No. Reg
No. Reg
Keluhan Utama : Tidak bisa buang air kecil sejak 1 jam SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak 6 bulan yang lalu os mengeluh sulit buang air kecil. BAK sering mengedan. Os
mengaku BAK tidak puas dengan jumlah BAK sedikit namun sering serta seringkali
BAK hanya menetes. Pancaran BAK melemah dan BAK terputus-putus ada.
Frekuensi BAK menjadi lebih sering baik siang maupun malam hari. Terkadang os
mengeluh sulit untuk menahan BAK dan BAK terasa nyeri. Os lalu berobat ke dokter
dan dinyatakan menderita BPH, kemudian disarankan untuk operasi. Namun os
menolak untuk dioperasi. Os juga dipasang kateter urin dan setelah pemasangan
kateter tersebut keluhan membaik dan kateter dilepas setelah 3 hari.
Sejak 5 bulan yang lalu os mengaku keluhan kembali berulang dengan sulit BAK
bertambah sering, sehingga os mengonsumsi obat Harnal setelah disarankan oleh
rekannya. Keluhan dirasakan membaik. BAK berdarah, BAK berpasir, dan demam
disangkal.
Sejak 1 bulan yang lalu os mengeluh keluhan bertambah berat walaupun telah
mengonsumsi obat. Os merasa sulit BAK dan nyeri saat BAK, lalu os berobat ke
puskesmas dan dipasang kateter urin.
Sejak 2 jam yang lalu, os kontrol kateter urin ke puskesmas dan menolak untuk
dipasang kateter kembali. Dan 1 jam yang lalu os merasa tidak bisa BAK dan nyeri
perut bawah. Os kemudian berobat le RSU Nurdin Hamzah.
2. Objektif :
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 170/90 mmHg
Nadi : 90x/menit
Pernafasan : 22 x/menit,
Suhu axila : 36,8° C
Keadaan Spesifik
Kepala : simetris, rambut putih tidak mudah dicabut.
Mata : edema palpebra (-/-), konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), RC (+/+) Ø
3mm/3mm, pupil bulat isokor.
Leher : Tekanan vena jugularis (5-2) cmH2O. Pembesaran KGB (-).
Thorax :
Pulmo:
I : Dada simetris kanan dan kiri saat statis dan dinamis, sela iga tidak melebar,
retraksi (-).
P : Stem fremitus kanan sama dengan kiri, sela iga tidak melebar, nyeri tekan tidak
Ada.
P : Sonor pada kedua lapang paru, nyeri ketok di dada (-).
A: Vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Cor:
I : ictus cordis tidak terlihat
P : ictus cordis tidak teraba
P : batas jantung atas ICS II, batas jantung kanan ICS V linea sternalis, batas
jantung kiri ICS V linea mid klavikula sinistra
A : HR =90 x/menit, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Datar, BU(+) normal, lemas, lien dan hepar tak teraba.
Status Lokalis
Regio CVA ( Costo-Vertebra Angle )
Kanan
Inspeksi : Simetris, merah (-)
Palpasi : Tidak teraba massa, nyeri tekan (-), balottement (-).
Perkusi : nyeri ketok (-)
Kiri
Inspeksi : Simetris, merah (-)
Palpasi : Tidak teraba massa, nyeri tekan (-), balottement (-).
Perkusi : nyeri ketok (-)
Regio Suprapubis
Inspeksi : Bulging (+)
Palpasi : Nyeri tekan (+)
Rectal Toucher
TSA baik, bulbous cavernous reflex (+), mukosa licin, ampula recti tidak kolaps, teraba
prostat membesar, pole atas prostat tidak teraba, konsistensi kenyal, permukaan rata, nyeri
(-), nodul (-), feses (+) dan darah (-).
3. Assessment :
Seorang laki-laki 75 tahun dengan keluhan tidak bisa BAK sejak 2 jam yang lalu
setelah dilepas kateter urin, nyeri saat BAK ada, BAK mengedan ada, sulit menahan BAK
ada. Pada pemeriksaan fisik bulging dan nyeri tekan pada region suprapubik. Pada
pemeriksaan rectal toucher teraba prostat membesar dengan konsistensi kenyal dan rata.
Dari anamnesis didapatkan tidak bisa BAK. Keadaan tidak bisa BAK ini disebut
sebagai retensio urin yaitu suatu keadaan dimana penderita tidak dapat buang air kecil
padahal kandung kemih penuh, yang dikarenakan aliran urin terhambat karena adanya
pembesaran prostat yang menutupi saluran uretra. Selain itu didapatkan keluhan BAK
mengedan sejak 6 lalu. BAK tidak puas, BAK sering baik siang maupun malam hari serta
pasien merasa aliran BAK lemah dan sering menetes dan BAK terputus-putus. Pasien juga
mengeluh sulit menahan keinginan untuk BAK dan nyeri saat BAK terutama saat mengedan
gejala-gejal tersebut termasuk ke dalam Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS). LUTS terdiri
dari gejala iritatif dan gejala obstruktif. Gejala pada pasien yang termasuk gejala iritatif
adalah bertambahnya frekuensi BAK, rasa ingin BAK meningkat, BAK sulit ditahan, nyeri
saat BAK. Sedangkan yang teramsuk gejala obstruktif pada pasien ini adalah pancaran BAK
lemah, rasa tidak puas setelah BAK, BAK mengedan, BAK terputus-putus dan menetes.
Kemungkinan obstruksi mekanik yang diakibatkan oleh batu saluran kemih dan infeksi dapat
disingkirkan mengingat tidak ditemukannya gejal nyeri kolik abdomen, BAK bepasir,
demam. Riwayat infeksi dan trauma tidak ada.
Berdasarkan pemeriksaan fisik pada status generalis didapatkan tekanan darah pasien
170/90 mmHg yang termasuk ke dalam hipertensi grade 2. Hal ini mendukung karena
sebelumnya pasien mempunyai riwayat hipertensi dalam 1 tahun terakhir yang tidak
terkontrol dengan obat antihipertensi. Pada inspeksi region CVA dalam keadaan normal. Pada
pemeriksaan region supra pubik ditemukan bulging, tegang, nyeri tekan di daerah tersebut
yang menunjukkan bahwa kandung kemih sedang meregang karena urin yang penuh namun
terhambat untuk dikeluarkan. Dari pemeriksaan colok dubur TSA baik, bulbous cavernous
reflex (+), mukosa licin, ampula tidak kolaps, prostat teraba membesar simetris, pole atas
prostat tidak teraba, konsistensi kenyal, pemukaan rata, nyeri (-), nodul (-), feses (-), darah
(-). Hal tersebut menunjukkan bahwa pembesaran prostat tidak mengarah ke arah keganasan.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik maka pasien ini didiagnosa dengan Benign
Prostate Hyperplasia (BPH).
Pada pasien belum dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan USG
transrektal, USG transabdominal untuk mengetahui besar dan volume kelenjar prostat,
mendeteksi adanya hidronefrosis ataupun kerusakan ginjal akibat obstruksi BPH yang lama.
Dimana sebenarnya pemeriksaan ini dapat membantu menguatkan penegakan diagnosis dan
menentukan jenis batu, tapi pada kasus ini belum dilakukan.
Sedangkan pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan urin, pemeriksaan faal
ginjal, pemeriksaan penanda tumor PSA, dan pemeriksaan foto polos abdomen guna
menyingkirkan kemungkinan penyakit ataupun komplikasi yang lain.
4. Plan :
Diagnosis :
Retensio Urin e.c Benign Prostate Hyperplasia dengan Hipertensi grade 2.
Penatalaksanaan :
Pemasangan kateter 16 F
Amlodipin 1 x 10 mg
Captopril 3 x 25 mg
Asam mefenamat 3 x 500 mg
Saran kontrol ulang ke poli bedah dengan Sp.B dan operasi TURP.
Saran : Pemeriksaan USG transrektal ataupun USG transabdominal, pemeriksaan foto polos
abdomen, pemeriksaan laboratorium urin, faal ginjal, penanda tumor PSA.
Prognosis
Quo ad Vitam : Dubia ad bonam
Quo ad sanam : Dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : Dubia ad bonam