang kuat (Desiani, 2008). Diameter selulosa bakterial sekitar 1/100
dengan selulosa yang berasal dari tanaman (misalnya rami dan kapas) yang
dengan kertas perkamen, dengan ketebalan antara 0,01-0,05 mm. produk ini
ketahanan gesek, kemampuan menyerap air dan menahan air yang tinggi, serta
mempunyai ketebalan dari mikrofibril di bawah 100 nm. Selain itu selulosa
yang kelak diidentifikasi sebagai BC pada permukaan media air dalam sistem
kultur diam. Produk BC dari suatu galur Acetobacter murni secara kimiawi, yaitu
bebas dari lignin dan hemiselulosa serta produk-produk biogenik. Karena itu, BC
dapat dimurnikan dari media dan sel-sel bakteri yang terperangkap di dalamnya
dengan perlakuan lembut memakai larutan basa encer, misalnya NaOH 0,1N
Menurut istilah, nata berasal dari bahasa spanyol, dari kata “natare” yang
yang asam dan membutuhkan sumber nitrogen untuk aktivitasnya. Nata dapat
dihasilkan dari proses fermentasi berbagai macam bahan seperti air kelapa (nata
de coco), limbah cair tahu (nata de soya), air cucian atau rendaman beras (nata de
oryza), air teh (kombucha), sari buah nanas (nata de pina), dan lain sebagainya
(Desiani, 2008).
Nata de soya adalah biomassa yang sebagian besar terdiri dari selulosa
atau disebut juga BC. Massa ini berasal dari pertumbuhan bakteri dengan limbah
tahu sebagai media. Limbah tahu dapat dijadikan media karena komposisinya
fermentasi bakteri. Air Limbah tahu bersifat asam dan mengandung nutrient yang
larut dalam air sehingga cocok untuk pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum,
yang merupakan bakteri yang digunakan dalam pembuatan nata. Nata de soya
dibentuk oleh bakteri Acetobacter xylinum yang merupakan bakteri asam asetat
bersifat aerob, pada media cair dapat membentuk lapisan yang dapat mencapai
ketebalan beberapa cm, kenyal, putih dan lebih lembut. Tahap-tahap dalam
jenuh paling sederhana yang memiliki satu ikatan rangkap dan gugus karboksil
diperlukan untuk polimerisasi. Keadaan murni dari asam akrilat adalah larutan
jernih, tidak berwarna dengan karakteristik bau menyengat. Asam akrilat larut
dalam air dan alkohol. Asam akrilat mengalami reaksi pada gugus karboksilat dan
ketika bereaksi dengan alkohol akan membentuk ester. Asam akrilat dan esternya
mengalami reaksi pada ikatan rangkap dan dengan mudah bergabung dengan
molekul lainnya atau monomer lain (seperti amida, metakrilat, asetonitril, vinil,
Berikut merupakan struktur dari asam akrilat pada gambar 2.5 serta sifat fisik dan
Monomer akrilik adalah bahan kimia yang sangat reaktif dan oleh karena
itu sangat berguna, hampir eksklusif sebagai perantara dalam produksi bahan
lainnya. Asam akrilat (AA) adalah salah satu jenis monomer hidrofilik yang
dalam bentuk ioniknya (COO-) mempunyai afinitas yang besar terhadap air, dan
sintesis AA menjadi poli asam akrilat (PAA) sukar dilakukan baik secara reaksi
kimia maupun iradiasi. Hal ini disebabkan gugus karboksil (-COOH) dari AA
akan mengalami reaksi oksidasi. Oleh karena itu untuk mencegah terjadinya
reaksi oksidasi dari asam akrilat pada pembuatan PAA digunakan asam akrilat
dalam bentuk garam natrium akrilat (Erizal dan Anik Sunarni, 2009).
superabsorbent karena struktur jaringan ini yang dapat membentuk daya absorb
memperoleh sifat mekanik yang diinginkan. Peningkatan derajat ikat silang suatu
2012). Kapasitas mengikat silang, sifat hidrofilik dan efisiensi retensi air polimer
dengan polimer ketika diinisiasi dengan radikal bebas pada saat polimerisasi.
metacrylates. Rantai polimer dapat diikat silang setelah rantai polimer utama
terbentuk. Di bawah ini merupakan informasi dari berbagai agen pengikat silang
Tabel 2.3 Agen Pengikat Silang yang Digunakan dalam Superabsorbent Polymer
1,1,1-
N,N’-
Sifat Fisik dan Ethylene- Trimethylol- Triallyla Tetra(alylo
Methylenebisac
Kimia diacrylate propanetria mine xy)ethane
rylamide
crylate
Rumus Molekul C7H10N2O2 C8H10O4 C15H20O6 C9H15N C14H22O4
Mr g/mol 154.17 170.16 296.32 137.23 254.33
67 (267 157 (3330
Titik Didih (⁰C) - - 150
Pa) Pa)
Densitas pada
1.235 1.094 1.100 0.790 1.001
20⁰C g/cm3
Ttitk Nyala (⁰C) - 92 >100 30 >110
Sumber : Buchholz, 2006
dari dua ikatan rangkap, hal ini memungkinkan terjadinya reaksi ikat silang yang
2.5 Kopolimerisasi
2.5.1 Kopolimer
terbentuk lebih dari sejenis monomer. Uraian berikut menjelaskan perbedaan dua
Kopolimer merupakan polimer yang tersusun dari dua macam atau lebih
– A – A – B – B – A – A –. . . .
–A–B–A–B–A–B–A–B–...
Strukturnya:. . . – A – A – A – A – B – B – B – B – A – A – A – A –. . .
mengandung hanya satu macam kesatuan berulang dari satu jenis monomer.
mempunyai struktur kimia yang berbeda terhadap rantai utamanya. Dalam bentuk
yang sederhana, kopolimer jenis ini tersusun dari homopolimer utama dengan
banyak cabang pada homopolimer berbeda yang lainnya, yakni rantai utama
untuk membuat produk polimer. Metode ini sangat baik digunakan untuk
paling umum digunakan untuk memodifikasi sifat-sifat kimia dan fisika polimer
dua atau lebih monomer. Jika monomer yang digunakan berlainan, yang terbentuk
terlihat lagi, terutama kopolimer acak dan beraturan, tetapi kopolimer blok atau
pada selulosa yang dapat merupakan radikal (makroradikal) bebas atau ion-ion.
Radikal bebas atau ion-ion ini menginisiasi reaksi polimerisasi monomer vinil
kimia dan fisika. Dengan metode kimia, radikal terbentuk akibat abstraksi atom
Pembentukan situs aktif dengan metode fisika dapat dilakukan dengan berbagai
cara, meliputi radiasi laser, elektron beam, sinar UV, plasma dan radiasi sinar-g
(radikal) inisiator ion ionlogam seperti Ce4+, Fe3+ dan lain lain. III adalah
kopolimer cangkok.
b. Grafting onto, reaksi suatu polimer dengan kedudukan ujung rantai yang
H R H R R R R
2 R
2 2
C C + C C CH C CH C CH C CH2 C
2 2
2
H R1 H R R
1 1
blok atau lebih yang disambungkan ke rantai utama sebagai rantai sisi. Menurut
Zohuriaan-Mehr dalam Anah, dkk., (2010), batang tubuh polimer utama polimer
(A) yang memiliki cabang-cabang rantai polimer (B) yang berasal dari titik yang
berbeda dan tercangkok pada sepanjang rantai utama, secara umum ditulis sebagai
ini.
rantai polimer dengan rantai polimer lainnya, dapat berupa interaksi kovalen
maupun interaksi non kovalen dan dapat meningkatkan massa molekul polimer.
Metode ikat silang kimia meliputi polimerisasi radikal, reaksi kimia dari gugus
komplementer, energi tinggi iradisi dan penggunaan enzim. Pada ikat silang
kimia, dibutuhkan agen pengikat silang yang mungkin dapat bereaksi dengan zat-
zat lainnya. Ikat silang dapat digunakan dengan baik dalam polimerisasi bahan
sintetik maupun polimerisasi bahan alam. Namun ketika suatu polimer terikat
silang dengan senyawa agen pengikat silang, maka polimer tersebut akan
kehilangan beberpa sifat yang dimiliki oleh penyusunnya. Sifat mekanik yang
yang rendah akan menurunkan viskositas polimer dalam bentuk cairnya. Densitas
menengah dapat membuat polimer memiliki sifat elastomer dan daya potensial
tinggi. Dan densitas yang sangat tinggi dapat menyebabkan polimer menjadi
radikal bebas, proses ikat silang secara kimia, ikat silang dengan radiasi, dan
teknik ikat silang berdasarkan interaksi fisik. Kondisi kesetimbangan yang dicapai
dari superabsorbent bergantung pada tekanan osmotik dan densitas dari ikat
adanya keseimbangan antara tekanan osmotik yang terjadi karena air yang masuk
ke dalam polimer yang bersifat hidrofilik dan gaya kohesif yang mendesak rantai
superabsorbent secara luas dapat dikontrol oleh densitas ikat silang. Derajat ikat
silang yang tinggi dalam polimer akan berhubungan dengan berkurangnya daya
Sifat polimer yang dapat ditingkatkan dengan reaksi ikat silang meliputi
organik.
mencegah penggembungan polimer hingga tak terbatas dan larut. Hal ini
disebabkan kekuatan daya tarik elastis dari jaringan, dan disertai dengan
penurunan entropi dari rantai, mereka menjadi kaku dari keadaan awalnya mereka
Gambar 2.9 Proses Swelling Gulungan Rantai Ikat Silang (Elliott, 1997)
Ada dua jenis utama ikat silang pada polimer superabsorbent, antara lain
sebagai berikut.
produksi superabsorbent.
dua atau lebih makromolekul dengan molekul yang lebih kecil. Cross-linking
yang paling penting dalam kasus superabsorbent dan yang paling umum
adalah kovalen cross-link. Dalam memproduksi SAP jenis yang paling umum
ini, cross-linker adalah molekul organik yang mengandung dua atau lebih
ke dalam tulang punggung rantai polimer saat mereka tumbuh selama reaksi
Secara historis diketahui bahwa SAP tanpa perlakuan permukaan dan ikat
dari proses ini adalah peningkatan kepadatan silang pada permukaan partikel
seperti apa yang dapat digambarkan sebagai partikel inti-shell. Inti dari
silang yang lebih tinggi di permukaan. Hal ini dijelaskan secara visual dalam
gambar 2.11.
panas, perubahan tekanan, pH atau radiasi. Di bawah ini merupakan salah satu
contoh mekanisme reaksi ikat silang dari agen pengikat silang N,N′-
rantai polimer sehingga terbentuk jejaring polimer seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.12.
tetapi panjang gelombangnya lebih kecil dari gelombang radio biasa. Panjang
Gelombang ini tidak dapat dilihat mata kita karena panjang gelombangnya
(walaupun sangat kecil dibanding gelombang radio) jauh lebih besar dari panjang
gelombang cahaya (di luar spektrum sinar tampak). Keduanya sama-sama terdapat
pada frekuensi antara 300 GHz dan 300 MHz. Rentang panjang gelombang yang
perangkat telekomunikasi. Medan listrik yang sesuai berosilasi 4,9 x 109 kali per
kedua dan akibatnya spesies dipol subjek dan ion partikel (serta lubang dan
elektron dalam semikonduktor atau logam) untuk siklus reorientasi abadi. Agitasi
kuat ini mengarah ke pemanasan noncontact cepat dan seragam di seluruh ruang
radiasi.
atau emisi energi yang jika melalui suatu media dan terjadi proses penyerapan,
berkas energi radiasi tersebut tidak akan mampu menginduksi terjadinya proses
kimia anorganik telah dimulai pada tahun 1970, dan mulai dikembangkan di
dalam kimia organik sejak pertengahan tahun 1980 (Mardhiyah, 2010). Radiasi ini
bahan yang muncul dari bilangan gelombang iradiasi gelombang mikro yang
dalam hasil dan selektivitas telah diamati sebagai konsekuensi dari pemanasan
cepat dan langsung dari reaktan sendiri. Selanjutnya, sintesis pada tekanan tinggi
lebih mudah untuk reaksi yang dilakukan dalam bejana tertutup, memudahkan
konvensional.
proses yang berbeda, di antaranya absorpsi, transmisi dan refleksi, seperti yang
Keterangan :
GP % = Persentasi Grafting (%)
W1 = berat monomer dicangkokkan (g)
W2 = berat kopolimer cangkok (g)
(Wang, et al., 2009)
sintesis. Parameter ini juga menunjukkan nilai efisiensi dari proses dalam sintesis
dipaparkan. Semakin peka bahan terhadap radiasi, maka semakin tinggi efisiensi
dari proses (Erizal dan Anik Sunarni, 2009). Efisiensi grafting digunakan untuk
grafting pada selulosa terhadap monomer. Sebagai contoh, jika setengah polimer
(Kurniadi, 2010).
mengukur perubahan volume SAP atau air sebelum dan sesudah penyerapan,
dkk., 2010).
dari polimer khususnya untuk pengujian suatu bahan kandidat absorben. Dalam
media swelling dengan cara disaring. Daya serap air dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
Q = (m2 - m1) / m1
swelling. Nilai Q dihitung sebagai gram air per gram sampel (Wang, et al., 2009).
terhadap berat keringnya atau rasio swelling merupakan salah satu parameter
utama dari absorbent. Fungsi lama waktu perendaman terhadap rasio swelling
SAP, sebuah jaringan polimer tiga dimensi tidak akan benar-benar terlarut,
tetapi dapat menyerap sejumlah besar pelarut yang sesuai. Teori kesetimbangan
swelling merupakan studi teoritis dari suatu jaringan SAP yang dapat digunakan
untuk menentukan struktur dan konfigurasi dari rantai serta menganalisis kinetika
rasio swelling dapat digunakan untuk menggambarkan derajat swelling dan dapat
diukur dengan teknik gravimetri. SAP direndam dalam air destilasi hingga
mencapai keadaan kesetimbangan. Lalu diambil dan setelah sisa air dihilangkan,
kemudian ditimbang.
pelarut, maka polimer ini akan mengembang (swelling) tanpa larut di dalamnya
sehingga total volumenya bertambah. Sedangkan fraksi yang larut dari bahan
polimer tersebut akan larut dan berdifusi keluar dari polimer yang mengembang.
Bahan pengikat silang ini akan mengembang dalam fase gel polimer tiga dimensi
polimer tersebut. Semakin banyak rantai yang berikatan silang dalam suatu
(swelling) sampel diukur pada interval waktu tertentu. Sehingga diperoleh kurva
Waktu
Gambar 2.15 Kurva Swelling dari Hybrid SAP dalam Air Suling
2.11 Karakterisasi
dalam molekul. Dapat berupa eksitasi elektronik, vibrasi, atau rotasi (Mudzakir,
dkk., 2008).
Analisis gugus fungsi dari suatu senyawa dapat dilakukan dengan metode
spektrofotometri FTIR (Fourier Transformed Infra Red). Sinar infra merah yang
tingkat yang lebih tinggi. Hanya frekuensi tertentu dari radiasi infra merah yang
akan diserap oleh molekul. Penyerapan infra merah ini akan menaikan amplitudo
gerakan vibrasi ikatan pada molekul. Setiap senyawa memilki ikatan yang
Dengan demikian, maka teknik ini dapat digunakan untuk mendeteksi gugus
1. Fase kontras - bagian tipis (100-200 nm) dengan ketebalan (dan memiliki
indeks bias yang berbeda oleh sekitar 005). yang didukung pada slide kaca
2. Cahaya terpolarisasi - digunakan jika salah satu fase polimer kristal atau
seperti bedak.
SEM dapat menghasilkan gambar dengan resolusi yang tinggi dari suatu
Agar menghasilkan gambar yang diinginkan maka SEM mempunya sebuah lebar
fokus yang sangat besar (biasanya 25 – 250.000 kali pembesaran). SEM dapat
padatan dan komposisi unsur yang terdapat dalam suatu senyawa dapat digunakan
maupun bentuk permukaan yang berskala lebih halus, dilengkapi dengan EDS
2. Ukuran partikel/Chanel/Pori
3. Bentuk partikel/Pori
4. Pada SEM yang dilengkapi dengan EDX dapat pula ditentukan komposisi
kimia material sebagai fungsi dari suhu. Pada prakteknya, istilah analisis termal
panas, massa dan koefisien ekspansi termal. Analisis termal dalam pengertian luas
adalah pengukuran sifat kimia fisika bahan sebagai fungsi suhu. Penetapan
sebagai fungsi dari suhu maupun waktu, dan analisa diferensial termal (DTA)
yang mengukur perbedaan suhu T antara sampel dengan material referen yang
inert sebagai fungsi dari suhu. Teknik yang berhubungan dengan DTA adalah
DTA dan DSC menggunakan alat yang sama dengan beberapa model yang
memplot secara kontinyu dalam bentuk kurva yang dapat disetarakan dengan
suatu spektrum yang dikenal dengan sebagai termogram. Sebagai contoh TGA,
teknik mengukur perubahan berat suatu sistem bila temperaturnya berubah dengan
dari suatu senyawa sebagai fungsi dari suhu ataupun waktu. Analisis tersebut
bergantung pada tingkat tinggi presisi dalam tiga pengukuran berat, suhu, dan
perubahan suhu. TGA umumnya digunakan dalam penelitian dan pengujian untuk
degradasi, menyerap kadar air bahan, tingkat komponen anorganik dan organik
dalam bahan, poin dekomposisi bahan peledak, dan pelarut residu. Hal ini juga
tinggi.
dekomposisi satu tahap yang skematik diperlihatkan pada Gambar 2.16. Sampel
yang digunakan, dengan berat beberapa miligram, dipanaskan pada laju konstan,
dekomposisi biasanya berlangsung pada range suhu tertentu, Ti – Tf, dan daerah
konstan kedua teramati pada suhu diatas Tf, yang berhubungan harga berat residu
Wf. Berat Wi, Wf, dan ΔW adalah harga-harga yang sangat penting dan dapat
Suhu sampel dan referen akan sama apabila tidak terjadi perubahan, namun pada
perubahan struktur kristal pada sampel, suhu dari sampel dapat berada di bawah
Perbedaan suhu antara sampel dengan material standar yang inert, DT = TS - TR,
diukur saat keduanya diberi perlakuan panas tertentu (Setiabudi, dkk., 2012).