Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH SISTEM REPRODUKSI

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI PADA WANITA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1

1. EKA SAPTA DESYANA (021 STYC 13)


2. RAMDINA EKA YANTI (080 STYC 13)
3. REZA WAHYU ILHAMI (083 STYC 13)
4. ROLI YULI A. M. P. (087 STYC 13)
5. M. HIZBULLAH (066 STYC 13)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan
makalah “Anatomi Dan Fisiologi Sistem Reproduksi Pada Wanita” ini sebatas
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Penulis berterima kasih pada Dosen
Pembimbing mata kuliah Sistem Reproduksi yang telah menugaskan pembuatan
makalah ini dan membimbing penulis dalam menyusun makalah.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan penulis tentang Anatomi dan Fisiologi Sistem
Reproduksi pada Wanita. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas
ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang penulis harapkan. Untuk
itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis
maupun orang yang ikut membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan. Penulis memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Mataram, 15 Maret 2016

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan................................................................ 2
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................. 3
1.5 Ruang Lingkup................................................................... 3
1.6 Metode Penulisan............................................................... 3
1.7 Sistematika Penulisan........................................................ 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................ 4
2.1. Pengertian anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita..... 4
2.2. Fungsi organ reproduksi wanita......................................... 6
2.3. Anatomi sistem reproduksi wanita..................................... 5
2.4. Fisiologi sistem reproduksi wanita.................................... 33
BAB 3 PENUTUP.................................................................................. 45
3.1. Simpulan............................................................................ 45
3.2. Saran................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem reproduksi adalah sistem yang berfungsi untuk berkembang biak.
Terdiri dari ovarium, uterus dan bagian alat kelamin lainnya. Reproduksi atau
perkembangbiakan merupakan bagian dari ilmu faal (fisiologi). Reproduksi
secara fisiologis tidak vital bagi kehidupan individual dan meskipun siklus
reproduksi suatu manusia berhenti, manusia tersebut masih dapat bertahan hidup,
sebagai contoh manusia yang dilakukan tubektomi pada organ reproduksinya
atau mencapai menopause tidak akan mati. Pada umumnya reproduksi baru dapat
berlangsung setelah manusia tersebut mencapai masa pubertas atau dewasa
kelamin, dan hal ini diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon yang
dihasilkan dalam tubuh manusia.
Kemampuan reproduksi bergantung pada hubungan rumit antara
hipotalamus, hipofisis anterior, organ reproduksi dan sel sasaran hormon seks.
Hubungan ini menggunakan banyak mekanisme regulatorik yang digunakan oleh
sistem tubuh lain untuk mempertahankan homoestasis, misalnya kontrol umpan
balik negatif. Selain proses-proses biologik dasar ini, perilaku dan sikap seksual
sangat dipengaruhi oleh faktor emosi dan moral sosiokultural masyarakat tempat
seseorang berada (Sherwood, 2011).
Reproduksi juga merupakan bagian dari proses tubuh yang bertanggung
jawab terhadap kelangsungan suatu generasi. Untuk kehidupan makhluk hidup
reproduksi tidak bersifat vital artinya tanpa adanya proses reproduksi makhluk
hidup tidak mati. Akan tetapi bila makhluk tidup tidak dapat berreproduksi maka
kelangsungan generasi makhluk hidup tersebut terancam dan punah, karena tidak
dapat dihasilkan keturunan (anak) yang merupakan sarana untuk melanjutkan
generasi.

1
Struktur organ reproduksi wanita terdiri organ reproduksi eksternal dan
organ reproduksi internal. Organ reproduksi luar wanita disebut juga vulva
meliputi mons veneris (mons pubis), labium mayora, labium minora dan clitoris.
Organ reproduksi dalam wanita meliputi ovarium, tuba falopii, uterus dan vagina.
Dalam merencanakan, melakukan dan mengevaluasi asuhan atau
perawatan yang akan dilakukan pada wanita, baik dalam asuhan kehamilan,
persalinan, nifas, manpun dalam pelayanan kesehatan reproduksi dan KB, sangat
penting bagi kita sebagai calon tenaga kesehatan untuk mengetahui struktur dan
anatomi alat reproduksi wanita. Sehingga kita dapat memberikan asuhan yang
benar, maksimal dan berkualitas pada wanita.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan anatomi fisiologi sistem reproduksi pada
wanita?
1.2.2 Bagaimana anatomi sistem reproduksi pada wanita?
1.2.3 Bagaimana fisiologi sistem reproduksi pada wanita?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tentang anatomi fisiologi
sistem reproduksi pada wanita
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui bagian-bagian organ interna
reproduksi pada wanita
2. Mahasiswa mampu mengetahui bagian-bagian organ interna
reproduksi pada wanita

2
1.4 Manfaat Penulisan
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis
maupun praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai pengembangan
pengetahuan mengenai reproduksi wanita. Secara praktis makalah ini berguna
bagi:
1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan keilmuan di bidang
keperawatan khususnya tentang anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita
2. Pembaca/dosen, sebagai media informasi dalam pembuatan makalah.

1.5 Ruang Lingkup


Dalam penulisan makalah ini penulis membatasi masalah Anatomi
Fisiologi Sistem Reproduksi Pada Wanita

1.6 Metode Penulisan


Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah adalah
metode Deskrisif dan teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik
studi kepustakaan yang mengambil materi dari berbagai sumber buku dan
melalui media internet.

1.7 Sistematika Penulisan


BAB I : Pendahuluan meliputi : Latar Belakang, Tujuan, Manfaat, Ruang
Lingkup Metode Penulisan, Sistematika Penulisan.
BAB II : Tinjauan Pustaka
BAB III : Penutup meliputi: Simpulan dan Saran

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita


Anatomi Berasal dari bahasa latin, yaitu: Ana= bagian, memisahkan, Tomi
(tomie) = Tomneinei = iris, potong. Anatomi adalah ilmu yang mempelajari
struktur dan fungsi tubuh (Snel, 2011).
Fisiologi: Fisis (Phisys) = alam atau cara kerja, Logos (logi) = ilmu
pengetahuan. Jadi anatomi dan fisiologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang susunan atau potongan tubuh dan bagaimana alat tubuh itu
bekerja.
Sistem reproduksi adalah suatu rangkaian dan interaksi organ dan zat
dalam organisme yang dipergunakan untuk berkembang biak. Sistem reproduksi
pada suatu organisme berbeda antara jantan dan betina. Sistem reproduksi pada
wanita berpusat di ovarium.
Jadi anatomi fisiologi sistem reproduksi perempuan merupakan ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang susunan suatu rangkaian dan interaksi
organ dan zat dalam organisme yang dipergunakan untuk berkembang biak.

2.2 Fungsi Organ Reproduksi Wanita


Menurut Sherwood (2011), peran wanita dalam reproduksi lebih rumit dari
pada peran pria. Fungsi esensial sistem reproduksi wanita mencakup:
1. Membentuk ovum (oogenesis)
2. Menerima sperma
3. Mengangkut sperma dan ovum ke tempat penyatuan (fertilisasi, konsepsi atau
pembuahan)
4. Memelihara janin yang sedang tumbuh sampai janin dapat bertahan hidup di
dunia luar (gestasi, atau kehamilan), mencakup pembentukan plasenta, organ
pertukaran antara ibu dan janinnya.
5. Melahirkan bayi (persalinan, partus)

4
6. Memberi makan bayi setelah lahir dengan menghasilkan susu (laktat)
Hasil pembuahan dikenal sebagai mudigah (embrio) selama dua bulan
pertama pembentukan intrauteri ketika diferensiasi jaringan sedang berlangsung.
Setelah periode ini, mahluk hidup yang sedang terbentuk ini dapat dikenali
sebagai manusia dan disebut janin (fetus) selama masa gestasi sisanya. Meskipun
tidak lagi terjadi diferensiasi jaringan lebih lanjut selama masa kehidupan janin,
namun masa ini adalah saat berlangsungnya pertumbuhan dan pematangan
jaringan yang luar biasa. Ovarium dan saluran reproduksi wanita terletak di dalam
rongga panggul (Sherwood, 2011).

2.3 Anatomi Sistem Reproduksi Wanita

Gambar 1. Pelvic and Perineum of Female

5
Sistem reproduksi wanita terdiri dari organ interna yang terletak di dalam
rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genitalia eksterna, yang terletak
di perineum. Struktur reproduksi interna dan eksterna wanita berkembang dan
menjadi matur akibat rangsangan hormon estrogen dan progesteron. Hormon ini
dihasilkan sejak awal kehidupan janin dan berlanjut terus sampai masa pubertas
dan masa usia subur. Struktur reproduksi ini mengalami atrofi (ukuran mengecil)
seiring peningkatan usia atau bila produksi hormon ovarium menurun. Persarafan
yang kompleks dan luas serta suplai darah yang banyak mendukung fungsi
struktur-struktur ini. Penampilan genitalia eksterna sangat bervariasi pada setiap
wanita. Keturunan, usia, ras, dan jumlah anak yang dilahirkan seorang wanita
menentukan ukuran, bentuk, dan warna genitalia eksterna (Bobak, Lowdermik,
Jensen, 2004).
Diafragma pelvis, diafragma urogenital atau segitiga, dan otot genitalia
eksterna serta anus membentuk dasar pelvis dan perineum. Perineum kadang-
kadang didefinisi mencakup semua otot, fasia, dan ligamen diafragma atas
(pelvis) serta ligamen diafragma bawah (urogenital). Badan perineum menambah
kekuatan struktur-struktur ini.
Diafragma pelvis atas yang tersusun atas otot dan fasia serta ligamen otot
tersebut membentang sepanjang bagian bawah kavum pelvis seperti sebuah
tempat tidur gantung. Bagian diafragma yang paling besar dan paling signifikan
dibentuk oleh otot levator ani yang tipis dan lebar, yang membentang seperti kain
penutup antara spina iskiadika dan koksigis dan sakrum. Kelompok otot levator
ani dibentuk oleh tiga pasang otot: puborektalis, iliokoksigis, dan pubokoksigis.
Otot pubokoksigis signifikan karena berperan dalam fungsi sensori seksual dalam
mengontrol kandung kemih, mengontrol relaksasi perineum selama persalinan,
dan ketika ibu melahirkan janin.
Pasangan otot kedua pada diafragma pelvis atas melekat erat pada otot
koksigis. Otot-otot ini membentang dari spina iskiadika sampai koksigis dan
sakrum bawah. Bagian-bagian diafragma pelvis menjadi penopang bagi visera
pelvis dan abdomen. Kekuatan dan kekenyalan penopang ini berasal dari jalinan

6
lapisan penopang ini. Lapisan-lapisan tersebut tidak tetap, tetapi saling bergeser.
Susunan yang unik ini memperkuat kapasitas penopang diafragma pelvis,
sehingga memungkinkan dilatasi vagina selama proses kelahiran dan
memungkinkan vagina menutup setelah melahirkan dan membantu konstriksi
uretra, vagina, dan saluran anus yang melewati diafragma.
Diafragma pelvis bawah terletak didalam ruang arkus pubis dan terdiri
dari otot perineum transversa yang berorigo di tuberositas iskiadika dan masuk
kedalam badan perineum. Serabut otot yang kuat menopang saluran anus selama
defekasi dan menopang vagina bawah selama proses melahirkan. Otot perineum
transversa profunda bergabung untuk membentuk kelim sentral atau raphe.
Beberapa serabut otot tersebut mengelilingi meatus urinarius dan sfingter vagina.
Perawat harus dengan teliti mengenal tulang–tulang pelvis supaya dapat
memahami saluran reproduksi dan perineum wanita. Panggul mempunyai tiga
fungsi utama :
1. Rongga tulang pelvis membentuk tempat perlindungan bagi struktur-struktur
pelvis
2. Arsitektur pelvis sangat penting untuk mengakomodasi janin yang sedang
berkembang selama masa hamil dan selama proses melahirkan,dan
3. Kekokohannya membuat pelvis menjadi tempat berlabuh yang stabil untuk
untuk perlekatan otot, fasia, dan ligament
Dalam mempelajari tulang–tulang pelvis, struktur dan penanda berikut
sangat penting : Krista iliaka dan spina iliaka anterior, superior, promontorium
sakrum, sakrum koksigis, simfisis pubis, arkus subpubis, spina iskiadikus, dan
tuberositas iskiadika. Pelvis disusun oleh empat tulang:
1. Inominata kanan
2. Inominata kiri, masing–masing terdiri dari tulang pubis kiri dan kanan, ilium
dan iskium, yang berfungsi setelah pubertas
3. Sakrum
4. Koksigis
Kedua tulang inominata (tulang panggul) membentuk bagian dua sisi dan

7
depan pasase tulang, sakrum dan koksigis membentuk bagian belakang.
Dibawah ilium adalah siskium, suatu tulang berat berakhir dibagian
posterior pada protuberositas yang dikenal sebagai tuberositas iskiadika.
Tuberositas menopang berat Badan saat duduk. Spina iskiadika , proyeksi tajam
dari batas posterior iskium kedalam rongga pelvis, dapat timbul atau menonjol.
Pubis ,membentuk bagian depan rongga pelvis terletak dibawah mons,
pada garis tengah kedua tulang pubis disatukan oleh ligamen yang kuat dan
kartilago yang tebal untuk membentuk persendian yang disebut simfisis publis.
Pada wanita sudut yang dibentuk oleh arkus pubis secara optimal berukuran
sedikit lebih besar dari 90 derajat.
Lima tulang vertebra yang berfungsi membentuk sakrum. Bagian anterior
atas korpus vertebra sakralis pertama, promontorium, membentuk margin
posterior dipinggir pelvis.
Koksigis (tulang ekor), terdiri dari tiga sampai lima tulang vertebra yang
menyatu, berartikulasi dengan sakrum. Koksigis condong kearah bawah dan
kearah depan dari batas bawah sakrum.
Pelvis dibagi menjadi dua bagian, rongga atas yang dangkal atau pelpis
palsu (pelpis mayor), dan rongga bawah yang lebih dalam atau pelvis sejati
(pelvis minor ). Pelvis mayor terletak diatas linea terminalis (pinggir atau pintu
atas) dan ukurannya berbeda–beda pada setiap wanita. Pelvis minor terdiri dari
pinggir, atau pintu atas panggul dan daerah dibawah linea terminalis.
Plana pelvis meliputi pintu atas, pelvis tengah, dan pintu bawah. Rongga
pelvis tengah tengah (sejati) menyerupai saluran berkelok yang tidak regular
dengan permukaan anterior dan posterior yang tidak sama. Permukaan anterior
dibentuk oleh panjang simfisis. Permukaan posterior dibentuk oleh panjang
sakrum.
Usia, jenis kelamin, dan ras menimbulkan berbagai variasi bentuk dan
ukuran pelvis. Terdapat perubahan yang cukup besar pada pelvis selama masa
pertumbuhan dan perkembangan. Osifikasi pelvis lengkap pada usia 20 tahun atau
sedikit diatas 20 tahun, individu yang lebih kecil mempunyai tulang yang lebih

8
kecil dan lebih ringan daripada individu yang besar.
A. Organ Reproduksi Interna
Organ reproduksi interna akan dibahas secara berurutan untuk
menjelaskan perjalanan sel telur (ovum). Jaringan penunjang akan dibahas
bersama organ reproduksi interna yang ditopang. Organ interna meliputi
ovarium, tuba uterus (fallopi), uterus, dan vagina. Deskripsi singkat tentang
tulang pelvis juga diberikan (Bobak, Lowdermik, Jensen, 2004).

Gambar 2. Organ Reproduksi Interna Wanita

9
1. Ovarium

Gambar 3. Ovarium

Sebuah ovarium terletak disetiap sisi uterus, dibawah dan


dibelakang tuba fallopi. Dua ligamen mengikat ovarium pada tempatnya,
yakni bagian mesovarium ligamen lebar uterus, yang memisahkan
ovarium dari sisi dinding pelvis lateral kira-kira setinggi krista iliaka
anterosuperior, dan ligamentum ovari proprium, yang mengikat ovarium
ke uterus. Pada palpasi, ovarium dapat digerakkan (Bobak, Lowdermik,
Jensen, 2004).
Ovarium memiliki asal yang sama (homolog) dengan testis pada
pria. Ukuran dan bentuk setiap ovarium menyerupai sebuah buah almon
berukuran besar. Saat ovulasi, ukuran ovarium dapat menjadi dua kali lipat

10
untuk sementara. Ovarium yang berbentuk oval ini memiliki konsistensi
yang padat dan sedikit kenyal. Sebelum menarke, permukaan ovarium
licin. Setelah maturitas seksual, luka parut akibat ovulasi dan ruptur
folikel yang berulang membuat permukaan nodular menjadi kasar.
Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan ovulasi dan
memproduksi hormon. saat lahir, ovarium wanita normal mengandung
sangat banyak ovum primordial (primitif). Di antara interval selama masa
usia subur (umumnya setiap bulan), satu atau lebih ovum matur dan
mengalami ovulasi. Ovarium juga merupakan tempat utama produksi
hormon seks steroid (strogen, progesteron, dan androgen) dalam jumlah
yang dibutuhkan, perkembangan, dan fungsi wanita normal.
2. Tuba Fallopi (Tuba Uterin)

Gambar 4. Tuba Fallopi

Sepasang tuba fallopi melekat pada fundusuteris. Tuba ini


memanjang ke arah lateral, mencapai ujung bebas ligamen lebar dan
berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium (Bobak, Lowdermik, Jensen,
2004).

11
Panjang tuba ini kira-kira 10 cm dengan diameter 0,6 cm. setiap
tuba mempunyai lapisan peritoneum di bagian luar, lapisan otot tipis di
bagian tengah, dan lapisan mukosa di bagian dalam. Lapisan mukosa
terdiri dari sel-sel kolumnar, beberapa diantaranya bersilis dan beberapa
yang lain mengeluarkan secret. Lapisan mukosa paling tipis saat
menstruasi. Setiap tuba dan lapisan mukosanya menyatu dengan mukosa
uterus dan vagina.
Tuba fallopi berubah disepanjang strukturnya. Empat segmen yang
berbeda dapat di identifikasi
a. Infundibulum
Infundibulum merupakan bagian yang paling distal. Muaranya
berbentuk seperti terompet dikelilingi oleh fimbria. Fimbria menjadi
bengkak dan hamper erektil saat ovulasi. Fimbriae berfungsi
"menangkap" ovum yang keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium,
dan membawanya ke dalam tuba.
b. Ampula
Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula/
infundibulum, dan pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi
implantasi di dinding tuba bagian ini. Ampula membangun segmen
distal dan segmen tengah tuba. Sperma dan ovum bersatu dalam
fertilisasi terjadi di ampula.
c. Isthmus
Isthmus terletak proksimal terhadap ampula. Isthmus kecil dan
padat, sangat mirip ligamentum teres uteri. Isthmus merupakan bagian
dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba pengendali
transfer gamet.
d. Interstisial.
Bagian interstisial (atau intramural) melewati miometrium
antara fundus dan korpus uteri dan mempunyai lumen berukuran
paling kecil (terowongan), berdiameter kurang dari 1 mm. Sebelum

12
ovum yang dibuahi dapat melewati lumen ini, ovum tersebut harus
melepaskan sel-sel granulose yang membungkusnya.

Gambar 5. Segmen tuba fallopi

13
Pada kehamilan normal, telur yang sudah dibuahi akan melalui
tuba falopi (saluran tuba) menuju ke uterus (rahim). Telur tersebut akan
berimplantasi (melekat) pada rahim dan mulai tumbuh menjadi janin.
Pada kehamilan ektopik, telur yang sudah dibuahi berimplantasi dan
tumbuh di tempat yang tidak semestinya. Kehamilan ektopik adalah
kehamilan yang terjadi di luar kavum uteri. Kehamilan ektopik adalah
suatu keadaan dimana hasil konsepsi berimplantasi, tumbuh dan
berkembang di luar endometrium kavum uteri. Bila kehamilan tersebut
mengalami proses pengakhiran (abortus) maka disebut kehamilan ektopik
terganggu.
Kehamilan ektopik paling sering terjadi di daerah tuba falopi
(98%),
1. Ujung fimbriae tuba falopii (17%)
2. Ampula tubae ( 55%)
3. Isthmus tuba falopii (25%)
4. Pars interstitsialis tuba falopii (2%)
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap
ovum yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada
suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh
suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa kemungkinan akibat
dari hal ini yaitu :
1. Kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan
jaringan ke ujung distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus
tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla, darah yang keluar dan
kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak
karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
2. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum,
sebagai akibat dari distensi berlebihan tuba.
3. Faktor abortus ke dalam lumen tuba.

14
Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada
isthmus dan biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi secara
spontan atau karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini
akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga
banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian.

15
Gambar 6. Ectopic pregnancy with rupture of the fallopian tube

16
Tuba fallopi merupakan jalan bagi ovum. Tonjolan-tonjolan
infundibulum yang menyerupai jari (fimbria) menarik ovum kedalam tuba
dengan gerakan-gerakan seperti gelombang. Ovum didorong disepanjang
tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh gerakan peristaltis lapisan
otot. Esterogen dan prostaglandin mempengaruhi gerak peristaltis.
Aktivitas peristaltis tuba fallopi dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang
terbesar ialah pada saat ovulasi. Sel-sel kolumnar menyekresi nutrient
untuk menyokong ovum selama berada didalam tuba (Bobak, Lowdermik,
Jensen, 2004).
3. Uterus
Antara kelahiran dan masa pubertas, uterus secara bertahap turun
dari bagian bawah abdomen ke pelvis sejati. Setelah pubertas, uterus
biasanya terletak di garis tengah pada pelvis sejati, posterior terhadap
simpisis pubis dan kandung kemih, serta anterior terhadap rectum.
Pada kebanyakan wanita saat kandung kemih kosong, uterus
berada dalam posisi anteversi (ujung condong kedepan) dan sedikit
antefleksi (melengkung kedepan), dengan korpus bersandar pada bagian
atas dinding posterior kandung kemih. Serviks mengarah kebawah dan
kebelakang ujung sacrum sehingga serviks biasanya berada pada sekitar
sudut kanan badab vagina. Pada wanita lain uterus mungkin berada pada
posisi tengah atau ujung, condong kebelakang (retroversi). Uterus yang
melengkung lebih dari biasa sehingga fundus (atas) lebih dekat ke serviks
disebut berada dalam posisi antefleksi atau retrofleksi.
Kandung kemih yang penuh mendorong uterus ke belakang kearah
rectum. Rectum yang penuh menggerakan uterus kedepan, ke arah
kandung kemih. Posisi uterus juga berubah, tergantung pada posisi wanita
(misalnya, berbaring terlentang, tengkurap, miring, atau berdiri), usia, dan
kehamilan. Pergerakan yang bebas memungkinkan uterus bergerak sedikit
ke atas selama siklus respons seksual sehingga serviks berada pada posisi
yang meningkatkan kemungkinan terjadinya pembuahan.

17
Ligament dan otot dasar pelvis menopang uterus, termasuk badan
perineum. Secara keseluruhan ada 10 ligamen yang menstabilisasi uterus
di dalam rongga pelvis: empat pasang ligament yakni ligamentum latum,
ligamentum teres (uteri), sakrouterinum, dan kardinale (transversa atau
mackenrodt), dan dua ligament tunggal, yakni anterior (puboservikal) dan
posterior (rektovaginal). Ligamentum posterior membentuk rongga
retrouterin yang dalam, yang dikenal sebagai cul-de-sac of Douglas.
Uterus adalah organ berdinding tebal, muscular, pipih, cekung
yang tampak mirip buah pir terbalik. Pada wanita dewasa yang belum
pernah hamil, berat uterus ialah 60 g (2 ons). Uterus normal memiliki
bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin, dan teraba padat. Derajat
kepadatan ini bervariasi bergantung kepada beberapa factor. Misalnya,
uterus mengandung lebih banyak rongga selama fase sekresi siklus
menstruasi, lebih lunak selama masa hamil, dan lebih padat setelah
menopause.
Uterus terdiri dari empat bagian fundus uteri letaknya di bagian
kranial dan merupakan tonjolan bulat dibagian atas dan terletak diatas
insersi tuba fallopi. Korpus uteri merupakan bagian utama yang
mengelilingi kavum uteri, terletak menghadap ke arah kaudal dan dorsal.
Fasies vesikalis uteri dipisahkan dari vesika urinaria oleh spasium
uterovesikalis. Fasies intestinalis uteri dipisahkan dari kolon sigmoid di
bagian kranial dan dorsal oleh excavatio rektouterina. Pada margo lateralis
melekat lig.latum uteri. Isthmus, yakni bagian sedikit konstriksi yang
menghubungkan korpus dengan serviks dan dikenal sebagai segmen
uterus bagian bawah pada masa hamil. Dan serviks uteri terletak mengarah
ke kaudal dan dorsal. Merupakan bagian yang terletak antar isthmus uteri
dan vagina.
Tiga fungsi uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan
edometrium, kehamilan, dan persalinan. Fungsi-fungsi ini esensial untuk
reproduksi, tetapi tidak di perlukan untuk kelangsungan fisiologis wanita.

18
Gambar 7. Segmen uterus female

a. Dinding Uterus
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan: endometrium,
miometrium, dan sebagian lapisan luar peritoneum parietalis.
Endometrium yang mengandung banyak pembuluh darah ialah suatu
lapisan membrane mukosa yang terdiri dari tiga lapisan: lapisan
permukaan padat, lapisan tengah jaringan ikat yang berongga, dan
lapisan dalam padat yang menghubungkan endometrium dengan
miometrium. (Dua lapisan dibagian atas dikenal juga sebagai lapisan
fungsional dan lapisan dibagian dalam dikenal sebagai lapisan basal).
Selama menstruasi dan sesudah melahirkan, lapisan permukaan yang
padat dan lapisan tengah yang berongga tanggal. Segera setelah aliran
menstruasi berakhir, tebal endometrium 0,5 mm. mendekati akhir
siklis endometrium, sesaat sebelum menstruasi mulai lagi, tebal
endometrium sekitar 5 mm (kurang dari ¼ inci).

19
Miometrium yang tebal tersusun atas lapisan-lapisan serabut
otot polos yang membentang ke tiga arah (longitudinal, transversal,
dan oblik), serabut otot polos saling menjalin dengan jaringan ikat
yang elastic dan pembuluh darah sepanjang dinding uterus dan
menyatu dengan lapisan dalam endometrium yang padat. Miometrium
terutama tebal di fundus, semakin menipis kearah istmus, dan paling
tipis di serviks.
Serabut longitudinal membentuk lapisan luar miometrium,
paling banyak ditemukan di daerah fundus, membuat lapisan ini sangat
cocok untuk mendorong bayi pada persalinan. Pada lapisan
miometrium tengah yang tebal, serabut otot yang saling menjalin
membentuk pola angka-delapan yang mengelilingi pembuluh darah
besar. Kontraksi lapisan tengah memicu kerja hemostatis. Hanya
sedikit serabut sirkular lapisan miometrium dalam ditemukan di
fundus. Kebanyakan serabut sirkular terkonsentrasi di kornu (tempat
tuba fallopi bergabung dengan badan uterus) dan mengelilingi ostium
interna (muara). Kerja sfingter pada lapisan ini mencegah regurgitasi
darah menstruasi dari tuba fallopi salama menstruasi. Kerja sfingter
disekitar ostium serviks interna membantu mempertahankan isi uterus
salama hamil. Cedera pada sfingter ini dapat memperlemah ostium
interna dan menyebabkan ostium interna serviks inkompeten.
Ingat, miometrium bekerja sebagai suatu kesatuan yang utuh.
Struktur miometrium yang memberi kekuatan dan elastisitsa
merupakan contoh adaptasi terhadap fungsi:
1) Untuk menjadi lebih tipis, tertarik keatas, membuka serviks, dan
mendorong janin ke luar uterus, fundus harus berkontraksi dengan
dorongan paling besar.
2) Kontraksi serabut-serabut otot polos yang saling menjalin dan
mengelilingi pembuluh darah ini mengontrol kehilangan darah
setelah aborsi atau persalinan. Karena kemampuannya untuk

20
menutup (ligasi) pembuluh darah yang berada di antara serabut
sebagai ikatan hidup.
Peritonium parietalis, suatu membrane serosa, melapisi seluruh
korpus uteri, kecuali seperempat permukaan anterior bagian bawah, di
mana terdapat kandung kemih dan serviks. Tes diagnostic dan bedah
pada uterus dapat dilakukan tanpa perlu membuka rongga abdomen
karena peritoneum parietalis tidak menutupi seluruh korpus uteri.

Gambar 8. Lapisan dinding uterus

21
b. Serviks
Bagian paling bawah uterus adalah serviks atau leher. Tempat
perlekatan serviks uteri dengan vagina membagi serviks menjadi
bagian supravagina yang panjang (di atas vagina) dan bagian vagina
yang lebih pendek. Panjang serviks sekitar 2,5 sampai 3 cm, 1 cm
menonjol ke dalam vagina pada wanita tidah hamil.
Serviks terutama disusun oleh jaringa ikat fibrosa serta
sejumlah kecil serabut otot dan jaringan elastis. Serviks seorang
wanita nulipara mempunyai bentuk seperti kumparan yang hamper
seperti kerucut, bundar, dan agak padat. Muara sempit antara kavum
uteri dank anal endoserviks (kanal di dalam serviks yang
menghubungkan kavum uteri dengan vagina) disebut ostium interna.
Muara sempit antara endoserviks dan vagina disebut ostium eksterna,
suatu muara sirkular pada wanita yang belum pernah melahirkan.
Persalinan mengubah ostium sirkular menjadi muara transversal kecil
yang membagi serviks menjadi bibir anterior dan bibir posterior.
Saat wanita tidak sedang ovulasi atau hamil, ujung serviks
teraba padat, seperti ujung hidung, dengan lubang kecil ditengah.
Lubang ini menandakan tempat ostium eksterna. Karakteristik serviks
yang paling signifikan ialah kemampuannya meregang pada saat
melahirkan anak pervaginam. Beberapa factor yang berperan pada
elastisitas serviks ialah jaringan ikat yang banyak dan kandungan
serabut yang elastis, lipatan di dalam lapisan endoserviks, dan 10
persen kandungan serabut otot.
c. Kanal
Dua kavum di dalam uterus disebut kanal serviks dan uterus.
Kanal uterus pada wanita tidak hamil ditekan oleh dinding otot yang
tebal, sehingga kanal hanya merupakan suatu ruangan potensial, datar,
dan berbentuk segitiga. Fundus membentuk dasar segitiga. Tuba

22
fallopi membentuk dasar segi tiga. Puncak segitiga mengarah ke
bawah dan membentuk ostium interna kanal serviks.
Kanal endoserviks, dengan banyak lipatannya, mempunyai
lapisan permukaan yang terswusun atas sel-sel kolumnar tinggi dan
menghasilkan musin. Epithelium kolumnar ini berwarna merah daging,
tampak lebih kasar dan lebih dalam daripada epitel luar yang
membungkus serviks. Setelah menarke, epitel skuamosa membungkus
serviks bagian luar (ektoserviks). Pembungkus eksterna sel-sel pipih
ini membuat serviks berwarna merah muda berkilauan. Warna merah
yang sangat kebiruan tampak saat wanita mengalami ovulasi atau
hamil. Serviks yang kemerahan (hiperemis) dapat mengidentifikasikan
peradangan.
Kedua jenis epitel bertemu pada sambungan squamokolumnar.
Sambungan ini biasanya terdapat didalam ostium eksterna serviks,
tetapi pada beberapa wanita dapat ditemukan di ektoserviks.
Sambungan squamokolumnar merupakan tempat perubahan sel
neoplastik yang paling umum. Oleh karena itu, sel untuk pemeriksaan
sitologi dan papanikolaou (pap) smear diambil dari sambungan ini. Sel
epitel kolumnar memproduksi lender yang tidak berbau dan tidak
mengiritasi sebagai respons terhadap hormon-hormon endokrin
ovarium-estrogen dan progesterone.
d. Pembuluh Darah
Aorta abdomen bercabang saat mencapai tinggi umbilicus,
yakni menjadi dua arteri iliaka. Setiap arteri iliaka bercabang
membentuk dua arteri, yang lebih besar disertai arteri hipogastrika.
Arteri-arteri uterus merupakan cabang dari arteri hipogastrika.
Kedekatan letak uterus dari aorta menjamin kecukupan suplai darah
untuk pertumbuhan uterus dan konsepsi.

23
Selain itu, arteri ovarium, subdivisi langsung aorta, mula-mula
memperdarahi ovarium dan kemudian berlanjut untuk bergabung
dengan arteri uterus, sehingga menambah suplai darah ke uterus.
Pada kondisi tidak hamil, pembuluh darah uterus melingkar
dan berkelok-kelok. Seiring kemajuan kehamilan dan pembesaran
uterus, pembuluh darah ini menjadi lurus. Vena uterus berdampingan
dengan arteri uterus dan mengalirkan darah ke vena iliaka interna.
4. Vagina
Vagina, suatu struktur tubular yang terletak di depan rectum dan
dibelakang kandung kemih dan uretra, memanjang dari introitus (muara
eksterna di vestibulum di antara labia minora vulva) sampai serviks. Saat
wanita berdiri, vagina condong ke arah belakang dan ke atas. Vagina
terutama disokong oleh perlekatannya dengan otot dan fasia dasar pelvis.
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu merenggang secara luas. Karena tonjolan serviks ke bagian atas
vagina, panjang dinding anterior vagina hanya sekitar 7,5 cm, sedangkan
panjang dinding posterior sekitar 9 cm. ceruk yang terbentuk di sekeliling
serviks yang menonjol tersebut disebut forniks: kanan, kiri, anterior, dan
posterior. Forniks posterior lebih dalam daripada tiga forniks yang lain.
Membran mukosa glandular melapisi dinding otot polos. Selama
masa reproduksi mukosa ini tersusun dalam bentuk lipatan-lipatan
transversal yang disebut rugae. Mukosa vagina berespons dengan cepat
terhadap stimulasi estrogen dan progesterone. Sel-sel mukosa tanggal
terutama selama siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang
diambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar
hormone seks steroid.
Cairan vagina berasal dari traktus genitalia atas atau bawah.
Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen
mempertahankan keasaman. Apabila pH naik diatas lima, insiden infeksi
vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina

24
mempertahankan kebersihan relative vagina. Oleh karena itu,
penyemprotan cairan ke vagina dalam lingkungan normal tidak
diperlukan dan tidak dianjurkan.
Pap smear, yang diseluruh dunia dipakai untuk mendeteksi kanker
melalui pemeriksaan sel (sitologi), merupakan apusan mukosa vagina dari
forniks posterior vagina dan merupakan kerokan sambungan
squamokolumnar serviks yang difiksasi dengan etil eter dan alcohol dan
kemudian diwarnai dengan pewarna trikrom nukleositoplasmik.
Sejumlah besar suplai darah ke vagina berasal dari cabang-cabang
desenden arteri uterus, arteri vaginalis, dan arteri pudenda interna. Vagina
relative tidak sensitive. Terdapat persarafan dari saraf-saraf pudenda dan
hemoroid sampai sepertiga bagian bawah vagina. Karena persarafan
minimal dan tidak ada ujung saraf khusus, vagina merupakan sumber
sejumlah kecil sensasi ketika individu terangsang secara seksual dan
melakukan koitus dan hanya menimbulkan sedikit nyeri pada tahap kedua
persalinan daripada jika suplai ujung saraf pada jaringan ini cukup.
Daerah G (G-spot) ialah daerah di dinding vagina anterior dibawah
utera yang didefinisikan oleh graefenberg sebagai bagian yang analog
dengan kelenjar prostat pria.. Selama bangkitan seksual, daerah G dapat
distimulasi sampai timbul orgasme yang disertai ejakulasi cairan yang
sifatnya sama dengan cairan prostat ke dalam uretra.
Vagina berfungsi sebagai organ untuk koitus dan jalan lahir.
B. Organ Reproduksi Eksternal
Organ kelamin luar wanita memiliki 2 fungsi, yaitu sebagai jalan
masuk sperma ke dalam tubuh wanita dan sebagai pelindung organ kelamin
dalam dari organisme penyebab infeksi. Saluran kelamin wanita memiliki
lubang yang berhubungan dengan dunia luar, sehingga mikroorganisme
penyebab penyakit bisa masuk dan menyebabkan infeksi kandungan.
mikroorganisme ini biasanya ditularkan melalui hubungan seksual (Snel R,
2011).

25
Gambar 9. Organ Reproduksi eksterna wanita

1. Mons Pubis/Mons Veneris


a. Bagian yang menonjol yang banyak berisi jaringan lemak
yang terletak dipermukaan anterior simpisis pubis.
b. Setelah pubertas, kulit mons veneris ditutup oleh rambut-rambut
c. Seiring peningkatan usia, jumlah jaringan lemak ditubuh wanita
akan berkurang dan rambut pubis akan menipis.
2. Labia Mayora
a. Berupa dua buah lipatan jaringan lemak, berbentuk lonjong dan
menonjol yang berasal dari mons veneris dan berjalan kebawah dan ke
belakang yang mengelilingi labia minora.
b. Terdiri dari 2 permukaan, yaitu bagian luar yang menyerupai kulit
biasa dan ditumbuhi rambut, dan bagian dalam menyerupai selaput
lendir dan mengandung banyak kelenjar sebacea

26
c. Labia mayora kiri dan kanan bersatu di bagian belakang dan
batas depan dari perinium disebut Commisura posterior/ frenulum.
d. Homolog dengan skrotum pada laki laki
3. Labia Minora
a. Merupakan dua buah lipatan jaringan yang pipih dan berwarna
kemerahan-yang terlihat jika labia mayora dibuka.
b. Pertemuan lipatan labia minora kiri dan kanan di bagian atas disebut
preputium klitoris, dan di bagian bawah disebut frenulum klitoris.
c. Pada bagian inferior kedua lipatan labia minora memanjang
mendekati-garis tengah dan menyatu dengan fuorchett.
4. Clitoris/ Klentit
a. Merupakan suatu tanggul berbentuk silinder dan erektil yang
terletak di ujung superior vulva.
b. Mengandung banyak urat urat saraf sensoris dan pembuluh
pembuluh darah.
c. Jumlah pembuluh darah dan persyarafan yang banyak membuat
klitoris sangat sensitif terhadap suhu, sentuhan dan sensasi
tekanan. Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi dan
meningkatkan keregangan seksual.
d. Ujung badan klitoris dinamai Glans dan lebih sensitif dari pada
badannya
e. Panjang klitoris jarang melebihi 2 cm dan bagian yang terlihat adalah
sekitar 6x6 mm atau kurang pada saat tidak terangsang dan
akan membesar jjika secara seksual terangsang.
f. Klitoris analog dengan penis pada laki-laki

27
Gambar 10. Organ reproduksi wanita bagian luar

5. Vestibulum
a. Merupakan rongga yang sebelah lateral dibatasi oleh kedua
labia minora, anterior oleh klitoris dan dorsal oleh fourchet
b. Vestibulum merupakan muara muara dari 6 buah lubang yaitu vagina,
urethra, 2 muara kelenjar bartolini yang terdapat di samping dan agak ke
belakang dari introitus vagina dan 2 muara kelenjar skene di samping dan
agak ke dorsal urethra.

Gambar 11. Muara vestibulum

28
6. Kelenjar Bartholini dan Skene
a. Kelenjar yang penting didaerah vulva karena dapat mengeluarkan lendir.
b. Pengeluaran lendir meningkat saat hubungan seks.

Gambar 12. Bartholin’s gland

7. Ostium Uretra
a. Walaupun bukan merupakan sistem reproduksi sejati, namun
dimasukkan ke dalam bagian ini karana letaknya menyatu dengan vulva.
b. Biasanya terletak sekitar 2,5 cm dibawak klitoris.

Gambar 13. Ostium uretra

29
8. Hymen
a. Berupa lapisan yang tipis dan menutupi sebagian besar introitus vagina
b. Biasanya hymen berlubang sebesar ujung jari, berbentuk bulan
sabit atau sirkular sehingga darah menstruasi dapat keluar. Namun
kadang kala ada banyak lubang kecil (kribriformis)
bercelah (septata), atau berumbai tidak beraturan (fimbriata). Pada
tipe himen fimbriata, pada gadis sulit membedakannya dengan hymen
yang sudah mengalami penetrasi saat koitus.

Gambar 14. Lapisa Hymen

30
9. Perineum dan dasar pelvis
a. Perineum

Gambar 15. Perineum

Perineum terletak dibawah diafragma pelvis atas dan bawah. Otot-otot


dan fasianya memperkuat diafragma pelvis serta membantu muara kandung
kemih, vagina, dan anus untuk konstriksi. Serabut otot bulbokavernosus
berasal dari dalam badan perineum dan mengelilingi muara vagina sebagai
serabut otot yang menjorok kedepan memasuki pubis.
Otot iskiokavernosum berasal dari tuberositas iskiadika dan
menyambung membentuk sudut masuk ke otot bulbokavernosus. Serabut otot
ini berkontraksi sehingga membuat klitoris ereksi. Serabut otot sfingter anus
berasal dari koksigis, berpisah dan memasuki anus dari kedua sisi, menyatu,
kemudian masuk kedalam otot perineum transversa. Serabut otot
bulbokavernosus, perineum transversa, dan sfingter ani dapat diperkuat
dengan latihan kegel.
Badan perineum, massa berbentuk-baji antara muara vagina dan muara
anus, berfungsi sebagai titik berlabuhnya otot, fasia, dan ligamen diafragma
pelvis atas dan bawah. Bagian bawah badan yang dibungkus kulit disebut
perineum. Badan perineum merupakan lanjutan septum antara rektum dan

31
vagina. Jaringan ini pipih dan meregang seiring pergerakan janin melalui jalan
lahir.
C. Organ Reproduksi /Organ Seksual Ekstragonadal
Payudara

Gambar 16. Payudara

Seluruh susunan kelenjar payudara berada di bawah kulit di daerah


pektoral. Terdiri dari massa payudara yang sebagian besar mengandung
jaringan lemak, berlobus-lobus (20-40 lobus), tiap lobus terdiri dari 10-100
alveoli, yang di bawah pengaruh hormon prolaktin memproduksi air susu.
Dari lobus-lobus, air susu dialirkan melalui duktus yang bermuara di daerah
papila / puting.

32
Fungsi utama payudara adalah laktasi, dipengaruhi hormon prolaktin
dan oksitosin pascapersalinan. Kulit daerah payudara sensitif terhadap
rangsang, termasuk sebagai sexually responsive organ.

2.4 Fisiologi sistem Reproduksi Wanita


1. Fisiologi reproduksi wanita ditandai oleh siklus kompleks
Tidak seperti produksi sperma yang terus menerus dan sekresi
testosterone yang pada hakikatnya konstan pada pria, pelepasan ovum bersifat
intermiten dan sekresi hormon-hormon seks wanita memperlihatkan
pergesean siklik yang lebar. Jaringan yang dipengaruhi oleh hormon-hormon
seks ini juga mengalami perubahan siklik, dengan yang paling jelas adalah
siklus haid bulanan. Pada setiap siklus, saluran reproduksi wanita
dipersiapkan untuk fertilisasi dan implantasi ovum yang dibebaskan dari
ovarium saat ovulasi. Jika pembuahan tidak terjadi maka siklus terhenti
sementara sistem pada wanita tersebut berdaptasi untuk memelihara dan
melindungi mahluk hidup yang baru terbentuk tersebut sampai ia berkembang
menjadi individu yang mampu hidup di luar lingkungan ibu. Selain itu, wanita
melanjutkan fungsi reproduksinya setelah melahirkan dengan menghasilkan
susu (laktasi) untuk member makan bayi. Karena itu, sistem reproduksi wanita
ditandai oleh siklus kompleks yang terputus oleh perubahan yang lebih
kompleks lagi seandainya terjadi kehamilan (Sherwood, 2011).
Ovarium sebagai organ reproduksi primer wanita, melakukan fungsi
ganda menghasilkan ovum (oogenesis) dan mengeluarkan hormon seks
wanita, estrogen dan progesterone. Hormon-hormon ini bekerja sama untuk
mendorong fertilisasi ovum dan mempersiapkan sistem reproduksi wanita
untuk kehamilan. Estrogen pada wanita mengatur banyak fungsi serupa
dengan yang dilakukan oleh testosterone pada pria, misalnya pematangan dan
pemeliharaan keseluruhan sistem reproduksi wanita dan membentuk
karakteristik seks sekunder wanita. Secara umum, kerja estrogen penting pada
proses-proses prakonsepsi. Estrogen penting bagi pematang-pematang dan

33
pembebasan ovum, pembentukan karakteristik fisik yang menarik secara
seksual bagi pria, dan transport sperma dari vagina ke tempat pembuahan di
tuba uterina. Selain itu, estrogen ikut berperan dalam perkembangan payudara
dalam antisipasi menyusui. Steroid ovarium lainnya, progesterone, penting
dalam mempersiapkan lingkungan yang sesuai untuk memelihara
mudigah/janin serta berperan dalam kemampuan payudara untuk
menghasilkan susu (Sherwood, 2011)
Seperti pada pria, kemampuan reproduksi dimulai saaat pubertas pada
wanita, tetapi tidak seperti pada pria, yang memiliki potensi reproduksi
seumur hidupnya, potensi reproduksi wanita terhenti selama usia pertengahan
saat menopause.
2. Tahap-tahap gametogenesis sama di kedua jenis kelamin, tetapi berbeda
waktu dan hasil kerjanya sangat berbeda
Oogenesis sangat berbeda dari spermatogenesis dalam beberapa aspek
penting, meskipun tahap-tahap identik replikasi dan pembelahan kromosom
berlangsung selama produksi gamet pada kedua jenis kelamin. Sel
germinativum primordial yang belum berdiferensiasi di ovarium janin.
Oogonia (sebanding dengan spermatogonia), membelah secara mitosis untuk
menghasilkan 6 juta sampai 7 juta oogonia pada bulan kelima gestasi. Saat
proliferasi mitotic terhenti.
a. Pembentukan oosit perimer dan folikel primer
Selama bagian terkhir kehidupan janin, oogonia memulai tahap-
tahap awal pembelahan meiotik pertama tetapi tidak menuntaskannya.
Oogonia tersebut, yang kini dikenal sebagai oosit primer, mengandung
jumlah diploid 46 kromosom replikasi, yang dikumpulkan ke dalam
pasangan-pasangan homolog tetapi tidak memisah. Oosit primer tetap
berada dalam keadaan meiotik arrest ini selama bertahun-tahun sampai
sel ini di persiapkan untuk ovulasi

34
Sebelum lahir, setiap oosit primer dikelilingi oleh satu lapisan sel
granulosa. Bersama-sama, satu oosit dan sel-sel granulosa di sekitarnya
membentuk folikel primer. Oosit yang tidak membentuk folikel kemudian
mengalami kerusakan melalui proses apoptosis. Saat lahir hanya sekitar 2
juta folikel primer yang tersisa, masing-masing mengandung satu oosit
primer yang mampu menghasilkan satu ovum. Pandangan tradisional
menyatakan bahwa tidak ada oosit atau folikel baru yang muncul setelah
lahir, folikel yang sudah ada di ovarium saat lahir berfungsi sebagai
reservoar yang menjadi asal bagi semua ovum sepanjang masa subur
wanita yang bersangkutan. Namun, para peneliti baru-baru ini
menemukan, paling tidak pada mencit, bahwa oosit dan folikel baru dapat
diproduksi setelah lahir dari sel punca ovarium, yang sebelumnya tidak
diketahui mampu menghasilkan sel germinativum primordial atau
oogonia. Meskipun pada manusia mungkin terdapat sel punca penghasil
ovum namun cadangan folikel tersebut secara bertahap menyusut akibat
proses-proses yang “menghabiskan” folikel yang berisi oosit.
Reservoar folikel primer tersebut perlahan menghasilkan folikel
yang sedang berkembang secara terus-menerus. Sekali terbentuk, folikel
ditakdirkan mengalami satu dari dua nasib: mencapai kematangan dan
berovulasi, atau berdegenerasi untuk membentuk jaringan parut, suatu
proses yang dikenal sebagai atresia. Sampai masa pubertas, semua folikel
yang mulai berkembang mengalami atresia pada tahap-tahap awal tanpa
pernah berovulasi. Bahkan selama beberapa tahun pertama pubertas,
banyak dari siklus bersifat anovulatorik (yaitu tanpa pembebasan ovum).
Dari cadangan total folikel,hanya sekitar 400 akan matang dan
mengeluarkan ovum; 99,98% tidak pernah berovulasi dan mengalami
atresia pada suatu tahap perkembangannya. Saat menopause, yang rerata
terjadi pada usia 50-an awal, hanya beberapa folikel primer yang tersisa
yang tidak pernah berovulasi atau mengalami atresia. Sejak tahap ini,
kapasitas reproduksi wanita yang bersangkutan berhenti.

35
Potensial gamet yang terbatas pada wanita ini sangat berbeda dari
proses spermatogenesis pada pria yang terus-menerus dan berpotensi
menghasilkan beberapa ratus juta sperma dalam sehari. Selain itu,
dibandingkan dengan spermatogenesis, pada oogenesis banyak terjadi
pemborosan kromosom.
b. Pembentukan oosit sekunder dan folikel sekunder
Oosit primer didalam folikel primer masih merupakan suatu sel
diploid yang mengandung 46 kromosom ganda. Dari pubertas sampai
menopause, sebagian dari kumpulan folikel ini mulai berkembang menjadi
folikel sekunder (antrum) secara siklis. Belum diketahui mekanisme apa
yang menentukan folikel mana dari rervoar tersebut akan berkembang
pada suatu siklus. Pembentukan folikel sekunder ditandai oleh
pertumbuhan oosit primer dan oleh ekspansi serta diferensiasi lapisan-
lapisan sel sekitar. Oosit membesar sekitar seribu kali lipat. Pembesaran
oosit ini disebabkan oleh penimbunan bahan sitoplasma yang akan
dibutuhkan oleh mudigah.
Tepat sebelum ovulasi, oosit primer yang nukleusnya mengalami
meiotic arrest (penghentian proses meiosis) selama bertahun-tahun,
menyelesaikan pembelahan meiotik pertamanya. Pembelahan ini
menghasilkan dua sel anak, masing-masing menerima set haploid 23
kromosom ganda, analog dengan pembentukan spermatosit sekunder.
Namun, hamper semua sitoplasma tetap berada di salah satu sel anak,
yang sekarang dinamai oosit sekunder dan ditakdirkan untuk menjadi
ovum. Kromosom sel anak yang lain bersama dengan sedikit
sitoplasmanya membentuk badan polar pertama. Dengan cara ini, calon
ovum kehilangan separuh kromosomnya untuk membentuk gamet haploid
tetapi mempertahankan sitoplasma yang kaya nutrien. Badan polar yang
kekurangan sitoplasma tersebut segera mengalami degenerasi.

36
c. Pembentukan ovum matang
Sebenarnya oosit sekunderlah, bukan ovum matang yang
diovulasikan dan dibuahi, tetapi telah menjadi kebiasaan untuk menyebut
gamet wanita yang sedang terbentuk sebagai ovum bahkan dalam stadium
oosit primer dan sekunder. Masuknya sperma ke dalam oosit sekunder
dibutuhkan untuk memicu pembelahan meiotic kedua. Oosit sekunder
yang tidak dibuahi tidak pernah menyelesaikan pembelahan final ini.
Selama pembelahan ini, separuh set kromosom bersama dengan sedikit
sitoplasma dikeluarkan sebagai badan polar kedua. Separuh setnya lainnya
(23 kromosom tak berpasangan) tetap tertinggal dalam apa yang sekarang
dinamai ovum matang. Dua puluh tiga kromosom ibu ini menyatu dengan
23 kromosom ayah dari sperma yang masuk untuk menuntaskan
pembuahan. Jika badan polar pertama belum berdegenerasi maka sel ini
juga mengalami pembelahan meiotik kedua pada saat yang sama ketika
oosit sekunder yang dibuahi membagi kromosomnya.
d. Perbandingan langkah-langkah dalam oogenesis dan spermatogenesis
Tahap-tahap yang terjadi dalam distribusi kromosom selama
oogenesis analog dengan yang terjadi pada spermatogenesis, kecuali
bahwa distribusi sitoplasma dan rentang waktu penyelesaiannya sangat
berbeda. Seperti halnya pembentukan empat spermatid haploid oleh setiap
spermatosit primer, setiap oosit primer (jika badan polar pertama tidak
mengalami degenerasi sebelum menuntaskan pembelahan meiotik
keduannya) juga menghasilkan empat sel anak haploid. Dalam
spermatogenesis, masing-masing sel anak berkembang menjadi
spermatozoa motil yang yang sangat khusus dan tidak dibebani oleh
sitoplasma dan organel yang tidak esensial serta semata-mata bertugas
memberikan separuh gen ke individu baru. Namun dalam oogenesis dari
keempat sel anak hanya satu yang ditakdirkan menjadi ovum yang
menerima sitoplasma. Distribusi sitoplasma yang tidak merata ini penting
karena ovum, selain menyumbang separuh gen juga menyediakan semua

37
komponen sitoplasma yang dibutuhkan untuk menunjang perkembangan
awal ovum yang telah dibuahi. Ovum yang besar dan relatif belum
berdiferensiasi ini mengandung banyak nutrien, organel serta protein
structural dan enzimatik. Ketiga sel anak lainnya yang kekurangan
sitoplasma, atau badan polar cepat berdegenerasi dan kromosomnya
menjadi tersia-siakan.
Perhatikan juga perbedaan besar dalam waktu untuk
menyelesaikan spermatogenesis dan oogenesis. Diperlukan waktu sekitar
2 bulan bagi spermatogonia untuk berkembang menjadi spermatozoa
sempurna. Sebaliknya, perkembangan oogonia (terdapat sebelum lahir)
menjadi ovum matang memerlukan waktu antara 11 tahun (permulaan
ovulasi pada awal pubertas) hingga 50 tahun (akhir ovulasi pada
permulaan menopause). Panjang sebenarnya dari tahap-tahap aktif meiosis
pada pria dan wanita sama, tetapi pada wanita sel telur mengalami
penghentian meiotik untuk waktu yang berbeda-beda.
Semakin tuanya usia ovum yang dibebaskan oleh wanita pada usia
akhir 30-an dan 40-an diperkirakan berperan menyebabkan peningkatan
insidens kelainan genetik, misalnya sindrom down pada anak yang lahir
dari ibu dalam kisaran usia tersebut.
3. Siklus ovarium terdiri dari fase folikular dan luteal yang bergantian
Setelah pubertas dimulai, ovarium secara terus menerus mengalami
dua fase secara bergantian: fase folikular yang didominasi oleh keberadaaan
folikel matang, dan fase luteal yang ditandai oleh adanya korpus luteum.
Dalam keadaan normal siklus ini hanya terinterupsi jika terjadi kehamilan dan
akhirnya berakhir pada menopause. Siklus ovarium rerata berlangsung 28
hari, tetapi hal ini bervariasi di antara wanita dan diantara siklus pada wanita
yang sama. Folikel bekerja pada paruh pertama siklus untuk menghasilkan
telur matang yang siap untuk berovulasi pada pertengahan siklus. Korpus
luteum mengambil alih selama paruh terakhir siklus untuk mempersiapkan

38
saluran reproduksi wanita untuk kehamilan jika terjadi pembuahan telur yang
dibebaskan tersebut.
4. Fase folikular ditandai oleh pembentukan folikel matang
Setiap saat selama siklus, sebagian dari folikel-folikel primer mulai
berkembang. Namu, hanya folikel yang melakukannya selama fase folikular
saat lingkungan hormonal tepat untuk mendorong pematangannya, yang
berlanjut melewati tahap-tahap awal perkembangan. Folikel yang lain, karena
tidak mendapat bantuan hormon, mengalami stresia. Selama pembentukan
folikel, seiring dengan pembentukan dan penyimpanan bahan oleh oosit
primer untuk digunakan jika dibuahi, terjadi perubahan-perubahan penting di
sel-sel yang mengelilingi oosit dalam persiapan untuk pembebasan sel telur
dari ovarium.
a. Proliferasi sel granulosa dan pembentukan zona pelusida
Pertama, satu lapisan sel granulosa pada folikel primer
berproliferasi untuk membentuk beberapa lapisan yang mengelilingi oosit.
Sel-sel granulosa ini mengeluarkan “kulit” kental mirip gel yang
membungkus oosit dan memisahkannya dari sel granulose sekitar.
Membran penyekat ini dikenal sebagai zona pelusida.
Para ilmuan baru-baru ini menemukan adanya taut celah yang
menembus zona pelusida dan terbentang antara oosit dan sel-sel granulosa
sekitar di folikel yang sedang berkembang. Ion dan molekul kecil dapat
melewati saluran penghubung ini. ingatlah bahwa taut celah antara sel-sel
peka rangsang memungkinkan penyebaran potensial aksi dari satu sel-sel
berikutnya sewaktu ion-ion mengalir melalui saluran-saluran penghubung
ini. Sel-sel di folikel yang sedang berkembang bukan sel peka rangsang
sehingga taut celah disini memiliki fungsi diluar penyalur aktivitas listrik.
Glukosa, asam amino, dan molekul penting lain di sampaikan ke oosit dari
sel granulosa melalui saluran-saluran ini, memungkinkan sel telur
menumpuk bahan-bahan nutrient penting ini. Molekul-molekul pembawa
sinyal juga dapat melewati saluran ini dalam kedua arahnya sehingga

39
perubahan-perubahan yang terjadi di oosit dan sel-sel sekitar dapat
dikoordinasikan selagi keduanya mengalami pematangan dan bersiap
untuk ovulasi.
b. Proliferasi sel teka;sekresi estrogen
Pada saat yang sama ketika oosit sedang membesar dan sel-sel
granulose berproliferasi, sel-sel jaringan ikat ovarium khusus yang
berkontak dengan sel granulosa berproliferasi dan berdiferensiasi
membentuk suatu lapisan luar sel teka. Sel teka dan sel granulosa, yang
secara kolektif dinamai sel folikel, berfungsi sebagai satu kesatuan untuk
mengeluarkan estrogen. Dari tiga estrogen yang penting secara faali-estra
diol, estron, dan estriol-estradiol adalah estrogen ovarium utama.
c. Pembentukan antrum
Lingkungan hormon pada fase folikular mendorong terjadinya
pembesaran dan pengembangan kemampuan sekresi sel-sel folikel,
mengubah folikel primer menjadi folikel sekunder, atau folikel antrum,
yang mampu mengeluarkan estrogen. Selama tahap perkembangan folikel
ini, terbentuk suatu rongga berisi cairan, antrum, dibagian tengah sel-sel
granulosa. Cairan folikel sebagian berasal transudasi (mengalir melalui
pori kapiler) plasma dan sebagian dari sekresi sel folikel. Sewaktu sel
folikel mulai mengeluarkan estrogen, sebagian dari hormon ini di
sekresikan kedalam darah untuk disebarkan keseluruh tubuh. Namun
sebagian dari estrogen ini terkumpul di cairan antrum yang kaya hormon.
Oosit telah mencapai ukuran penuh saat antrum mulai terbentuk.
Perubahan ke folikel antrum ini memicu suatu periode pertumbuhan
folikel yang cepat. Selama periode ini, garis tengah folikel meningkat,
kurang dari 1 mm menjadi 12 sampai 16 mm sesaat sebelum ovulasi.
Sebagian dari pertumbuhan folikel ini disebabkan oleh proliferasi
berkelanjutan sel granulosa dan sel teka, tetapi sebagian besar di sebabkan
oleh pembesaran dramatik antrum. Seiring dengan tumbuhnya folikel,
produksi ekstrogen juga meningkat.

40
d. Pembentukan folikel matang
Salah satu folikel biasanya tumbuh lebih cepat daripada yang lain,
berkembang menjadi folikel matang (praovulasi, tersier, atau graaf) dalam
waktu sekitar 14 hari setelah dimulainya pembentukan folikel. Pada
folikel matang, antrum menempati sebagian besar ruang. Oosit, yang
dikelilingi oleh zona pelusida dan satu lapisan sel granulosa, tergeser
asismetris ke salah satu sisi folikel, dalam suatu gundukan kecil yang
menonjol kedalam antrum.
e. Ovulasi
Folikel matang yang telah sangat membesar ini menonjol dari
permukaan ovarium, menciptakan suatu daerah tipis yang kemudian pecah
untuk membebaskan oosit saat ovulasi. Pecahnya folikel ditandai oleh
pelepasan ezim-enzim dari sel folikel untuk mencerna jaringan ikat di
dinding folikel. Karena itu dinding yang menonjol tersebut melemah
sehingga semakin menonjol hingga ke tahap dimana dinding tersebut tidak
lagi mampu menahan isi folikel ysng cepat membesar.
Tepat sebelum ovulasi, oosit menyelesaikan pembelahan meiotic
pertamanya. Ovum (oosit sekunder), masih dikelilingi oleh zona pelusida
yang lekat dan sel-sel granulosa tersapu keluar folikel yang pecah ke
dalam rongga abdomen oleh cairan antrum yang bocor. Ovum yang
dibebaskan ini cepat tertarik ke dalam tuba uterine, tempat terjadi
fertilisasi.
Folikel-folikel lain yang sedang berkembang namun gagal
mencapai kematangan dan berevolusi kemudian mengalami degenerasi
dan tidak pernah menjadi aktif kembali. Kadang-kadang dua (atau
mungkin lebih) folikel mencapai kematangan dan berevolusi hamper
secara bersamaaan. Jika keduanya dibuahi maka dihasilkan kembar
saudara (fraternal twins). Karena kembar saudara berasal dari ovum yang
berbeda dan dibuahi oleh sperma yang berbeda maka mereka sama seperti
saudara kandung namun dengan tanggal lahir yang sama. Kembar identik,

41
sebaliknya berasal dari satu ovum yang dibuahi yang membelah sempurna
pada awal masa perkembangannya menjadi dua mudigah yang secara
genetis identik.
Pecahnya folikel saat ovulasi menandakan berakhirnya fase
folikular dan dimulainya fase luteal.
5. Fase luteal ditandai oleh keberadaan korpus luteum
Folikel yang pecah yang tertinggal di ovarium setelah mengeluarkan
ovum segera mengalami perubahan. Sel-sel granulosa dan sel teka yang
tertinggal di sisa folikel mula-mula kolaps ke dalam ruang antrum yang
kosong dan telah terisi sebagian oleh bekeuan darah.
a. Pembentukan korpus luteum (sekresi estrogen dan progesterone).
Sel-sel folikel lama ini segera mengalami transformasi sktruktural
drastics untuk membentuk korpus luteum, suatu proses yang dialami
luteinisasi. Sel-sel folikel yang berubah menjadi sel luteal ini membesar
dan berubah menjadi jaringan yang sangat aktif menghasilkan hormon
steroid. Banyaknya simpanan kolesterol, molekul prekursor steroid,
dalam butir-butir lemak di dalam korpus luteum menyebabkan jaringan ini
tampak kekuningan sehingga dinamai demikian (korpus artinya badan dan
luteum artinya kuning).
Korpus luteum mengalami vaskularisasi hebat seiring dengan
masuknya pembuluh-pembuluh darah dari daerah teka ke daerah
granulosa yang mengalami luteinisasi. Perubahan-perubahan ini sesuai
untuk fungsi korpus luteum yakni mengeluarkan banyak progesterone
pada fase luteal penting untuk mempersiapkan uterus untuk implantasi
ovum yang dibuahi. Korpus luteum berfungsi penuh dalam empat hari
setelah ovulasi, tetapi struktur ini terus membesar selama empat sampai
hari berikutnya

42
b. Degenerasi korpus luteum
Jika ovum yang dibebaskan tidak dibuahi dan tidak terjadi
implantasi maka korpus luteum akan berdegenerasi dalam waktu sekitar
14 hari setelah pembentukannya. Sel-sel luteal berdegenerasi dan
difagositosis, vaskularisasi berkurang, dan jaringan ikat segera masuk
untuk membentuk massa jaringan fibrosa yang dikenal sebagai korpus
albikans (badan putih). Fase luteal kini usai, dan satu siklus ovarium telah
selesai. Suatu gelombang baru pembentukan folikel, yang dimulai ketika
degenarasi korpus luteum selesai, menandai dimulainya fase folikel baru.
c. Korpus luteum kehamilan
Jika pembuahan dan implantasi terjadi maka korpus luteum terus
tumbuh serta meningkatkan produksi progesteron dan estrogennya.
Struktur korpus luteum kehamilan, menetap sampai kehamilan berakhir.
Struktur ini menghasilkan hormon-hormon yang esensial untuk
mempertahankan kehamilan sampai plasenta yang kemudian terbentuk
mengambil alih fungsi penting ini.
6. Siklus ovarium diatur oleh interaksi hormon yang kompleks
Ovarium memiliki dua unit endokrin yang berkaitan yakni folikel
penghasil estrogen selama paruh pertama siklus dan korpus luteum, yang
menghasilkan progesteron dan estrogen selama paruh terakhir siklus. Unit-
unit ini secara berurutan dipicu oleh hubungan hormonal siklik kompleks
antara hipotalamus, hipofisis anterior dan kedua unit endokrin ovarium ini.
Seperti pada pria, fungsi gonad pada wanita dikontrol secara lansung
oleh hormon-hormon gonadotropik hipofisis anterior yaitu follicle-stimulating
hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). Kedua hormon ini sebaliknya
diatur oleh gonadotropin-releasing hormone (GnRH) hipotalamus serta efek
umpan balik hormon-hormon gonad. Namun, tidak seperti pada pria, control
gonad wanita diperumit oleh fungsi ovarium yang siklik. Sebagai ontoh, efek
FSH dan LH pada ovarium bergantung pada stadium siklus ovarium.

43
Selain itu, estrogen menimbulkan efek umpan balik negatif selama
paruh tertentu siklus dan efek umpan balik positif pada paruh siklus lainnya
bergantung pada konsentrasi estrogen. Juga bebeda pada pria, FSH tidak
semata-mata bertanggungjawab untuk gametogenesis demikian juga LH tidak
hanya menentukan sekresi hormon gonad.

44
BAB 3
PENUTUP

3.1 Simpulan
Struktur organ reproduksi wanita terdiri organ reproduksi eksternal dan
organ reproduksi internal. Organ reproduksi luar wanita disebut juga vulva
meliputi mons veneris (mons pubis), labium mayora, labium minora dan clitoris.
Organ reproduksi dalam wanita meliputi ovarium, tuba falopii, uterus dan vagina.
Menurut Sherwood (2011), peran wanita dalam reproduksi lebih rumit dari
pada peran pria. Fungsi esensial sistem reproduksi wanita mencakup:
1. Membentuk ovum (oogenesis)
2. Menerima sperma
3. Mengangkut sperma dan ovum ke tempat penyatuan (fertilisasi, konsepsi atau
pembuahan)
4. Memelihara janin yang sedang tumbuh sampai janin dapat bertahan hidup di
dunia luar (gestasi, atau kehamilan), mencakup pembentukan plasenta, organ
pertukaran antara ibu dan janinnya.
5. Melahirkan bayi (persalinan, partus)
6. Memberi makan bayi setelah lahir dengan menghasilkan susu (laktat)

3.2 Saran
Dalam merencanakan, melakukan dan mengevaluasi asuhan atau
perawatan yang akan dilakukan pada wanita, baik dalam asuhan kehamilan,
persalinan, nifas, manpun dalam pelayanan kesehatan reproduksi dan KB, sangat
penting bagi kita sebagai calon tenaga kesehatan untuk mengetahui struktur dan
anatomi alat reproduksi wanita. Sehingga kita dapat memberikan asuhan yang
benar, maksimal dan berkualitas pada wanita.

45
DAFTAR PUSTAKA

Bobak , Lowdwermik, Jensen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi: 4.


Jakarta: EGC
Gibson John. (2002). Fisiologi dan Anatomi Modern Untuk Perawat, Edisi:2. Jakarta:
EGC
Ida Ayu Chindranita Manuaba dkk. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi
Wanita, Edisi: 2. Jakarta: EGC
Sherwood, L. (2011). Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC
Mira Dwi. (2009). Buku Ajar Biologi Reproduksi. Jakarta: EGC
Snel, Richard S. (2011). Anatomi Klinins Berdasarkan Sistem. Jakarta: EGC
Syaifuddin. (2011). Anatomi Fisiologi Untuk Keperawatan dan Kebidanan, Edisi:4.
Jakarta: EGC

46

Anda mungkin juga menyukai