Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Banyak cara atau gaya dalam pengambilan keputusan. Ada

orang yang cenderung menghindari masalah, ada yang berusaha

memecahkan atau menyelesaikan masalah, bahkan ada yang

mencari-cari masalah. Pada prinsipnya, cara pengambilan keputusan

mengacu pada bagaimana seseorang mengolah informasi, apakah

lebih dominan menggunakan pikirannya, ataukah dengan

perasaannya. Setelah semua informasi diperoleh melalui fungsi

persepsi, maka seseorang harus melakukan sesuatu dengan

informasi tersebut. Informasi tersebut harus diolah untuk memperoleh

suatu kesimpulan guna mengambil suatu keputusan ataupun

membentuk suatu opini. Ada gambaran preferensi mengenai dua cara

yang berbeda tentang bagaimana seseorang mengambil keputusan

ataupun memberikan penilaian, yaitu dengan berfikir menggunakan

akal pikiran dan menggunakan perasaan atau dengan persepsi.

Salah satu cara untuk mengambil keputusan adalah dengan

mempergunakan perasaan dan persepsi. Perasaan disini bukan

berarti emosi, melainkan dengan mempertimbangkan dampak dari

suatu putusan terhadap diri sendiri dan/atau orang lain. Apakah

manfaatnya bagi diri sendiri dan/atau orang lain (tanpa

mempersyaratkan terlebih dahulu bahwa hal tersebut haruslah logis).

1
Pengambilan keputusan atas dasar perasaan ini berlandaskan pada

nilai-nilai pribadi atau norma-norma, dan bukan mengacu pada

tindakan yang dapat disebut emosionil. Apabila kita mengambil

keputusan berdasarkan perasaan, kita akan mempertanyakan

seberapa jauh kita akan melibatkan diri secara langsung, seberapa

jauh kita merasa turut bertanggung jawab terhadap dampak atas

keputusan yang diambil, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap

orang lain. Mereka yang mempunyai preferensi menggunakan

perasaan dalam mengambil keputusan, cenderung bersikap simpatik,

bijaksana dan sangat menghargai sesama.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari persepsi?

2. Bagaimana persepsi orang untuk membuat penilaian atas orang

lain?

3. Bagaimana hubungan antara persepsi dan pengambilan keputusan

individual?

4. Bagaimana pengambilan keputusan dalam organisasi?

5. Apa pengaruh perbedaan individu dan batasan organisasi dalam

pengambilan keputusan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi dari persepsi

2. Untuk mengetahui bagaimana persepsi orang untuk membuat

penilaian atas orang lain

2
3. Untuk mengetahui hubungan antara persepsi dan pengambilan

keputusan individual

4. Untuk mengetahui pengambilan keputusan dalam organisasi

5. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan individu dan batasan

organisasi dalam pengambilan keputusan

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Persepsi

Persepsi adalah sebuah proses individu mengorganisasikan

dan menginterpretasiakan kesan sensoris untuk memberikan

pengertian pada lingkungannya. Apa yang kita nilai berdasarkan

persepsi bisa jadi berbeda secara substansial dengan realitas objektif.

Persepsi sangat penting bagi perilaku organisasi karena perilaku

orang-orang didasarkan pada persepsi mereka tentang apa realita

yang ada, bukan mengenai realita itu sendiri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah:

1. Penilai

Ketika melihat sebuat target, interpretasi kita terhadap

target tersebut dipengaruhi oleh sikap, kepribadian, motif, minat,

pengalaman masa lampau, dan ekspektasi.

2. Target

Karakteristik dari target sangat mempengaruhi persepsi kita

terhadap target tersebut. Karakteristik ini bisa berupa latar

belakang, ukuran, suara, kesamaan, inovasi, pergerakan, dan

proksimitas.

4
3. Situasi

Situasi atau keadaan saat kita melihat target dapat

mempengaruhi interpretasi kita. Situasi yang dimaksud meliputi

waktu, latar kerja, dan latar sosial.

B. Membuat Penilaian atas Orang Lain

1. Teori Atribusi

Teori Atribusi (Atribution Theory) adalah sebuah percobaan

untuk menentukan apakah perilaku individu disebabkan dari

internal atau eksternal. Teori atribusi menjelaskan cara-cara kita

menilai orang dengan berbeda, bergantung pada pengertian yang

kita atribusikan pada sebuah perilaku.

Perilaku yang disebabkan internal adalah yang dipercaya

pengamat berada dalam kendali perilaku pribadi dari individu.

Sedangkan perilaku yang disebabkan eksternal adalah perilaku

individu dipengaruhi oleh situasi yang memaksa individu untuk

melakukannya.

Ada tiga faktor penentu atribusi, yaitu:

a. Perbedaan

Perbedaan merujuk pada apakah seorang individu

menampilkan perilaku yang berbeda dalam situasi yang berbeda.

Jika perbedaannya rendah, maka perilaku tersebut disebabkan

oleh internal. Namun, jika perbedaannya tinggi maka individu

tersebut dipengaruhi oleh eksternal.

5
b. Konsensus

Konsensus merujuk pada apakah seorang individu jika

menghadapi situasi yang sama akan memberikan respon yang

sama. Jika konsensusnya tinggi, maka atribusinya adalah

eksternal. Namun, jika konsensusnya rendah, maka penyebab

atribusinya internal.

c. Konsistensi

Konsistensi merujuk apakah individu akan merespon

dengan cara yang sama sepanjang waktu. Jika konsistensi

tinggi, maka disebabkan oleh internal. Sebaliknya, jika

konsistensi rendah maka disebabkan oleh eksternal.

Salah satu riset teori atribusi, menemukan bahwa

kesalahan atau bias dapat mengganggu atribusi. Ketika kita

membuat penilaian mengenai perilaku orang lain, kita cenderung

meremehkan pengaruh faktor-faktor eksternal dan melebihkan

pengaruh faktor-faktor internal atau pribadi (kesalahan atribusi

fundamental). Selain itu, bias pelayanan diri juga mengganggu

atribusi. Bias pelayanan diri (self-serving bias) adalah

kecenderungan individu untuk mengatribusikan kesuksesan mereka

pada faktor-faktor internal, tetapi menyalahkan kegagalan pada

faktor-faktor eksternal.

6
2. Presepsi Selektif (selective perception)

Presepsi Selektif (selective perception) kecenderungan

untuk secara selektif menginterpretasikan apa yang seseorang lihat

dalam basis minat, latar belakang, pengalaman, dan sikap

seseorang. Kita menemukan contoh presepsi selektif dalam

analisis keuangan. Dari tahun 2007 sampai 2009 pasar saham AS

kehilangan hampir separuh nilainya. Tetapi selama waktu itu,

peringkat jual analisis, umumnya analisis menilai saham sebuah

perusahaan dengan tiga rekomendasi: beli, jual, pegang. Ada

beberapa alasan analis enggan untuk menempatkan peringkat jual

dalam saham, salah satunya adalah persepsi selektif. Ketika harga

turun analis sering melihat masa lalu, dibanding masa depan. hal

ini adalah menunjukan bahaya dari presepsi selektif. Dengan

melihat hanya pada harga masa lalu analis mengandalkan poin

rujukan yang salah dan gagal mengenali bahwa apa yang yang

telah jatuh masih dapat jatuh lebih dalam lagi.

3. Efek halo (halo effect)

Efek halo (halo effect) kecendrungan untuk

menggambarkan impresi umum mengenai seseorang individu

berdasarkan karakteristik tunggal. Apabila seorang individu

menggambarkan kesan mengenai seorang individu berdasarkan

sebuah karakteristik tunggal, seperti kecerdasan kemampuan

bersosialisasi atau penampilan sebuah efek halo sedang bekerja,

7
pandangan umum kita mengontaminasi pandangan spesifik kita.

Daftar sifat sifat efek halo seperti cerdas, terampil,giat,rajin, subejek

diminta memiliki sifat-sifat tersebut. Subjek menilai rang itu

bijaksana humoris, populer dan imajinatif. Subjek membuat sebuah

sifat tunggal mempengaruhi kesan keseluruhan mereka atas orang

yang mereka nilai.

4. Efek kontras (contrass effect)


Efek kontras (contrass effect) evaluasi atas karakteristik

seseorang yang dipengaruhi oleh perbandingan dengan orang lain

yang baru muncul yang berperingkat lebih tinggi atau rendah dalam

karakteristik yang sama. Efek kontars dapat mengganggu persepsi

misalnya ada anak dewasa yang melibatkan tindakan dengan

anak-anak dan hewan karena penonton atau masyarakat

cenderung melibatkan anak-anak dan hewan.


5. Streotip (stereotip)
Streotip (stereotip) menilai seseorang berdasarkan presepsi

mengenai kelompok asalnya. Streotip dapat berakar dalam dan

cukup kuat untuk mempengaruhi keputusan hidup dan mati. Satu

study dengan mengendalikan ragam faktor menunjukan bahwa

tingkat dimana kulit hitam yang dibela dalam pengendilan

pembunuhan yang terlihat sepertiti sterotip terhadap kulit hitam

karena mereka biasanya menerima dua kali kemungkinan untuk

dihukum mati.

8
Salah satu masalah adalah adanya generalisasi yang

menyebar luas, meskipun mungkin tidak mengandung kebenara

ketika diaplikasikan pada orang atau situasi tertentu. Kita harus

memonitori diri ita sendiri untuk menyakinkan jangan sampai kita

tidak adil dalam menerapkan steeotip dalam evaluasi dan

keputusan kia. Stereotip adalah sebuah contoh peringatan

“semakin berguna semakin disalah gunakan”.

C. Hubungan antara Persepsi dan Pengambilan Keputusan

Individual

In.............dividu-individu dalam suatu organisasi mengambil

keputusan. Yaitu, mereka membuat pilihan dari antara dua alternatif

atau lebih. Pengambilan keputusan terjadi sebagai suatu reaksi

terhadap suatu masalah. Terdapat suatu penyimpangan antara suatu

keadaan yang diinginkan, yang menuntut pertimbangan arah tindakan

alternatif. Setiap keputusan menuntut penafsiran dan evaluasi

terhadap informasi. Lazimnya data diterima dari berbagai sumber dan

data itu perlu disaring, diproses, dan ditafsirkan.

Bagaimana Keputusan Hendaknya Diambil?

Individu hendaknya berperilaku dalam rangka memaksimalkan

atau mengoptimalisasikan hasil tertentu. Inilah yang disebut sebagai

pengambilan keputusan rasional.

9
D. Pengambilan Keputusan dalam Organisasi

.Pengambil keputusan yang optimal adalah rasional. Artinya

dia membuat pilihan memaksimalkan nilai yang konsisten dalam

batas-batas tertentu. Terdapat asumsi-asumsi khusus yang mendasari

model ini.

Dalam perilaku organisasi, ada konsep pengambilan

keputusan yang umumnya diterimaoleh masing-masing individu untuk

membuat determinasi :pengambilan keputusan rasional, rasionalitas

terbatas, dan intuisi.

Enam langkah dalam model pengambilan keputusan rasional

diurutkan sebagai berikut :

1. Tetapkan masalah

2. Identifikasikan kriteria keputusan

3. Alokasikan bobot pada kriteria

4. Kembangkan Alternatif

5. Evaluasi alternatif

6. Pilihlah alternatif terbaik

Berikut ini adalah peninjauan suatu bukti yang besar untuk

memberikan deskripsi yang lebih akurat tentang bagaimana

sesungguhnya kebanyakan keputusan dalam organisasi di ambil.

1. Rasionalitas Terbatas

10
Kemampuan terbatas kita dalam memproses informasi

membuat tidak mungkin untuk mengasimilasikan semua informasi

yang diperlukan untuk optimalisasi. Kebanyakan orang merespon

masalah yang kompleks dengan menguranginya sampai level yang

mereka siap mengerti. Banyak masalah yang tidak memiliki solusi

yang optimal karena mereka terlalu rumit untuk cocok dengan

model pengambilan keputusan rasional, sehingga orang-orang

memutuskan dan mengejar tindakan yang memenuhi persyaratan

minimum untuk mencapai tujuan: merka mencari solusi yang

memuaskan atau cukup.

2. Intuisi

Mungkin cara paling tidak rasional dalam pengambilan

keputusan adalah pengambilan keputusan intuitif, sebuah proses

tanpa sadar yang diciptakan dari pengalaman yang diperoleh.

Pengambilan keputusan intuitif terjadi diluar pikiran sadar:

berpegang pada asosiasi holistis atau kaitan antara potongan-

potongan informasi yang tidak sama; cepat dan secara afektif

dibebankan, berarti masalah emosi.

E. Pengaruh dalam Pengambilan Keputusan: Perbedaan Individu

dan Batasan Organisasi

Pengaruh Pengambilan Keputusan: Perbedaan Individu dan

Batasan Organisasi

11
Faktor-faktor yang mempengaruhi bagaimana orang

mengambil keputusan dan tingkat di mana mereka rentan pada

kesalahan serta bias diantaranya:

1. Perbedaan Individu

Pengambilan keputusan pada praktiknya dikarakterisasikan

oleh batasan-batasan rasionalitas, bias dan kesalahan umum, serta

penggunaan intuisi. Perbedaan-perbedaan individu juga

menciptakan deviasi dari model rasional. Dalam bagian ini, kita

melihat perbedaan-perbedaan itu.

a. Kepribadian

Riset tentang kepribadian dan pengambilan

keputusan menyatakan kepribadian memengaruhi keputusan

kita. Kepribadian berhubungan dengan kehati-hatian dan harga

diri. Aspek-aspek spesifik dari kehati-hatian-daripada sifat-sifat

luasnya-bisa memengaruhi eskalasi komitmen. Khususnya

aspek kehati-hatian usaha keras untuk pencapaian dan

kepatuhan. Pertama, riset menyatakan bahawa orang-orang

yang berjuang dalam pencapaiannya lebih mungkin

mengeskalasi komitmennya, sedangkan orang-orang yang patuh

lebih tidak mungkin. Hal ini terjadi karena umumnya orang-orang

yang berorientasi pada pencapaian tidak suka gagal, meskipun

demikian, lebih cenderung melakukan apa yang mereka

pandang terbaik bagi organisasi. Kedua, individu yang mengejar

12
pencapaian tampaknya lebih rentan pada bias introspeksi,

mungkin karena mereka perlu menjustifikasi tindakannya. Belum

bisa dibuktikan dengan pasti apakah orang-orang yang patuh

kebal pada bias ini.

Orang-orang dengan harga diri tinggi sangat termotivasi

untuk mempertahankannya, sehingga mereka menggunakan

bias pemenuhan diri untuk mempertahankannya. Mereka

menyalahkan orang lain atas kegagalannya, tetapi mengambil

kredit atas kesuksesannya.

b. Jenis Kelamin

Riset atas kontemplasi menawarkan pandangan

mengenai perbedaan jenis kelamin dalam pengambilan

keputusan. Kontemplasi bermakna berefleksi dalam waktu yang

lama. Dari sisi pengambilan keputusan, itu berarti terlalu

memikirkan masalah. Dua puluh tahun studi mendapati wanita

menghabiskan lebih banyak waktu dibandingkan pria dalam

menganalisis masa lalu, masa kini, masa depan. Mereka lebih

mungkin terlalu menganalisis masalah sebelum mangambil

keputusan dan menyesali keputusan ketika telah dibuat. Ini

dapat mengarah pada pertimbangan hati-hati atas masalah dan

pilihan. Meskipun demikian, itu dapat membuat masalah lebih

sulit diselesaikan, meningkatkan penyesalan atas keputusan

13
masa lampau, dan meningkatkan depresi. Wanita hampir dua

kali lebih banyak dari pria dalam mengembangkan depresi.

c. Kemampuan Mental

Orang-orang dengan level kemampuan mental yang

lebih tinggi mampu memproses informal lebih cepat,

memecahkan masalah lebih akurat, dan belajar lebih cepat,

sehingga seringnya orang-orang mungkin mengekspetasikan

mereka juga lebih sedikit beresiko salah mengambil keputusan

umum. Mesipun demikian, kemampuan mental tampaknya hanya

membantu orang-orang menghindari beberapa masalah

tersebut.

Orang-orang yang cerdas sama mungkinnya untuk jatuh

dalam jebakan penjagkaran, terlalu percaya diri, dan eskalasi

komitmen, mungki karena cerdas saja tidak akan mengingatkan

akan kemungkinan percaya diri atau secara emosional defensif.

Bukan berarti bahwa kecerdasan tidak pernah berarti. Begitu

diingatkan akan kesalahan pengmabilan keputusan, orang-orang

yang lebih cerdas belajar lebih cepat untk menghindarinya.

Mereka juga lebih baik dalam menghidari kesalahan logis seperti

silogisme salah atau kesalahan interpretasi data.

d. Perbedaan Budaya

14
Model rasional tidak membuat pengakuan atas

perbedaan budaya, demikian pula dengan banyaknya literatur

riset perilaku organisasi tentang pengambilan keputusan. Tetapi

orang Indonesia, misalnya, tidak selalu mengambil keputusan

dengan cara yang sama dengan orang Australia. Oleh karena itu,

kita perlu mengakui bahwa latar belakang budaya dari pembuat

keputusan dapat memngaruhi dengan signifikan pilihan masalah,

kedalaman analisis, pentingnya logika dan rasionalitas, dana

apakah keputusan organisasi seharusnya dibuat secara autokrat

oleh seorang manajer satau secara koletif dalam kelompok.

Budaya berbeda dalam orientasi waktu, pentignnya

rasionalitas, kepercayaan dalam kemampuan orang

memecahkan masalah, dan preferensi pengambilan keputusan

kolektif. Beberapa budaya menekankan pemecahan masalah,

sedangkan yang laiinya fokus pada menerima situasi

sebagaimana adanya.

2. Batasan Organisasi

Organisasi dapat membatasi pengambil keputusan,

menciptakan deviasi dari model rasional. Misalnya, manajer

membentuk keputusan untuk merefleksikan evaluasi kinerja dan

sistem imbalan organisasi, untuk memenuhi peraturan baku dan

untuk memenuhi batasan-batasan waktu organisasi. Contoh juga

dapat membatasi keputusan.

15
a. Evaluasi Kinerja

Manajer dipengaruhi oleh kriteria yang menjadi dasar

mereka dievaluasi. Jika seoranf manajer divisi percaya bahwa

kinerja pabrik yang berada di bawah tanggung jawabnya

beroperasi terbaik ketika ia tidak mendengar hal negatif, kita

akan mendapati manajer pabriknya bekerja menghabiskan

banyak waktu untuk memastikan tidak ada informasi negatif yang

sampai padanya.

b. Sistem Imbalan

Sistem imbalan organisasi memegaruhi pengambil

keputusan dengan menyarankan pilihan apa yang memiliki

pembayaran pribadi yang lebih baik. Jika organisasi menghargai

penghindaran risiko, manajer lebih mungkin untuk mengambil

keputusan konservatif.

c. Peraturan Baku

Organisasi membuat peraturan dan kebijakan untk

memprogram keputusan dan mengarahkan individu bertindak

sesuai yang diharapkan. Dalam melakukakn hak demikian,

mereka membatai pilihan-pilihan keputusan.

d. Batasan Waktu Akibat Sistem

Hampir semua keputusan penting muncul dengan

tenggat waktu eksplisit. Sebuat laporan tentang pengembangan

produk baru bisa saja harus siap untuk ditinjau komite eksekutif

16
tanggal pertama bulan itu. Kondisi-konsisi demikian sering

membuat sulit, jika tidak mungkin, bagi manajer untuk

memperoleh semua informasi sebelum mengambil keputusan.

e. Contoh Historis

Keputusan tidak dibuat dalam ruang vakum, mereka

memiliki sebuah konteks. Keputusan-keputusan individu

merupakan poin-poin dalam arus pilihan, yang dibuat di masa

lampau seperti hantu yang membuntuti dan membatasi pilihan-

pilihan sekarang. Merupakan rahasia umum bahwa penentu

terbesar dari ukuran dari anggaran tahun ini adalah anggaran

tahun lalu. Pilihan-pilihan yang dibuat hari ini sebagian besar

merupakan hasil dari pilihan-pilihan yang dibuat bertahun-tahun.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Persepsi adalah sebuah proses individu mengorganisasikan

dan menginterpretasiakan kesan sensoris untuk memberikan

pengertian pada lingkungannya. Persepsi dipengaruhi oleh individu

sebagai penilai, target atau objek yang dinilai, dan situasi saat kita

melakukan pengamatan. Cara-cara kita menilai orang secara berbeda

bergantung pada pengertian yang kita atribusikan pada sebuah

perilaku atau disebut teori atribusi. Teori atribusi menyangkut tentang

apakah perilaku yang dilakukan individu disebabkan dari internal atau

eksternal. Ada beberapa jalan pintas dalam menilai orang lain secara

umum, yaitu persepsi selektif, efek halo,efek kontras, dan stereotip.

In.............dividu-individu dalam suatu organisasi mengambil

keputusan dari dua alternatif atau lebih dimana pengambilan

keputusan tersebut terjadi sebagai suatu reaksi terhadap suatu

masalah. Setiap keputusan yang diambil didasarkan pada penafsiran

dan evaluasi terhadap informasi yang diterima/ didasarkan pada

persepsi.

B. Saran

18
Keputusan diambil hendaknya memperhatikan bagaimana kita

berinteraksi dengan lingkungan kita, karena setiap individu memiliki

karakteristik yang berbeda satu sama lain. Mengambil keputusan

harus melalui analisis terlebih dahulu agar keputusan yang diambil

dapat sesuai dengan kondisi yang ada dan tidak menyebabkan

permasalahan baru yang akan muncul. Mempersepsikan kondisi

individu harus secara tepat dengan berbagai cara yang sudah

dipaparkan agar keputusan yang diambil merupakan keputusan yang

tepat tanpa adanya pertentangan dan dapat menjaga diri dari

penyimpangan-penyimpangan dalam mempersepsikan suatu kondisi

nyata. Harus diadakan studi tentang karakteristik individual bagi para

anggota organisasi agar semua yang menjadi keputusan bersama

maupun individu tidak bertentangan dengan sedang dihadapi apa

yang sebenarnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Robbins, Stephen P. dan Timothy A. Judge. 2015. Perilaku

Organisasi Edisi 16. Jakarta: Salemba Empat

20

Anda mungkin juga menyukai