Anda di halaman 1dari 24

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BLENDED

LEARNING DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH


(Studi Kasus pada Kelas XI SMAN 1 Salatiga)

Artikel Ilmiah
Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
untuk memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Peneliti:
Novita Felicia (702011127)
Adriyanto Juliastomo Gundo, S.Si., M.Pd.

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Dan Komputer


Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
November 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BLENDED
LEARNING DALAM MATA PELAJARAN SEJARAH
(Studi Kasus pada Kelas XI SMAN 1 Salatiga)
1)
Novita Felicia, 2)Adriyanto Juliastomo Gundo, S.Si., M.Pd.

Fakultas Teknologi Informasi


Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
Email: 1) 702011127@student.uksw.edu, 2)Adriyanto.gundo@staff.uksw.edu

Abstract

The problem in this study is the number of materials in the subjects of history that
can not be solved in the classroom. The learning method used is conventional in which
the teacher as lecturer and students as listeners. The research objective to be achieved,
namely to determine the effect the implementation of learning blended learning model.
This study uses a quasi-experimental design with non-equivalent control group design.
Results of research have shown that the application of learning models of blended
learning on the subjects of history may impact the students' learning process.

Keywords: Blended learning, students' learning process.

Abstrak

Masalah dalam penelitian ini adalah banyaknya materi dalam mata pelajaran
Sejarah sehingga tidak bisa diselesaikan dikelas.Metode pembelajaran yang biasa
digunakan adalah konvensional dimana guru sebagai penceramah dan siswa sebagai
pendengar. Tujuan penelitian yang ingin dicapai, yaitu untuk mengetahui pengaruh
penerapan model pembelajaran blended learning. Penelitian ini menggunakan metode
quasi eksperimental Design dengan desain kelompok kontrol non setara. Hasil penelitian
yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran
blended learningpada mata pelajaran Sejarah dapat memberikan pengaruh terhadap
proses belajar siswa.

Kata kunci : Blended learning, proses belajar siswa

1)
Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan
Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
2)
Staf Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
1. Pendahuluan
Pelajaran Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang bertujuan untuk
menumbuhkan karakter individu yang lebih baik. Dalam proses pembelajarannya
lebih menekankan pada kemampuan dan ketrampilan peserta didik untuk
memahami serta menanamkan nilai-nilai bersosial yang baik. Pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi sebagai proses pembelajaran disekolah sudah
banyak. Hal ini juga dilakukan oleh pihak SMA Negeri 1 Salatiga. Guru dan
siswa sudah banyak yang menggunakan kecanggihan teknologi informasi dan
komunikasi sebagai proses belajar. Manfaat teknologi yang ada tidak akan sia-sia
dan dapat digunakan dengan semaksimal mungkin supaya dapat membantu atau
memberikan kemudahan siswa dan guru dalam proses pembelajaran baik di kelas
maupun di luar kelas.
Hasil wawancara yang telah dilakukan di SMA Negeri 1 Salatiga pada
tanggal 9, 10 dan 11 Juli 2015, yaitu terlalu banyaknya materi pelajaran sejarah
sehingga waktu yang ada tidak memungkinkan untuk dapat menyelesaikannya di
kelas. Dalam arti butuh tambahan waktu untuk dapat belajar di luar jam pelajaran.
Untuk mengatasi hal tersebut, guru harus selalu berinovasi dalam proses
pembelajaran dengan cara menggunakan metode dan media pembelajaran yang
dapat mempermudah siswa untuk belajar. Penggunaan metode pembelajaran dan
media pembelajaran yang menarik merupakan wujud nyata dari kreatifitas guru
agar siswa tidak merasa jenuh dan bosan dalam pembelajaran juga mempermudah
siswa dalam belajar, mendorong siswa untuk dapat memanfaatkan fasilitas yang
tersedia dengan sebaik-baiknya. Untuk mempermudah siswa dalam belajar
Sejarah sehingga diusulkan untuk menggunakan blended learning yang
mengakomodasi pembelajaran di kelas dan di luar kelas dengan bantuan
quipperschool.
Penggunaan model pembelajaran blended learning pada mata pelajaran
Sejarah Indonesia kelas XI belum dilakukan, maka dilakukan penelitian tentang
penerapan blended learning berbantuan quipperschool. Penelitian ini dilakukan
sejalan dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai, yaitu untuk mengetahui
pengaruh model pembelajaran blended learning pada mata pelajaran Sejarah
dalam proses belajar.

2. Tinjauan Pustaka
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rizki Rahmawati,
Sudiyanto, Sri Sumaryati. [2015] KEEFEKTIFAN PENERAPAN E-LEARNING-
QUIPPERSCHOOL PADA PEMBELAJARAN AKUNTANSIDI SMA NEGERI
2 SURAKARTA. Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) terdapat keefektifan
penerapan e-learning- Quipper School pada pembelajaran akuntansi di SMA
Negeri 2 Surakarta, berdasarkan T-Test atau uji t dua pihak dihasilkan t hitung =
2,825 > ttabel = 2,00 pada taraf signifikansi 5%, (2) Faktor-faktor yang
mendukung keefektifan penerapan e-learning Quipper School yaitu tersedianya
teknologi komunikasi yang semakin canggih dan dapat dimanfaatkan untuk
menunjang proses pembelajaran, efektif dari segi waktu, membuat siswa merasa
senang, penyajian materi pelajaran yang menarik serta mudah dipahami,
penguasaan teknologi informasi siswa yang sudah sangat bagus, dan
ketersediaan laptop dan telepon seluler yang memadai. Faktor-faktor yang
menghambat keefektifan penerapan e-learning-Quipper School yaitu ketersediaan
internet yang belum memadai dan belum menjangkau semua kelas, tidak semua
materi pelajaran cocok untuk diajarkan menggunakan e-learning, dan
ketersediaan laboratorium komputer yang belum memadai [1].
Selanjutnya, hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ferry Dwi
Cahyadi, Suciati, Riezky Maya Probosari. [2011] PENERAPAN BLENDED
LEARNING DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI
IPA 4 PUTRA SMA RSBI PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM
ASSALAAM SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Hasil penelitian
menunjukan bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata persentase
aspek berpikir kritis dari tes esai, seperti siklus 1 56,82%, siklus 261,93%, siklus 3
68,94% dan siklus 4 75,75%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa 1)
blended learning dapat diterapkan dalam proses pembelajaran biologi, 2)
dicampur pembelajaran bisa digunakan untuk meningkatkan berpikir kritis [2].
Berdasarkan penelitian dan jurnal yang berkaitan, penelitian ini akan
menerapkan pembelajaran blended learning dengan berbantuan media berbasis
online yaitu quipperschool. Diharapkan dengan diterapkannya blended learning
berbantuan quipperschool dapat memberikan pengaruh pada mata pelajaran
Sejarah, memberikan kemudahan dalam proses belajar mengajar guru dan siswa.
Untuk membedakan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang, penelitian
sekarang menerapkan model blended learning dengan media bantu quipperschool
sebagai sarana bantu dalam proses belajar siswa dan guru. Penelitian sekarang
model blended learning diterapkan pada mata pelajaran Sejarah Indonesia untuk
siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Salatiga. Quipperschool sebagai media sarana
membantu memudahkan guru dan siswa, media ini termasuk di dalam e-learning.
E-learning mampu meningkatkan pengalaman belajar sebab siswa dapat belajar
dimanapun dan dalam kondisi apapun selama dirinya terhubung dengan internet
tanpa harus mengikuti pembelajaran tatap muka (face to face learning) [3].
Model blended learning merupakan pencampuran antara online dan
pertemuan tatap muka (face to face meeting) dalam satu aktivitas pembelajaran
[4]. Blended learning juga berarti menggunakan sebuah variasi metode yang
mengombinasikan pertemuan tatap muka langsung di kelas tradisional dan
pengajaran online, memiliki kelebihan yaitu siswa memiliki banyak waktu belajar
dibawah bimbingan oleh guru [5]. Dari pendapat yang ada, dapat disimpulkan
bahwa model blended learning mendukung keuntungan e-learning termasuk
pengurangan biaya, efisiensi waktu, dan kenyamanan tempat untuk siswa dapat
memahami pribadi dalam masalah penting dan dapat memberi motivasi ketika
pembelajaran tatap muka. Pembelajaran blended mengkombinasikan metode
pendidikan konvensional (tatap muka) dengan pembelajaran yang ditunjang
dengan adanya teknologi [6]. Kelebihan model blended learning: (1) Siswa
leluasa untuk mempelajari materi pembelajaran secara mandiri dengan
memanfaatkan materi-materi yang tersedia secara online, (2) Siswa dapat
melakukan diskusi dengan guru maupun siswa begitu juga sebaliknya diluar jam
tatap muka, (3) Guru dapat menambahkan materi maupun meminta siswa untuk
membaca materi atau mengerjakan tes yang dilakukan sebelum pembelajaran, (4)
Guru dapat menyelenggarakan kuis, serta memberikan balikan [7]. Tahapan dalam
merancang dan menyelenggarakan blended learning agar hasilnya optimal, yaitu:
(1) Tetapkan macam dan materi bahan ajar, (2) Tetapkan rancangan dari blended
learning yang digunakan, (3) Tetapkan format dari online learning, misalnya pdf,
atau link yang digunakan, (4) Lakukan uji coba terhadap rancangan yang dibuat,
(5) Menyelenggarakan blended learning dengan baik, (6) Menyiapkan kriteria
untuk melakukan evaluasi pelaksanaan blended learning [7].
Media Pembelajaran adalah alat atau komponen sumber belajar yang
mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang
siswa untuk belajar, menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pembelajaran
[8]. Media pembelajaran adalah alat atau bentuk stimulus yang berfungsi untuk
menyampaikan pesan pembelajaran. Definisi lain mengenai media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dan dapat merangsang
pikiran, perasaan dan kemauan untuk terjadinya proses belajar [9]. Media
pembelajaran juga dapat didefinisikan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sehingga proses
belajar dapat terjadi [10].
QuipperSchool merupakan salah satu media belajar yang dapat
memudahkan siswa dalam belajar dan berbasis online, yang bertujuan
memadukan dan memberdayakan guru dengan siswa secara online, menambah
ilmu pengetahuan, memberikan kemudahan serta pengaruh positif. Banyak konten
dalam quipperschool yang sudah disediakan dan akan digunakan sebagai
pembelajaran sesuai yang diinginkan. Tujuannya adalah untuk menambah
wawasan yang lebih dalam, belajar menjadi lebih menarik karena fitur
quipperschool designya seperti games. QuipperSchool banyak menyediakan
materi pelajaran dan soal yang terdiri atas ribuan topik untuk semua mata
pelajaran kelas X, XI, XII. Setiap kelas dalam quipperschool dapat menampung
hingga 60 siswa dan guru dapat membuat kelas sebanyak yang dibutuhkan.
Melalui quipperschool, seorang pendidik juga dapat: 1) Memantau kegiatan
belajar para siswa (nilai tugas/ PR siswa), 2) Melihat analisa data/grafik
perkembangan diri siswa, 3) Melihat analisa topik mana yang sudah atau belum
dikuasai oleh siswa, 4) Mengirimkan pesan pribadi atau menanggapi pertanyaan
siswa, 5) Membuat pengumuman untuk siswa. Keuntungan menggunakan
quipperschool yaitu bisa diakses dimanapun dan kapanpun, tidak perlu berbayar,
layanan ini gratis, pembelajaran dengan diterapkannya blended learning dibantu
dengan quipperschool menjadi lebih menarik dan mempermudah siswa dalam
belajar [11].

3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kombinasi
(mixed methods) dengan model concurrent embedded (campuran tidak
berimbang). Metode kombinasi model concurrent embedded (campuran tidak
berimbang) adalah metode penelitian yang menggabungkan antara metode
penelitian kuantitatif dan kualitatif dengan cara mencampur kedua metode
tersebut secara tidak seimbang”, dimana metode kuantitatif adalah sebagai metode
primer, sedangkan metode kualitatif sebagai metode sekunder [12]. Rancangan
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimental
Design dengan desain Nonequivalent Control group design yaitu penelitian
eksperimen yang dilaksanakan dilihat perbedaan pencapaian antara kelompok
eksperimen dengan pencapaian kelompok kontrol atau kelompok pembanding.
Bentuk desain penelitian dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1 Pola Rancangan Penelitian [13]


Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Keter
(treatment)
angan Eksperimen O1 X O2
: O4
Kontrol O3 - O4
O1 =post
=pretest kelas eksperimen test kelas kontrol
O2 =posttest kelas eksperimen X =perlakuan atau treatment

O3 =pretest kelas kontrol - =tidak ada perlakuan

Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI
SMA Negeri 1 Salatiga tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah dua kelas dengan
jumlah siswa 64. Sampel yang digunakan adalah kelas XI MIA 5 dan XI MIA 6
yang berjumlah masing-masing 32 siswa. Dalam penelitian ini kelas eksperimen
dan kontrol (kelas MIA 5 dan MIA 6) adalah kelas dengan kegiatan pembelajaran
yang menggunakan metode blended learning berbantuan quipperschool. Kelas
kontrol adalah kelas yang dijadikan pembanding atau diterapkan konvensional.
Penelitian ini terdapat variabel penelitian, variabel penelitian adalah suatu
atribut atau sifat, nilai dari orang lain, obyek atau kegiatan yang mempunyai
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulannya [14]. Adapun variabel yang digunakan ada dua macam yaitu: 1)
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi faktor penyebab perubahan pada
variabel lain. 2) Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas [15].
Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu (1) Tahap persiapan, (2)
Tahap pelaksanaan, (3) Tahap pengolahan dan analisis data [16].
Tabel 2 Tahapan Penelitian
No. Tahapan Penelitian Keterangan
1. Tahap Persiapan -Menyusun daftar pertanyaan wawancara pra
penelitian
-Wawancara sebelum penelitian
-Studi Literature
-Menentukan populasi dan sampel
-Menyusun wawancara setelah penelitian
-Menyusun angket
-Menyiapkan materi dan RPP
-Menyiapkan media (quipperschool)
-Menyusun soal tes
2. Tahap Pelaksanaan -Memberikan tes awal (pretest) kelas kontrol
dan eksperimen
-Memberikan treatment atau perlakuan
-Memberikan tes akhir (posttest) kelas kontrol
dan eksperimen
-Memberikan angket siswa
-Wawancara setelah penelitian
3. Tahap Pengolahan dan -Mengolah hasil pretest
analisis data -Mengolah hasil posttest
-Mengolah hasil angket dan wawancara

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi penyusunan


daftar pertanyaan untuk wawancara pra penelitian. Wawancara pra penelitian
dilakukan dengan guru sejarah kelas XI MIA 5, XI MIA 6 dan salah satu siswa.
Studi Literature untuk mengumpulkan referensi mengenai permasalahan yang
akan diteliti. Menentukan populasi dan sampel penelitian yang nantinya akan
diterapkan model pembelajaran blended learning dengan bantuan quipperschool.
Membuat instrument penelitian berupa wawancara setelah penelitian, serta
menyusun angket. Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa materi yang akan
dibahas atau diajarkan dalam penelitian serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Menyiapkan media yang akan dipakai guna membantu proses penelitian
yaitu quipperschool serta mendesain supaya cocok dengan tujuan yang
diharapkan. Membuat instrument penelitian berupa tes, tes digunakan untuk
mengukur kemampuan siswa dalam artian evaluasi atau tugas setelah siswa
membaca atau mempelajari materi.
Pada tahap pelaksanaan, siswa diberikan pretest untuk kelas eksperimen
dan kontrol, guna melihat kemampuan siswa atau evaluasi sebelum diberi
perlakuan. Setelah diberi pretest, kemudian diberikan treatment atau perlakuan
pada kelas eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran blended learning
berbantuan quipperschool. Treatment atau perlakuan guna melihat nilai belajar
siswa setelah diberi perlakuan yaitu diberikan posttest. Memberikan angket
kepada siswa yang berisi tanggapan atau respon siswa terhadap model
pembelajaran blended learning yang diterapkan. Melakukan wawancara setelah
penelitian, kemudian merekap atau mengolah skor angket untuk mengetahui
tanggapan siswa dan guru terhadap model pembelajaran yang diterapkan.
Tahapan yang terakhir adalah tahap pengolahan dan analisis data,
mengolah data pretest dan posttest kelas eksperimen dan kontrol, mengolah data
hasil angket, merekap wawancara. Hasil dari tugas atau evaluasi akan
dibandingkan antara sebelum diberikan perlakuan dan setelah diberikan perlakuan
untuk melihat dan menentukan apakah terdapat pengaruh model blended learning
pada mata pelajaran sejarah terhadap peningkatan nilai tugas pada proses belajar
siswa setelah menggunakan model pembelajaran blended learning berbantuan
aplikasi quipperschool sebagai media evaluasi. Langkah selanjutnya menghitung
hasil perhitungan semua data yang dianalisa kemudian diambil kesimpulan
berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data. Pembuatan laporan
penelitian atau penarikan kesimpulan dibuat berdasarkan hasil yang diperoleh
selama penelitian.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain: (1) Metode wawancara digunakan untuk mengetahui informasi mengenai
keadaan awal dan akhir penelitian. Wawancara sebelum penelitian digunakan
untuk mengetahui informasi dari guru mengenai model pembelajaran blended
learning. Wawancara setelah penelitian digunakan untuk mengetahui keadaan
atau hasil setelah diterapkan model pembelajaran blended learning. (2) Metode
test bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa baik pretest dan posttest atau
baik sebelum diberi perlakuan maupun sesudah diberi perlakuan. (3) Metode
angket digunakan untuk dapat mengumpulkan data dari siswa-siswi yang berisi
tanggapan atau respon siswa terhadap model pembelajaran blended learning
berbantuan quipperschool. Adapun Desain pembelajaran blended learning dapat
dilihat pada tabel 3 di bawah ini:

Tabel 1 Desain pembelajaran blended learning (dimodifikasi dari Soekartawi, 2005)


[17].
No. Tahap-tahap Kegiatan Guru Kegiatan siswa
prosespembelajaran
1 Tahap penetapan materi bahan 1. Guru menetapkan macam dan materi 1. Siswa mempersiapkan buku
ajar bahan ajar, materi dalam wujud buku cetak masing-masing maupun
cetak panduan maupun LKS LKS

2 Tahap menetapkan rancangan 2. Rancangan dari blended learning yang 2. Siswa diminta untuk
dari blended learning yang digunakan kerja kelompok membentuk kelompok
digunakan a. Guru menampilkan film pendidikan a. Siswa memperhatikan film
terkait dengan tokoh nasionalisme pendidikan yang ditayangkan
b. Guru memberikan waktu untuk siswa b. Siswa diberi waktu untuk
berdiskusi berdiskusi menceritakan
c. Guru menampilkan gambar tokoh-tokoh kembali apa yang ada dalam
nasionalisme dari berbagai Negara film tersebut
d. Guru mendorong siswa untuk bertanya c. Siswa memperhatikan
hal-hal yang terkait dengan gambar gambar tokoh-tokoh
yang diamati. nasionalisme yang
e. Guru menampilkan gambar tokoh ditampilkan
Nasionalisme di Indonesia. d. Siswa diminta untuk
f. Guru mendorong siswa untuk bertanya mengamati gambar tokoh
hal-hal yang terkait dengan gambar nasionalisme di Indonesia
yang diamati. e. Siswa diminta untuk
g. Guru menegaskan kembali topik berdiskusi mengenai topik
Pembelajaran yang akan dibahas pada yang ditentukan
hari ini. f. Siswa bertanya mengenai hal-
h. Guru memberikan pengantar tentang hal yang terkait yang sedang
munculnya nasionalisme di Indonesia dibahas
i. Memberi waktu kepada peserta didik g. Siswa memperhatikan guru
untuk berdiskusi. menjelaskan topik yang akan
 Kelompok I mendiskusikan dan dibahas
membuat rumusan tentang : Organisasi h. Siswa memperhatikan guru
Budi Utomo menyampaikan pengantar
 Kelompok II mendiskusikan dan materi akar-akar
membuat rumusan Organisasi Sarekat nasionalisme.
Islam i. Siswa berdiskusi secara
 Kelompok III mendiskusikan dan berkelompok membahas
membuat rumusan tentang organisasi topik yang akan dibahas.
Indische Partij j. Siswa mempresentasikan
j. Guru meminta siswa mempresentasikan hasil dari diskusi masing-
hasil diskusi masing-masing kelompok masing kelompok
atau perwakilan k. Siswa dari kelompok lain
k. Kelompok lain menanggapi dan bertanya memberikan pertanyaan atau
menanggapi.

3. Tahap penetapan format dari a. Guru memberikan informasi mengenai 3. Siswa mendapat informasi
on-line learning apakah bahan alamat website atau link yang akan untuk mengakses alamat
ajar tersedia dalam format dipelajari selanjutnya yaitu website yang akan digunakan
html (sehingga mudah di cut www.quipperschool.com dalam pembelajaran
dan paste) atau dalam format selanjutnya yaitu
PDF (tidak bisa dicut www.quipperschool.com
and paste).
4 Tahap uji coba terhadap a. Guru meminta siswa untuk mengakses 4. Siswa mencoba-coba
rancangan yang dibuat nya dan mencoba-coba masuk dalam mengakses dan mempelajari
alamat website nya quipperschool

5 Tahap Menyelenggarakan 5. Mendaftar sebagai akun 5. Siswa belajar bagaimana cara


blended learning dengan baik a. Guru wajib menjawab ataupun membuat akun yang akan
sambil juga menugaskan mengajari siswa yang bertanya digunakan dalam
instruktur khusus (guru) mengenai bagaimana cara membuat pembelajaran selanjutnya,
akun quipperschool yang akan dipakai. mengecek atau mendaftar
b. Guru memberikan pengarahan terhadap bagi yang belum mempunyai
pemakaian website yang digunakan akunnya, mengecek bagi yang
c. Guru memastikan semua akun siswa sudah pernah log in
sudah jadi dan dilakukan pengecekan sebelumnya.
atau penerimaan kode kelas,dll.
6. Tahapan persiapan kriteria a. Setiap guru mempunyai kriteria 6. Siswa diminta untuk mulai
untuk melakukan evaluasi bagaimana blended learning yang mengerjakan soal evaluasi
pelaksanaan blended learning digunakan bisa dikatakan berhasil yang sudah disediakan di
b. Semua sudah di desain, materi, soal dalam quipperschool.
evaluasi untuk siswa.
c. Guru meminta siswa untuk melakukan
evaluasi dengan cara mengakses
dalam quipperschool.

Teknik analisis data dalam penelitian ini antara lain : (1) Reduksi data.
(2) Penyajian data. (3) Penarikan kesimpulan. Selain itu juga menggunakan teknik
analisis data Trianggulasi.

4. Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan lembar wawancara yang telah dilakukan, kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran blended learning
dilaksanakan selama empat pertemuan. Tahapan dari blended learning ini
memiliki 6 tahapan yang akan dibahas dibawah ini meliputi menetapkan materi
dan bahan ajar, menetapkan rancangan blended learning yang digunakan,
menetapkan format dari online learning, melakukan uji coba terhadap rancangan
yang dibuat, menyelenggarakan blended learning dengan baik, menyiapkan
kriteria untuk melakukan evaluasi pelaksanaan blended learning. Adapun hasil
dari tahapan tersebut mendapat kendala dan solusi. Sebelum masuk ke dalam
penjelasan tahapan, disini ada penjelasan mengenai model blended learning
terlebih dahulu.
Blended learning adalah model pembelajaran yang menggabungkan ciri-
ciri terbaik dari pembelajaran di kelas tatap muka dan ciri-ciri terbaik
pembelajaran online. Ada dua kategori utama dalam blended learning, antara
lain : (1) Peningkatan bentuk aktivitas tatap muka (face to face). Dalam hal ini
blended learning merujuk pada penggunaan teknologi informasi dan komunikasi
dalam aktivitas tatap muka, baik dengan jejaring (web) misalnya yang tidak
mengubah model aktivitas, (2) pembelajaran campuran (hybrid learning)
pembelajaran model ini mengurangi aktivitas tatap muka tapi tidak
menghilangkannya. Tujuan penerapan blended learning adalah untuk
mendapatkan pembelajaran yang baik dimana metode konvensional
memungkinkan untuk melakukan pembelajaran, sedangkan metode online dapat
memberikan materi secara online tanpa batasan ruang dan waktu sehingga dapat
dicapai pembelajaran yang maksimal. Blended learning menjadi sangat penting
dan dibutuhkan pada saat: (a) Proses belajar mengajar tidak hanya tatap muka,
namun menambah waktu pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi dunia
maya, (b) mempermudah dan mempercepat proses komunikasi non-stop antara
pengajar dan siswa, (c) siswa dan pengajar dapat diposisikan sebagai pihak yang
belajar, (d) membantu proses percepatan pengajaran. Alasan dalam pemilihan
blended learning adalah (1) Siswa leluasa untuk mempelajari materi
pembelajaran secara mandiri dengan memanfaatkan materi-materi yang tersedia
secara online, (2) Siswa dapat melakukan diskusi dengan guru maupun sebaiknya
diluar jam tatap muka, (3) Guru dapat menambahkan materi maupun meminta
siswa untuk membaca materi atau mengerjakan tes yang dilakukan sebelum
pembelajaran, (4) Guru dapat menyelenggarakan kuis, dan memberikan balikan.
Tahapan dari blended learning ini memiliki 6 tahapan, meliputi
menetapkan materi dan bahan ajar, menetapkan rancangan blended learning yang
digunakan, menetapkan format dari online learning, melakukan uji coba terhadap
rancangan yang dibuat, menyelenggarakan blended learning dengan baik,
menyiapkan kriteria untuk melakukan evaluasi pelaksanaan blended learning.
Adapun hasil dari tahapan tersebut mendapat kendala dan solusi.
Tahapan yang pertama adalah Menerapkan materi bahan ajar, guru
menentukan bahan ajar yang dapat dipelajari sendiri oleh siswa, bahan ajar yang
dapat dipelajari dengan berinteraksi melalui tatap muka. Dalam pertemuan
pertama guru dan siswa melakukan pembelajaran dengan menggunakan bahan
ajar secara tatap muka di kelas. Materi dan bahan ajar yang digunakan yaitu LKS,
buku materi sejarah, dan sumber lain dari internet yang sudah guru persiapkan
untuk siswa. Bahan ajar yang dapat dipelajari oleh siswa yaitu, guru memberikan
pengumuman untuk belajar atau mempelajari materi selanjutnya dirumah sebelum
dibahas atau sebelum guru menjelaskan. Kendala yang dialami pada tahapan
pertama, yaitu siswa bermalas-malasan mendengarkan penjelasan materi yang
disampaikan guru melalui buku materi sejarah. Untuk mengatasi hal tersebut,
guru melakukan variasi melewati cerita-cerita humor supaya siswa semangat
belajar lagi, siswa menyimak cerita guru, begitu cerita selesai, guru mengajak
untuk kembali ke materi yang tadi disampaikan.
Tahapan kedua, Menetapkan rancangan blended learning yang digunakan.
Pada tahapan ini guru meminta siswa untuk berdiskusi dengan kelompok. Dalam
membentuk kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5-7 siswa. Guru menampilkan
gambar-gambar tokoh nasionalisme dan film dokumenter nasionalisme. Guru
meminta siswa untuk berdiskusi menganalisis atau menceritakan kembali film
yang mereka tonton. Kendala yang dialami pada tahapan ini yaitu, masih ada
siswa yang mengobrol atau cerita diluar konten yang sedang di diskusikan. Untuk
mengatasi hal ini, siswa diberi waktu yang minim atau siswa yang mengobrol
diluar konten ditunjuk untuk maju menyampaikan analisis yang dikerjakan atau
menyampaikan hasil dari diskusi kelompoknya.
Tahapan ketiga, Menetapkan format dari pembelajaran online- apakah
bahan ajar tersedia dalam format HTML (sehingga mudah di cut dan paste) atau
dalam format PDF (tidak bisa di cut atau paste). Karena pembelajaran online yang
digunakan menggunakan jaringan internet, guru meminta siswa untuk
mengaksesnya di rumah supaya bisa dicoba dulu sebelum guru menjelaskan di
kelas. Guru meminta siswa untuk membuat akun quipperschool yang akan dipakai
dalam evaluasi pembelajaran.
Tahapan ke empat, Melakukan uji coba pada rancangan yang dibuat, guru
mengecek apakah akun yang dibuat serta materi atau soal yang sudah dirancang
bisa diakses dan tidak ada gangguan. Tahapan kelima, Menyelenggarakan
blended learning dengan baik, siswa banyak yang bertanya bagaimana melakukan
pendaftaran sebagai peserta, bagaimana siswa melakukan akses terhadap bahan
ajar. Guru menjelaskan apa yang ditanyakan siswa dan melakukan praktik guna
siswa mengerti bagaimana caranya login, serta mengakses materi dan tugas yang
diberikan oleh guru. Dalam pertemuan ini, guru meminta siswa untuk membaca
materi yang sudah guru upload di dalam quipperschool. Dengan cara siswa masuk
terlebih dahulu lewat akun yang sudah dibuat. Kendala yang ditemui yaitu tidak
semua siswa mempunyai koneksi internet di rumah. Untuk mengatasi hal tersebut,
perwakilan siswa dilaksanakan minimal satu siswa mengakses mewakili
kelompok.
Tahapan keenam, Menyiapkan kriteria evaluasi pelaksanaan blended
learning. Kriteria disini guru menyiapkan isi materi yang sesuai dengan kualitas
pembelajaran dalam arti tidak keluar dari konten pembelajaran. Guru memandu
siswa untuk mengakses quipperschool dan siswa melakukan evaluasi secara
berkelompok atau mengerjakan tugas sesuai dengan apa yang ada dan
diperintahkan disitu. Alasan menggunakan quipperschool adalah untuk
mempermudah siswa dalam belajar.
Menurut salah satu siswa tahapan evaluasi ini cukup menyenangkan karena
berhubungan dengan komputer dan internet. Melihat fitur nuansa pedesaan seperti
tampilan games membuat siswa semangat dalam belajar dengan mengguakan
quipperschool. Quipperschool merupakan salah satu media belajar yang
memudahkan siswa yang berbasis online, yang bertujuan memadukan dan
memberdayakan guru dengan siswa secara online, memberikan kemudahan dalam
belajar. Pembelajaran yang dilakukan dengan memadukan sistem online dan tatap
muka. Proporsi substansi konten menggunakan online, kadang menggunakan
diskusi dan kadang menggunakan pertemuan tatap muka yaitu 30 sampai 79%
diskusi dan face to face dan 30% kontennya disampaikan online [20]. Adapun
desain pembelajaran dengan quipperschool:

Gambar 1 Tampilan soal

Pada gambar 1 menunjukkan tampilan soal yang dirancang oleh guru dalam
quipperschool. Soal terdiri dari 25 nomor. Siswa diberi waktu untuk mengerjakan
soal, soal ini guna untuk evaluasi siswa setelah mengalami proses belajar. Soal
dikerjakan secara berdiskusi dalam kelompok dan salah satu mengaksesnya untuk
mewakili kelompok. Di dalam soal sudah tersedia pilihan ganda, supaya
mempermudah siswa menemukan jawabannya. Karena pilihan jawaban yang
disediakan a-e saja, jadi tidak keluar dari pilihan yang tersedia.

Gambar 2 Tampilan materi

Pada gambar 2 menunjukkan tampilan materi yang guru upload untuk siswa
bertujuan siswa dapat mandiri membacanya. Materi disediakan dalam format ppt,
pdf, juga doc. Tinggal membaca dan mempelajarinya.
Gambar 3 Grade perkembangan siswa
Pada gambar 3, guru juga dapat melihat perkembangan siswanya. Melalui
grade dan ada tanda bintang kuning yang mengatakan terkuasai topik yang
dikerjakan bila nilainya mendapat 100.

Gambar 4 Guru melihat siswa atau memantau topik yang dikuasai

Pada gambar 4, selain guru dapat melihat perkembangan siswanya, guru


juga dapat memantau topik mana yang sudah dikuasai atau belum oleh siswanya.

Gambar 5 Tampilan grup

Pada gambar 5, guru juga bisa membuat grup di dalam quipperschool untuk
memasukkan anggotanya yaitu siswanya. Di dalam grup disitu tempat untuk
sharing siswa dengan guru begitu juga sebaliknya. Tujuan dibuat grup yaitu
supaya siswa mudah dalam melakukan diskusi dengan guru tanpa harus bertatap
muka langsung.

Gambar 6 Tampilan guru memberikan pengumuman


Pada gambar 6, guru juga dapat memberikan pengumuman kepada siswanya
tanpa bertemu langsung atau bertatap muka. Tujuan dari pengumuman adalah
guru dapat menginformasikan pengumuman mengenai tugas atau sub bab materi
yang harus dipelajari siswa dirumah.
Gambar 7 Tampilan pesan pribadi guru dan siswa
Pada gambar 7, guru dan siswa juga dapat melakukan pengiriman pesan
secara pribadi baik mengingatkan tugas yang belum terkumpul ataupun mengenai
hal yang bisa diwakilkan kepada salah satu ketua kelas. Misalnya pengumuman
untuk satu kelas hanya ketua kelas yang diberitahu untuk menyampaikannya
kepada teman sekelas. Kendala yang ditemukan pada saat diterapkannya model
pembelajaran blended learning di kelas antara lain, siswa masih butuh waktu
selama proses berdiskusi karena siswa begitu aktif dalam memanfaatkan waktu.
Siswa banyak mengajukan pertanyaan ketika proses diskusi berlangsung. Siswa
juga membutuhkan pendapat dari kelompok lain juga dari guru dalam proses
belajar selama dikelas. Cara mengatasi kendala yang ditemui, misalnya dengan
penambahan waktu diluar jam pelajaran supaya siswa dan guru bisa dengan
leluasa dalam bertukar pendapat dan saling berdiskusi antara siswa dan guru
ataupun sebaliknya untuk mendapatkan umpan balik. Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan, data yang dibutuhkan akan diproses dan dikumpulkan untuk
menjawab permasalahan penelitian yang telah dikemukakan.
Dengan tahapan metode blended learning yang diterapkan terhadap
penggunaan media quipperschool diharapkan dapat berpengaruh terhadap nilai
belajar siswa. Dalam hal ini, tahapan-tahapan blended learning dapat membantu
dalam proses belajar siswa dalam memahami dan memanfaatkan aplikasi
quipperschool dalam pembelajaran. Dengan pemilihan blended learning, siswa
lebih leluasa untuk mempelajari materi secara tatap muka maupun secara online,
sehingga dalam penelitian ini diterapkan quipperschool, karena quipperschool
bisa diakses dimanapun, kapanpun dan dalam kondisi apapun, layanan ini tidak
perlu berbayar, dan juga gratis. Dari penjelasan yang telah dikemukakan, dalam
hal ini blended learning diintegrasikan dengan quipperschool karena blended
learning menggabungkan ciri-ciri terbaik pembelajaran online untuk
meningkatkan pelajaran mandiri secara aktif oleh peserta didik dan mengurangi
jumlah waktu tatap muka di kelas.
Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan test
hasil tugas atau evaluasi tugas siswa diperoleh dari soal pilihan ganda dan analisis
film sebanyak 25 soal. Hasil penelitian eksperimen yang dilakukan telah
menyelesaikan masalah nilai belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah Indonesia
di SMA N 1 Salatiga. Untuk melihat nilai belajar siswa sebelum dan sesudah
diberi perlakuan (treatment), maka perlu dilakukan pengolahan dan analisis data
terhadap nilai pretest dan posttest. Diperoleh pada nilai pretest kelas eksperimen
sebesar 56.88 dan kelas kontrol sebesar 51.18, sedangkan untuk hasil posttest
kelas eksperimen sebesar 91.56 dan kelas kontrol sebesar 78.59. Dari data tersebut
terlihat bahwa terdapat peningkatan nilai belajar siswa pada kelas ekperimen dan
kontrol. Berikut dapat dilihat perbedaan dalam grafik dibawah ini:

Grafik 1 Perbedaan hasil nilai pretest-posttest pada kelas kontrol dan eksperimen

Pembelajaran dengan menerapkan model blended learning berbantuan


quipperschool dapat dijadikan salah satu alternatif guru dalam pembelajaran
sehingga siswa dapat aktif dan meraih nilai yang diinginkan. Selain dari nilai rata-
rata pretest posttest siswa, untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran yang
telah diberikan, digunakan pula analisis ketuntasan belajar. Secara individual,
siswa dinyatakan tuntas apabila nilai belajar siswa melebihi KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) yang telah ditentukan sekolah yaitu 75. Tingkat ketuntasan
siswa pada kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada grafik 2.

Grafik 2 Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa


Dari grafik 2 terlihat bahwa pada kelas eksperimen sebanyak 32 siswa
dinyatakan tuntas belajar atau memenuhi KKM yaitu sebesar 100%. Sedangkan
pada kelas kontrol sebanyak 27 siswa dinyatakan tuntas belajar atau memenuhi
KKM yaitu sebesar 84,38%, sehingga dapat disimpulkan bahwa setelah proses
pembelajaran dilaksanakan dengan memberi perlakuan (treatment) berupa
penerapan model blended learning berbantuan quipperschool pada kelas
eksperimen dan penggunaan metode pembelajaran konvensional pada kelas
kontrol, tingkat ketuntasan belajar pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada
kelas kontrol. Rata-rata nilai belajar siswa yang meningkat berpengaruh terhadap
naiknya tingkat ketuntasan belajar siswa di kelas eksperimen.
Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan
angket/kuesioner yang diberikan terhadap responden siswa.

Setuju dan
sangat
25.47% setuju
(8 siswa)
Tidak
74.36 % setuju dan
(24 siswa) sangat tidak
setuju

Hasil yang diperoleh dari respon atau tanggapan siswa terhadap


pembelajaran yang menggunakan model blended learning berbantuan
quipperschool yaitu: Tanggapan siswa terhadap model pembelajaran blended
learning, pada rerata prosentase siswa yang setuju dan siswa yang sangat setuju
memperoleh 74.36% atau sebesar 24 siswa dari 32 siswa. Dapat disimpulkan dari
24 siswa menyenangi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
blended learning berbantuan quipperschool. Sebesar 25.47% dari 32 siswa, yaitu
sebesar 8 siswa yang tidak setuju dan sangat tidak setuju dengan pembelajaran
menggunakan model blended learning berbantuan quipperschool. Dengan
perbedaan yang ada, siswa tidak setuju dan tidak menyenangi dengan penerapan
model blended learning dengan alasan jika hanya berdiskusi tanpa variasi lain,
menurut siswa adalah hal yang biasa. Dengan model blended learning, siswa
sangat menyukai berkreativitas dengan teknologi baru seperti online learning. Hal
ini diketahui siswa masih asing terhadap model pembelajaran blended learning.
Prosentase siswa yang setuju dan sangat setuju masih lebih tinggi dari pada
prosentase siswa yang sangat tidak setuju, maupun tidak setuju. Hal ini
membuktikan bahwa banyak siswa yang menyenangi pembelajaran yang
menggunakan model pembelajaran blended learning.
Adapun tanggapan guru TIK kelas XI dari wawancara yang telah
dilakukan, bahwa model pembelajaran blended learning berbantuan
quipperschool sebagai media sarana membantu dalam proses belajar siswa. Dalam
hal ini, model pembelajaran yang mampu mengajarkan siswa belajar mandiri
secara berkreativitas memunculkan ide baru, berkelompok serta mengeluarkan
pendapat sehingga dapat memanajemen waktu dengan baik untuk mempelajari
materi Sejarah kelas XI. Daalm hal ini, sejalan dengan tanggapan siswa bahwa
lebih menyenangkan dan lebih mudah dalam belajar maupun memahami materi
pelajaran dengan model pembelajaran blended learning berbantuan quipperschool
sebagai media sarana membantu proses belajar siswa tanpa harus bertatap muka
dengan guru, siswa bisa mempelajari materi di dalam quipperschool tetapi tidak
meghilangkan unsur tatap muka.
Terkait dengan tanggapan terhadap model pembelajaran blended
learning, guru mengatakan bahwa siswa menjadi lebih semangat dalam
mengikuti pembelajaran sejarah, aktif dalam berdiskusi kelompok maupun
bertukar pendapat dalam mempelajari materi. Hal tersebut sejalan dengan
tanggapan siswa bahwa mereka menjadi lebih aktif dan berani menyampaikan
pendapat dalam berdiskusi. Dalam kegiatan diskusi kelompok di kelas tatap muka
maupun dalam mempelajari materi secara mandiri untuk evaluasi setelah
membaca materi yang diberikan guru atau sudah disediakan guru di dalam
quipperschool.
Mengenai ketertarikan terhadap model pembelajaran, guru mengatakan
bahwa siswa tertarik dan antusias terhadap model pembelajaran blended learning
berbantuan quipperschool, karena siswa menjadi senang dalam berargumen
mengeluarkan pendapat mereka dengan anggota kelompok secara langsung
maupun melalui quipperschool tanpa harus guru memancing siswa dengan
menunjuk maupun melemparkan pertanyaan. Hal ini sejalan dengan tanggapan
siswa bahwa belajar berbantu quipperschool merupakan kegiatan pembelajaran
yang menarik karena mereka dapat berdiskusi kelompok secara langsung dan bisa
bertukar pendapat melalui fitur yang sudah ada dalam quipperschool. Terkait
dengan rasa senang, guru mengakui bahwa siswa terlibat dalam diskusi dan
antusias dalam proses pembelajaran yang dilakukan tidak hanya berpusat pada
guru, tetapi siswa dapat berlatih mempelajari materi atau mengerjakan tugas
dengan mandiri maupun berkelompok dengan santai dan tidak ada tekanan akibat
banyaknya materi yang belum sempat masuk dalam kepala. Hal ini sejalan dengan
tanggapan siswa yang merasa senang, nyaman dan tidak membosankan.

5. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa melalui penerapan model blended learning berbantuan quipperschool pada
mata pelajaran sejarah dapat memberikan pengaruh terhadap proses belajar untuk
kelas XI SMAN 1 Salatiga. Dengan masalah yang ada dalam penelitian, yaitu
banyaknya materi pelajaran sejarah sehingga tidak memungkinkan untuk
diselesaikan di kelas, kemudian dicari solusi yaitu dengan menerapkan model
pembelajaran blended learning berbantu quipperschool dapat mengatasi masalah
yang ada dalam penelitian.

6. Saran
Untuk menyempurnakan penelitian ini, disarankan agar dapat dipergunakan
pelaksanaan model pembelajaran blended learning berbantuan quipperschool
pada mata pelajaran lain supaya dapat dilanjutkan sebagai program untuk
meningkatkan hasil belajar dan dan menambah variasi pada proses pembelajaran
yang dilakukan. Bagi penelitian yang akan datang, disarankan untuk
memanfaatkan teknologi baru guna memperbaiki mutu pendidikan.
7. Daftar Pustaka

[1] Rizki Rahmawati, Sudiyanto, Sri Sumaryati. (2015). KEEFEKTIFAN


PENERAPAN E-LEARNING-QUIPPER SCHOOL PADA
PEMBELAJARAN AKUNTANSI DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA. Jurnal
“Tata Arta” UNS, Vol. 1, No. 1, hlm. 1-12. Surakarta : FKIP Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
[2] Ferry Dwi Cahyadi. (2011). PENERAPAN BLENDED LEARNING
DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI UNTUK MENINGKATKAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS XI IPA 4 PUTRA
SMA RSBI PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM ASSALAAM
SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Jurnal Volume 4, Nomor
1, halaman 15-22. Surakarta : FKIP UNS.
[3] Castle, SR. & McGuire, CJ. 2010. An analysis of student self
assessment of online, blended, and face to face learning environments:
implication for sustainable education delivery. (Versi elektronik). Journal
of International Education Studies., vol 3 no 3, 36.
[4] Mujiyanto. 2012. Pengaruh Model Blended Learning terhadap Pemahaman
Konsep Ditinjau dari Penalaran Formal Siswa Kelas X SMA Negeri 1
Balikpapan. Thesis tidak diterbitkan, Malang: PPs UM.
[5] Rahayu, E.S., & Nuryata, I.M. 2010. Pembelajaran Masa Kini. Jakarta:
Sekarmita Training publishing.
[6] Uzun, A. & Senturk, A. 2010. Blending Makes the difference: Comparison
of Blended and Traditional Instruction on Students Performance and
Attitudes in Computer Literacy. Contemporary Educational
Technology,(Online), 1 (3): 196-207,
(http://cedtech.net/articles/13/131.pdf), diakses tanggal 2 Januari 2012.
[7] Soekartawi. 2005. Issues e-Learning/Web-BasedLearning/Distance
Learning dan Kemungkinan Pelaksanaannya di Indonesia. Seminar
Nasional Pendidikan, Universitas Islam Sumatera Utara, Medan, 2 April
2005. Mengambil dalam
https://www.academia.edu/5612646/BLENDED_LEARNING_EKOLOGI
[8] Arsyad,Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
[9] Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung:
ALFABETA
[10] Musfiqon, (2012). Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
[11] http://www.quipperschool.com/id/signup.html
[12] Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung
: Alfabeta.
[13] Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
[14] Widoyoko, Eko, Putro. (2013). Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
[15] Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
[16] Munari. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW)
Berbantu Fan Page (Facebook) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar
Siswa Mata Pelajaran TIK Kelas IX SMPN 1 Tengaran. Salatiga :
Universitas Kristen Satya Wacana.
[17] Soekartawi. 2005. Issues e-Learning/Web-BasedLearning/Distance
Learning dan Kemungkinan Pelaksanaannya di Indonesia. Seminar
Nasional Pendidikan, Universitas Islam Sumatera Utara, Medan, 2 April
2005. Mengambil dalam
https://www.academia.edu/5612646/BLENDED_LEARNING_EKOLOGI

Anda mungkin juga menyukai