Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Studi tentang manusia memang menarik dan sangat dinamis, apalagi
dalam konteks perubahan jaman serta kemajuan teknologi yang semakin pesat.
Dikaji dari banyak sisi baik secara sosial, budaya dan lingkungan selalu
memberikan hal unik yang bisa dijadikan pelajaran. ''Pada abad 20 ini, umat
manusia telah mampu mengembangkan teknologi yang sangat menakjubkan
seperti membangun aneka ragam industri pertanian, pangan, membuat berbagai
macam komputer pribadi, melakukan transplantasi jantung, membuat pesawat
jumbo jet bahkan sampai melakukan pendaratan di bulan. Namun, berbagai
pencapaian teknologi tersebut telah membutakan kita terhadap akan adanya
berbagai keterbatasan manusia di dalam ekosistem. Misalkan, banyak di antara
kita - terutama yang hidup di kota - memiliki khayalan seolah-olah tidak
tergantung pada ekosistem, padahal dalam kehidupan sehari-hari kita sangat
bergantung pada ekosistem. Misalkan, kita butuh oksigen untuk bernafas, air
untuk untuk minum, dan karbohidrat hasil proses fotosintesis tumbuhan untuk
sumber energi.
Akibatnya, banyak tindakan manusia yang tidak bijaksana terhadap
lingkungan serta menimbulkan berbagai kerusakan lingkungan atau masalah
ekologi di muka bumi (Diesendrof, 2000:20 pada Iskandar, 2010: 1). Perlu
dicatat, bahwa kemajuan teknologi membuat manusia egoistis yang tidak peduli
lingkungan sekitar yang sebenarnya sangat membantu dalam proses kelangsungan
hidupnya. Padahal manusia dalam kehidupan sehari-harinya mempunyai
ketergantungan yang sangat erat dengan lingkungannya. Baik lingkungan hidup
(biotik) maupun lingkungan tak hidup (abiotik).
Lingkungan biotik antara lain jenis-jenis tumbuhan, binatang, dan manusia
itu sendiri. Sementara lingkungan abiotik antara lain, udara, air, dan tanah.
Manusia memenuhi kebutuhan primernya atau biologisnya antara lain
membutuhkan udara untuk bernafas, air untuk minum, serta jenis-jenis tumbuhan
dan binatangan untuk sumber pangan. Sedangkan untuk kehidupan non
primernya, manusia antara lain membutuhkan kepuasan akan benda-benda
material/kekayaan yang dieksploitasi dari alam dan rekreasi serta hiburan dengan
menikmati keindahan alam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Respon?
2. Apa itu manusia?
3. Apa itu lingkungan?
4. Bagaimanakah Respon manusia terhadap suhu?
5. Bagaimanakan Respon manusia terhadap panas?
6. Bagaiamanakan respon manusia terhadap ketinggian?
7. Bagaiamanakah respon manusia terhadap iklim?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan Rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk mengetahui tentang :
1. Pengertian Respon manusia terhadap lingkungan?
2. Bagaimanakah Respon manusia terhadap suhu?
3. Bagaimanakan Respon manusia terhadap panas?
4. Bagaiamanakan respon manusia terhadap ketinggian?
5. Bagaiamanakah respon manusia terhadap iklim?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Respon
Reaksi manusia terhadap stimuli disebut respon. Effek respon terhadap
tubuh dapat menguntungkan dapat juga merugikan. Hal ini sangat tergantung pada
dosis stimuli yang diterima serta keadaan tubuh saat itu. Respon manusia terhadap
stimuli dapat dikelompokkan ke dalam kategori sebagai berikut:
1. Respon yang terjadi secara otomatis, di bawah sadar (involutary)
seperti reflex-reflex, reaksi fisika-kimia dalam tubuh, dan untuk taraf
tertentu tak dapat dikendalikan.
2. Respon yang terjadi secara sadar (voluntary), yakni respon yang
dilakukan atas kendali otak manusia.
3. Respon kombinasi antara respon sadar dan respon tak sadar.
Respon manusia terhadap stimuli ini terjadi karena manusia ingin
mem-pertahankan keadaan badannya supaya tetap normal. Respon
tersebut dilakukan oleh perangkat yang bekerja sebagai mekanisme
pertahanan tubuh. Perangkat tersebut terdiri atas perangkat alamiah
(natural) dan perangkat budaya (kultural).

Respon adalah Setiap tingkah laku pada hakekatnya merupakan tanggapan


atau balasan (respon) terhadap rangsangan atau stimulus (Sarlito, 1995). Menurut
Gulo (1996), respon adalah suatu reaksi atau jawaban yang bergantung pada
stimulus atau merupakan hasil stimulus tersebut. Individu manusia berperan serta
sebagai pengendali antara stimulus dan respon sehingga yang menentukan bentuk
respon individu terhadap stimulus adalah stimulus dan faktor individu itu sendiri
(Azwar, 1988). Interaksi antara beberapa faktor dari luar berupa objek, orang-
orang dan dalam berupa sikap, mati dan emosi pengaruh masa lampau dan
sebagiannya akhirnya menentukan bentuk perilaku yang ditampilkan seseorang.
Respon seseorang dapat dalam bentuk baik atau buruk, positif atau negatif
(Azwar, 1988).
Apabila respon positif maka orang yang bersangkutan cenderung untuk
menyukai atau mendekati objek, sedangkan respon negatif cenderung untuk
menjauhi objek tersebut.

a. Pengertian Kognisi (Pengetahuan)


Istilah kognisi berasal dari kata cognoscare yang artinya mengetahui.
Aspek kognisi banyak mempermasalahkan bagaimana cara
memperoleh pemahaman tentang dirinya dan lingkungannya, serta
bagaimana dengan kesadaran itu ia berinteraksi dengan lingkungannya.
Setiap perilaku sadar manusia didahului oleh proses kognisi yang
memberi arah terhadap perilaku dan setiap lahiriahnya baik dirasakan
maupun tidak dirasakan.
b. Pengertian Afeksi (Sikap)
Sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak, beroperasi, berfikir
dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi dan nilai. Sikap
timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir tetapi merupakan
hasil belajar. Sikap mempunyai daya dorong atau motivasi dan bersifat
evaluatif, artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak
menyenangkan. Objek sikap dirasakan adanya motivasi, tujuan, nilai
dan kebutuhan.
Sayogo dan Fujiwati (1987) mengemukakan bahwa sikap merupakan
kecenderungan yang berasal dari dalam diri individu untuk
berkelakuan dengan suatu pola tertentu terhadap suatu objek berupa
manusia, hewan atau benda akibat pendirian atau persamaannya
terhadap objek tersebut.
c. Pengertian Psikomotorik (Tindakan)
Jones dan Davis dalam Sarlito (1995) memberi definisi tindakan yaitu
keseluruhan respon (reaksi) yang mencerminkan pilihan seseorang
yang mempunyai akibat (efek) terhadap lingkungannya. Suatu
tindakan dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan dan diarahkan pada
pencapaian sesuatu agar kebutuhan tersebut terpenuhi.
Tindakan yang ditujukan oleh aspek psikomotorik merupakan bentuk
keterampilan motorik yang diperoleh peternak dari suatu proses belajar
(Samsudin, 1977). Psikomotorik yang berhubungan dengan kebiasaan
bertindak yang merupakan aspek perilaku yang menetap (Rahmat,
1989).
B. Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan dengan segala fungsi dan
potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran,
pertumbuhan, perkembangan, dan mati, dan seterusnya, serta terkait serta
berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbale
balik baik itu positif maupun negatif. Lingkungan adalah suatu media di mana
makhluk hidup tinggal, mencari penghidupannya, dan memiliki karakter serta
fungsi yang khas yang mana terkait secara timbale balik dengan keberadaan
makhluk hidup yang menempatinya, terutama manusia yang memiliki peranan
yang lebih kompleks dan riil.
Sebagaimana kita maklumi bahwa manusia dalam pengertian ekologi
manusiamerupakan sosok yang memegang fungsi dan peranan penting dalam
konteks lingkungan hidupnya. Namun perlu diingat pula bahwa manusia secara
fisik merupakan makhluk yang lemah. Perikehidupan dan kesejahteraannya sangat
tergantung kepada komponen lain. Artinya keberhasilan manusia dalam
mengelola rumah tangganya dengan baik, ditentukan oleh berhasilnya manusia
dalam mengelola makhluk hidup lainnya secara keseluruhan dengan baik pula.
Untuk memperkuat kelemahan manusia, ia diberi kelebihan akal atau alam
pikiran (noosfer). Dengan akal pikirannya manusia memiliki budaya serta dengan
budayanya (yang disebut extra somatic tool) manusia mampu menguasai dan
mengalahkan makhluk yang lebih besar dan menaklukan alam yang dahsyat.
Masalahnya apabila noosfer dengan prilakunya digunakan untuk kepentingan
kesejahteraan diri dan makhluk hidup lainnya dan didukung oleh rasa tanggung
jawab terhadap kelestarian kemampuan daya dukung lingkungannya, maka
sejahteralah manusia dan makhluk hidup lainnya. Sebaliknya, dengan
noosfer (extra somatic tool)yang dikembangkan manusia dalam mempermudah
hidup dan memenuhi kebutuhan pokok (primery biological needs) manusia dapat
bersifat tamat, egois, serakah mengeksploitasi sumber daya alam dengan semena-
mena, tanpa pertimbangan dampak yang akan terjadi kelak. Bahkan merasa
dirinyalah yang paling memerlukan, dengan memanfaatkan sumber daya alam itu
yang pada gilirannya mereka terancam hidupnya dan makhluk hidup lain, kini dan
generasi mendatang.
Manusia hidup,tumbuh,dan berkembang dalam lingkungan alam dan
social-budayanya. Dalam lingkungan alamnya manusia hidup dalam sebuah
ekosistem yakni suatu unit atau satuan fungsional dari makhluk-makhluk hidup
dengan lingkungannya. Dalam ekosistem terdapat komponen biotik dan abiotik.
Komponen biotik pada umumnya merupakan faktor lingkungan yang
memengaruhi makhluk-makhluk hidup dfi antaranya:
1. Tanah yang merupakan tempat tumbuh bagi tumbuh-tumbuhan, di
mana tumbuhan memperoleh bahan-bahan makanan atau mineral-
mineral untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tanah ini juga
merupakan tempat tinggal manusia dan hewan-hewan.
2. Udara atau gas-gas yang membentuk atmosfer. Oksigennya diperlukan
untuk bernapas, gas karbondioksidanya diperlukan tumbuhan untuk
proses fotosintesis. Termasuk juga nisaln ya gas-gas yang kemudian
larut dalam air yang diperlukan oleh makhluk yang hidp di dalam air.
3. Air, baik sebagai tempat tinggal makhluk-makhluk hidup yang tinggal
di dalam air, maupun air yang berbentuk sebagai uap yang menentukan
kelembaban dari udara, yang besar pengaruhnya bagi banyaknya
makhluk hidup yang hidup di darat.
4. Cahaya, terutama cahaya matahari banyak mempengaruhi keadaan
makhluk-makhluk hidup.
5. Suhu atau temeperatur, merupakan juga factor lingkungan yang sering
besar pengaruhnya terhadap kebanyakan makhluk-makhluk hidup.
Tiap makhluk hidup mampunyai batas-batas pada suhu dimana mereka
dapat tetap hidup.
Sedangkan komponen biotik di antaranya adalah:

1. Produsen, kelompok inilah yang merupakan makhluk hidup yang dapat


menghasilkan makanan dari zat-zat anorganik, umumnya merupakan
makhluk-makhluk hidup yang dapat melakukan proses fotosintesis.
Termasuk kelompok ini adalah tumbuhan yang memiliki klorofil.
2. Konsumen, merupakan kelompok makhluk hidup yang menggunakan atau
makan zat-zat organic atau makanan yang dibuat oleh produsen. Temasuk
ke dalam kelompok ini yaitu hewan-hewan dan manusia.
3. Pengurai adalah makhluk hidup atau organisme yang menguraikan sisa-
sisa atau makhluk hidup yang sudah mati. Oleh pekerjaan pengurai ini zat-
zat organic yang terdapat dalam sisa-sisa atau makhluk hidup yang sudah
mati itu, terurai kembali menjadi zat-zat anorganik. Dengan demikian zat-
zat anorganik ini dapat di gunakan kembali oleh produsen untuk
membentuk zat-zat organik atau makanan. Termasuk kelompok ini
misalnya, kebanyakan bakteri dan jamur-jamur.
Selain itu di dalam lingkungan terdapat faktor-faktor berikut ini:
1. Rantai makanan yakni siklus makanan antara produsen konsumen, dan
pengurai baik di darat, laut, maupun udara.
2. Habitat di mana setiap jenis makhluk hidup memiliki tempat hidup
tertentu, dengan keadaan-keadaaan tertentu.
3. Populasi, menurut batasan dalam ekologi populasi adalah jumlah
seluruh individu dari jenis spesies yang sama pada suatu tempat atau
daerah tertentu dalam suatu waktu tertentu. Adapun faktor-faktor yang
menentukan besarnya populasi adalah: kelahiran menambah besarnya
populasi, kematian mengurangi populasi, perpindahan keluar
mengurangi populai sedangkan perpindahan ke dalam menambah
populasi.
4. Komunitas, semua populasi dari semua jenis makhluk hidup yang
saling berinteraksi di suatu daerah disebut komunitas.
5. Biosfer, komunitas bersama-sama dengan faktor-faktor abiotik di
tempatnya membentuk ekosistem. Ekosistem-ekosistem ini terdapat di
seluruh permukaan bumi baik di darat, laut, dan udara. Ekosistem-
ekosistem ini berhubungan satu sama lain dengan tidak ada batas tegas
antara satu ekosistem dengan ekosistem lainnya. Seluruh ekosistem di
permukaan bumi inilah yang disebut dengan biosfer.

Berdasrkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa aspek latar belakang


sosial-ekonomi-budaya manusia dapat mempengaruhi perilaku manusia dalam
memeperlakukan alam lingkungan sekitarnya (geertz, 1963; Ellen, 1982; Hutterer
dan Rambo, 1985 dalam Johan iskandar,2001). Dengan perkataan lain, menurut
istilah Odum (1983), manusia dapat dianggap sebagai controlling programer
ekosistemnya. Sebaliknya dengan pengaruh lingkungan biofisik sekitarnya,
manusia harus melakukan penyesuaian diri terhadap sifat lingkungan sekitarnya
untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Hubungan sistem sosial dan biofisik
tersebut sangat dinamis setiap waktu. Karena itu, jika ada perubahan pada sistem
sosial masayarakat secara otomatis akan mengakibatkan perubahan pula pada
sistem biofisik, dan sebaliknya. Timbulnya perubahan hubungan interaksi
manusia dan lingkungan sekitar disebabkan oleh faktor internal, serta penambahan
populasi penduduk, juga oleh faktor eksternal (adanya perkembangan ekonomi
pasar, serta pembangunann dan kebijakan pemerintah).
Lingkungan hidup yang terdiri atas lingkungan hidup alam, lingkungan
hidup binaan dan lingkungan hidup sosial yang saling berkaitan dan saling
menentukan corak atau kualitas lingkungan hidup secara keseluruhan.

C. Pengertian Lingkungan

Pengertian tentang lingkungan hidup manusia seringkali disebut


lingkungan hidup atau lebih singkat lingkungan saja, sebenarnya berakar dan
berarti penerapan (aplikasi) dari ekologi dan kosmologi. Lingkungan hidup
merupakan penelaahan terhadap sikap dan perilaku manusia, dengan segenap
tanggung jawab dan kewajiban maupun haknya untuk mencermati tatanan
lingkunan dengan sebaik-baiknya. Sikap dan perilaku ini sangat diperlukan untuk
memungkinkan kelangsungan peri kehidupa secara keseluruhan, termasuk
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Lingkungan hidup manusia adalah sistem kehidupan yang merupakan


kesatuan ruang dengan segenap pengada (entity), baik pengada ragawi abiotik
atau benda (materi), maupun pengada insani, biotik atau makhluk hidup termasuk
manusia dengan perilakunya, keadaan (tatanan alam baca kosmologi), daya
(peluang, tantangan dan harapan) yang mempengaruhi kelangsungan peri
kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Dalam berbagai bahasa, pengertian lingkungan hidup mengalami banyak


perbedaan. Dalam bahasa Malaysia dikenal sebagai alam sekitar. Istilah tersebut
menyiratkan pengertian trasenden, seolah – olah kita berada diluarnya. Tetapi hal
itu tidak perlu dipermasalahkan, karena kita pun dapat mengartikan istilah itu
sebagai di alam sekitar kita itulah berada didalamnya. Penegertian ini mirip
dengan pengertian pengertian dalam bahasa indonesia. Lingkungan hidup adalah
segenap faktor dan kondisi fisik, sosial dan budaya yang mempengaruhi eksistensi
(keberadaan) serta perkembangan sutu makhluk hidup atau sekumpulan makhluk.
Filosofi tentang lingkungan hidup adalah kecintaan, pencarian dan penerapan
kearifan (wisdom) terhadap lingkungan hidup dimana kita berada. Pengertian dan
paham apapun yang kita miliki harus diaplikasikan dengan kearifan, karena hanya
dengan kearifanlah akhirnya kita memperoleh maknanya untuk bersikap dan
berperilaku sebaik-baiknya dalam kehidupan.

D. Respon Manusia Terhadap Suhu

Suhu adalah salah satu faktor lingkungan yang penting dan yang paling
mudah untuk diteliti dan ditentukan. Fluktuasi air laut banyak ditentukan dan
dipengaruhi oleh iklim, suhu udara, kekuatan arus, kecepatan angin, lintang,
maupun keadaan relief dasar laut. Bulu kuduk berdiri, telinga dingin, jari-jari
beku. Manusia bereaksi secara berbeda terhadap temperatur dingin. Ada
anggapan, mereka yang bertubuh gemuk lebih tahan terhadap dingin. Jika suhu
pada tempat tersebut lebih tinggi dari standar yang berlaku, atau malah melebihi
suhu optimum untuk dilakukan penangkapan, dalam hal demikian ada baiknya
untuk mencari daerah penangkapan dengan suhu yang sesuai.

Hal ini dapat dilihat pada kelompok yang banyak bergantung kepada kuat
atau tidaknya arus panas. Jika terjadi penurunan suhu tubuh inti, maka akan terjadi
mekanisme homeostasis yang membantu memproduksi panas melalui mekanisme
feed back negatif untuk dapat meningkatkan suhu tubuh ke arah normal. Manusia
pada umumnya mulai merasa tidak nyaman ketika suhu kulit sekitar 7ºC atau
lebih di bawah suhu inti. Hal ini akan menimbulkan respon tubuh untuk
mempertahankan panas tubuh dengan melakukan mekanisme feed back negatif
untuk dapat meningkatkan suhu tubuh ke arah normal.

Sistem pengaturan suhu menggunakan 3 mekanisme penting untuk


menurunkan panas tubuh, yaitu pengeluaran keringat (sweating), vasodilatasi dan
penurunan pembentukan panas oleh tubuh. Jika suhu tubuh meningkat diatas
normal maka putaran mekanisme feed back negatif berlawanan dengan yang telah
disebutkan diatas pada mekanisme respon pada dingin. Tingginya suhu darah
merangsang termoreseptor yang mengirimkan impuls syaraf ke area preoptic,
dimana sebaliknya merangsang pusat penurun panas dan menghambat pusat
peningkatan panas.

Impuls syaraf dari pusat penurun panas menyebabkan dilatasi pembuluh


darah di kulit. Kulit menjadi hangat, dan kelebihan panas hilang ke lingkungan
melalui radiasi dan konduksi bersamaan dengan peningkatan volume aliran darah
dari inti yang lebih hangat ke kulit yang lebih dingin. Pada waktu yang
bersamaan, metabolisme rate berkurang, dan tidak terjadi menggigil. Tingginya
suhu darah merangsang kelenjar keringat kulit melalui aktivasi syaraf simpatis
hipotalamik. Saat air menguap melalui permukaan kulit, kulit menjadi lebih
dingin. Respon ini melawan efek penghasil panas dan membantu mengembalikan
suhu tubuh kembali normal. Reaksi penyesuaian diri dari satu lingkungan dengan
suhu tertentu ke lingkungan lainyang suhunya berbeda. Penyesuaian ini tidak
hanya terhadap suhu lingkungan itu sendiri ,melainkan juga terhadap faktor-faktor
lain yang juga mempengaruhi pengindraan suhu,seperti tekanan udara, kuatnya
angin, dan kelembaban. Maka dari itu lingkungan sangatberpengaruh terhadap
tingkah laku manusia.

Pakaian manusia yang ada di daerah dingin berbeda dengan munusia yang
di daerah panas. Manusia yang tinggal di daerah yang dingin cenderung
menggunakan pakaian yang tebal, karena hal ini bertujuan untuk menghangatkan
tubuh mereka dari suhu dingin. Berbeda dengan manusia yang tinggal di daerah
panas, mereka menggunakan kain yang tidak tebal, karena dengan begitu suhu
tubuh mereka tidak akan terlalu panas. Sistem ekskresi manusia biasanya
merupakan respon yang di tunjukkan terhadap lingkungan. Caranya: ketika musim
panas keringat lebih banyak keluar sehingga kering dan mengurangi suhu tubuh
karena lemak juga ikut keluar. Sedangkan ketika musim dingin, pori-pori kulit
mengecil sehingga keringat yang keluar sedikit dan menyebabkan pengeluaran
urin menjadi lebih banyak.

E. Respon manusia terhadap iklim

Climate change atau perubahan iklim adalah isu yang menjadi perhatian
dunia saat ini, sebab jika terus menerus dibiarkan maka perubahan cuaca secara
ekstrim akan terus terjadi. Para ilmuwan berpendapat bahwa perubahan iklim
secara signifikan terus meningkat adalah konsekuensi logis dampak dari gaya
hidup manusia modern yang melepaskan polusi mengakibatkan polusi tersebut
terperangkap di atmosfer, menyebabkan “efek rumah kaca” yang menghangatkan
bumi.

Sebagai contoh perubahan iklim di Indonesia misalnya dampak langsung


yang dirasakan saat ini adalaha peristiwa cuaca ekstrim seperti banjir dan badai,
kenaikan permukaan laut, dan peningkatan suhu, yang pada gilirannya dapat
menyebabkan gelombang panas dan kekeringan. Dampak lainnya yang terjadi
adalah pengaruh terhadap kesehatan manusia, kualitas udara, pertanian dan
persediaan makanan, hutan, ekosistem, daerah pantai, dan sumber daya air. Fakta
bahwa dampak dari aktifitas pembangunan peradaban manusia yang tidak
memperhatikan keberlanjutan ini, dapat dipastikan bahwa generasi mendatang
akan menjadi korban dari generasi saat ini.

Fenomena perubahan iklim mendapat respon dari berbagai kalangan,


sebab isu ini tidak berbicara satu kultur, negara, suku bangsa dan agama
melainkan secara keseluruhan menjadi kepentingan umat manusia demi
keberlangsungan hidupnya. Memahami perubahan iklim bukan merupakan
masalah bagi beberapa generasi. Setiap generasi harus meletakkan karyanya untuk
kebutuhan generasi berikut, tidak berfokus hanya pada produktivitas dan
kebutuhan sesaat.

Berbagai kajian tentang perubahan iklim serta solusi antar generasi belum
mampu menjawab permasalahan tersebut. Saat ini generasi yang tumbuh dan
berkembang adalah generasi yang disebut dengan generasi milenial.
Pertanyaannya adalah apakah tindakan dan pemikiran generasi kini cenderung
apatis, peduli, positif atau negatif? apapun kecenderungan mereka adalah bentuk
reaksi mereka terhadap isu lingkungan. Kecendrungan generasi ini juga adalah
menjadi produsen dari informasi, artinya generasi milenial saling
menjadi influencer, menjadi aktor yang saling mempengaruhi. Kesempatan inilah
yang menjadi kunci bagi generasi ini untuk mengambil langkah kecil yang
berjangka panjang atau berkelanjutan.

F. Respon manusia terhadap ketinggian


Penduduk pada tempat tinggi membuat penyesuaian anatomis dan
fisiologis yang khas, yang memberinya kapasitas untuk dapat bekerja pada udara
pegunungan yang tipis. Mereka cenderung mempunyai kaki pendek, tumbuh lebih
lambat dan volume thoraks yang besar, dada yang membulat dan tulang sternum
yang panjang mengakomodasi paru-paru yang lebih besar.
Penduduk di daerah pegunungan biasanya memakai pakaian tebal karena
suhu udaranya dingin. Rumah mereka biasanya dibangun di lereng. Rumah di
daerah pegunungan yang dingin dibuat tertutup agar hangat. Umumnya rumah
mereka mengelompok pada daerah yang agak datar. Rumah yang berkelompok ini
membentuk ikatan kekeluargaan yang erat, rukun, dan damai. Daerah pegunungan
memiliki bentang alam yang berbukit-bukit. Tidak sedikit di antara bukit
dipisahkan oleh lembah, lereng, atau sungai. Kondisi alam seperti ini kurang
menguntungkan dalam bidang transportasi.
Di daerah pegunungan juga dihasilkan bahan tambang, seperti biji besi,
tembaga, nikel, timah putih, emas, perak, dan belerang. Di sekitar daerah
pertambangan banyak penduduk yang bermata pencarian sebagai buruh tambang.
Bahkan tidak sedikit di antara mereka bertindak sebagai penambang liar.
Misalnya, di daerah Kalimantan Tengah ditemukan daerah penambangan emas
liar yang dilakukan oleh masyarakat di sekitarnya.
G. Respon manusia terhadap Cahaya

Cahaya dengan segala aspeknya seperti intensitas, sudut penyebarannya,


polarisasi, komposisi spektral, arah, panjang gelombang serta lama penyinaran
harian maupun musiman, kesemuanya akan mempengaruhi baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap tingkah laku dan manusia. Respon mata terhadap
cahaya di bawah sinar matahari atau dalam pencahayaan terang ( photopia ), dapat
penurunan konsentrasi pigmen fotosensitif mata penyesuaian fungsi kerja sel-sel
mata manusia terhadap rangsangan cahaya. Mata dapat menyesuaikan dengan
intensitas cahaya yang berubah dari gelap ke terang dan sebaliknya. Radiasi
matahari merupakan satu-satunya sumber energy bagi makhluk hidup termasuk
manusia. Radiasi matahari menuju bumi dalam bentuk gelombang-gelombang
panjang yang amat penting bagi makhluk hidup, yaitu radiasi ultra violet (UV)
dengan panjang gelombang antara 300-390 mili mikro, radiasi cahaya matahari
yang dapat dilihat dengan panjang gelombang 390-760 mili mikro, radiasi infra
merah (gelombang panas) dengan panjang gelombang antara 760-1000 mili
mikro.

H. Dampak bagi Lingkungan Hidup


a. Dampak Postif
Bidang Industri:
1. Diperluasnya lapangan kerja dengan berdirinya industry atau
pabrik baru
2. Pekembangan industry bertambah baik, misalnya dengan penelitian
dan pengembangan di bidang industry transportasi, elektronika, dan
industry rekayasa.
3. Berkembangnya tanaman sebagai bahan baku industri (kapas untuk
industri tekstil, kayu sengon, dan pinus untuk industry kertas).
4. Diciptakan mesin daur ulang, sehingga sampah sebagai sumber
pencemaran lingkungan dapat dikurangi.
5. Peningkatan industri ekspor migas dan nonmigas.
6. Memperoleh devisa dari industri pariwisata.
Bidang Pertanian :
1. Bertambahnya varietas baru dan unggul
2. Peningkatan hasil produksi pertanian
3. Dikenal dan dipakainya alat-alat pertanian modern
4. Dikenalnya system pemupukan dan obat-obat hama
5. Pemberantas hama dengan pesawat terbang di perkebunan

b. Dampak Negatif bagi Lingkungan Hidup :

Bidang Lingkungan Alam :


1. Lahan pertanian, perkebunan, peternakan dan kehutanan semakin
sempit karena dibangun banyak perumahan.
2. Rusaknya lingkungan alam, karena dibangunnya industry atau
pabrik
3. Terjadinya banjir dan erosi karena penebangan hutan tidak
terkendali (illegal loging)
4. Untuk pemenuhan kebutuhan primer dan skundenya manusia
mengeksploitasi alam
5. Pemupukan yang berlebihan mengakibatkan pencemaran tanah
6. Terjadi pencemaran udara akibat pembakaran hutan yang
menghasilkan CO2 dan CO
7. Terjadinya pencemaran air dari buangan limbah industry
8. Terjadinya pencemaran udara dari asap-asap industry, mobil, dan
kendaraan bermotor
9. Terjadinya pencemaran tanah dan bau sampah-sampah industry dan
rumah tangga.
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungannya. Lingkungan bersifat
mendukung atau menyokong kehidupan manusia. Dengan kemampuan yang
dimilikinya, manusia tidak hanya dapat menyesuaikan diri. Manusia juga
dapat memanfaatkan potensi lingkungan untuk lebih mengembangkan
kualitas kehidupannya. Manusia mengembangkan ilmu pengetahuan yang
dimilikinya sehingga tercipta teknologi yang memudahkan kehidupan
manusia. Namun ternyata perkembangan teknologi tesebut menimbulkan
dampak negatif yang harus diminimalisirkan agar bumi ini masih dapat
diwariskan untuk anak cucu kita kelak.

B. Saran
Manusia perlu mengambil kebijakan-kebijakan terhadap lingkungan
sebagai usaha untuk memperoleh efisiensi pemanfaatan sumber alam dan
lingkungan. Kita sebagai manusia wajib menyadari bahwa kita saling terkait
dengan lingkungan yang mengitari kita.
Kemampuan kita untuk menyadari hal tersebut akan menentukan
bagaimana hubungan kita sebagai manusia dan lingkungan kita. Hal ini
memerlukan pembiasaan diri yang dapat membuat kita menyadari hubungan
manusia dengan lingkungan.
DAFATAR PUSTAKA

Iskandar, Johan.2001. Manusia Budaya dan Lingkungan Kajian ekologi


manusia.Bandung: Humaniora Utama Press Bandung.

Resosoedarmo, soedjiran,dkk.1985. Pengantar Ekologi. Jakarta:fakultas pasca


sarjana IKIP Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai