Anda di halaman 1dari 11

ARDUINO

a. Pengertian

Arduino merupakan suatu platform open source (sumber terbuka) yang


dipakai untuk membuat sebuah proyek-proyek elektronika. Arduino terdiri dari dua
tahap mutlak yaitu suatu papan sirkuit fisik (tidak jarang disebut juga dengan
mikrokontroler) serta suatu perangkat lunak alias IDE (Integrated Development
Environment) yang berlangsung pada komputer. Perangkat lunak ini tak jarang
disebut Arduino IDE yang dipakai untuk menulis serta meng-upload kode dari
komputer ke papan fisik (hardware) Arduino. Ketika menuturkan Arduino maka ada
dua faktor yang terlintas dalam pikiran para pemakainya, yaitu hardware serta
aplikasi. Dua tahap ini seakan satu kesatuan utuh yang tak dapat di pisahkan.
(Sumber)

Arduino dapat digunakan untuk mengembangkan objek interaktif, mengambil


masukan dari berbagai switch atau sensor, dan mengendalikan berbagai lampu,
motor, dan output fisik lainnya. Proyek Arduino dapat berdiri sendiri, atau
berkomunikasi dengan perangkat lunak (software) yang berjalan pada komputer
Anda (misalnya Flash, Pengolahan, MaxMSP.) Board dapat dirakit dengan tangan
atau dibeli; open-source IDE dapat didownload secara gratis.

b. Fungsi
Hardware serta aplikasi Arduino dirancang bagi para seniman, tampilaner,
pe-kegemaran, peretas, pemula serta siapapun yang berminat untuk menciptakan
objek interaktif serta pengembangan lingkungan. Arduino sanggup berinteraksi
dengan tombol, LED, motor, speaker, GPS, kamera, internet, handphone pintar
bahkan dengan televisi anda. Fleksibilitas ini dihasilkan dari kombinasi keterdapatan
aplikasi Arduino yang gratis, papan perangkat keras yang terjangkau, serta keduanya
yang mudah untuk dipelajari. Faktor inilah yang menciptakan jumlah pemakai
menjadi suatu komunitas besar dengan beberapa kontribusinya yang sudah
dihadirkan pada beberapa proyek dengan berbasiskan Arduino.

c. Papan Mikro Kontroler Arduino

Sebenarnya Ada banyak jenis papan Arduino yang dapat kita digunakan
namun dengan tujuan yang berbeda. Beberapa papan arduino memiliki ukuran,
jumlah pin, dan mikrokontroler yang berbeda seperti apa gambar dibawah ini
merupakan papan arduino yang sering digunakan untuk awal belajar Arduino.
Mikrocontroler Arduino

 Arduino Uno adalah board mikrokontroler berbasis ATmega328


 Uno memiliki 14 pin digital input / output (6 diantaranya dapat digunakan sebagai
output PWM), 6 input analog, resonator keramik 16 MHz, koneksi USB, jack listrik,
header ICSP, dan tombol reset.
 Arduino Uno menggunakan FTDI chip driver USB-to-serial.
 Fitur Atmega16U2 diprogram sebagai konverter USB-to-serial.
 Memiliki resistor pulling 8U2 HWB yang terhubung ke tanah, sehingga lebih mudah
untuk menggunakan mode DFU.

d. Spesifikasi Arduino Uno

e. Sumber Daya Listrik Arduino

 Arduino Uno dapat diaktifkan melalui koneksi USB atau dengan catu daya eksternal.
 Untuk sumber daya Eksternal (non-USB) dapat berasal baik dari adaptor AC-DC atau
baterai. Adaptor ini dapat dihubungkan dengan memasukkan 2.1mm jack DC ke
colokan listrik board.
 Baterai dapat dimasukkan pada pin header Gnd dan Vin dari konektor DAYA.
 Board dapat beroperasi pada pasokan eksternal dari 6 sampai 20 volt. Jika tegangan
kurang dari 6 volt mungkin tidak akan stabil. Jika menggunakan lebih dari 12V,
regulator tegangan bisa panas dan merusak papan. Rentang yang dianjurkan adalah
7 sampai 12 volt.

f. Pin Listrik Arduino Uno r3

 VIN. Input tegangan ke board Arduino ketika menggunakan sumber daya eksternal.
Jika ingin memasok tegangan melalui colokan listrik, gunakan pin ini.
 5V. Pin ini merupakan output 5V yang telah diatur oleh regulator papan Arduino.
 Tegangan pada pin 3V3. 3.3Volt dihasilkan oleh regulator on-board. Menyediakan
arus maksimum 50 mA.
 GND. Pin Ground.
 IOREF. Pin ini di papan Arduino memberikan tegangan referensi ketika
mikrokontroler beroperasi. Sebuah shield yang dikonfigurasi dengan benar dapat
membaca pin tegangan IOREF sehingga dapat memilih sumber daya yang tepat agar
dapat bekerja dengan 5V atau 3.3V.

g. Kelebihan

Ada banyak sistem berbasis mikrokontroler lain atau platform mikrokontroler


yang tersedia untuk “komputasi fisik”. Parallax Basic Stamp, Netmedia yang BX-24,
Phidgets, MIT Handyboard, dan banyak lagi yang lainnya menawarkan fungsionalitas
yang sama. Semua alat ini mengambil rincian pemrograman mikrokontroler berantakan
dan membungkusnya dalam paket yang mudah digunakan.
Namun Arduino juga menyederhanakan proses pekerjaan berbasis
mikrokontroler, serta menawarkan beberapa keuntungan lebih bagi guru, siswa, dan
amatir yang tertarik pada sistem lain:

1. Murah

Arduino relatif murah dibandingkan dengan platform mikrokontroler lain. Versi


paling mahal dari modul Arduino dapat dirakit dengan tangan, dan bahkan biaya
perakitan modul Arduino kurang dari $50.

2. Cross-platform

Perangkat lunak Arduino berjalan pada Windows, Macintosh OSX, dan sistem
operasi Linux. Kebanyakan sistem mikrokontroler terbatas pada Windows.

3. Sederhana

Lingkungan pemrograman Arduino mudah digunakan untuk pemula, namun


cukup bagi pengguna tingkat lanjut untuk mengambil keuntungan dari fleksibilitasnya.
Bagi para guru, Arduino sangat nyaman, didasarkan pada lingkungan pemrograman
Processing, sehingga siswa belajar program akan terbiasa dengan tampilan dan nuansa
dari Arduino.

4. Open source dan perangkat lunak yang dapat dikembangkan

Arduino diproduksi sebagai alat open source, tersedia untuk perluasan bagi
programmer berpengalaman. Bahasa dapat diperluas melalui perpustakaan C++, dan
orang-orang yang ingin memahami rincian teknis dapat membuat program lompatan
dari Arduino ke bahasa pemrograman berbasis C AVR. Demikian pula, Anda dapat
menambahkan kode C AVR langsung ke dalam program Arduino.

5. Open sourcedan hardware dapat dikembangkan

Arduino didasarkan pada Atmel mikrokontroler ATMEGA8 dan ATmega168.


Perencanaan/ Rancangan modul diterbitkan di bawah lisensi Creative Commons,
sehingga desainer sirkuit yang berpengalaman dapat membuat versi mereka sendiri,
memperluas dan meningkatkan sistem Arduino. Bahkan pengguna yang relatif tidak
berpengalaman dapat membangun versibreadboard untuk memahami cara kerjanya dan
menghemat uang.

LDR (Light Dependent Resistor)


a. Pengertian
Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) adalah salah satu jenis resistor
yang dapat mengalami perubahan resistansinya apabila mengalami perubahan
penerimaan cahaya. Besarnya nilai hambatan pada Sensor Cahaya LDR (Light
Dependent Resistor) tergantung pada besar kecilnya cahaya yang diterima oleh LDR
itu sendiri. LDR sering disebut dengan alat atau sensor yang berupa resistor yang
peka terhadap cahaya. Biasanya LDR terbuat dari cadmium sulfida yaitu merupakan
bahan semikonduktor yang resistansnya berupah-ubah menurut banyaknya cahaya
(sinar) yang mengenainya. Resistansi LDR pada tempat yang gelap biasanya
mencapai sekitar 10 MΩ, dan ditempat terang LDR mempunyai resistansi yang turun
menjadi sekitar 150 Ω. Seperti halnya resistor konvensional, pemasangan LDR dalam
suatu rangkaian sama persis seperti pemasangan resistor biasa. Simbol LDR dapat
dilihat seperti pada gambar berikut.

b. Aplikasi Sensor Cahaya LDR

Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) dapat digunakan sebagai :

 Sensor pada rangkaian saklar cahaya


 Sensor pada lampu otomatis
 Sensor pada alarm brankas
 Sensor pada tracker cahaya matahari
 Sensor pada kontrol arah solar cell
 Sensor pada robot line follower

c. Karakteristik Sensor Cahaya LDR


Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) adalah suatu bentuk komponen
yang mempunyai perubahan resistansi yang besarnya tergantung pada cahaya.
Karakteristik LDR terdiri dari dua macam yaitu Laju Recovery dan Respon Spektral
sebagai berikut :

Laju Recovery Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor)


Bila sebuah “Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor)” dibawa dari suatu
ruangan dengan level kekuatan cahaya tertentu ke dalam suatu ruangan yang gelap,
maka bisa kita amati bahwa nilai resistansi dari LDR tidak akan segera berubah
resistansinya pada keadaan ruangan gelap tersebut. Na-mun LDR tersebut hanya akan
bisa menca-pai harga di kegelapan setelah mengalami selang waktu tertentu. Laju
recovery meru-pakan suatu ukuran praktis dan suatu ke-naikan nilai resistansi dalam
waktu tertentu. Harga ini ditulis dalam K/detik, untuk LDR tipe arus harganya lebih
besar dari 200K/detik(selama 20 menit pertama mulai dari level cahaya 100 lux),
kecepatan tersebut akan lebih tinggi pada arah sebaliknya, yaitu pindah dari tempat
gelap ke tempat terang yang memerlukan waktu kurang dari 10 ms untuk mencapai
resistansi yang sesuai den-gan level cahaya 400 lux.

Respon Spektral Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor)


Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) tidak mempunyai sensitivitas
yang sama untuk setiap panjang gelombang cahaya yang jatuh padanya (yaitu warna).
Bahan yang biasa digunakan sebagai penghantar arus listrik yaitu tembaga,
aluminium, baja, emas dan perak. Dari kelima bahan tersebut tembaga merupakan
penghantar yang paling banyak, digunakan karena mempunyai daya hantaryang baik
(TEDC,1998)

d. Prinsip Kerja Sensor Cahaya LDR


Resistansi Sensor Cahaya LDR (Light Dependent Resistor) akan berubah
seiring den-gan perubahan intensitas cahaya yang mengenainya atau yang ada
disekitarnya. Dalam keadaan gelap resistansi LDR seki-tar 10MΩ dan dalam keadaan
terang sebe-sar 1KΩ atau kurang. LDR terbuat dari ba-han semikonduktor seperti
kadmium sul-fida. Dengan bahan ini energi dari cahaya yang jatuh menyebabkan
lebih banyak mua-tan yang dilepas atau arus listrik meningkat. Artinya resistansi
bahan telah men-galami penurunan.

Sensor Pendeteksi Kebakaran


Peran sensor api (fire sensor) pada sistem pemadam kebakaran merupakan suatu
integrasi sistem dalam mendeksi potensi terjadinya risiko kebakaran besar serta
memberikan peringatan atau alert system ketika risiko kebakaran tersebut muncul.

Beberapa hal yang dianggap potensi terjadinya kebakaran diantaranya munculnya asap,
terjadinya kenaikan suhu/panas, timbulnya percikan api, perubahan warna permukaan,
dan adanya gas-gas tertentu yang dapat menyebabkan timbulnya kebakaran.

Dari beberapa potensi kebakaran diatas maka jenis pengindera atau sensor yang biasa
digunakan dalam Fire alarm system dikelompokan dalam:

 Sensor asap (Smoke Detector)


 Sensor panas (Heat Detector)
 Sensor percikan api (Flame Detector)
 Sensor gas (Gas Detector)
 Sensor warna/citra (Images sensor)

Sensor api secara sistem kerja memiliki 2 jenis:


 Stand alone Fire Detector: detektor api yang berdiri sendiri, yaitu bekerja
mendeteksi potensi kebakaran dan memberikan peringatan baik alarm suara atau
lamp. Biasanya catu daya atau power supply menggunakan batere.
 Integrated Fire Detector: detektor api yang terhubung ke panel kontrol sistem
pemadam api atau fire system. Begitu terdapat potensi kebakaran, sensor akan
memberikan alert pada fire system, dan akan membuat sistem siaga atau
menjalankan fungsi pemadaman kebakaran. Sistem integrasi ke fire system dapat
menggunakan metode koneksi konvensional (wire connections) dan Addressable .
Lebih lanjut akan kita bahas dalam artikel selanjutnya.

Sensor asap (Smoke Detector)

Sebuah smoke detector akan mendeteksi intensitas asap pada suatu ruangan. Smoke
detector bekerja menggunakan beberapa metode deteksi diantaranya:

 Optical Smoke Detector: Mendeteksi asap berdasarkan kerapatan cahaya.


Penggunaan LED dan Photo Transistor cukup umum digunakan pada jenis ini
 Ionization Smoke Detector: Mendeteksi asap berdasarkan proses ionisasi pada
radioisotop (radioisotope). Asap akan terbawa di udara dan menyebabkan isotop
terionisasi sehingga memicu alarm. Jenis isotop yang biasa digunakan adalah
americium 421.
 Carbon monoxide dan carbon dioxide Smoke Detector: Jenis sesor asap yang
mendeteksi konsentrasi CO atau CO2 di udara. Sensor ini lebih fokus pada asap tidak
kasat mata/ tidak terlihat yang dapat membahayakan manusia akibat kebakaran
yang mungkin tidak terlihat namun berakibat sangat fatal pada kesehatan.
Sensor panas (Heat Detector)

Sensor panas akan mendeteksi perubahan panas di suatu ruangan dengan perubahan
bentuk atau konduktivitas benda pada sensor karena perubahan panas tersebut.

Sensor panas memiliki dua (2) klasifikasi sistem kerja:

 Fixed temperature heat detectors: Bekerja berdasarkan perubahan bentuk


komponen sensor dari padat menjadi cair. Pada jenis sensor ini digunakan heat
sensitive eutectic alloy, yaitu campuran zat kimia yang akan berubah bentuk pada
suhu tertentu atau eutectic point. heat sensitive eutectic alloy secara mudah dapat
dicontohkan seperti timah atau Tin (Sb) yang akan mencair pada suhu penyolderan.
Begitu pencairan ini terjadi maka sensor akan bekerja untuk menggerakan alarm.
 Rate-of-Rise (RoR) heat detectors: bekerja berdasarkan efek perubahan bentuk yang
cepat pada benda, biasanya logam. Prinsip kerja ROR sebenarnya hanya saklar bi-
metal biasa. Saklar akan kontak saat mendeteksi panas yang cukup. Bimetal yang
berubah bentuk dapat dijadikan saklar yang memberikan tegangan listrik ke alarm.
Sensor percikan api (Flame Detector)

Flame detektor akan bekerja untuk mendeteksi bila terjadi percikan api di suatu area
pantauannya. Biasanya bekerja berdasarkan perubahan warna atau cahaya (optical sensor)
dan ionisasi di suatu area yang berpengaruh pada sensor.

Jenis Flame Detector yang bekerja dengan sistem optical sensor:

 Ultraviolet (UV) Flame Detector: bekerja dengan panjang gelombang lebih pendek
dari 300 nm. Detektor ini mendeteksi kebakaran dan ledakan dalam waktu 3-4
milidetik karena radiasi UV yang dipancarkan pada saat terjadi percikan api.
 Near Infrared Array Flame Detectors: juga dikenal sebagai detektor api visual,
menggunakan teknologi pengenalan api untuk mengkonfirmasi timbulnya api
dengan menganalisis dekat radiasi IR melalui array pixel dari sebuah charge-coupled
device (CCD).
 Infrared (IR) Flame Detectors: detektor api yang bekerja dalam spektrum pita
inframerah. Gas panas memancarkan pola spektrum tertentu di wilayah inframerah,
yang dapat dirasakan dengan kamera thermal imaging khusus (TIC), jenis kamera ini
dikenal juga sebagai kamera thermographic
 IR3 flame detectors: bekerja dengan membandingkan tiga band panjang gelombang
tertentu dalam IR wilayah spektrum dan rasio mereka satu sama lain.

Ionization current flame detection


Untuk Jenis flame detection yang menggunakan ionisasi dikenal sebagai Ionization current
flame detection. Sistem ini bekerja dengan mengukur intensitas ionisasi dalam api. Jenis
sesor ini biasanya digunakan dalam proses pemanas gas di industri besar yang terhubung ke
sistem kontrol api dan bertindak baik sebagai monitor kualitas api dan perangkat fire
system.
Sensor gas (Gas Detector)

Thermocouple flame detection


Termokopel digunakan secara ekstensif untuk memantau keberadaan api dalam sistem
pembakaran pemanas dan kompor gas. Umumnya digunakan sebagai pencegahan bahaya
untuk memotong pasokan bahan bakar bila nyala api tidak dapat dikendalikan. Hal ini untuk
mencegah bahaya ledakan dan kebakaran atau bahaya sesak napas di ruang tertutup karena
tipisnya oksigen.
Sensor Gas (Gas Detector)

Gas Detector akan untuk mendeteksi kehadiran sebuah gas dalam area tertentu yang
berpotensi menimbulkan kebakaran atau pun menyebabkan gangguan keselamatan bagi
manusia.

Karbon monoksida (CO) adalah gas yang sangat berbahaya dan mengikat oksigen di paru-
paru, menewaskan ratusan orang di seluruh dunia setiap tahunnya. CO tidak berbau, tidak
berwarna, sehingga mustahil bagi manusia untuk mendeteksi itu. Detektor karbon
monoksida dapat dibeli dengan harga sekitar US $ 20-60 atau sekitar Rp 200.000 hingga Rp
600.000 tergantung merek.

Selain CO dan CO2, jenis sensor gas lain yang biasa digunakan adalah sensor gas
propane/propana, gas butane/butana dan gas lain yang mudah memicu ledakan api.

Sensor warna/citra

Sersor warna/citra menganalisa spektrum warna yang dihasilkan dari suatu objek yang
berpotensi menghasilkan ledakan kebakara. Sensor warna sebagian besar bekerja dalam
rentang spektrum warna Ultraviolet, cahaya terlihat, Infrared, Infrared pita lebar dan CO2.

Berikut rentang spektrum yang umum dideteksi:

Anda mungkin juga menyukai