Anda di halaman 1dari 27

RANCANGAN BENTUK SEDIAAN OBAT

Obat sebagai bahan kimia, bahan alam dan sebagainya jarang


diberikan kepada penderita dalam bentuk kimia murni umumnya
diberikan dalam bentuk yang sudah diformulasikan. Bentuk
sediaan obat dapat bervariasi dari bentuk larutan sederhana sampai
pada bentuk sediaan farmasi yang kompleks yang memerlukan
pengetahuan dan teknologi canggih, dengan penambahan bahan
(aditif dan eksipien) dalam formula agar dapat dicapai sasaran dan
tujuan yang diinginkan pada waktu merancang bentuk sediaan.

Aditif dalam formulasi antara lain berfungsi untuk


mensolubilisasi, mensuspensi, mengentalkan, mengawetkan,
mengemulsifikasi, memperbaiki sifat, penampilan, dan
memperbaiki rasa dan bau untuk bermacam sediaan.

Sasaran utama dalam merancang bentuk sediaan adalah untuk


mencapai respon terapeutika yang diharapkan dari suatu obat
dalam bentuk sediaan farmasi yang mampu diproduksi dalam skala
besar/industri dengan kualitas yang tinggi. Untuk menjamin
kualitas sediaan farmasi diperlukan beberapa pengetahuan tentang
bahan obat yang meliputi : stabilitas fisika kimia, pengawet yang
sesuai terhadap pencemaran mikroorganisme yang mungkin

Disusun oleh Dra. Djendakita Purba, M.Si 1


terdapat dalam bahan obat, eksipien atau dari udara , keseragaman
dosis obat, aksiptibilitas terhadap penggunaan termasuk dokter dan
konsumen begitu juga pewadahan, dan etiket yang sesuai dengan
tujuan dalam membuat rancangan sediaan obat.

Keadaan yang sangat ideal adalah bila obat dapat dirancang


untuk keperluan penderita secara individual, dan pada
kenyataannya hal tsb sukar dicapai dari segi perhitungan ekonomi,
waktu dan efisiensi.. Beberapa dekade terakhir diketahui bahwa
bentuk sediaan farmasi yang sama tidak selalu memberikan
ketersediaan biologi /bioavailabilitas yang sama. Oleh karena itu
sekarang dalam membuat rancangan sediaan farmasi selalu
diupayakan untuk mengeliminasi variasi biologi tsb. Walaupun
sediaan mengandung bahan aktif obat yang secara kimia adalah
ekivalensi , sekarang sudah diketahui bahwa faktor formulasi dapat
mempengaruhi penampilan/performance terapeutik obat. Untuk
mencapai bioavailabilitas obat yang maksimum sering diperlukan
untuk memilih senyawa kimia yang sesuai dari bahan aktif obat,
misalnya untuk memenuhi persyaratan kelarutan, seperti ukuran
partikel, dan bentuk fisik, mengkombinasikan dengan aditif yang
sesuai dan memilih proses peracikan yang tidak mengganggu sifat
obat, memilih cara pembuatan obat yang paling sesuai , bentuk
sediaan dan wadah yang tepat.

Disusun oleh Dra. Djendakita Purba, M.Si 2


Untuk mencapai manfaat yang diingini, suatu bahan aktif
obat dibuat dalam aneka bentuk sediaan farmasi..Sediaan dapat
diberikan kepada penderita dalam bentuk oral, parenteral,
digunakan pada kulit, dihirup dan sebagainya seperti pada tabel
berikut:

Bentuk Sediaan Farmasi untuk Berbagai Pengobatan

Cara pemberian Bentuk Sediaan


sediaan
Oral Larutan, sirup, eliksir, suspensi, emulsi,
serbuk,granul, kapsul, tablet
Rektal Suppositoria , salep, krem, serbuk,
larutan
Topikal Salep, krem, pasta, losion, gel, larutan,
aerosol, topikal
Parenteral Injeksi (bentuk larutan, suspensi, emulsi)
implant, larutan irigasi dan dialisis.
Paru-paru Aerosol (dalam bentuk larutan, suspensi,
emulsi, serbuk), inhalasi,
spray/semprotan.
Hidung Larutan, inhalasi
Mata Larutan, salep
Telinga Larutan, suspensi, salep

Sebelum menetapkan untuk merancang obat dalam bentuk


sediaan tertentu perlu terlebih dahulu diketahui hubungan antara
bahan aktif obat dengan keadaan penyakit yang akan diobati

Disusun oleh Dra. Djendakita Purba, M.Si 3


karena setiap penyakit akan memerlukan terapi pengobatan yang
spesifik . Selain daripada itu perlu pula diperhatikan rute (cara)
pemberian obat karena akan mempengaruhi absorbsi dari bahan
aktif obat.

Beberapa bahan aktif obat sering diformulasi dalam berbagai


bentuk sediaan dengan kandungan /dosis yang berbeda yang
masing-masing dirancang untuk keperluan pengobatan spesifik.
Salah satu dari contoh bahan aktf obat tersebut adalah prednisolon
, bahan aktif obat ini digunakan dalam bermacam turunan dan
bentuk sediaan anti inflamasi yang meliputi bentuk : tablet, tablet
salut enterik, injeksi, tetes mata, dan enema.

Turunan prednisolon dengan kelarutan kecil dalam air yaitu


garam asetat dimanfaatkan untuk sediaan berbentuk tablet dan
suspensi intramuskuler yang diabsorbsi secara perlahan, sedangkan
garam fosfat yang mudah larut digunakan untuk bentuk tablet larut
dan larutan untuk tetes mata, obat semprot dan injeksi intra vena.

Kombinasi obat anti mikroba kotrimoksazol merupakan


campuran sulfametoksazol dan trimetoprim dapat dibuat dalam
berbagai bentuk sediaan dan dosis untuk memenuhi kebutuhan
spesifik seperti : tablet, suspensi pediatrik, injeksi intramuskuler

Disusun oleh Dra. Djendakita Purba, M.Si 4


dan larutan pekat steril untuk pembuatan larutan infus intra vena.
Karena kelarutan keduanya kecil dalam air, untuk pembuatan
sediaan bentuk injeksi terpaksa digunakan pelarut khusus
misalnya propilenglikol.

Oleh sebab itu agar supaya bahan aktif obat dapat dibuat
suatu bentuk sediaan yang baik perlu terlebih dahulu
dipertimbangkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
sasaran yang ingin dicapai. Secara garis besar , faktor tsb dapat
dikelompokkan atas 3 yaitu:
1. Pertimbangan biofarmasetik, termasuk faktor yang
mempengaruhi absorbsi bahan aktif obat dari berbagai
rute pemberian
2. Faktor obat, seperti sifat kimia, dan fisika bahan aktif
obat
3. Pertimbangan terapeutik, termasuk pertimbangan
penyakit yang akan diobati dan pasien

Dalam membuat rancangan sediaan farmasi yang sesuai dan


bermanfaat, sediaan hanya dapat dibuat jika ketiga faktor tsb
dipertimbangkan dengan sebaik-baiknya..

Disusun oleh Dra. Djendakita Purba, M.Si 5


Pertimbangan Biofarmasetik dalam Merancang Bentuk
Sediaan Farmasi

Biofarmasetik dapat dipandang sebagai studi tentang


hubungan ilmu fisika, kimia dan biologi yang diterapkan pada
bahan aktif obat, bentuk sediaan, kerja obat. Pemahaman prisip ini
penting dalam perencanaan bentuk sediaan terutama jika dilihat
dari segi absorbsi obat, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat.
Pada umumnya suatu bahan aktif haruslah berada dalm bentuk
larutan agar dapat diabsorbsi melalui membran kulit, saluran cerna
dan paru-paru kedalam cairan tubuh. Obat terpenetrasi melalui
membran ini melalui 2 cara yang umum yaitu :
1. Secara difusi pasif
2. Menurut mekanisme transport khusus

Pada difusi pasif yang mengontrol absorbsi kebanyakan obat,


proses disebabkan oleh gradien konsentrasi yang melewati
membran dimana molekul obat berpindah dari daerah konsentrasi
tinggi kedaerah dengan konsentrasi rendah . Kelarutan dalam
lemak dan derajat ionisasi dari molekul pada tempat absorbsi
mempengaruhi kecepatan difusi.

Disusun oleh Dra. Djendakita Purba, M.Si 6


Beberapa mekanisme transport khusus yang diduga
berperanan pada absorbsi obat adalah transport aktif dan
terfasilitasi. Begitu obat diabsorbsi, obat dapt menunjukkan efek
terapetika pada tempat kerjanya, sering jauh dari tempat pemberian
dan dipindahkan melalui cairan tubuh.

Jika obat diberikan dari sediaan yang dirancang untuk


sediaan melalui rektal, bukal, intra muskuler, subkutan, obat dari
jaringan langsung mengikuti sirkulasi darah, sedangkan pada rute
intra vena, obat langsung berada pada sirkulasi darah. Jika
diberikan melalui oral, kerja obat diperlambat karena dibutuhkan
waktu transit didalam saluran cerna, proses absorbsi dan melewati
sirkulasi darah hepatoenterik.

Bentuk fisik sediaan oral juga berpengaruh pada kerja obat ,


dimana sediaan bentuk larutan akan bekerja lebih cepat dari bentuk
suspensi, kapsul dan tablet. Dilihat dari cara pemberian obat ,
kecepatan bekerja obatpun dapat berbeda sbb :

Variasi waktu saat mulai bekerja untuk bermacam bentuk


sediaan

Waktu saat mulai bekerja Bentuk Sediaan

Disusun oleh Dra. Djendakita Purba, M.Si 7


Detik Injeksi intra vena
Menit Injeksi i.m, subkutan, tablet, bukal,
aerosol, gas
Menit - Jam Injeksi waktu singkat, larutan,
suspensi, serbuk, granul, kapsul,
tablet lepas lambat
Beberapa jam Formulasi salut enterik
Hari Injeksi depot, implant
Bervariasi Sediaan topikal

Perlu diingat bahwa semua obat tanpa memandang rute


pemberian merupakan zat asing terhadap tubuh dan proses
distribusi , metabolisme dan proses eliminasi berlangsung segera
mengikuti absorbsi obat sampai obat dieliminasi dari tubuh melalui
urine, faeses, air liur, kulit atau paru-paru baik dam bentuk tidak
berubah atau dalam bentuk berubah dimetabolisme.

Rute Pemberian Obat

Pola absorbsi obat bervariasi antara satu dengan yang lainnya


sebagaimana halnya rute pemberian obat . Sediaan farmasi
dirancang sedemikian rupa untuk menghasilkan obat berada dalam
bentuk yang sesuai untuk diabsorbsi dari rute pemberian yang telah
ditetapkan.

Disusun oleh Dra. Djendakita Purba, M.Si 8


1. Rute oral

Rute oral merupakan bentuk yang paling sering dipilih pada


pemberian obat untuk mendapatkan efek sistemik sesudah absorbsi
melalui bermacam jaringan mukosa saluran cerna . Beberapa obat,
untuk mempercepat absorbsi dirancang sedemikian rupa agar
supaya terlebih dahulu larut dalam mulut atau tujuan efek lokal
pada saluran cerna disebabkan karena absorbsi yang tidak baik
menurut cara ini atau karena kelarutan obat dalam air yang sangat
kecil . Dibandingkan dengan rute pemberian obat lainnya , rute
oral merupakan cara pemberian yang sederhana lebih
menyenangkan dan merupakan cara pemberian paling aman.
Kerugian obat yang diberikan menurut rute ini ialah; kerja lambat,
kemungkinan absorbsi tidak teratur dan terurainya beberapa obat
oleh enzym dan sekresi salur cerna. Sebagai contoh sediaan yang
mengandung insulin akan diinaktifasikan oleh cairan lambung.
Waktu pengosongan lambung merupakan faktor penting
untuk efektifitas absorbsi obat dari usus. Pengosongan lambung
yang lambat dapat merugikan karena beberapa obat dapat
diinaktifkan oleh cairan lambung atau terjadi perlambatan absorbsi
obat yang secara efektif diabsorbsi pada usus. Selain daripada itu
pH sekitar dapat pula mempengaruhi ionisasi dan kelarutan dalam
lemak dari obat, perubahan yang terjadi sepanjang salur cerna dari

Disusun oleh Dra. Djendakita Purba, M.Si 9


pH asam menjadi pH 7-8 pada usus besar penting bagi keduanya
dan begitu pula tempat absorbsi obat.

Membran lebih permeable terhadap obat dalam bentuk tidak


terionisasi dibandingkan dengan bentuk terionisasi dan karena
kebanyakan obat adalah asam atau basa lemah, dapat dibuktikan
bahwa asam lemah yang sebagian besar berada dalam bentuk tidak
terionisasi akan diabsorbsi dengan baik dilambung
Pada usus halus pH 6,5 dengan luas permukaan dengan
absorbsi yang besar , baik asam lemah maupun basa lemah akan
diabsorbsi dengan baik.

2. Rute rektal
Obat yang diberikan secara rektal kebanyakan untuk tujuan
lokal, akan tetapi kadang-kadang juga untuk tujuan sistemik.
Suppositoria adalah bentuk sediaan padat untuk dimasukkan
kedalam liang tubuh ( biasanya rektal, tetapi juga pada vaginal
=ovula dan uretra ) dimana masanya akan meleleh melepaskan
obat dan karena itu pemilihan basis suppositoria atau pembawa
obat dapat sangat mempengaruhi tingkat dan kecepatan pelepasan
obat . Rute pemberian ini terutama dipilih bila obat diinaktivasi
oleh cairan salur cerna bila diberikan secara oral atau pada pasien
yang tidak mungkin diberikan obat secara oral karena muntah atau

Disusun oleh Dra. Djendakita Purba, M.Si 10


tidak sadar. Obat yang diberikan secara rektal, juga memasuki
sirkulasi sitemik tanpa melewati hati, dan salah satu keuntungan
adalah untuk obat yang secara bermakna diinaktivasi oleh hati
sesudah diabsorbsi pada pemberian rute oral. Kerugiannya adalah
rute rektal ini tidak begitu menyenangkan dan absorbsi obat sering
tidak teratur dan sulit diperkirakan.

3. Rute parenteral

Pemberian obat rute parenteral biasanya dilakukan secara


penyuntikan dengan bantuan jarum pada berbagai tempat dan
kedalaman. Tiga cara penyuntikan yang paling banyak dilakukan
adalah : s.c ; i.m ; dan i.v.

Rute parenteral dipilih terutama apabila sangat diperlukan


absorbsi cepat misalnya pada situasi gawat darurat atau bila
keadaan penderita tidak sadar atau tidak mampu menerima
pengobatan secara oral atau dalam kasus dimana obat dirusak ,
diinaktivasi atau absorbsi obat tidak baik sesudah diberikan secara
oral. Absorbsi obat yang diberikan secara parenteral cepat,
umumnya kadar obat dalam darah lebih dapat diperkirakan
daripada diberi secara oral.

Disusun oleh Dra. Djendakita Purba, M.Si 11


Sediaan injeksi biasanya dalam bentuk larutan atau suspensi
steril dalam pelarut pembawa air atau pembawa lain yang secara
fisiologis dapat diterima tubuh manusia.

Karena absorbsi akan berlangsung cepat bila obat berada


dalam bentuk larutan sudah dapat diduga bahwa obat yang berada
dalam bentuk suspensi akan lebih lambat diabsorbsi. Selain
daripada itu mengingat bagian terbesar cairan tubuh adalah air,
dengan menggunakan obat berbentuk suspensi dalam minyak dapat
dibuat sediaan berbentuk depot yang berfungsi seolah-olah sebagai
reservoir obat yang secara perlahan melepaskan bahan aktif obat
kedalam sirkulasi sistemik.

4.Rute topikal

Rute topikal pada kulit, terutama untuk tujuan lokal. Rute ini
dapat pula dimanfaatkan untuk bentuk sediaan sistemik, biasanya
absorbsi secara perkutan tidak begitu baik. Obat diabsorbsi melalui
kelenjar keringat, folikel rambut, kelenjar sebaseus dan melalui
stratum corneum. Basis sediaan topikal memberi peranan penting
pada pelepasan bahan aktif obat dar bentuk sediaan topikal.
Sediaan topikal lain adalah sediaan untuk pengobatan mata, telinga
dan hidung.

Disusun oleh Dra. Djendakita Purba, M.Si 12


4. Rute saluran nafas

Paru-paru merupakan permukaan yang baik sekali untuk


absorbsi bila obat disediakan dalam bentuk gas atau dalam bentuk
aerosol
Untuk partikel obat yang diberikan dalam bentuk aerosol
ukuran tetesan partikel akan menentukan penetrasi pada daerah
alveolus , zona dimana proses absorbsi berlangsung cepat. Partikel
obat yang larut dengan ukuran diameter tetesan 0,5 -1 mikrometer
akan mencapai alveoli. Partikel dengan ukuran lebih besar akan
terdorong dengan pernafasan atau terdeposit pada saluran
bronchial yang lebih besar.
Rute pemberian obat ini sangat bermanfaat untuk pengobatan
asma dengan menggunakan baik aerosol bubuk dan aerosol yang
mengandung bahan aktif obat dalam propelan cair inert (misal
aerosol salbutamol dan isoprenalin)

Faktor Obat dalam Merancang Sediaan Farmasi

Disusun oleh Dra. Djendakita Purba, M.Si 13


Agar dapat dibuat sediaan farmasi yang stabill dan
berkhasiat, perlu dipahami dengan sebaik –baiknya bahwa sebelum
merancang bentuk sediaan perlu diteliti terlebih dahulu sifat fisika
dan kimia dari bahan aktif obat. Sifat ini seperti disolusi, ukuran
kristal dan bentuk polimorfisme, stabilitas dalam keadaan padat
dan antaraksi antara obat, aditif dapat menimbulkan hal-hal yang
tidak diingini . Jika ditinjau dari segi bioavailabilitas dan stabilitas
fisik dan kimia dari obat.
Dengan mengkombinasikan data farmakologi dan biokimia
dapat dirancang bentuk obat yang paling sesuai dan sesudah itu
dapat dilakukan pemilihan aditif yang tepat untuk bentuk sediaan
tersebut. Data yang perlu diperhatikan dalam membuat rancangan
suatu sediaan farmasi adalah sbb:

Data Kimia Fisika yang Penting dalam Merancang Bentuk


Sediaan Farmasi dan Perhatian yang Perlu Ditekankan pada
Proses Perakitan Obat

Sifat Penekanan Proses Prosedur Perakitan


Organoleptik Suhu Kristalisasi
Ukuran partikel, Tekanan mekanik Pengendapan,
Luas permukaan penyaringan
Pelarutan Radiasi Emulsifikasi,
Penggilingan
Koefisien partisi Ekspose terhadap Pencampuran,
cairan pengeringan

Disusun oleh Dra. Djendakita Purba, M.Si 14


Konstanta ionisasi Ekspose terhadap Granulasi
gas dan uap cairan
Sifat kristal, Pencetakan,
polimorfisme pengautoklafan
Stabilitas Penanganan,
penyimpanan,
pengangkutan
Sifat lain

Untuk zat yang sama tapi berasal dari batch yang berbeda
mungkin saja terjadi perbedaan yang sangat berarti pada sifat
fisiko kimianya . Hal tersebut bisa terjadi karena perbedaan
perlakuan selama proses sehingga diperlukan penyesuaian dalam
persyaratan formulasi dan proses dalam perakitan. Sebagai contoh
zat sukar larut yang digiling sampai halus dapat merubah
karakteristik pembasahan dan disolusi dari zat tersebut, yang
berarti juga sifat penting selama granulasi dan penampilan dari
sediaan.

Sifat Organoleptik
Obat mutakhir mengharuskan agar supaya bentuk sediaan
dapat diterima penderita. Akan tetapi dalam kenyataan banyak
sekali bahan aktif obat yang digunakan sekarang berasa tidak enak
dan tidak menariksehingga bentuk sediaannya terutama sediaan
oral yang mengandung bahan aktif tersebut memerlukan zat

Disusun oleh Dra. Djendakita Purba, M.Si 15


peningkat rasa dan bau ( flavor ) tambahan agar supaya bau dan
rasa dapat diterima penderita.
Penggunaan flavor terutama pada sediaan oral berbentuk cair
untuk digunakan secara oral .Flavor biasanya berbentuk ekstrak
pekat atau larutan , terabsorbsi pada serbuk atau berada dalam
bentuk mikroenkapsulasi yang biasa terdiri dari campuran bahan
alamiah dan hasil sintetis. Syaraf perasa pada lidah peka sekali
terhadap rasa pahit, manis, garam dan bahan berasa asam dari
suatu flavor.
Rasa tidak enak dapat dihilangkan dengan menggunakan
turunan obat yang tidak larut sehingga menjadi hampir tdk berasa.
Sebagai contoh adalah kloramfenikol palmitat dengan catatan
bahwa bioavailabilitas tidak berubah. Jika tidak terdapat turunan
tidak larut atau tidak dapat digunakan maka bisa menggunakan
flavor.
Untuk menutupi rasa dan bau digunakan alternatif lain untuk
mencegah rasa tidak enak pada waktu ditelan yaitu dengan
menggunakan obat berbentuk kapsul atau bentuk tablet salut.
Pemilihan flavor tergantung pada beberapa faktor, akan tetapi
pertimbangan utama adalah bahan aktif obat yang akan
ditingkatkan bau dan rasanya. Beberapa flavor lebih efektif
disesuaikan seperti flavor jeruk untuk obat yang berasa asam selain
itu usia penderita perlu dipertimbangkan. Sebagai contoh anak-

Disusun oleh Dra. Djendakita Purba, M.Si 16


anak menyukai rasa manis , dan k arena secara psikologis ada
hubungan antara warna dan flavor maka untuk warna kuning
diberikan flavor jeruk.
Untuk menutup rasa pahit, kadang-kadang diperlukan pula
penambahan pemanis, seperti sacharosa dan natrium saccharin
sedangkan untuk penderita diabetes digunakan sorbitol.

Ukuran Partikel dan Luas Permukaan


Penurunan ukuran partikel akan memperbesar luas
permukaan spesifik dari serbuk. Beberapa yang dapat dipengaruhi
oleh ukuran partikel antara lain:
 Kecepatan disolusi obat
 Kecepatan absorbsi
 Keseragaman kandungan obat dalam sediaan dan stabilitas
tergantung kepada variasi ukuran partikel .

Secara umum diketahui bahwa obat yang sukar larut, dimana


kecepatan disolusi merupakan faktor pembatas pada proses
absorbsi obat, proses absorbsi akan lebih baik apabila obat
diberikan dalam bentuk serbuk halus dengan luas permukaan lebih
besar dibandingkan dengan ukuran partikel yang lebih besar.
Sebagai contoh , griseofulvin,fenotiazin, difenilhidantoin,
kloramfenikol, tolbutamid, indometasin, spironolakton.

Disusun oleh Dra. Djendakita Purba, M.Si 17


Partikel halus dengan luas permukaan spesifik yang lebih
besar akan melarut dengan kecepatan yang lebih tinggi sehingga
meningkatkan absorbsi obat menurut difusi pasif.
Kecepatan disolusi obat dapat pula dipengaruhi oleh pemilihan
aditif yang tidak tepat walaupun digunakan bahan aktif dengan
ukuran sama. Pelican tablet misalnya dapat menyebabkan sifat
hidrofobisitas sehingga menghambat disolusi. Bubuk halus dapat
pula meningkatkan absorbsi udara atau muatan elektrostatik stabil
yang akan menimbulkan masalah pembasahan atau aglomerasi.
Mikronisasi serbuk obat dapat menyebabkan terjadinya
polimorfisme dan perubahan energi permukaan sehingga
mengurangi kestabilan kimia.
Ukuran partikel dapat pula mempengaruhi keseragaman
kandungan sediaan tablet terutama untuk sediaan dengan
kandungan bahan aktif obat kecil. Dalam halini perlu sekali
diusahakan agar supaya sebanyak mungkin partikel persatuan dosis
obat untuk mengurangi variasi potensi yang berarti antara setiap
satuan dosis obat.
Bentuk sediaan lain yang dipengaruhi oleh ukuran partikel
antara lain : suspensi , aerosol inhalasi yang dapat mengoptimalkan
penetrasi partikel obat pada tempat absorbsi mukosa.

Kelarutan

Disusun oleh Dra. Djendakita Purba, M.Si 18


Untuk setiap obat yang diberikan menurut berbagai rute
pemakaian, obat tersebut sekurang-kurangnya harus mempunyai
kelarutan tertentu dalam air. Zat yang kelarutannya relative sukar,
dapat menimbulkan kesulitan atau absorbsi kurang sempurna,
dalam hal tetentu lebih cepat jika menggunakan garam atau ester
senyawa yanglebih larut. Alternatif lain ialah menggunakan bentuk
mikronisasi , teknik kompleksasi atau disperse solida.
Kelarutan penting pula pada absorbsi obat yang sudah berada
dalam sediaan yang berbentuk larutan karena kemungkinan akan
terjadi pengendapan disaluran cerna dan dengan sendirinya hal
tersebut dapat memodifikasi bioavailabilitas sediaan.
Kelarutan senyawa asam atau basa yang tergantung dari pH
akan dapat terganggu karena terbentuknya garam dan garam
tersebut akan mengakibatkan kelarutan yang berbeda. Sebagai
larutan perlu diperhatikan bahwa : kelarutan garam yang berasal
dari asam kuat tidak begitu dipengaruhi oleh perubahan pH
dibandingkan kelarutan garam yang berasal dari asam lemah. Pada
kasus terakhir bila pH rendah, sampai batas tertentu hidrolisis
garam tergantung pada pH dan pka, sehingga menyebabkan
penurunan kelarutan. Penurunan kelarutan obat yang kelarutannya
terbatas dapat pula terjadi karena pengaruh ion bersama.

Disolusi

Disusun oleh Dra. Djendakita Purba, M.Si 19


Selain disolusi, molekul obat yang berada pada permukaan
akan melarut membentuk larutan jenuh disekeliling partikel
membentuk lapisan difusi. Molekul zat terlarut kemudian bergerak
melalui media pelarut dan berkontak dengan mukosa dimana
berlangsung absorpsi. Proses ini berlangsung secara
berkesinambungan selama proses absorpsi berlangsung. Jika
disolusi berlangsung cepat atau obat berada dalam bentuk larutan,
kecepatan absorpsi terutama akan tergantung kepada kemampuan
larutan obat melewati membran tempat absorpsi . Jika karena sifat
fisiko kimia atau faktor formulasi, disolusi obat lambat , maka
disolusi merupakan faktor penentu kecepatan absorpsi obat dan hal
tersebut akan mempengaruhi bioavailabilitas.

Koefisien Partisi dan Pka


Kecepatan disolusi dapat dirubah dengan cara merubah sifat-
sifat fisiko kimia obat atau memodifikasi komposisi formulasi.
Kecepatan permeasi tergantung kepada ukuran, kelarutan relatif
dalam air dan lemak dan muatan ion molekul obat dimana kesemua
faktor ini dapat dimodifikasi melalui modifikasi molekul.
Koefisien partisi misalnya antara minyak dan air merupakan
ukuran lipofilisitas.

Disusun oleh Dra. Djendakita Purba, M.Si 20


Karena sebagian besar obat merupakan asam atau basa
lemah, maka tergantung pada pH obat beradadalam bentuk
terionisasi atau tidak terionisasi. Membran absorpsi mukosa lebih
permeable terhadap bentuk tidak terionisasi obat jika dibandingkan
dengan bentuk terionisasi karena kelarutan bentuk tidak terionisasi
dalam fasa lemak lebih besar dan karena sifat membran sel yang
sangat bermuatan, sehingga menghasilkan ikatan atau penolakan
obat terionisasi sehingga hal ini menyebabkan penurunan
penetrasi. Oleh karena itu faktor yang mempengaruhi absorpsi
asam dan basa dalah pH pada tempat absorpsi dan kelarutan dalam
lemak bentuk tidak terionisasi. Akan tetapi perlu pula diingat
bahwa faktor-faktor yang diuraikan ini tidak secara absolut
mempengaruhi proses absorpsi karena beberapa senyawa dengan
koefisien partisi rendah dan atau senyawa-senyawa terionisasi pada
keseluruhan pH fisiologi menunjukkan bioavailabilitas yang baik
dan karena itu dapat pula ditarik kesimpulan bahwa dalam absorpsi
terlibat pula faktor lain.

Sifat Kristal ; Polimorfisme


Untuk sediaan padat berbentuk serbuk atau tablet sifat kristal
dan betuk padat obat perlu diperhatikan dengan seksama. Sudah
lama diketahui bahwa obat dapat berada dalam bentuk amorf,
kristalin,anhidrat atau solvat, berbagai bentuk, ukuran dan

Disusun oleh Dra. Djendakita Purba, M.Si 21


kekerasan kristal. Selain daripada itu cukup banyak obat dapat
berada dalam lebih dari satu bentuk kristalin dengan susunan kisi
kristal yang berbeda. Sifat ini dikenal sebagai polimorfisme dan
berbagai bentuk kristal ini dapat dibuat dengan cara memodifikasi
kondisi kristalisasi seperti pelarut, suhu dan kecepatan
pendinginan. Hanya satu bentuk kristal murni yang akan stabil
pada suhu dan tekanan tertentu.Bentuk lain dikenal sebagai bentuk
metastabil, yang akan berubah jadi bentuk kristalin stabil dalam
beberapa waktu.
Polimorfisme yang berbeda akan menunjukkan pula sifat
fisik yang berbeda seperti kelarutan, disolusi, stabilitas dalam
bentuk padatdan juga sifat lainnya seperti aliran serbuk dan
pencetakan selama pembuatan tablet. Sebagai contoh bentuk
metastabil kloramfenikol palmitat dan klortetrasiklin HCl
menunjukkan peningkatan bioavailabilitas. Transisi polimorfisme
dapat pula terjadi selama penggilingan, granulasi, pengeringan dan
pencetakan.
Perubahan bentuk metastabil menjadi bentuk stabil dapat
pula terjadi selama usia simpan sediaan. Pada sediaan berbentuk
suspensi hal ini dapat diikuti oleh terjadinya perubahan konsistensi
sediaan yang mempengaruhi usia dan stabilitas sediaan. Perubahan
tersebut sering dapat dicegah dengan penambahan aditif seperti
hidrokoloid dan surfaktan.

Disusun oleh Dra. Djendakita Purba, M.Si 22


Stabilitas
Masalah utama yang mempengaruhi formulasi ialah stabilitas
obat dan kompetitif dengan komponen formulasi lainnya. Selain
daripada itu yang berperanan pula terhadap stabilitas sediaan
farmasi adalah wadah sediaan.
Pada umumnya obat terurai karena pengaruh panas, oksigen,
cahaya, dan kelembaban sebagai contoh vitamin C terurai karena
oksigen dan asam asetil salisilat terurai karena pengaruh pelarut.
Obat dapat dikelompokkan berdasarkan sesitifitas penguraian :
1. Stabil pada semua kondisi ( contoh kaolin )
2. Stabil jika ditanganisecara tepat ( asetosal )
3. Agak tidak stabil walaupun dengan penanganan khusus
( misal vitamin-vitamin )
4. Sangat tidak stabil ( beberapa anti biotik dalam bentuk
larutan )

Walaupun mekanisme penguraian dalam bentuk padat adalah


komplek dan sulit untuk dianalisis, pemahaman secara detail
merupakan persyaratan utama dalam membuat rancangan
formulasi yang mengandung zat padat tersebut. Sebagai contoh zat
yang peka terhadap hidrolisis, harus diupayakan langkah
pencegahan seperti ekspose terhadap kelembaban selama

Disusun oleh Dra. Djendakita Purba, M.Si 23


pembuatan, spesifikasi dengan kandungan kelembaban rendah
sediaan jadi atau menggunakan wadah yang tahan kelembaban.
Pada obat yang peka terhadap oksigen, kedalam formulasi dapat
ditambahkan anti oksidan sedangkan pada bahan yang peka
terhadap cahaya digunakan wadah yang sesuai untuk mengurangi
masalah.
Untuk obat yang diberikan dalam bentuk cairan perlu
diketahui stabilitas dalam larutan dan juga stabilitas pada pH
fisiologis dengan rentang pH 1 – 8.
Dapar digunakan untuk mengontrol pH dan meningkatkan
stabilitas atau bila sediaan cair tersebut tercemar oleh mikroba
digunakan pengawet. Selain daripada itu didalam sediaan yang
terdiri dari banyak komponen perlu diperhatikan kemungkinan
interaksi antar komponen. Interaksi antara bahan obat dan aditif
seperti antioksidan, pengawet, zat pensuspensi, zat warna, pelicin
tablet, wadah tidak boleh terjadi dan selalu harus diteliti selama
pengembangan formulasi.

Sifat Obat Lain


Pada waktu yang sama untuk menjamin kestabilan kimia dan
fisika sediaan serta manfaat obat, perlu pula dipersiapkan agar obat
tersebut dapat diproduksi dalam skala industri. Disamping hal-hal
yang telah diuraikan sebaiknya perlu pula diperhatikan penanganan

Disusun oleh Dra. Djendakita Purba, M.Si 24


obat higroskopis, karena penanganannya memerlukan persyaratan
kelembaban ruangan yang rendah dan perlu dicegah intervensi air
selama proses. Zat yang sifat kimianya jelek memerlukan aditif
untuk melancarkan aliran. Selain daripada itu sifat permukaan zat
padat penting sekali diketahui, karena zat yang bersifat hidrofob
tidak mudah dibasahi dan memerlukan zat pembantu pada proses
pembasahannya. Semua data yang diperlukan untuk merancang
suatu bentuk sediaan farmasi perlu dicari terlebih dahulu, dipelajari
dan data lain yang diperlukan diteliti secara eksperimental. Semua
data ini dikumpulkan dan dikenal sebagai data preformulasi yang
dapat diperoleh dari pustaka dan percobaan

Salah satu masalah yang perlu diperhatikan sebelum


memproduksi obat dalam skala industri ialah penelitian untuk
meningkatkan skala produksi (up scaling, industrial scaling)
Masalah yang dihadapi dalam skala industri akan sangat berbeda
sekali dengan produksi dalam skala laboratorium dan skala pilot.
Dalam memproduksi obat skala industri perlu pula diperhatikan
persyaratan cara produksi obat yang baik ( CPOB, good
manufacturing practice )

Pertimbangan Penting dalam Merancang Sediaan Farmasi

Disusun oleh Dra. Djendakita Purba, M.Si 25


Keadaan penyakit yang akan diobati merupakan faktor
penting apabila akan memilih bentuk sediaan yang akan dibuat.
Faktor seperti kebutuhan sistemik atau lokal, jangka waktu kerja
yang dibutuhkan apakah obat yang digunakan dalam keadaan
gawat dipertimbangkan dengan sebaik baiknya dalam membuat
rancangan sediaan.
Bentuk mutakhir yang banyak dikembangkan ialah formulasi
obat yang membawa dan melepaskan obat pada sasaran spesifik di
tubuh misalnya penggunaan liposome dan nano partikel, obat yang
bekerja lama dengan kecepatan terkendali, beberapa sediaan
bentuk adhesiv yang mengandung nitrogliserin sudah banyak
dipasarkan.
Usia pasien juga berperanan penting dalam merancang
bentuk sediaan. Anak-anak misalnya lebih suka sediaan berbentuk
cair biasanya larutan dan mikstura yang diberikan secara oral.
Dengan sediaan cair, dosis obat yang diberikan kepada pasien
disesuaikan dengan cara pengenceran. Selain daripada itu anak dan
bayi sering mengalami kesulitan menelan obat berbentuk padat dan
karena alasan-alasan ini banyak sediaan oral dibuat dalam bentuk
sediaan sirup yang berasa enak. Orang dewasa lazimnya lebih suka
sediaan berbentuk padat, terutama karena lebih menyenangkan,
tetapi ada juga alternatif sediaan berbentuk cairan terutama bagi
mereka yang tidak mampu menelan kapsul dan tablet.

Disusun oleh Dra. Djendakita Purba, M.Si 26


Disusun oleh Dra. Djendakita Purba, M.Si 27

Anda mungkin juga menyukai