Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

Pengukuran organisasi sector public penting untuk mengetahui tingkat pencapain


pelayanan kepada masyarakat. Kinerja organisasi sektor publik dapat diukur
menggunakan alat dan indikator yang sesuai.Tujuannya adalah untuk mengetahui
konsep nilai waktu uang, masukan keluaran hasil, nilai terbaik sebagai indikator
pengukuran kinerja sektor publik.
Alat pengukuran kinerja organisasi sektor public berfokus pada bagaimana
strategi dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga tujuan organisasi
dapat tercapai. Efisiensi dan efektivitas organisasi telah menjadi obsesi dari hamper
semua pendekatan ilmu manajemen, baik pendekatan ilmu manajemen klasik
maupun pendekatan manajemen ilmiah (scientific management).

Pada dasarnya alat pengukuran kinerja sektor publik harus didukung dengan
tipe pengendalian manajemen, yang dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu
pengendalian preventif pengendalian operasional, dan pengendalian kinerja.

Pengendalian preventif merupakan pengendalian manajemen yang terkait


dengan perumusan straregi dan perencanaan straregis yang dijabarkan dalam
program dan kegiatan.

Pengendalian operasional merupakan pengendalian manajemen terkait dengan


pengawasan pelaksanaan program yang telah ditetapkan melalui anggaran. Dalam
konteks ini, anggaran sebagai penghubung antara perencanaan dengan pengendalian.
Pengendalian kinerja berupa evaluasi terhadap kinerja program dan kegiatan
yang telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur kinerja yang telah ditetapkan. Tolok
ukur kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai apakah suatu program dan kegiatan
dinyatakan berhasil atau gagal.

Untuk menyusun tolok ukur kinerja yang sesuai diperlukan alat pengukuran
kinerja. Alat pengukuran kinerja yang andal merupakan kunci sukses
dari suatu organisasi. Untuk mendesain alat pengukuran kinerja yang
komprehensif diperlukan pemahaman terhadap sistem pengendalian manajemen pada
suatu organisasi. Oleh karena setiap organisasi memiliki tujuan dan strategi yang
berbeda maka sistem pengendalian manajemen setiap organisasi juga berbeda-beda.
BAB II
TEORI AUDIT VALUE FOR MONEY DAN CONTOH KASUS
2.1. Pengertian Konsep Value For Money
Konsep value for money merupakan konsep untuk mengukur ekonomi,
efektivitas, dan efisiensi kinerja program, kegiatan dan organisasi. Konsep value
for money (VFM) adalah konsep yang penting dalam organisasi sektor public
sehingga sering kali disebut dengan inti dari pengukuran kinerja sektor publik.
VFM juga mengandung arti sebagai penghargaan terhadap nilai uang. Hal ini
berarti setiap rupiah harus dihargai secara layak dan digunakan sebagaimana mestinya.
Selain konsep VFM, terdapat juga pendekatan yang lebih baru dalam manajemen
kinerja sektor publik yaitu konsep best practice atau best value yang merupakan
perluasan dari konsep VFM.
2.2. Implementasi Konsep Value For Money

Konsep VFM untuk diimplementasikan pada pengukuran kinerja diperlukan


pengembangan indikator kinerja. Indikator kinerja dikembangkan dari variable
kunci yang berhasil diidentifikasi oleh organisasi untuk unit kerja yang
terkait, untuk dapat diketahui tingkat capaian kinerjanya. Indikator kinerja tersebut
kemudian dibandingkan dengan target kinerja atau standar kinerja. Pada
dasarnya pengembangan indikator kinerja meliputi pengembangan indikator kinerja
makro dan mikro.

Namun demikian, standar kinerja untuk unit kerja tidak bisa


semuanya dibuat secara seragam karena masing-masing unit kerja pasti memiliki
karakteristik dan keunikan yang berbeda-beda. Begitu juga dengan orientasi
pengembangan indikator kinerja hendaknya harus seimbang, yaitu tidak hanya
mengembangkan indikator kinerja keuangan saja, melainkan juga indikator
kinerja nonkeuangan, antara indikator hasil dengan indikator proses, dan antara indikator
kuantitatif dengan indikator kualitatif. Indikator keuangan hanya menekankan
pada input dan output yang terbatas pada anggaran dan realisasinya.
Sementara indikator nonkeuangan lebih menekankan pada outcome, seperti kepuasan
pelanggan, kualitas layanan, cakupan layanan. Pengukuran kinerja
VFM dapat membuat keseimbangan antara pengukuran hasil dengan pengukuran proses.
Indikator efektivitas dalam VFM berorientasi pada hasil dan
lebih bersifat kualitatif, sedangkan indikator ekonomi dan efisiensi lebih berorientasi
pada proses dan lebih bersifat kuantitatif
Indikator Input
Input adalah semua jenis sumber daya masukan yang digunakan dalam suatu
proses tertentu untuk menghasilkan output. Input dibagi menjadi dua,
yaitu input primer dan sekunder. Input primer berupa kas,
sedangkan input sekunder adalah berupa bahan baku, personel, infrastruktur, dan
masukan lainnya yang digunakan untuk menghasilkan output tertentu. Input primer
harus diubah menjadi input sekunder untuk diolah menjadi output tertentu.

Pengukuran input adalah pengukuran sumber daya yang dikonsumsi oleh


suatu proses dalam rangka menghasilkan output. Proses tersebut dapat berbentuk
program atau kegiatan. Ukuran input mengindikasikan jumlah sumber daya yang
dikonsumsi untuk suatu program. aktivitas, dan organisasi. Pengukuran input
dilakukan dengan cara membandingkan input sekunder dengan input primer, atau
dengan kata lain sama dengan pengukuran ekonomi untuk mengetahui biaya per
unit input (cost of input). Biaya input tersebut diidentitikasi melalui akuntansi
biaya dengan sistem pembiayaan (costing). Indikator input saja tidak cukup bila
tidak diikuti dengan penentuan indikator output. Artinya, pengukuran ekonomi
saja tidak cukup tanpa diikuti dengan efisiensi dalam proses.

Indikator Output
Output adalah hasil langsung dari suatu proses. Pengukuran output adalah
pengukuran keluaran yang dihasilkan dari proses. Ukuran output menunjukkan hasil
implementasi prgram atau aktivitas . pengukuran output harus miliki karakterisrik
sebagai berikut: (1) Ditujukan ke bidang kinerja sesungguhnya, yaitu berupa output
yang benar-benar menunjukkan kinerja yang diharapkan; (2) Tepat sasaran,
dalam artian tidak hanya mencerminkan estimasi kasar; (3) Tepat waktu, objektif,
dalam artian tidak dapat dimanipulasi.

Jika pengukuran output tidak memiliki salah satu dari empat karakteristik di
atas, maka sistem pengendalian yang berorientasi kepada output kemungkinan besar
akan mengalami kegagalan. Secara umum, pengukuran output dapat berbentuk
kuantitatif dan keuangan, atau kuantitatif dan nonkeuangan. Contoh output yang
kuantitatif keuangan adalah jumlah Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berhasil
diperoleh oleh bagian pendapatan, sedangkan contoh output kuantitatif
nonkeuangan adalah jumlah lulusan yang dihasilkan oleh perguruan tinggi pada
periode tertentu, dan sebagainya
Indikator Outcome
Outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan terhadap
masyarakat. Outcome lebih tinggi nilainya dari pada output, karena output
hanya mengukur hasil tanpa mengukur ampaknya terhadap masyarakat,
sedangkan outcome mengukur kualitas output dan dampak yang dihasilkan. Dengan
kata lain, outcome adalah hasil yang dicapai dari suatu program atau kegiatan
dibandingkan dengan hasil yang diharapkan.

Pengukuran outcome dilakukan untuk mengukur nilai dari suatu


kegiatan atau program. Pengukuran output ebih bersifat mengukur kuantitas
barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu aktivitas, sedangkan
pengukuran outcome mengukur nilai kualitas dari output tersebut.
Pengukuran utcome adalah pengukuran dampak sosial suatu aktivitas,
Pengukuran outcome tidak dapat dilakukan sebelum hasil yang diharapkan dari
suatu program atau kegiatan ditetapkan, dan pengukuran outcome tidak dapat
dilakukan sebelum suatu program atau kegiatan tersebut selesai dilakukan atau
telah mencapai tahap tertentu.
2.3. Audit Value For Money
Dalam negara demokrasi, "pelaporan keuangan yang transparan" merupakan
sesuatu yang dituntut oleh rakyat kepada pemerintahnya. Sebaliknya, dalam negara
demokrasi, pemerintah berkewajiban memberikan laporan keuangan yang transparan
kepada rakyat. Pemerintah demokratis harus bertanggung jawab atas integritas, kinerja
dan kepengurusan, sehingga pemerintah harus menyediakan informasi yang berguna
untuk menaksir akuntabilitas serta membantu dalam pengambilan keputusan ekonomi,
sosial dan politik. Pemerintah adalah entitas pelapor (reporting entity) yang harus
membuat laporan keuangan dengan beberapa pertimbangan berikut :

a. Pemerintah menguasai dan mengendalikan sumber-sumber yang signifikan


b. Penggunaan sumber-sumber tersebut oleh pemerintah dapat berdampak luas
terhadap kesejahteraan ekonomi rakyat
c. Terdapat pemisahan antara manajemen dan pemilikan sumber-sumber tersebut

Laporan keuangan yang dihasilkan oleh organisasi sektor publik pemerintah


merupakan instrumen utama untuk menciptakan akuntabilitas sektor publik.
Akuntabilitas mengacu pada kewajiban perseorangan, suatu kelompok atau suatu
organisasi yang diasumsikan harus melaksanakan kewenangan dan/atau pemenuhan
tanggung jawab. Kewajiban tersebut meliputi :
a. Answering, usaha untuk memberikan penjelasan atau justifikasi untuk
pelaksanaan dan/atau pemenuhan tanggung jawab
b. Reporting, pelaporan hasil atas pelaksanaan dan/atau pemenuhan
c. Producing, asumsi kewajiban atas hasil yang dicapai

Secara umum, ada tiga jenis audit dalam audit sektor publik, yaitu audit keuangan
(financial audit), audit kepatuhan (compliance audit) dan audit kinerja (performance
audit). Audit keuangan adalah audit yang menjamin bahwa sistem akuntansi dan
pengendalian keuangan berjalan secara efisien dan tepat serta transaksi keuangan
diotorisasi serta dicatat secara benar.

Audit kepatuhan adalah audit yang memverifikasi/memeriksa bahwa pengeluaran


pengeluaran untuk pelayanan masyarakat telah disetujui dan telah sesuai dengan
undang-undang peraturan. Dalam kepatuhan yang dinilai adalah ketaatan semua
aktivitas sesuai dengan kebijakan, aturan, ketentuan dan undang-undang yang berlaku.
Sedangkan kepatutan lebih pada keluhuran budi pimpinan dalam mengambil keputusan.
Jika melanggar kepatutan belum tentu melanggar kepatuhan.

Kinerja suatu organisasi dinilai baik jika organisasi yang bersangkutan mampu
melaksanakan tugas-tugas dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada
standar yang tinggi dengan biaya yang rendah. Kinerja yang baik bagi suatu organisasi
dicapai ketika administrasi dan penyediaan jasa oleh organisasi yang bersangkutan
dilakukan pada tingkat yang ekonomis, efisien dan efektif. Konsep ekonomi, efisiensi
dan efektivitas saling berhubungan satu sama lain dan tidak dapat diartikan secara
terpisah.

Konsep ekonomi memastikan bahwa biaya input yang digunakan dalam operasional
organisasi dapat diminimalkan. Konsep efisien memastikan bahwa output yang
maksimal dapat dicapai dengan sumber daya yang tersedia. Sedangkan konsep efektif
berarti bahwa jasa yang disediakan/dihasilkan oleh organisasi dapat melayani kebutuhan
pengguna jasa dengan tepat.

Jadi, audit yang dilakukan dalam audit kinerja meliputi audit ekonomi, efisiensi dan
efektivitas. Audit ekonomi dan efisiensi disebut management audit atau operational
audit, sedangkan audit efektivitas disebut program audit. Istilah lain untuk performance
audit adalah Value for Money Audit atau disingkat 3E’s audit (economy, efficiency and
effectiveness audit). Penekanan kegiatan audit pada ekonomi, efisiensi dan efektivitas
suatu organisasi memberikan ciri khusus yang membedakan audit kinerja dengan audit
jenis lainnya.
Audit Ekonomi dan Efisiensi
Konsep yang pertama dalam pengelolaan organisasi sektor publik adalah
ekonomi, yang berarti pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada
harga yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input value yang
dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi
sektor publik dapat meminimalisir input resources yang digunakan, yaitu dengan
menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif. Konsep kedua dalam
penegelolaan organisasi sektor publik adalah efisiensi, yang berarti pencapaian output
yang maksimum dengan input tertentu atau penggunaan input yang terendah untuk
mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan
dengan standar kinerja atau target yang telah ditetapkan.

Dapat disimpulkan bahwa ekonomi mempunyai arti biaya terendah, sedangkan


efisiensi mengacu pada rasio terbaik antara output dengan biaya (input). Karena output
dan biaya diukur dalam unit yang berbeda, maka efisiensi dapat terwujud ketika dengan
sumber daya yang ada dapat dicapai output yang maksimal atau output tertentu dapat
dicapai dengan sumber daya yang sekecil-kecilnya. Audit ekonomi dan efisiensi
bertujuan untuk menentukan bahwa suatu entitas telah memperoleh, melindungi,
menggunakan sumber dayanya (karyawan, gedung, ruang dan peralatan kantor) secara
ekonomis dan efisien.

Selain itu juga bertujuan untuk menentukan dan mengidentifikasi penyebab


terjadinya praktik-praktik yang tidak ekonomis atau tidak efisien, termasuk
ketidakmampuan organisasi dalam mengelola sistem informasi, prosedur administrasi
dan struktur organisasi

Audit Efektivitas
Audit efektivitas bertujuan untuk menentukan tingkat pencapaian hasil atau manfaat
yang diinginkan, kesesuaian hasil dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya dan
menentukan apakah entitas yang diaudit telah mempertimbangkan alternatif lain yang
memberikan hasil yang sama dengan biaya yang paling rendah. Secara lebih rinci, tujuan
pelaksanaan audit efektivitas atau audit program adalah dalam rangka:

1. menilai tujuan program, baik yang baru maupun yang sudah berjalan, apakah
sudah memadai dan tepat;
2. menentukan tingkat pencapaian hasil suatu program yang diinginkan;
3. menilai efektivitas program dan atau unsur-unsur program secara terpisah;
4. mengidentifikasi faktor yang menghambat pelaksanaan kinerja yang baik dan
memuaskan;
5. menentukan apakah manajemen telah mempertimbangkan alternatif untuk
melaksanakan program yang mungkin dapat memberikan hasil yang lebih baik
dan dengan biaya yang lebih rendah;
6. menentukan apakah program tersebut saling melengkapi, tumpang-tindih atau
bertentangan dengan program lain yang terkait;
7. mengidentifikasi cara untuk dapat melaksanakan program tersebut dengan lebih
baik;
8. menilai ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk
program tersebut;
9. menilai apakah sistem pengendalian manajemen sudah cukup memadai untuk
mengukur, melaporkan dan memantau tingkat efektivitas program;
10. menentukan apakah manajemen telah melaporkan ukuran yang sah dan dapat
dipertanggungjawabkan mengenai efektivitas program

2.4. Menjaga Kualitas Audit Sektor Publik

Kualitas audit sektor publik pemerintah ditentukan oleh kapabilitas teknikal auditor dan
independensi auditor.

Kapabilitas Teknikal Auditor


Kapabilitas teknikal auditor telah diatur dalam standar umum pertama, yaitu bahwa staf
yang ditugasi untuk melaksanakan audit harus secara kolektif memiliki kecakapan
profesional yang memadai untuk tugas yang disyaratkan, serta pada standar umum yang
kedua, yaitu bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama. Disamping standar
umum, seluruh standar pekerjaan lapangan juga menggambarkan perlunya kapabilitas
teknikal seorang auditor.

Independensi Auditor
Independensi auditor diperlukan karena auditor sering disebut sebagai pihak pertama
dan memegang peran utama dalam pelaksanaan audit kinerja, karena auditor dapat
mengakses informasi keuangan dan informasi manajemen dari organisasi yang diaudit,
memiliki kemampuan profesional dan bersifat independen. Walaupun pada
kenyataannya prinsip independen ini sulit untuk benar-benar dilaksanakan secara
mutlak, antara auditor dan auditee harus berusaha untuk menjaga independensi tersebut
sehingga tujuan audit dapat tercapai. Independensi auditor merupakan salah satu dasar
dalam konsep teori auditing. Dalam hal ini ada dua aspek independensi, yaitu
independensi yang sesungguhnya (real independence) dari para auditor secara individual
dalam menyelesaikan pekerjaannya, yang biasa disebut dengan "practitioner
independence". Real independence dari para auditor secara individual mengandung dua
arti, yaitu kepercayaan diri (self reliance) dari setiap personalia dan pentingnya istilah
yang berkaitan dengan opini auditor atas laporan keuangan. Aspek independensi yang
kedua adalah independensi yang muncul/tampak (independence in appearance) dari para
auditor sebagai kelompok profesi yang biasa disebut "profession independence".

CONTOH KASUS
Analisis Kinerja Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Buleleng Berdasarkan Value For
Money Audit Atas Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun 2007-2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja pada Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten Buleleng berdasarkan nilai untuk uang yang merupakan konsep pengelolaan
organisasi sektor publik yang didasarkan pada tiga elemen utama yaitu: (1) ekonomi, (2)
efisiensi, dan (3) efektivitas. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif
yang difokuskan pada kinerja dalam memungut PAD. Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini adalah data kuantitatif, dengan menggunakan metode dokumentasi
selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa kinerja pada
Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Buleleng tahun anggaran 2007-2011 secara total
berada pada kategori sangat baik, akan tetapi jika dilihat dari rata-rata rasio: (1) ekonomi
berada pada kriteria sangat ekonomis, (2) efisiensi berada pada kriteria cukup efisien,
dan (3) efektivitas berada pada kriteria sangat efektif.

Tujuan value for money audit adalah untuk meningkatkan akuntabilitas lembaga sector
publik dan memperbaiki kinerja pemerintah. Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten
Buleleng belum menerapkan value for money audit didalam mengukur tingkat
pencapaian atas kinerjanya. Untuk itu, dengan menerapkan value for money audit
diharapkan dapat diketahui apakah kinerja dari Dispenda Kabupaten Buleleng
pada tahun 2007-2012 sudah memenuhi kriteria ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.
Tabel 1. Kriteria Ekonomi Kinerja Keuangan

Persentase
Kinerja Kriteria
Keuangan

100% Keatas Sangat ekonomis

90%-100% Ekonomis

80%-90% Cukup ekonomis


60%-80% Kurang ekonomis

Kurang dari
Tidak ekonomis
60%

Tabel 2. Kriteria Efisiensi Kinerja Keuangan

Persentase Kinerja
Kriteria
Keuangan

100%-keatas Tidak efisien

90%-100% Kurang efisien

80%-90% Cukup efisien

60%-80% Efisien

Kurang dari 60% Sangat efisien

Tabel 3 Kriteria Efektivitas Kinerja Keuangan

Persentase Kinerja
Kriteria
Keuangan

100%-keatas Sangat efektif

90%-100% Efektif

80%-90% Cukup efektif

60%-80% Kurang efektif

Kurang dari 60% Tidak efektif


Tabel 4. Hasil Analisis Deskriptif Kuantitatif Kinerja Keuangan

Elemen Kategori
No. Rata-rata Skala
Kinerja Total

Rasio Kategori

Sangat
1 Ekonomi 124,85% 5
Ekonomis

Cukup
2 Efisiensi 86,86% 3
Efisien

Sangat
3 Efektivitas 136,45% 5
Efektivitas

Rata-rata Sangat
4,33
Total Baik

Pembahasan
Analisis kinerja pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Bulelengsecara keseluruhan
sangat baik. Hasil penelitian ini adalah secara umum kinerja Dispenda Kabupaten
Tabanan dalam mengelola keuangannya sangat baik. Dilihat dari masing-masing rasio
yaitu rasio ekonomi berada pada criteria sangat ekonomis. Temuan ini menunjukan
bahwa konsistensi penganggaran pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Buleleng
tinggi, karena telah memenuhi kriteria dan rasio ekonomi menunjukan nilai diatas 100%,
artinya Dispenda sudah memperhatikan kinerja dan tergolong sangat ekonomis. Biaya
yang dikeluarkan dalam kegiatan operasional lebih rendah dibandingkan dengan biaya
yang ditetapkan. Hal ini menunjukan bahwa Dispenda telah dapat mengelola
kegiatannya dengan baik yaitu dari sudut ekonomi.
MAKALAH

Audit Value For Money

Disusun Oleh Kelompok I

Amalia Afindaningrum 165020307111014

Annisa Zulfaa Puspitarini 165020301111082

Geonardo Primaditya Nugraha 165020307111010

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN AKUNTANSI

MALANG

2018

Anda mungkin juga menyukai