Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

“DEFISIT KEPERAWATAN DIRI”

Ns. Anita fatarona S,Kep

Di susun oleh :

1. Ririn Uswatun Hasanah


2. Zakariyah Hidayatullah
3. Yoga saputra

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAFSHAWATY ZAINUL


HASAN GENGGONG PAJARAKAN PROBOLINGGO

2014-2015
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur Alhamdulillah pada Allah swt atas bimbingan dan pertolongan-
Nya sehingga makalah Sistem Keperawatan Jiwa yang berjudul Defisit
keperawatan diri ini dapat disusun dengan baik. Semoga sholawat dan salam
tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad saw, yang telah
membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman terang akan pengetahuan
seperti saat ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih


kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada :

1. Ketua Yayasan Pesantren Zainul Hasan Genggong KH. Moch. Hasan


Mutawakkil Alallah, SH. MM.
2. Direktur STIKES Hafshawati Zainul Hasan Genggong yaitu: Ns. Iin Aini
Isnawati, S.kep. M.kep
3. Ketua program studi S1 keperawatan STIKES Hafshawati Zainul Hasan
genggong yaitu: Achmad Khusyairi, M.Kep.,Ns
4. Dosen pembimbing mata kuliah Sistem Keperawatan Jiwa yaitu: Ns. Anita
Fatarona, S.Kep
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan
bantuan dalam penulisan makalah ini.
Dengan disusunnya makalah ini yang berjudul Defisit keperawatan diri
diharapkan dapat membantu dalam proses pembelajaran dan menambah
pengetahuan bagi pembaca. Makalah ini masih jauh dalam kesempurnaan, untuk
itu kami mengharap kritik dan saran dari pembaca terutama dosen pembimbing.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Probolinggo, Maret 2015 Penulis


DAFTAR ISI

Lembar Judul ...............................................................................................


Kata Pengantar .............................................................................................
Daftar Isi .......................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ...............................................................................
1.2. Rumusan Masalah .........................................................................
1.3. Tujuan Makalah ..............................................................................
1.4. Manfaat ..........................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 pengertian .......................................................................................
2.2 Etiologi............................................................................................
2.3 Klasifikasi ........................................................................................
2.4. manifestasi klinis.............................................................................
2.5 mekanisme koping ...........................................................................
2.6 rentang respon kognitif ....................................................................
2.7 Patofisiologi .....................................................................................
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian ......................................................................................
3.2 Analisa data .....................................................................................
3.3 Diagnosa Keperawatan...................................................................
3.34 Rencana Keperawatan ..................................................................
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan ...................................................................................
4.2 Saran ............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang
yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan/melewati aktivitas
perawatan diri secara mandiri.
Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu,
keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat dapat memenuhi kebutuhan
personal hygienenya sendiri. Cara perawatan diri menjadi rumit dikarenakan
kondisi fisik atau keadaan emosional klien. Selain itu,beragam faktor pribadi dan
sosial budaya mempengaruhi praktik hygiene klien.
Karena perawatan hygiene seringkali memerlukan kontak yang dekat dengan
klien maka perawat menggunakan ketrampilan komunikasi untuk meningkatkan
hubungan terapeutik dan belajar tentang kebutuhan emosional klien. Oleh karena
itu penulis membahas makalah ini untuk mempelajari tentang defisit perawatan
diri dan mengkaji pasien dengan gangguan perawatan diri.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana konsep dan asuhan keperawatan teori pada defisit keperawatan
1.3 Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien
defisit keperawatan diri

1..3.2. Tujuan Khusus


1. Memahami pengertian dari defisit keperawatan diri?
2. Mengetahui penyebab dari difisit keperawatan diri?
3. Mengetahui tanda dan gejala dari difisit keperawatan diri?
4. Mengetahui patofisiologi defisit keperawatan diri?
5. Mengetahui mekanisme koping defisit keperawatan diri?
6. Mengetahui respon kognitif defisit keperawatan diri?
7. Memahami konsep keperawatan pada klien defisit keperawatan diri?

1.4. Manfaat
1.4.1. Manfaat Klinik
Dengan disusunnya makalah yang berjudul Laporan Pendahuluan dan
Asuhan Keperawatan defisit keperawatan diri, diharapkan bisa
memeberikan manfaat dan menjadi salah satu sumber refrensi bagi para
pembaca.
1.4.2. Manfaat Teoritis
Diharapkan dengan disusunnya makalah yang berjudul Laporan
Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan defisit keperawatan diri, bisa
menjadi sumber refrensi dalam pengembangan penerapan asuhan
keperawatan di klinik.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.2. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien di nyatakan terganggu
keperawatan dirinya jika tidak bisa melakukan perawatan diri (depkes 2000).
Deficit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan toileting) ( nurjannnah, 2004).
Kurang perawatan diri adalah kondisi di mana seorang tidak mampu
melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (tarwo dan wartonah, 2000).

2.3. Etiologi
Menurut tarwo dan wartonah (2000) penyebab kurang perawatan diri adalah
sebagai berikut :
1. Kelelahan fisik
2. Peneruna kesadaran

Menurut depkes (2000) penyebab kurang perawatan diri adalah :

1. Factor prediposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan insiatif terganggu
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri
c. Kemampuan realitas menurun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri.
2. Factor presipitasi
Yang merupakan factor presipitasi deficit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisis, perceptual, cemas, lelah/lemah,
yang di alami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.

Menurut depkes (2000) factor- factor yang mempengaruhi


perawatan diri adalah :
a. Body image
b. Praktik social
c. Status social ekonomi
d. Pengetahuan
e. Budaya
f. Kebiasaan seseorang
g. Kondisi fisik atau psikis

2.4. Klasifikasi
1. Kurang perawatan diri : mandi/kebersihan
2. Kurang perawatan diri ; mengenakaran pakaian / berhias
3. Kurang perawatan diri : makan
4. Kurang perawatan diri : toileting

1.4. Manifestasi klinis


Menurut depkes (2000) tanda dan gejala lain klien dengan deficit
keperawatan diri adalah:
1. Fisik
a. Badan bau, pakaian kotor
b. Rambut dan kulit kotor
c. Kuku panjang dan kotor
d. Gigi kotor disertai mulut bau
e. Penampilan tidak rapi
2. Psikologis
a. Malas, tidak ada insiatif
b. Menarik diri, isolasi social
c. Merasa tidak berdaya, rendah diri
3. Social
a. Interaksi kurang
b. Kegiatan kurang
c. Tidak mampu berperilaku sesuai norma
d. Cara makan tidak teratur
e. BAK dan BAB sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu
sendiri

2.5. Mekanisme koping


1. Regresi
2. Penyangkalan
3. Isolasi diri, menarik diri
4. Intelektualisasi

2.6. Rentang respon kognitif


Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat
diri sendiri adalah :
1. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
a. Bina hubungan saling percaya.
b. Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.
c. Kuatkan kemampuan klien merawat diri.
2. Membimbing dan menolong klien merawat diri.
a. Bantu klien merawat diri
b. Ajarkan ketrampilan secara bertahap
c. Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung
a. Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.
b. Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.
c. Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya,
kamar mandi yang dekat dan tertutup.
2.7. Patofisiologi
Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri

Isolasi sosial

Defisit perawatan diri: mandi, berdandan

Harga diri rendah


BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian
1. Identitas klien meliputi : Nama, jenis kelamin, umur, pendidikan,
pekerjaan, status, tempat tinggal
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang : lelah,badan bau,rambut kotor dan
pemalas
b. Riwayat kesehatan dahulu : apakah pernah sebelumnya mengalami
deficit perawatan diri,dan apa saja cara yang digunakan untuk
mengatasi masalah ini.
c. Riwayat kesehatan keluarga : adakah keluarga mengalami deficit
perawatan diri sebelumnya.
3. Keluhan utama
Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri,Defisit
perawatan diri dan Isolasi Sosial

3.2. Analisa data


Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri adalah :
1. Data subyektif
a. Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin atau di RS
tidak tersedia alat mandi.
b. Klien mengatakan dirinya malas berdandan.
c. Klien mengatakan ingin di suapi makan.
d. Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah BAK
atau BAB.
e. Pasien merasa lemah
f. Malas untuk beraktivitas
g. Merasa tidak berdaya.
2. Data obyektif
a. Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan rambut
kotor,gigi kotor, kulit berdaki, dan berbau, serta kuku panjang dan
kotor.
b. Ketidakmampuan berapakaian/berhias ditandai dengan rambut acak-
acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak
bercukur (laki-laki), atau tidak berdandan (wanita).
c. Ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai dengan ketida
kmampuan mengambil makan sendiri
d. Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai BAB/BAK tidak
pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah
BAB/BAK
e. Rambut kotor, acak – acakan
f. Badan dan pakaian kotor dan bau
g. Mulut dan gigi bau.
h. Kulit kusam dan kotor
i. Kuku panjang dan tidak terawatt

3.3. Diagnosa keperawatan

1. Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri


2. Defisit perawatan diri.
3. Isolasi Sosial.

3.4. intervensi

1. penutrunan kemampuan dan motivasi merawat diri

Tujuan umum : Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk


memperhatikan kebersihan diri.

Tujuan Khusus :
TUK I : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat.
Intervensi :
a. Berikan salam setiap berinteraksi.
b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat
berkenalan.
c. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.
d. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
e. Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.
f. Buat kontrak interaksi yang jelas.
g. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
h. Penuhi kebutuhan dasar klien.

TUK II : klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri.

Intervensi :
a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik.
b. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara
menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih.
c. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.
d. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien
terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.
e. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan
memelihara kebersihan diri.
f. Beri reinforcement positif setelah klien mampu mengungkapkan arti
kebersihan diri.
g. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti: mandi 2 kali
pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari (sesudah makan dan
sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting kuku jika
panjang.
TUK III : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat.
Intervensi
a. Motivasi klien untuk mandi.
b. Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk
mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang
benar.
c. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.
d. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan
rambut.
e. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan
fasilitas perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan
kebersihan kamar mandi.
f. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas
kebersihan diri seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti,
handuk dan sandal.
TUK IV : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri.
Intervensi :
a. Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur,
ingatkan untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju
dan pakai sandal.
TUK V : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.
Intervensi :
a. Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan
diri.
TUK VI : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri.
Intervensi :
a. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien
menjaga kebersihan diri.
b. Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah
dilakukan klien selama di RS dalam menjaga kebersihan dan
kemajuan yang telah dialami di RS.
c. Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi
terhadap kemajuan yang telah dialami di RS.
d. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap
dalam menjaga kebersihan diri klien.
e. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga
kebersihan diri
f. Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam
menjaga kebersihan diri.
g. Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan
misalnya: mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi,
keramas, dan lain-lain.

Diagnosa 2 : Isolasi sosial

Tujuan Umum : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi

Tujuan Khusus :
TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi
a. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan
diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang,
buat kesepakatan dengan jelas tentang topik, tempat dan waktu.
b. Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak
menjawab.
c. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-
buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.

TUK II : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri


Intervensi
a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-
tandanya
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
penyebab menarik diri atau mau bergaul
b. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-
tanda serta penyebab yang muncul
c. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
TUK III : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Intervensi
a. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan
berhubungan dengan orang lain
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain
c. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan
orang lain
d. Berireinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
e. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan
dengan orang lain
f. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
dengan orang lain
g. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan
dengan orang lain
h. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

TUK IV : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial


Intervensi :

a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain


b. Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam
mengisi waktu
f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan
ruangan
TUK IV : Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan
dengan orang lain
Intervensi :
a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan
dengan orang lain
b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan
dengan orang lain
c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan
perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain

Diagnosa 3 : Defisit Perawatan Diri : kebersihan diri, berdandan, makan,


BAB/BAK

Tujuan Umum : Pasien tidak mengalami defisit perawatan diri


Tujuan Khusus : Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
Pasien mampu melakukan makan dengan baik
Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
Intervensi :
1). Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
a. Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d. Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
2). Melatih pasien berdandan/berhias
Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :
a. Berpakaian
b. Menyisir rambut
c. Bercukur
Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
a. Berpakaian
b. Menyisir rambut
c. Berhias
3) Melatih pasien makan secara mandiri
a. Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b. Menjelaskan cara makan yang tertib
c. Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
d. Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
4). Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
a. Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b. Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c. Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
1. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
· Data Sujektif
Klien mengatakan sudah mandi tapi tidak pakai sabun.
· Data Objektif
- Klien tampak kurang rapi
- Kumis tampak berserakan
- Rambut tidak rapi
- Baju belum diganti
2. Tindakan keperawatan
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan
1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
2) Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
3) Pasien mampu melakukan makan dengan baik
4) Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
b. Tindakan keperawatan
1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri untuk melatih
pasien dalam menjaga kebersihan diri saudara dapat melakukan
tahapan tindakan yang meliputi:
a) Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri
b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d) Melatihpasien memperaktikkan cara menjaga kebersihan diri
2) Melatih pasien berdandan/ berhias
Saudara sebagai perawat dapat melatih pasien berdandan. Untuk
pasien laki-laki tentu harus di bedakan dengan wanita.
Untuk.
Asien laki-laki meliputi:
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Bercukur
Untuk pasien wanita, latihannya meliputi:
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Bercukur
3) Melatih pasien makan secara mandiri
Untuk makan pasien saudara dapatmelakukan tahapan sebagai berikut:
a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
c) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
4). Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
Saudara dapat melatih pasien untuk BAB/BAK mandiri sesuai tahapan
berikut:
a) Menjelaskan tempat BAK/BAB yang sesuai
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB/BAK
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB/BAK
Sp 1 pasien : mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara- cara merawat diri
dan melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi di bawah ini
ORIENTASI
“ Selamat pagi, kenalkan nama saya suster R”
“ Namanya siapa, senang di panggil siapa?”
“ saya dinas pagi di ruangan ini pk. 07.00-14.00 selama di rumah sakit ini saya
yang akan merawat T?”
“Dari tadi suster lihat T mengaruk- garuk badanya, gatal ya?”
“ berapa lama kita berbicara? 20 menit ya? Mau dimana ? di sini saja ya”

KERJA
“ Berapa kali T mandi dalam sehari ? apakah T sudah mandi hari ini? Menurut T
apa kegunannya mandi ? apa alasan T sehingga tidak bisa merawat diri ? kira-kira
tanda orang tidak merawat diri dengan baik seperti apa ya…? Badan gatal, mulut
bau apa lagi…? Kalau tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah apa menurut
T yang bisa muncul?” betul ada kudis, kutu…dsb.

“ apa yang T lakukan untuk merawat rambut dan muka ? kapan saja T menyisir
rambut ? bagaimana dengan bedakan ? apa tujuan sisiran dan berdandan?”

TERMINASI
Bagaimana perasaan T setelah mandi dan menganti pakaian ? coba T sebut lagi
apa saja cara- cara mandi yang baik yang sudah T lakukan tadi?”
“ bagaimana perasaan tina setelah kita mendiskusiakan tentang pentingnya
kebersihan diri tadi? Sekarang coba tina ulangi lagi tanda- tanda bersih dan rapi “
“ bagaiman sekali mau berapa kali T mandi dan sikat gigi…? Dua kali pagi dan
sore, mari… kita masukkan dalam jadwal aktifitas harian. Nahh lakukan ya T…
dan beri tanda kalau sudah di lakukan seperti M (mandiri) kalau di lakukan tanpa
di suruh , B ( bantuan ) kalau di ingatkan baru di lakukan dan T ( tidak ) tidak
melakukan. Baik besok lagi kita berdandan . oke ? “ pagi-pagi setelah makan.
BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien di nyatakan terganggu keperawatan
dirinya jika tidak bisa melakukan perawatan diri (depkes 2000). Menurut depkes
(2000) tanda dan gejala lain klien dengan deficit keperawatan diri dibagi menjadi
3 segi, yaitu fisik, psiko, dan social.

4.2. Saran
Dengan di susunnya makalah ini ,di harapkan kepada semua pembaca agar
dapat menelaah dan memahami apa yang telah ada dalam makalah ini sehingga
sedikit banyak bisa menambah pengetahuan pembaca. Di samping itu kami juga
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca agar kami bisa berorientasi
lebih baik lagi dalam penyusunan makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.


Jakarta : EGC.

Kliat budiana. 2009. Model praktik keperawatan nasional. Jakarta : E\GC

Anda mungkin juga menyukai