PENDAHULUAN
Pada dasarnya alat pengukuran kinerja sektor publik harus didukung dengan
tipe pengendalian manajemen, yang dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu
pengendalian preventif pengendalian operasional, dan pengendalian kinerja.
Untuk menyusun tolok ukur kinerja yang sesuai diperlukan alat pengukuran
kinerja. Alat pengukuran kinerja yang andal merupakan kunci sukses
dari suatu organisasi. Untuk mendesain alat pengukuran kinerja yang
komprehensif diperlukan pemahaman terhadap sistem pengendalian manajemen pada
suatu organisasi. Oleh karena setiap organisasi memiliki tujuan dan strategi yang
berbeda maka sistem pengendalian manajemen setiap organisasi juga berbeda-beda.
BAB II
TEORI AUDIT VALUE FOR MONEY DAN CONTOH KASUS
2.1. Pengertian Konsep Value For Money
Konsep value for money merupakan konsep untuk mengukur ekonomi,
efektivitas, dan efisiensi kinerja program, kegiatan dan organisasi. Konsep value
for money (VFM) adalah konsep yang penting dalam organisasi sektor public
sehingga sering kali disebut dengan inti dari pengukuran kinerja sektor publik.
VFM juga mengandung arti sebagai penghargaan terhadap nilai uang. Hal ini
berarti setiap rupiah harus dihargai secara layak dan digunakan sebagaimana mestinya.
Selain konsep VFM, terdapat juga pendekatan yang lebih baru dalam manajemen
kinerja sektor publik yaitu konsep best practice atau best value yang merupakan
perluasan dari konsep VFM.
2.2. Implementasi Konsep Value For Money
Indikator Output
Output adalah hasil langsung dari suatu proses. Pengukuran output adalah
pengukuran keluaran yang dihasilkan dari proses. Ukuran output menunjukkan hasil
implementasi prgram atau aktivitas . pengukuran output harus miliki karakterisrik
sebagai berikut: (1) Ditujukan ke bidang kinerja sesungguhnya, yaitu berupa output
yang benar-benar menunjukkan kinerja yang diharapkan; (2) Tepat sasaran,
dalam artian tidak hanya mencerminkan estimasi kasar; (3) Tepat waktu, objektif,
dalam artian tidak dapat dimanipulasi.
Jika pengukuran output tidak memiliki salah satu dari empat karakteristik di
atas, maka sistem pengendalian yang berorientasi kepada output kemungkinan besar
akan mengalami kegagalan. Secara umum, pengukuran output dapat berbentuk
kuantitatif dan keuangan, atau kuantitatif dan nonkeuangan. Contoh output yang
kuantitatif keuangan adalah jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berhasil
diperoleh oleh bagian pendapatan, sedangkan contoh output kuantitatif
nonkeuangan adalah jumlah lulusan yang dihasilkan oleh perguruan tinggi pada
periode tertentu, dan sebagainya
Indikator Outcome
Outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan terhadap
masyarakat. Outcome lebih tinggi nilainya dari pada output, karena output
hanya mengukur hasil tanpa mengukur ampaknya terhadap masyarakat,
sedangkan outcome mengukur kualitas output dan dampak yang dihasilkan. Dengan
kata lain, outcome adalah hasil yang dicapai dari suatu program atau kegiatan
dibandingkan dengan hasil yang diharapkan.
Secara umum, ada tiga jenis audit dalam audit sektor publik, yaitu audit keuangan
(financial audit), audit kepatuhan (compliance audit) dan audit kinerja (performance
audit). Audit keuangan adalah audit yang menjamin bahwa sistem akuntansi dan
pengendalian keuangan berjalan secara efisien dan tepat serta transaksi keuangan
diotorisasi serta dicatat secara benar.
Kinerja suatu organisasi dinilai baik jika organisasi yang bersangkutan mampu
melaksanakan tugas-tugas dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada
standar yang tinggi dengan biaya yang rendah. Kinerja yang baik bagi suatu organisasi
dicapai ketika administrasi dan penyediaan jasa oleh organisasi yang bersangkutan
dilakukan pada tingkat yang ekonomis, efisien dan efektif. Konsep ekonomi, efisiensi
dan efektivitas saling berhubungan satu sama lain dan tidak dapat diartikan secara
terpisah.
Konsep ekonomi memastikan bahwa biaya input yang digunakan dalam operasional
organisasi dapat diminimalkan. Konsep efisien memastikan bahwa output yang
maksimal dapat dicapai dengan sumber daya yang tersedia. Sedangkan konsep efektif
berarti bahwa jasa yang disediakan/dihasilkan oleh organisasi dapat melayani kebutuhan
pengguna jasa dengan tepat.
Jadi, audit yang dilakukan dalam audit kinerja meliputi audit ekonomi, efisiensi dan
efektivitas. Audit ekonomi dan efisiensi disebut management audit atau operational
audit, sedangkan audit efektivitas disebut program audit. Istilah lain untuk performance
audit adalah Value for Money Audit atau disingkat 3E’s audit (economy, efficiency and
effectiveness audit). Penekanan kegiatan audit pada ekonomi, efisiensi dan efektivitas
suatu organisasi memberikan ciri khusus yang membedakan audit kinerja dengan audit
jenis lainnya.
Audit Ekonomi dan Efisiensi
Konsep yang pertama dalam pengelolaan organisasi sektor publik adalah
ekonomi, yang berarti pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada
harga yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value yang
dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi
sektor publik dapat meminimalisir input resources yang digunakan, yaitu dengan
menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif. Konsep kedua dalam
penegelolaan organisasi sektor publik adalah efisiensi, yang berarti pencapaian output
yang maksimum dengan input tertentu atau penggunaan input yang terendah untuk
mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan
dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan.
Audit Efektivitas
Audit efektivitas bertujuan untuk menentukan tingkat pencapaian hasil atau manfaat
yang diinginkan, kesesuaian hasil dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya dan
menentukan apakah entitas yang diaudit telah mempertimbangkan alternatif lain yang
memberikan hasil yang sama dengan biaya yang paling rendah. Secara lebih rinci, tujuan
pelaksanaan audit efektivitas atau audit program adalah dalam rangka:
1. menilai tujuan program, baik yang baru maupun yang sudah berjalan, apakah
sudah memadai dan tepat;
2. menentukan tingkat pencapaian hasil suatu program yang diinginkan;
3. menilai efektivitas program dan atau unsur-unsur program secara terpisah;
4. mengidentifikasi faktor yang menghambat pelaksanaan kinerja yang baik dan
memuaskan;
5. menentukan apakah manajemen telah mempertimbangkan alternatif untuk
melaksanakan program yang mungkin dapat memberikan hasil yang lebih baik
dan dengan biaya yang lebih rendah;
6. menentukan apakah program tersebut saling melengkapi, tumpang-tindih atau
bertentangan dengan program lain yang terkait;
7. mengidentifikasi cara untuk dapat melaksanakan program tersebut dengan lebih
baik;
8. menilai ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk
program tersebut;
9. menilai apakah sistem pengendalian manajemen sudah cukup memadai untuk
mengukur, melaporkan dan memantau tingkat efektivitas program;
10. menentukan apakah manajemen telah melaporkan ukuran yang sah dan dapat
dipertanggungjawabkan mengenai efektivitas program
Kualitas audit sektor publik pemerintah ditentukan oleh kapabilitas teknikal auditor dan
independensi auditor.
Independensi Auditor
Independensi auditor diperlukan karena auditor sering disebut sebagai pihak pertama
dan memegang peran utama dalam pelaksanaan audit kinerja, karena auditor dapat
mengakses informasi keuangan dan informasi manajemen dari organisasi yang diaudit,
memiliki kemampuan profesional dan bersifat independen. Walaupun pada
kenyataannya prinsip independen ini sulit untuk benar-benar dilaksanakan secara
mutlak, antara auditor dan auditee harus berusaha untuk menjaga independensi tersebut
sehingga tujuan audit dapat tercapai. Independensi auditor merupakan salah satu dasar
dalam konsep teori auditing. Dalam hal ini ada dua aspek independensi, yaitu
independensi yang sesungguhnya (real independence) dari para auditor secara individual
dalam menyelesaikan pekerjaannya, yang biasa disebut dengan "practitioner
independence". Real independence dari para auditor secara individual mengandung dua
arti, yaitu kepercayaan diri (self reliance) dari setiap personalia dan pentingnya istilah
yang berkaitan dengan opini auditor atas laporan keuangan. Aspek independensi yang
kedua adalah independensi yang muncul/tampak (independence in appearance) dari para
auditor sebagai kelompok profesi yang biasa disebut "profession independence".
CONTOH KASUS
Analisis Kinerja Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Buleleng Berdasarkan Value For
Money Audit Atas Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun 2007-2011
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja pada Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten Buleleng berdasarkan nilai untuk uang yang merupakan konsep pengelolaan
organisasi sektor publik yang didasarkan pada tiga elemen utama yaitu: (1) ekonomi, (2)
efisiensi, dan (3) efektivitas. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif
yang difokuskan pada kinerja dalam memungut PAD. Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini adalah data kuantitatif, dengan menggunakan metode dokumentasi
selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa kinerja pada
Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Buleleng tahun anggaran 2007-2011 secara total
berada pada kategori sangat baik, akan tetapi jika dilihat dari rata-rata rasio: (1) ekonomi
berada pada kriteria sangat ekonomis, (2) efisiensi berada pada kriteria cukup efisien,
dan (3) efektivitas berada pada kriteria sangat efektif.
Tujuan value for money audit adalah untuk meningkatkan akuntabilitas lembaga sector
publik dan memperbaiki kinerja pemerintah. Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten
Buleleng belum menerapkan value for money audit didalam mengukur tingkat
pencapaian atas kinerjanya. Untuk itu, dengan menerapkan value for money audit
diharapkan dapat diketahui apakah kinerja dari Dispenda Kabupaten Buleleng
pada tahun 2007-2012 sudah memenuhi kriteria ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
Tabel 1. Kriteria Ekonomi Kinerja Keuangan
Persentase
Kinerja Kriteria
Keuangan
90%-100% Ekonomis
Kurang dari
Tidak ekonomis
60%
Persentase Kinerja
Kriteria
Keuangan
60%-80% Efisien
Persentase Kinerja
Kriteria
Keuangan
90%-100% Efektif
Elemen Kategori
No. Rata-rata Skala
Kinerja Total
Rasio Kategori
Sangat
1 Ekonomi 124,85% 5
Ekonomis
Cukup
2 Efisiensi 86,86% 3
Efisien
Sangat
3 Efektivitas 136,45% 5
Efektivitas
Rata-rata Sangat
4,33
Total Baik
Pembahasan
Analisis kinerja pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bulelengsecara keseluruhan
sangat baik. Hasil penelitian ini adalah secara umum kinerja Dispenda Kabupaten
Tabanan dalam mengelola keuangannya sangat baik. Dilihat dari masing-masing rasio
yaitu rasio ekonomi berada pada criteria sangat ekonomis. Temuan ini menunjukan
bahwa konsistensi penganggaran pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Buleleng
tinggi, karena telah memenuhi kriteria dan rasio ekonomi menunjukan nilai diatas 100%,
artinya Dispenda sudah memperhatikan kinerja dan tergolong sangat ekonomis. Biaya
yang dikeluarkan dalam kegiatan operasional lebih rendah dibandingkan dengan biaya
yang ditetapkan. Hal ini menunjukan bahwa Dispenda telah dapat mengelola
kegiatannya dengan baik yaitu dari sudut ekonomi.
MAKALAH
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
JURUSAN AKUNTANSI
MALANG
2018